ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI KOTA SURABAYA DAN KABUPATEN SIDOARJO.

(1)

i

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI SURABAYA DAN SIDOARJO” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syamsul Huda, MT, selaku Dosen Pembimbing Utama telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(2)

ii ini.

3. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. EC. Titiek Nurhidayati, selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

7. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

8. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Departemen Perindustrian dan Perdagangan Surabaya, Badan Pusat Statistik cabang Surabaya, dan Bank Indonesia cabang Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan


(3)

iii

Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Agustus 2009


(4)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

ABSTRAKSI... ...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...6

1.3. Tujuan Penelitian...…...7

1.4. Manfaat Penelitian...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu...9

2.2. Landasan Teori...13

2.2.1. Pendapatan...….13

2.2.1.1. Pengertian Pendapatan …...13

2.2.2. Jumlah Kredit Usaha Kecil (KUK) ...14

2.2.2.1. Pengertian kredit ...……...14


(5)

v

2.2.2.3. Fungsi Kredit Perbankan ...17

2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit...19

2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit ………...…………20

2.2.2.6. Penilaian Kredit ...22

2.2.2.7. Pengertian Kredit Usaha Kecil (KUK) ...23

2.2.2.8. Ketentuan Kredit Usaha Kecil ...25

2.2.2.9. Hubungan Besarnya Jumlah Kredit Usaha Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil ...25

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil..……...…..26

2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja..……...….26

2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja... ....27

2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja... ...28

2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja...31

2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja...32

2.2.3.6. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Dengan Pendapatan Industri Kecil...35

2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi ...35

2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... .35

2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi...36

2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi...41


(6)

vi

2.2.4.5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan

Peningkatan Pendapatan Industri Kecil...52

2.2.5. Jumlah Industri Kecil...53

2.2.5.1. Definisi Industri dan Industri Kecil...53

2.2.5.2. Macam-Macam Industri...54

2.2.5.3. Kriteria Industri Kecil..…...…...56

2.2.5.4. Kebijakan Pengembangan Industri...57

2.2.5.5. Hubungan Jumlah Industri Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil...58

2.3. Kerangka Pikir...58

2.4. Hipotesis...63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...64

3.2. Teknik Penentuan Sampel... ...65

3.3. Jenis dan Sumber Data...65

3.3.1. Jenis Data...66

3.3.2. Sumber Data...66

3.4. Teknik Pengumpulan Data...66

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...67

3.5.1. Teknik Analisis... 67

3.5.2. Uji Hipotesis...68


(7)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………...77

4.1.1. Kondisi Geografis Kota Surabaya...77

4.1.2. Kependudukan………..…...78

4.1.3. Kondisi Geografis Kabupaten Sidoarjo ………….…….79

4.1.4. Kependudukan ……….81

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...82

4.2.1. Perkembangan Pendapatan Industri Kecil Surabaya ...82

4.2.2. Perkembangan Pendapatan Industri Kecil Sidoarjo ..….83

4.2.3. Perkembangan Jumlah Kredit Usaha Kecil …….……..84

4.2.4. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil…..86

4.2.5. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ………….……87

4.2.6. Perkembangan Jumlah Industri Kecil ………....88

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator).……….……..89

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis….………..……94

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial ………....…...97

4.3.3. Pembahasan ………...…….…...98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...105

5.2. Saran...108 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Hari Sulistiono

ABSTRAKSI

Industrialisasi merupakan alat pokok pembangunan nasional dan

pembangunan daerah terutama kegiatan usaha industri kecil yang penting dalam

rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk mewujudkan hal tersebut

maka pemerintah membuat kebijaksanaan untuk meningkatkan pendapatan industri

kecil. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Jumlah kredit usaha

kecil (X

1

), Jumlah tenaga kerja industri kecil (X

2

), Pertumbuhan ekonomi (X

3

), dan

Jumlah industri kecil (X

4

), berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil di

Kota Surabaya (Y

1

) dan Kabupaten Sidoarjo (Y

2

).

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur selama 15 tahun mulai dari

tahun 1993-2007. Data yang dianalisis menggunakan model regresi linier berganda

yaitu suatu analisis untuk mengetahui masing-masing dari variabel bebas (X)

terhadap varibel terikat (Y) baik secara silmultan maupun parsial.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil F

hitung

sebesar 18,900 > F

tabel

= 3,48 untuk Kota Surabaya dan untuk Kabupaten Sidoarjo

diperoleh hasil F

hitung

sebesar 3,616 > F

tabel

= 3,48 yang berarti secara simultan

keempat variabel bebas mempunyai penngaruh yang nyata terhadap pendapatan

industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Pengujian secara parsial

kota Surabaya diperoleh t

hitung

untuk variabel X

1

sebesar 7,367 > t

tabel

sebesar 2,228

berarti variabel X

1

dapat memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap

variabel terikat Y

1

. Pengujian secara parsial Kabupaten Sidoarjo diperoleh t

hitung

untuk variabel X

2

sebesar 3,160 > t

tabel

sebesar 2,228 berarti variabel X

2

dapat

memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y

2,

untuk

variabel X

4

t

hitung

sebesar 2,986 > t

tabel

sebesar 2,228 berarti variabel X

4

dapat

memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y

2.

Keyword: Pendapatan Industri Kecil (Y), Jumlah kredit usaha kecil (X1),

Jumlah tenaga kerja industri kecil (X2), Pertumbuhan ekonomi

(X3), Jumlah industri kecil (X4).


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang dalam mewujudkan tujuan nasional berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tidak terlepas dari peran pembangunan yang dilakukan oleh masing-masing daerah. Perkembangan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah masing-masing dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui pembangunan yang serasi dan terpadu antar sektor dalam mencapai tujuan.

Industrialisasi merupakan alat pokok pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Selain berperan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produktivitas masyarakat, juga berperan menciptakan lapangan usaha serta memperluas lapangan kerja, meningkatkan serta meratakan dan mengentaskan kemiskinan.

Didalam pelaksanaan pembangunan nasional modal dan potensi yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Pelaksanaan pembangunan disamping bertujuan untuk meningkatkan pendapatan industri kecil juga


(10)

untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan industri kecil dan untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan bagi seluruh rakyat dengan rasa keadilan dalam ruang mewujudkan asas keadilan sosial. Dengan demikian pembangunan tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan tetapi juga untuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.

Perkembangan industri kecil dari waktu ke waktu secara rutin harus dilakukan pengkajian, penyempurna dan peningkatan. Hal ini disebabkan kondisi industri kecil pada umumnya lemah dalam kredit modal kerja. Dalam pembinaan dan pemanfaatan modal akan membawa dampak yang lebih baik terhadap perkembangan pendapatan industri kecil itu sendiri, karena secara langsung kredit merupakan salah satu yang paling penting sebagai faktor penunjang dan pendukung terhadap aktivitas pengusaha dalam meningkatkan pendapatan industri kecil dan memperluas usaha yang dimilikinya. Oleh sebab itu pihak bank memberikan kemudahan dan syarat-syarat yang ringan yaitu tingkat suku bunga yang rendah dan jangka waktu pengambilan yang relatif panjang. (Anonim, 1999 : 197).

Perkembangan industri kecil dipengaruhi oleh variabel atau faktor yang bersumber dari dalam unit usaha maupun yang berasal dari luar. Faktor dari dalam termaksud antara lain : (1) kemampuan manajerial, (2) pengalaman pemilik atau pengelola, (3) kemampuan untuk mengakses pasar input dan output, teknologi produksi, dan sumber-sumber


(11)

permodalan, serta (4) besar kecilnya modal yang dimiliki. Sedangkan beberapa faktor eksternal termaksud, antara lain : (1) dukungan berupa bantuan teknis dan keuangan dari pihak pemerintah atau swasta, (2) kondisi perekonomian yang dicerminkan dari permintaan pasar domestic maupun dunia, dan (3) kemajuan teknologi dalam produksi. (Soeroso, 2007 : 2).

Salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan industri kecil Antara lain: Pada tahun 1995 pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang Industri Kecil. Dikeluarkannya undang-undang ini dengan pertimbangan bahwa dalam pembangunan nasional ,industri kecil sebagai integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, potensi dan peran strategis dalam mewujudkan struktur yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Selanjutnya adalah usaha untuk memberikan perhatian bahwa untuk membina dan mengembangkan indutri kecil. Upaya tersebut berusaha untuk menjadikan dunia usaha nasional mampu menjadi kekuatan nasional yang tangguh. Disamping itu juga diperlukan struktur dunia usaha nasional yang andal dan kukuh antara lain ditunjukkan dengan semakin menguatnya peranan industri kecil dan industri besar yang tangguh dan saling menyangga antara industri kecil dan industri besar.

Sejalan dengan hal tersebut, daerah Tingkat II mempunyai perkembangan tingkat industri kecil yang sangat pesat. Dalam proses


(12)

pengembangannya sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan di berbagai sektor untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitarnya guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Upaya peningkatan kemampuan dan ketrampilan para pengusaha dalam pengolahan industri kecil disekitarnya merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini mengingat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan usaha dan industri sehingga menimbulkan pesaing yang tajam baik dari segi pemasaran maupun kualitas produk. Industri kecil pada umumnya dikelola oleh golongan ekonomi lemah dengan modal relatif kecil dan sistem pengolahannya hanya masih tradisional. Untuk meningkatkan peranan usaha kecil tidak saja dilihat dari aspek pengusaha akan tetapi sangat penting ditinjau dari aspek ekonomi, karena pada umumnya industri bersifat padat karya yang maksudnya menyerap banyak tenaga kerja. (Anonim, 2001 : 2).

Untuk mengatasi masalah pengangguran di Jawa Timur tampaknya industri kecil mampu memberikan lapangan kerja baru kepada masyarakat, karena industri kecil bersifat karya sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar sehingga dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Dalam usaha mendorong kelancaran kegiatan usaha industri kecil di Jawa Timur tidak terlepas dari berbagai pembinaan dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pemerintah kota Surabaya dan kabupaten Sidoarjo.


(13)

Dalam usaha mengembangkan industri kecil perlu adanya peningkatan investasi yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan produksi, maka perlu adanya tambahan tenaga kerja yang ikut menangani terhadap proses produksi. Akibat penambahan tenaga kerja berarti memperbesar pengeluaran upah untuk tenaga kerja tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut, Kota Surabaya mempunyai perkembangan industri kecil pada tahun 1993 sebesar 3,86 %. Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar 10,94 %. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2000 sebesar -75,39 %. (Anonim, 2008 : 263).

Dalam proses pengembangannya sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan diberbagai sektor untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitar guna meningkatkan pendapatan industri kecil tersebut. Sedangkan peningkatan pendapatan industri kecil di kabupaten Sidoarjo setiap tahun mengalami kenaikan, Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 1996 sebesar 14,45 %. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 1998 sebesar -10,00 %.. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan industri kecil di kabupaten Sidoarjo mempunyai potensi yang cukup besar untuk terus ditingkatkan. (Anonim, 2008 : 90).

Dengan pengembangan sektor industri kecil di kota Surabaya dan kabupaten Sidoarjo diharapkan pula bisa meningkatkan pendapatan industri kecil itu sendiri serta bisa memperluas lapangan pekerjaan dan


(14)

kesempatan kerja sehingga dapat menambah pendapatan khususnya masyarakat kecil. Bila sektor ini tumbuh dan berkembang serta diiringi dengan pembinaan yang baik maka usahanya akan menjadi mantap, sehat, dan dinamis. Tentu saja hal ini tidak lepas dari dorongan usaha dan bantuan dari Pemerintah daerah kota Surabaya dan kabupaten Sidoarjo melalui dinas perindustrian dan perdagangan masing-masing daerah.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengamati masalah pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo dan mengkaji lebih dalam lagi tentang ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya Dan Kabupaten Sidoarjo”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Apakah Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo ?

b. Diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil manakah yang mempunyai pengaruh


(15)

paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah variabel Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.

b. Untuk mengetahui diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut:


(16)

a. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Industri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap pendapatan industri kecil di Surabaya dan Sidoarjo serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi industri yang berhubungan dengan masalah pendapatan industri kecil.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan karya ilmiah yang baik khususnya peneliti dan dapat dipakai sebagai bekal jika nantinya terjun ke masyarakat.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, antara lain :

1. Hermawati (2000), dengan judul penelitian ”Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan di Lingkungan Industri Kecil Kerajinan Tas Kulit di Kota Gresik”, Menyatakan bahwa hasil analisis penggunaan Uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel Proporsi Modal (X1), Tingkat Pendidikan (X2), Tenaga Kerja secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan F hitung (146,508) > F tabel (2,81). Hasil analisis penggunaan Uji t menunjukkan secara individu antara variabel bebas Proporsi Modal berpengaruh secara positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (7,709) > t tabel (2,2010). Variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (5,255) > t tabel (2,010). Variabel Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (2,010).

2. Mashudi (2002), dengan judul jurnal ”Pengaruh Modal, Pendidikan dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Pengusaha Sepatu Sandal Kulit di


(18)

Lingkungan Industri Kecil Kabupaten Magetan”, Menyatakan bahwa : F

hitung sebesar (14,65) dan F tabel (2,81) dengana = 0,05 berarti pengaruh Modal (X1), Pendidikan Pengusaha (X2) dan Jumlah Tenaga Kerja (X3) secara keseluruhan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan Pengusaha (Y). t hitung untuk Modal sebesar (7,709) dan t tabel sebesar (2,201) maka Modal (X1) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan Pengusaha (Y). T hitung untuk Pendidikan Pengusaha sebesar (5,255) dan t tabel sebesar (2,201) maka Pendidikan Pengusaha berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan Pengusaha (Y). t hitung untuk jumlah Tenaga Kerja sebesar (3,137) dan t tabel sebesar (2,201) maka jumlah Tenaga Kerja berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan Pengusaha (Y). 3. Prakoso (2003), dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Kecil Di Surabaya,” Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel investasi (X1), jumlah industri kecil (X2), nilai produksi (X3), tingkat upah (X4), berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja (Y). dengan F hitung = 31,915 > F tabel =3,59. Sedangkan dari analisa uji t menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat dengan t hitung (X1) = 1,472, t hitung (X2) = 2,810, t hitung (X3) = 4,134, t hitung (X4) = 3,407 > t tabel = 2,228.

4. Parwanti (2004), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Jawa Timur”. Menyimpulkan secara simultan bahwa menunjukkan hubungan secara


(19)

nyata antara variabel bebas nilai investasi (PMDN) (X1), jumlah tenga kerja (X2), dan jumlah industri kecil (X3) terhadap variabel terikat pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y). Hal ini diketahui oleh uji F yaitu diperoleh F hitung = 7,401 > F tabel = 3,59. sedangkan secara parsial nilai investasi (PMDN) (X1) berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y), dengan menggunakan uji t dimana t hitung = 2,231 > Ttabel = 2,201. variabel parsial jumlah tenga kerja (X2) tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y), dimana t hitung = 0,960 < t tabel = 2,201. dan variabel jumlah industri kecil (X3) berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y) dimana t hitung = - 2,225 < t

tabel = - 2,201.

5. Basuki (2007), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kabupaten Gresik”. Berdasarkan hasil dari penelitian ini secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas jumlah industri kecil (X1), tingkat suku bunga (X2), kredit modal kerja (X3), produk domestik regional bruto(X24), dan investasi terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik (Y). hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh F hitung

= 4,687 > F tabel = 4,12. sedangkan secara parsial tingkat suku bunga (X2), kredit modal kerja (X3), dan produk domestik regional bruto (X4) berpengaruh nyata terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik (Y). Jumlah industri kecil (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap investasi


(20)

industri kecil di kabupaten Gresik (Y). Hal tersebut dikarenakan perkembangan industri kecil pada masa mendatang tidak menentu, sehingga para investor ragu untuk melakukan investasi pada industri kecil yang prospek kedepannya tidak menentu. Inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik, hal ini dikarenakan inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat. Jika inflasi naik akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat meskipun pendapatan naik sehingga kecenderungan untuk melakukan investasi kecil karena digunakan untuk konsumsi.

Jadi penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, tempat penelitian dan ruang lingkup yang di gunakan oleh penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo”, dengan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah Kredit Usaha Kecil (X1), Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3), dan Jumlah Industri Kecil (X4). Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Industri Kecil (Y).


(21)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pendapatan

2.2.1.1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah hasil dari terjemahan bahasa Inggris “Income” yang di artikan sebagai pendapatan. Menurut pengertian yang sempit pendapatan meliputi operasional yaitu pendapatan yang timbul atau yang di hasilkan dari aktifitas produksi. Pendapatan operasional yang timbul dari laba atau rugi penjualan aktiva tetap atau investasi tidak termasuk pendapatan. Sedangkan pendapatan pada industri kecil merupakan pendapatan bruto yaitu pendapatan diperoleh dari nilai produksi industri kecil pertahun, yang merupakan harga dari produksi industri kecil yang sudah dikelola menjadi barang jadi siap dipasarkan pada konsumen. Pendapatan tersebut dapat diperoleh dengan menghitung jumlah produksi industri kecil dikalikan dengan harga produk industri kecil.

Pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama periode tertentu. Dengan demikian dapat terlihat pendapatan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan adanya peningkatan pendapatan maka konsumsi meningkat dan tabungan akan meningkat pula. (Nisjar dan Winardi, 1997 : 28).

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) sedangkan pendapatan itu sendiri terdiri dari: upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti:


(22)

sewa, bunga, deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti : tunjangan sosial atau asuransi. (Samuelson dan Nordhaus, 1992 : 258).

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses poduksi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

2.2.2. Jumlah Kredit Usaha Kecil (KUK) 2.2.2.1. Pengertian kredit

Pengertian kredit dalam arti sesungguhnya adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere“ yang berarti kepercayaan yang harus dipakai sebagai pedoman atau perumusan perkreditan dan sebagaimana bentuk juga macam ragamnya dari kredit serta dari mana asalnya, kemudian dari siapa kredit itu diberikan. (Kasmir, 2003 : 101)

Pengertian kredit Menurut Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.

Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan


(23)

atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil. (Harijanto, 1996 : 8).

Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Contoh berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kredit ini berarti nasabah tidak memperoleh uang tetapi rumah, karena bank membayar langsung ke developer dan nasabah hanya membayar cicilan rumah tersebut tiap bulan. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi, apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah disepakati dan dibuat bersama. Dan yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dan berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank prinsip konvensional keuntungannya diperoleh melalui bunga, sedangkan prinsip syariah diperoleh berupa imbalan atau bagi hasil.


(24)

2.2.2.2. Tujuan Kredit

Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri dari falsafah yang dianut oleh suatu negara. Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima dan karena Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara kita, maka tujuan dari pemberian kredit tidak semata-mata mencari keuntungan semata, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara kita yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian maka tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk :

a. Turut menyukseskan pemerintahan.

b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya hubungan masyarakat. c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin

dan dapat memperluas usahanya.

Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara :

a. Kepentingan pemerintah. b. Kepentingan masyarakat .


(25)

2.2.2.3. Fungsi Kredit Perbankan

Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu organisasi-organisasi bank selalu diikutsertakan dalam menentukan kebijakan di bidang moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek dan lain–lain. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit dan kredit yang diberikan oleh bank berpengaruh sangat luas dalam segala hal bidang kehidupan, khususnya bidang ekonomi.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang.

Para pemilik modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada perusahaan atau industri yang memerlukan untuk meningkatkan usahanya. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru sehingga apabila dilakukan pembayaran melalui cek, giro, wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral dan kredit perbankan yang ditarik secara tunai akan dapat meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang.


(26)

b. Kredit dapat meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat meningkatkan peredaran barang baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang dari suatu tempat dan menjualnya ke tempat lain, sehingga dapat meningkatkan manfaat dari suatu barang.

c. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Kredit harus diarahkan pada sektor yang produktif dengan pembatasan kwalitatif dan kwantitatif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar bisa diekspor.

d. Dapat meningkatkan kegairahan berusaha

Dengan adanya kredit yang diberikan oleh bank kepada pengusaha maka akan mengatasi kekurangmampuan pengusaha tersebut di bidang permodalan. Sehingga dengan adanya bantuan tersebut maka pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

e. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

Dengan bantuan kredit, maka pengusaha akan dapat memperluas sasarannya dan membutuhkan tenaga-tenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

f. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Bantuan-bantuan yang diberikan secara kredit tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan


(27)

tapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional. (Kasmir, 2003 : 107-108).

Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan (trust), sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau dia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit.

b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana


(28)

masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu pendek (dibawah 1 tahun), jangka waktu menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka waktu panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.

d. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya suatu pemberian kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya.

e. Balas jasa

Bagi bank balas jasa merupakan suatu keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvesional balas jasa kita kenal dengan bunga. (Kasmir, 2003 : 103-104)

2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit


(29)

juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah.

Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

1. Di lihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek untuk keperluan rehabilitasi.

b. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. c. Kredit perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya. (Kasmir, 2003 : 109).


(30)

2.2.2.6. Penilaian Kredit

Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit merupakan suatu nilai untuk menentukan nilai kredit, dikenal beberapa prinsip dalam melakukan penilaian atas permohonan kredit. Prinsip yang sudah lazim digunakan adalah 5C atau 6C, yaitu :

a. Character

Kepribadian, moral, kejujuran dari calon nasabah perlu diperhatikan sehubungan untuk mengetahui apakah dapat memenuhi kewajibannya dengan baik yang timbul dari persetujuan kredit yang diadakan. Hal ini perlu diperhatikan sehubungan dengan character adalah sifat pribadi dan lain-lain.

b. Capacity

Yang dimaksud dengan capacity di sini adalah, kemampuan calon nasabah dalam mengembangkan dan mengendalikan usahanya serta kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit.

Kemampuan calon nasabah dapat dilihat, antara lain :

1. Pengetahuannya tentang usaha yang dihubungkan dengan pendidikan maupun kejujuran.

2. Pengalaman-pengalaman usahanya dalam menyesuaikan diri dengan kondisi perekonomian serta mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.

3. Kekuatan perusahaan sekitar dalam sektor usaha yang dijalankannya.


(31)

c. Capital

Adalah modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia atau telah ada sebelum mendapatkan fasilitas kredit. Keadaan struktur dan sifat permodalan tersebut akan menentukan seberapa besar fasilitas kredit bank yang akan diberikan sebagai tambahan modal. d. Collateral

Yaitu menjamin yang diberikan oleh calon nasabah. Jaminan ini bersifat sebagai jaminan tambahan karena jaminan utama kredit adalah pribadi bagi calon nasabah.

e. Condition of economy

Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan yang sehubungan dengan permohonan kredit tidak saja kondisi ekonomi secara umum di mana perusahaan calon nasabah itu berada, misalnya kondisi perdagangan serta persaingan di lingkungan usaha calon nasabah. (Harijanto, 1996 : 9).

2.2.2.7. Pengertian Kredit Usaha Kecil (KUK)

Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang diberikan kepada nasabah kecil dengan plafon kredit maksimum Rp.250.000.000,- untuk membiayai usaha yang produktif. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja. (Susilo, dkk, 2000 : 82-83).

Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam rupiah


(32)

dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan platfond kredit keseluruhan maksimum Rp 500.000.000,- untuk membiayai usaha yang produktif, yaitu usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan jasa. (Suhardjono, 2005:53).

Kredit Usaha Kecil adalah yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000,- diluar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp1.000.000.000,- per tahun dengan plafond kredit maksimum sebesar Rp 500.000.000,- untuk membiayai usaha yang produktif. (Suhardjono, 2005:54).

Jadi kesimpulanya Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk modal kerja yang diberikan kepada nasabah usaha kecil untuk membiayai usaha yang produktif yaitu usaha yang memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang atau jasa.

Dalam menumbuh kembangkan industri kecil setidaknya dilandasi beberapa alasan:

a. Menyerap tenaga kerja.

b. Pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi.

c. Memberikaan tambahan pendapatan untuk mempertahankan hidup tenaga kerja.


(33)

2.2.2.8. Ketentuan Kredit Usaha Kecil (KUK)

Sejak tanggal 4 januari 2001, Bank Indonesia telah menyempurnakan ketentuan tentang kredit usaha kecil yang melalui Peraturan Bank Indanesia (PBI) No. 3/2/PBI/2001 tentang pemberian kredit usaha kecil yang pokok-pokoknya meliputi:

a. Bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian kredit usaha kecil.

b. Bank wajib mencantumkan recana pemberian kredit usaha kecil dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT).

c. Bank wajib mengumumkan pencapaian pembinaan kredit usaha kecil kepada masyarakat melalui laporan keuangan publikasi. d. Plafon kredit usaha kecil diisesuaikan menjadi Rp. 500.000,-

pernasabah.

e. Bank yang menyalurkan kredit usaha kecil dapat meminta bantuan teknis dari Bank Indonesia.

f. Penggenaan sanksi dan intensif dalam rangka pencapaian

kewajiban kredit usaha kecil dihapusakan. (Partomo, dkk, 2002 : 33).

2.2.2.9. Hubungan Besarnya Jumlah Kredit Usaha Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil

Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank adalah meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin


(34)

terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan memperoleh laba agar

kelangsungan hidup suatu perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya yang dapat meningkatkan pendapatan industri

kecil. (Suyatno, 1995 : 15).

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil 2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara lain. Batas usia yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. (Dumairy, 1997 : 74).

Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).

Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 1992 : 114).

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja,


(35)

dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga) walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak, 1995 : 2).

2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75). Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan


(36)

pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. (Suparmoko, 1992 : 67).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.

2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya sekolah.

b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah.


(37)

c. Golongan lain-lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas hak milik.

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO). (Dumairy, 1997 : 74).

Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Angkatan Kerja

Penerima Pendapatan Mengurus Rumah

Tangga

Sekolah

Setengah Pengangguran Bekerja Penuh Bekerja

Pengangguran

Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah

Tidak Kentara Kentara (yang kerja sedikit)


(38)

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 1995 : 16).


(39)

2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21).

Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja Upah

VMPPL D

w1

w w2

D = MPPL X P 0

A N B Penempatan

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75.


(40)

Keterangan :

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan.

Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama dengan : MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh karena itu laba perusahaan akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.

2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. (Suroto, 1992 : 22).


(41)

Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga kerja Upah Ns (Pe = 2.0)

W2

Ns (Pe = 1.0)

W1

0

N1 Tenaga kerja Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 16.

Keterangan :

Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1. Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik, yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan tetap tidak berubah pada Pe = 1.0


(42)

Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja Upah

Nominal

WL NS (P1) W1

W2 ND (P1)

N2 N1 N3 L Tenaga Kerja Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 16.

Keterangan :

Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat upah riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah (nominal) W1 dengan jumlah tenaga kerja N1 pada harga P1. Jika upah nominal turun menjadi W2, dengan harga tetap P1 berarti upah riil turun, jumlah tenaga kerja yang diminta (N3) melebihi yang ditawarkan (N2). Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat upah naik sampai ke W1 kembali dimana tingkat upah riil juga kembali sama seperti semula.


(43)

2.2.3.6. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil dengan Peningkatan Pendapatan Industri Kecil

Tenaga merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam peningkatan pendapatan industri kecil karena semakin banyak jumlah tenaga kerja dipakai maka produktivitas untuk setiap proses produksi atau dalam menciptakan serta memperbesar nilai suatu barang akan meningkat dan hasil produksinya juga semakin besar sehingga nantinya akan menambah pendapatan yang akan diterima oleh industri kecil.

2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2004 : 9).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 1993 : 99).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu. (Putong, 2003 : 252).

Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi diatas, pertumbuhan ekonomi mempunyai tiga komponen yaitu :


(44)

a. Pertumbuhan suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang.

b. Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.

c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi dengan inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. (Jhingan, 1991 : 72).

2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Didalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan


(45)

pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekuangan tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak.

Terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi (sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah) di lain pihak, membatasi kemungkinan untuk mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.

b. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sesuatu negara juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam


(46)

sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak kegiatan ekonomi yang dijalankan.

Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan itu kepada luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.

c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar perannya dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk menangkap ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan mengalami kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari makanannya sehari-hari.

Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang modal yang sangat bertambah


(47)

jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih rendah daripada yang dicapai pada masa kini. Tanpa adanya perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang sangat rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya mengalami perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek yang positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan oleh karenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.

d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan.

Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern


(48)

dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan tanah, atau dimana luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis, pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang diharapakan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan dorongan yang besar kepada pertumbuhan ekonomi. Sikap yang sedemikian itu antara lain adalah sikap berhemat yang bertujuan untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap yang sangat menghargai kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Perombakan dalam sistem sosial, seperti misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah dan memberikan tanah kepada para petani yang tidak memiliki tanah, adalah suatu langkah yang perlu dilakukan.

Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan. Perubahan itu terutama harus ditujukan agar masyarakat bersedia


(49)

atau

bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. (Sukirno, 2004 : 430-432).

2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlulah dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Dalam perhitungan pendapatan nasional dan komponen-komponennya menurut harga tetap yaitu pada harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah: (cara I)

Dimana :

G = Tingkat pertumbuhan ekonomi

PN Riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertahun pertumbuhan

ekonomi dihitung

% 100 0 0 1 X Riil PN Riil PN Riil PN    % 100 0 0 1 X Riil PN Riil PN Riil PN


(50)

PN Riil =

PN Riil 0 = Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.

Sedangkan suatu negara yang tidak melakukan pendapatan nasional menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap: (1) menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: (cara II)

Dimana :

PN Riil = Pendapatan nasional riil tahun I

Hii = Indeks harga atau pendeflasi pendapatan

nasional

PN Masa kini i = Pendapatan nasional pada masa kini pada

tahun I.

Apabila menggunakan (cara II) perhitungan diatas telah didapat data pendapatan nasional riil untuk berbagai tahun, (2) tingkat pertumbuhan ekonomi telah dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan persamaan perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi (cara I).

Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain : a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun

1

100

HI


(51)

dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.

b. Produk Domestik Bruto Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto (PDB) saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Pendapatan Perjam Kerja

Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan lebih maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).

2.2.4.4. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow

Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic Growth”.


(52)

Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah :

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off) 3. Lepas landas (the take-off)

4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity) 5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption).

Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut diatas sebagai berikut.

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang dalam kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun, baik dalam berproduksi maupun dalam tata cara/adat istiadat. Tingkat produktivitas mereka masih sangat terbatas karena sebagian besar sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan ayahnya, kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini kecil sekali kemungkinan misalnya, bagi anak seorang petani biasa untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih tinggi dari petani.


(53)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat telah mulai sadar terhadap pentingnya pembangunan ekonomi. Ide-ide baru telah mulai diterima untuk mencapai kemajuan hidup mereka. Masa ini disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat untuk landas. Ciri-ciri penting dalam masyarakat ini adalah adanya perubahan sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan ekonominya mulai bergerak dinamis, industri-industri bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga keuangan resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada industri kecil. Bila perubahan-perubahan seperti itu timbul, yang menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi, maka proses pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlangsung. Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas landas.

3. Lepas landas (the take-off)

Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan peristiwa yang selalu berlangsung. Pada permulaannya terjadi perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, dan terbukanya pasar-pasar baru. Akibat dari perubahan ini akan tercipta


(54)

pembaruan-pembaruan secara teratur dan terjadi peningkatan penanaman modal. Penanaman modal yang tinggi akan meningkatkan pendapatan nasional yang melebihi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita semakin lama akan semakin bertambah besar. Terdapat tiga ciri untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas landas atau belum, yakni :

a. Kenaikan penanaman modal yang produktif

meningkat dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk Nasional Netto.

b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.

c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial, ekonomi dan institusional yang akan mewujudkan segala kegiatan yang merupakan perluasan dari sektor modern dan potensi ekonomi ekstern yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang akan terus berlanjut.

4. Tahap gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

Dalam tahap ini, masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut dan sektor-sektor andalan baru akan muncul untuk menggantikan


(55)

sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap ke arah kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah sebagai berikut :

a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan dimana peranan sektor industri semakin penting, sementara sektor pertanian semakin menurun karena berpindahnya tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi. b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami

perubahan, dimana manajer profesional lebih berperan penting dari pada pengusaha yang merangkap jadi pemilik. c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang

diciptakan oleh industrialisasi (polusi, permintaan dari buruh, suara mesin) sehingga mulai memunculkan kritik-kritik terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh.

5. Tahap konsumsi tinggi (the age of high mass consumption)

Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada tiga tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintah agar produksi mereka benr-benar dapat habis terjual, yaitu dengan cara :


(56)

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas negara-negara tersebut.

b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata dengan mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin tinggi pendapatan semakin besar pula tarif pajak.

c. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi kebutuhan utama yang sederhana atas makanan, pakaian, dan perumahan. Peningkatan konsumsi itu meliputi barang-barang tahan lama dan barang-barang-barang-barang mewah.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith

Adam Smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu suasana yang mengakibatkan perekonomian akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan laissez faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimumkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai oleh masyarakat.


(57)

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu : 1. Sumber-sumber alam

2. Perkembangan penduduk

3. Jumlah persediaan barang modal.

Sumber–sumber alam yang tersedia sangat menentukan pertumbuhan ekonomi dan merupakan batas maksimum dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Agar tercapai pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan modal yang ada. Perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi serta memperluas pasar yang pada gilirannya akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut sehingga menyebabkan tingkat kegiatan ekonomi bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi. Apabila pembangunan telah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif sehingga pasar berkembang dan spesialisasi terjadi, dan pada akhirnya menimbulkan kenaikan produktivitas.


(58)

Sejalan dengan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang diikuti dengan kenaikan produktivitas yang mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang cukup tinggi. Kedua hal itu akan memberikan dorongan yang lebih besar kepada para pengusaha untuk mengadakan inovasi dan mengembangkan teknologi. Dengan demikian, perkembangan ekonomi akan terus berlangsung dan pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi. c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Ricardo dan Malthus

Menurut pandangan Ricardo dan Malthus, dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai stationary state atau suatu keadaan ketika perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali (mandek). Perbedaan pandangan kedua ahli ini dengan Smith terletak pada peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi. Menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan menerima upah yang sangat minim yang hanya cukup untuk hidup (subsistence level). Teori Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Malthus dan teori hasil lebih yang semakin berkurang.

Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo adalah sebagai berikut. Mulanya jumlah penduduk masih sedikit dan


(59)

kekayaan alam relatif cukup banyak sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang besar. Laba yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi juga. Hal itu akan meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan pula bertambahnya permintaan terhadap tenaga kerja, yang pada akhirnya pendapatan tenaga kerja juga akan naik.

Akan tetapi, karena pekerja yang digunakan lebih banyak sedangkan luas tanah tetap, maka tambahan hasil yang diciptakan oleh seorang pekerja akan menjadi semakin kecil. Pertambahan penduduk secara terus-menerus akan mengakibatkan sewa tanah semakin lama makin menjadi bagian yang cukup besar dari seluruh pendapatan nasional dan mengurangi tingkat keuntungan para pengusaha. Akibatnya, dorongan untuk pembentukan modal menurun dan akhirnya akan menurun pula permintaan terhadap tenaga kerja. Tingkat upah akan menurun mencapai tingkat yang rendah sekali, yaitu sekedar cukup untuk hidup. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai titik stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan berlaku lagi karena pengusaha tidak memperoleh keuntungan yang cukup. Sedangkan yang memperoleh keuntungan tersebar adalah para tuan tanah yang menerima sewa tanah yang tinggi.

Kemajuan teknologi akan dapat mempertinggi tingkat upah sehingga produktivitas juga naik. Proses pertumbuhan dapat


(60)

berjalan terus dan keadaan ini berlangsung tidak lama karena pertambahan penduduk selanjutnya akan menurunkan kembali tingkat upah dan tingkat keuntungan. Kemajuan teknologi tidak dapat menghalangi terjadinya stationary state tetapi hanya mampu menunda masa terjadinya untuk sementara waktu.

Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo adalah sebagai berikut : 1. Sumber alam yang terbatas jumlahnya (tanah).

2. Perubahan tenaga kerja (bertambah atau berkurang) sesuai. 3. Dengan perubahan tingkat upah minimum.

4. Pembentukan modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha cukup tinggi (berada di atas tingkat keuntungan minimal).

5. Kemajuan teknologi terjadi secara terus-menerus.

6. Peranan sektor pertanian lebih dominan.(Ritonga, 2003: 160-169).

2.2.4.5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Peningkatan Pendapatan

Industri Kecil

Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat akan menghasilkan perubahan bagi masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi memacu manusia untuk bekerja lebih keras dalam memenuhi tuntutan hidup sesuai dengan jamannya. Kerja keras dalam pertumbuhan ekonomi pasti berpengaruh terhadap situasi dan kondisi sosial ekonomi suatu masyarakat, terutama


(61)

bertambah besarnya pendapatan masyarakat. Dengan pendapatan yang lebih besar masyarakat berkesempatan untuk mengkonsumsi barang dan jasa lebih banyak. Semakin besarnya konsumsi masyarakat menandakan daya beli beli masyarakat akan suatu barang dan jasa meningkat hal ini akan meningkatkan pula pendapatan yang akan diperoleh industri kecil.

2.2.5. Jumlah Industri Kecil

2.2.5.1. Definisi Industri dan Industri Kecil

Definisi mengenai industri itu bermacam-macam, namun pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Adapun definisi industri adalah:

a. Industri adalah usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu untuk menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan peralatan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah relatif besar. (Winardi, 1992 : 181).

b. Departemen Perindustrian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal

Industri adalah badan usaha yang penanaman modalnya dalam badan usaha berupa lahan, tidak melebihi Rp. 200 juta. Selain itu pemilik usaha kecil harus seorang warga negara Indonesia. (Anonim, 1994: 91).


(62)

c. Biro Pusat Statistik

Industri Kecil adalah perusahaan yang menggunakan jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang pekerja. (Anonim, 1994 : 90). d. Bank Indonesia

Industri kecil adalah industri yang aset nettonya bernilai kurang dari Rp. 100 juta. (Anonim, 1994 : 91).

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Industri Kecil adalah Perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang sederhana, jumlah tenaga kerja yang minim sekali (antara 5-19 orang) serta modal yang ada jumlahnya lebih kecil dibanding dengan industri besar atau industri menengah.

2.2.5.2. Macam-Macam Industri

Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu:

a. Pengelompokkan industri yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian, yang dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu:

1. Industri Dasar

Yang meliputi Kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar (IMDL) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi maju,


(63)

teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya. 2. Industri Hilir

Yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi antara lain: industri yang mengolah sumber daya lautan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan atau teknologi maju. Dari pengertian tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa industri adalah proses merubah bahan dan barang agar menjadi lebih tinggi nilainya bagi masyarakat dan pemakai barang.

3. Industri Kecil

Yang meliputi antara lain industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri galian bukan logam. Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan teknologi, teknologi yang digunakan menengah atau sederhana dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan


(64)

memanfatkan pasar dalam dan pasar luar negeri (ekspor). (Arsyad, 1992:306).

b.  Pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga yang dipekerjakan, menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengelompokkan industri dengan cara ini dibedakan menjadi 4, yaitu:

1. Industri Besar, dengan mempekerjakan 100 orang atau lebih dalam setiap industri.

2. Industri Sedang, dengan mempekerjakan 20 sampai 99 orang dalam setiap industri.

3. Industri Kecil, dengan mempekerjakan 5 sampai 19 orang dalam setiap industri.

4. Industri Kerajinan (Rumah tangga), dengan mempekerjakan 1 sampai 4 orang dalam setiap industri.

2.2.5.3. Kriteria Industri Kecil

Kriteria untuk industri kecil adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar. c. Milik warga negara Indonesia.


(65)

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

e. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. (Anonim, 1997:5).

2.2.5.4. Kebijakan Pengembangan Industri

Pada dewasa ini terutama dalam pembangunan industri kecil diharapkan dapat meningkatkan nilai produksi industri kecil antara lain melalui perbaikan sistem produksi, peningkatan kemampuan manajerial dan penyempurnaan iklim usaha. Oleh karena itu Departemen Perindustrian menekankan pelaksanaan program pengembangan usaha kecil yang terdiri dari rincian sebagai berikut:

1. Pengembangan industri kecil termasuk industri tradisional dalam upaya menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.

2. Pengembangan kewiraswastaan dan profesionalisme tenaga kerja pada industri kecil yang mencakup aspek kualitas dan kuantitas. 3. Program pelatihan terus menerus untuk pengusaha kecil yang


(66)

4. Program bapak angkat untuk mendorong perkembangan industri kecil, terutama dalam menanggulangi masalah-masalah pemasaran dan penyediaan bahan baku mereka.

5. Keharusan perusahaan besar dan menengah untuk menjadi bagian sahamnya (25% kepada koperasi, termasuk diantaranya industri kecil). (Tambunan, 2002:89).

2.2.5.5. Hubungan Jumlah Industri Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil

Jika jumlah industri kecil yang ada meningkat maka industri kecil tersebut dapat mengembangkan usahanya dan secara tidak langsung hasil produksi juga akan meningkat, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil.

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini membahas “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan industri kecil di Surabaya dan Sidoarjo”, dalam pembahasan ini variabel yang mempengaruhi yaitu investasi industri kecil, jumlah tenga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, jumlah industri kecil. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar variabel maka dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :


(67)

1. Jumlah Kredit Usaha Kecil (X1)

Dengan pemberian jumlah kredit yang diberikan kepada industri kecil atau yang bearti dapat meningkatkan atau menambah modal. Dengan tersedianya modal yang mencukupi, maka faktor produksi (mesin, material dan lain–lain). Dapat dibelinya sehingga aktivitas pengusaha kecil meningkat maka pada akhirnya akan menambah tingkat pendapatan industri kecil. (Harijanto, 1999 : 87) .

2. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2)

Tenaga kerja adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain dalam proses produksi. (Suroto, 1992 : 17).

Penyediaan tenaga kerja juga sangat dibutuhkan dalam proses produksi untuk menjalankan dan mengelola faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dengan peningkatan jumlah tenaga kerja pada industri kecil maka secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kerja (hasil produksi) pada industri kecil, sehingga proses produksi akan semakin cepat, lancar dan berjalan terus-menerus yang pada akhirnya akan dapat menambah tingkat pendapatan industri kecil.


(1)

108

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan proses perizinan agar yang tidak rumit agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.

2. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan modalnya.

3. Diadakannya pelatihan manajemen pengelolahan industri kecil sesering mungkin oleh perusahaan / pemerintah untuk mengembangkan atau meningkatkan SDM serta potensi yang dimiliki oleh pengusaha.

4. Adanya campur tangan pemerintah dalam menerapkan pajak yang dibeban pada setiap Unit Usaha Kecil, agar pajak yang dibebankan tidak menggangu tingkat produktivitas unit usaha kecil dalam menghasilkan barang dan jasa.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Surabaya Dalam Angka, Badan Pusat Statistik kota Surabaya. ---, 1997. Sidoarjo Dalam Angka, Badan Pusat Statistik kota Surabaya. ---, 2007. Sidoarjo Dalam Angka, Badan Pusat Statistik kota Surabaya. ---, 2007. Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Badan Pusat Statistik kota

Surabaya.

Algifari, 2000. Analisis Regresi Teori Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin, 1992. Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua, Penerbit BP STIE YKPN, Yogyakarta.

Basuki, 2007. Analisis Beberapa faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kabupaten Gresik, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.

Dumairy, Horne, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta. Gujarati, Damodar, 1997. Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta. ---, 1999. Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan

Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Jhingan, M, L, 1991. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan, Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.

Harijanto, 1996, Kredit, Bank dan Kebijakan Moneter, Penerbit Primkop UPN “Veteran” Jawa Timur.

---, 1999, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit Fakultas Ekonomi, UPN VETERAN” Jwa Timur, Surabaya.

Hermawati, 2000. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan di Lingkungan Industri Kecil Kerajinan Tas Kulit di Kota Gresik, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.

Hendrie, Prakoso, 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Kecil Di Surabaya, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.


(3)

Kasmir, 2003, Dasar-Dasar Perbankan, Edisi Pertama, Cetakan Khusus, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mashudi, Djohan, 2002. Pengaruh Modal, Pendidikan dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Pengusaha Sepatu Sandal Kulit di Lingkungan Industri Kecil Kabupaten Magetan, Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi Vol 1 no 1.

Nisjar, Karhi dan Winardi, 1997. Pengantar Ekonomika Pembangunan, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung.

Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh, Buku Kesatu, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Partomo, Titik Sartika dan Abdul Rachman Soejoedono, 2002, Ekonomi Skala Kecil Atau Menengah Dan Koperasi, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Parwanti, Ary Dwi, 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.

Putong, Iskandar, 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ritonga, 2003. Pelajaran Ekonomi Jilid 3, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Samuelson, Paul. A, dan Nordhaus, William, 1992. Mikro Ekonomi, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Simanjuntak, J, Payaman, 1995. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta.

Soelistyo, 2001. Dasar-Dasar Ekonometrika, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Soeroso, Amiluhur, 2007. Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan Usaha

Industri Kecil, Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi Atma Jaya, Yogyakarta.

Suhardjono, 2005, Manajemen Perkreditan usaha kecil dan Menengah, Penerbit UUP – AMPYKN, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 1991, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Penerbit Bina Grafika, Jakarta.


(4)

---, 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sulaiman, Wahid, 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sumarsono. Sonny, 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Alam dan Ketenagakerjaan, Penerbit, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Surhayadi dan Purwanto, 2004. Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern, Penerbit Ekonomi Sosial, Jakarta.

Suroto, 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, Edisi Kedua, Penerbit, BPFE UGM, Yogyakarta.

Susilo,Y. Sri, dkk, 2000, Bank Dan Lembaga Lainnya, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suyatno, dkk, 1995. Kelembagaan Perbankan, Edisi Pertama, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Tama, Jakarta.

Todaro, Micheal, P, 1993. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tambunan, Tulus. T.H, 2002. Perekonomian Indonesia, Cetakan Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia FE UII, Yogyakarta.

Winardi, 1992. Kamus Ekonomi, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung.


(5)

(6)