2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pendapatan
2.2.1.1. Pengertian Pendapatan Pendapatan adalah hasil dari terjemahan bahasa Inggris “Income”
yang di artikan sebagai pendapatan. Menurut pengertian yang sempit pendapatan meliputi operasional yaitu pendapatan yang timbul atau yang
di hasilkan dari aktifitas produksi. Pendapatan operasional yang timbul dari laba atau rugi penjualan aktiva tetap atau investasi tidak termasuk
pendapatan. Sedangkan pendapatan pada industri kecil merupakan pendapatan bruto yaitu pendapatan diperoleh dari nilai produksi industri
kecil pertahun, yang merupakan harga dari produksi industri kecil yang sudah dikelola menjadi barang jadi siap dipasarkan pada konsumen.
Pendapatan tersebut dapat diperoleh dengan menghitung jumlah produksi industri kecil dikalikan dengan harga produk industri kecil.
Pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama periode tertentu. Dengan demikian dapat terlihat pendapatan mempunyai
pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan adanya peningkatan pendapatan maka konsumsi meningkat dan tabungan akan meningkat
pula. Nisjar dan Winardi, 1997 : 28.
Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
biasanya satu tahun sedangkan pendapatan itu sendiri terdiri dari: upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti:
sewa, bunga, deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari
pemerintah seperti : tunjangan sosial atau asuransi. Samuelson dan Nordhaus, 1992 : 258.
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh
seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses poduksi dalam jangka waktu tertentu satu tahun.
2.2.2. Jumlah Kredit Usaha Kecil KUK 2.2.2.1. Pengertian kredit
Pengertian kredit dalam arti sesungguhnya adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere“ yang berarti kepercayaan yang harus
dipakai sebagai pedoman atau perumusan perkreditan dan sebagaimana bentuk juga macam ragamnya dari kredit serta dari mana asalnya,
kemudian dari siapa kredit itu diberikan. Kasmir, 2003 : 101
Pengertian kredit Menurut Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.
Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu dengan imbalan atau bagi hasil. Harijanto, 1996 : 8.
Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan
uang. Contoh berbentuk tagihan kredit barang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kredit ini berarti
nasabah tidak memperoleh uang tetapi rumah, karena bank membayar langsung ke developer dan nasabah hanya membayar cicilan rumah
tersebut tiap bulan. Kemudian adanya kesepakatan antara bank kreditur dengan nasabah penerima kredit debitur, bahwa mereka sepakat sesuai
dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta
bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi, apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah disepakati
dan dibuat bersama. Dan yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dan berdasarkan prinsip
syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank prinsip konvensional keuntungannya diperoleh melalui bunga, sedangkan
prinsip syariah diperoleh berupa imbalan atau bagi hasil.
2.2.2.2. Tujuan Kredit
Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri dari falsafah yang dianut oleh suatu negara. Keuntungan atau profitability
merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima dan karena Pancasila adalah sebagai dasar falsafah
negara kita, maka tujuan dari pemberian kredit tidak semata-mata mencari keuntungan semata, melainkan disesuaikan dengan tujuan
negara kita yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian maka tujuan
kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk :
a. Turut menyukseskan pemerintahan.
b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan
fungsinya guna menjamin terpenuhinya hubungan masyarakat. c.
Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.
Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara :
a. Kepentingan pemerintah.
b. Kepentingan masyarakat .
c. Kepentingan pemilik modal. Kasmir,2003 : 105.
2.2.2.3. Fungsi Kredit Perbankan
Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu organisasi-organisasi
bank selalu diikutsertakan dalam menentukan kebijakan di bidang moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek dan lain–lain. Hal
ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit dan kredit yang diberikan oleh bank berpengaruh sangat luas dalam
segala hal bidang kehidupan, khususnya bidang ekonomi. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan
perdagangan antara lain sebagai berikut : a.
Kredit dapat meningkatkan daya guna uang. Para pemilik modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya
kepada perusahaan atau industri yang memerlukan untuk meningkatkan usahanya. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan
lalu lintas uang. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat
menciptakan pembayaran baru sehingga apabila dilakukan pembayaran melalui cek, giro, wesel maka akan dapat
meningkatkan peredaran uang giral dan kredit perbankan yang ditarik secara tunai akan dapat meningkatkan peredaran uang
kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang.
b. Kredit dapat meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat meningkatkan peredaran barang baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang dari suatu
tempat dan menjualnya ke tempat lain, sehingga dapat meningkatkan manfaat dari suatu barang.
c. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Kredit harus diarahkan pada sektor yang produktif dengan pembatasan kwalitatif dan kwantitatif. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar bisa diekspor.
d. Dapat meningkatkan kegairahan berusaha
Dengan adanya kredit yang diberikan oleh bank kepada pengusaha maka akan mengatasi kekurangmampuan pengusaha tersebut di
bidang permodalan. Sehingga dengan adanya bantuan tersebut maka pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
e. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
Dengan bantuan kredit, maka pengusaha akan dapat memperluas sasarannya dan membutuhkan tenaga-tenaga kerja tersebut, maka
pemerataan pendapatan akan meningkat pula. f.
Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Bantuan-bantuan yang diberikan secara kredit tidak saja dapat
mempererat hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan
tapi juga
dapat meningkatkan
hubungan internasional.
Kasmir, 2003 : 107-108.
Unsur-Unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan trust, sehingga dengan demikian pemberian kredit
merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau dia betul-betul yakin bahwa si
penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua
belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat dalam kredit adalah : a.
Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit
bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai
jangka waktu kredit.
b. Kesepakatan Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing- masing.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu pendek dibawah 1 tahun, jangka waktu menengah 1 sampai 3
tahun atau jangka waktu panjang diatas 3 tahun. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah
disepakati oleh kedua belah pihak. d.
Resiko Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya suatu pemberian kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit,
maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya. e. Balas
jasa Bagi bank balas jasa merupakan suatu keuntungan atau pendapatan
atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvesional balas
jasa kita kenal dengan bunga. Kasmir, 2003 : 103-104
2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit
Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit
juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah.
Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara
umum jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain : 1.
Di lihat dari segi kegunaan a.
Kredit investasi Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang
biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek untuk keperluan rehabilitasi.
b. Kredit modal kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. c.
Kredit perdagangan Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya.
Kasmir, 2003 : 109.
2.2.2.6. Penilaian Kredit
Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit merupakan suatu nilai untuk menentukan nilai kredit, dikenal beberapa
prinsip dalam melakukan penilaian atas permohonan kredit. Prinsip yang sudah lazim digunakan adalah 5C atau 6C, yaitu :
a. Character Kepribadian, moral, kejujuran dari calon nasabah perlu
diperhatikan sehubungan untuk mengetahui apakah dapat memenuhi kewajibannya dengan baik yang timbul dari persetujuan
kredit yang diadakan. Hal ini perlu diperhatikan sehubungan dengan character adalah sifat pribadi dan lain-lain.
b. Capacity Yang dimaksud dengan capacity di sini adalah, kemampuan calon
nasabah dalam mengembangkan dan mengendalikan usahanya serta kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit.
Kemampuan calon nasabah dapat dilihat, antara lain : 1. Pengetahuannya tentang usaha yang dihubungkan dengan
pendidikan maupun kejujuran. 2. Pengalaman-pengalaman usahanya dalam menyesuaikan diri
dengan kondisi perekonomian serta mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.
3. Kekuatan perusahaan sekitar dalam sektor usaha yang dijalankannya.
c. Capital Adalah modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia atau
telah ada sebelum mendapatkan fasilitas kredit. Keadaan struktur dan sifat permodalan tersebut akan menentukan seberapa besar
fasilitas kredit bank yang akan diberikan sebagai tambahan modal. d. Collateral
Yaitu menjamin yang diberikan oleh calon nasabah. Jaminan ini bersifat sebagai jaminan tambahan karena jaminan utama kredit
adalah pribadi bagi calon nasabah. e. Condition of economy
Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan yang sehubungan dengan permohonan kredit tidak saja kondisi ekonomi secara umum di
mana perusahaan calon nasabah itu berada, misalnya kondisi perdagangan serta persaingan di lingkungan usaha calon nasabah.
Harijanto, 1996 : 9.
2.2.2.7. Pengertian Kredit Usaha Kecil KUK
Kredit Usaha Kecil KUK adalah kredit yang diberikan kepada nasabah kecil dengan plafon kredit maksimum Rp.250.000.000,- untuk
membiayai usaha yang produktif. Kredit tersebut dapat berupa kredit
investasi maupun kredit modal kerja. Susilo, dkk, 2000 : 82-83.
Kredit Usaha Kecil KUK adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam rupiah
dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan platfond kredit keseluruhan maksimum Rp 500.000.000,- untuk membiayai usaha yang
produktif, yaitu usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam
menghasilkan barang dan jasa. Suhardjono, 2005:53.
Kredit Usaha Kecil adalah yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000,- diluar
tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp1.000.000.000,- per tahun dengan plafond kredit maksimum
sebesar Rp 500.000.000,- untuk membiayai usaha yang produktif.
Suhardjono, 2005:54.
Jadi kesimpulanya Kredit Usaha Kecil KUK adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk modal kerja yang diberikan kepada nasabah
usaha kecil untuk membiayai usaha yang produktif yaitu usaha yang memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang atau jasa.
Dalam menumbuh kembangkan industri kecil setidaknya dilandasi beberapa alasan:
a. Menyerap tenaga kerja.
b. Pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan
ekonomi. c.
Memberikaan tambahan pendapatan untuk mempertahankan hidup tenaga kerja.
2.2.2.8. Ketentuan Kredit Usaha Kecil KUK
Sejak tanggal 4 januari 2001, Bank Indonesia telah menyempurnakan ketentuan tentang kredit usaha kecil yang melalui
Peraturan Bank Indanesia PBI No. 32PBI2001 tentang pemberian kredit usaha kecil yang pokok-pokoknya meliputi:
a. Bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian kredit
usaha kecil. b.
Bank wajib mencantumkan recana pemberian kredit usaha kecil dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan RKAT.
c. Bank wajib mengumumkan pencapaian pembinaan kredit usaha
kecil kepada masyarakat melalui laporan keuangan publikasi. d.
Plafon kredit usaha kecil diisesuaikan menjadi Rp. 500.000,- pernasabah.
e. Bank yang menyalurkan kredit usaha kecil dapat meminta bantuan
teknis dari Bank Indonesia. f.
Penggenaan sanksi dan intensif dalam rangka pencapaian kewajiban
kredit usaha
kecil dihapusakan.
Partomo, dkk, 2002 : 33.
2.2.2.9. Hubungan Besarnya Jumlah Kredit Usaha Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil
Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank adalah meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin
terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan memperoleh laba agar kelangsungan
hidup suatu
perusahaan terjamin
dan dapat
memperluas usahanya yang dapat meningkatkan pendapatan industri
kecil. Suyatno, 1995 : 15.
2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil 2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara
lain. Batas usia yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun
tergolong sebagai tenaga kerja. Dumairy, 1997 : 74.
Tenaga kerja man power adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan
jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Suroto, 1992 : 17.
Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu
angkatan kerja labour force dan
bukan angkatan
kerja.
Suparmoko, 1992 : 114.
Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk
diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja,
dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada
kesempatan kerja. Sumarsono, 2003 : 5.
Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga
walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan
sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Simanjuntak, 1995 : 2.
2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia
melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga
hal, yaitu : a.
Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak mempunyai cacat mental.
b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak
memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal. c.
Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti
orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas
kemauannya sendiri mencari pekerjaan. Dumairy, 1997 : 75.
Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan
pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak
bekerja penuh. Suparmoko, 1992 : 67.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja
atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.
2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja
Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Sumarsono, 2003 : 116.
Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak
mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang
sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan
menjadi 3 golongan, yaitu: a.
Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya sekolah.
b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang
mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah.
c. Golongan lain-lain, yaitu :
1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan
sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas
hak milik. 2.
Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain. Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut
pendekatan angkatan kerja labour force approach, yang
diperkenalkan oleh International Labour Organization ILO. Dumairy, 1997 : 74.
Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja
Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber
Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.
Penduduk Tenaga Kerja
Bukan Tenaga Kerja Bukan Angkatan
Angkatan Kerja
Penerima Pendapatan
Mengurus Rumah Tangga
Sekolah
Setengah Pengangguran Bekerja Penuh
Bekerja Pengangguran
Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah
Tidak Kentara Kentara yang kerja sedikit
Keterangan :
Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya
dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.
Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur.
Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah
pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang
rendah. Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal
karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang
tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan
pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya. Simanjuntak, 1995 : 16.
2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian
kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam
permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang
bersangkutan. Suroto, 1992 : 21.
Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Upah VMPP
L
D w
1
w w
2
D = MPP
L X
P A
N B Penempatan
Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta,
Halaman 75.
Keterangan :
Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan Value marginal physical pruduct of VMPP
L
untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100
orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPP
L
nya dan besarnya sama dengan : MPP
L
X P = W
1
. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku W. Oleh karena itu laba perusahaan
akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga
ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPP
L
X P sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.
2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran
tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan
tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. Suroto, 1992 : 22.
Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga kerja
Upah N
s
P
e
= 2.0 W
2
N
s
P
e
= 1.0 W
1
N
1
Tenaga kerja Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM,
Yogyakarta, Halaman 16.
Keterangan :
Pada harga harapan P
e
= 1.0. Upah nominal adalah W
1
maka jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N
1
. Apabila harga harapan naik menjadi P
e
= 2.0; tingkat upah w
2
akan memberikan upah riil yang sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N
1
. Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik,
yakni apabila upah nominal naik menjadi W
2
sedang yang diharapkan tetap tidak berubah pada P
e
= 1.0
Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja
Upah Nominal
W
L
N
S
P
1
W
1
W
2
N
D
P
1
N
2
N
1
N
3
L Tenaga Kerja
Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM,
Yogyakarta, Halaman 16.
Keterangan :
Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat upah riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang
ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah nominal W
1
dengan jumlah tenaga kerja N
1
pada harga P
1
. Jika upah nominal turun menjadi W
2
, dengan harga tetap P
1
berarti upah riil turun, jumlah tenaga kerja yang diminta N
3
melebihi yang ditawarkan N
2
. Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat
upah naik sampai ke W
1
kembali dimana tingkat upah riil juga kembali sama seperti semula.
2.2.3.6. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil dengan Peningkatan Pendapatan Industri Kecil
Tenaga merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam
peningkatan pendapatan industri kecil karena semakin banyak jumlah
tenaga kerja dipakai maka produktivitas untuk setiap proses produksi atau dalam menciptakan serta memperbesar nilai suatu barang akan meningkat
dan hasil produksinya juga semakin besar sehingga nantinya akan menambah pendapatan yang akan diterima oleh industri kecil.
2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi 2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Sukirno, 2004 : 9.
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. Todaro, 1993 : 99.
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti dengan meningkatnya pendapatan perkapita dalam suatu periode
perhitungan tertentu. Putong, 2003 : 252.
Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi diatas, pertumbuhan ekonomi mempunyai tiga komponen yaitu :
a. Pertumbuhan suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus
menerus persediaan barang. b.
Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam
penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. c.
Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi dengan inovasi
yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat
dimanfaatkan secara tepat. Jhingan, 1991 : 72.
2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan
hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah
usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan
ekonomi. Didalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan
berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama pertanian dan
pertambangan yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekuangan tenaga ahli dan kekurangan
pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak.
Terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah di
lain pihak, membatasi kemungkinan untuk mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut
mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat
diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat. b.
Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah
tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan,
latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas
bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya
perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
sesuatu negara juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam
sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak kegiatan ekonomi yang dijalankan.
Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat
pertambahan itu kepada luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang
dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan
dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.
c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang
sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar perannya dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk
menangkap ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan
mengalami kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari makanannya sehari-hari.
Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan
yang dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang modal yang sangat bertambah
jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan
kemajuan ekonomi yang tinggi. Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami
perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih rendah daripada yang dicapai pada masa kini. Tanpa adanya
perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang
sangat rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya mengalami perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan ekonomi
yang berlaku di berbagai negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa
efek yang positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan oleh karenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.
d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis
mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem
sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan.
Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern
dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial
dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan tanah, atau dimana luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis,
pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang diharapakan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai
dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan
dorongan yang besar kepada pertumbuhan ekonomi. Sikap yang sedemikian itu antara lain adalah sikap berhemat yang bertujuan
untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap yang sangat menghargai kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk
mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam
masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi,
pemerintah haruslah berusaha untuk menghapuskan hambatan- hambatan tersebut. Perombakan dalam sistem sosial, seperti
misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah dan memberikan tanah kepada para petani yang tidak memiliki tanah, adalah suatu
langkah yang perlu dilakukan. Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan.
Perubahan itu terutama harus ditujukan agar masyarakat bersedia
atau bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan
yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas
fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan
masyarakat. Sukirno, 2004 : 430-432.
2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlulah dihitung pendapatan nasional riil, yaitu
Produk Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Dalam perhitungan pendapatan nasional dan komponen-komponennya menurut
harga tetap yaitu pada harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah: cara I
Dimana :
G = Tingkat pertumbuhan ekonomi PN Riil
1
= Pendapatan nasional tahun pertahun pertumbuhan ekonomi
dihitung 100
1
X Riil
PN Riil
PN Riil
PN
100
1
X Riil
PN Riil
PN Riil
PN G
……Sukirno, 2004 : 56.
PN Riil = PN Riil
= Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya. Sedangkan suatu negara yang tidak melakukan pendapatan nasional
menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap: 1 menghitung
pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai
berikut: cara II
Dimana :
PN Riil = Pendapatan nasional riil tahun I
Hii =
Indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional
PN Masa kini i = Pendapatan nasional pada masa kini pada
tahun I.
Apabila menggunakan cara II perhitungan diatas telah didapat data pendapatan nasional riil untuk berbagai tahun, 2 tingkat
pertumbuhan ekonomi telah dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan persamaan perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi cara I.
Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain : a.
Produk Domestik Bruto PDB Produk Domestik Bruto PDB merupakan jumlah barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun
1
100 HI
X PN Masa kini i ……...….…Sukirno, 2004 : 56.
dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat
pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.
b. Produk Domestik Bruto Perkapita
Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan
penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto PDB saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk
domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk. c.
Pendapatan Perjam Kerja Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat
untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih
tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan lebih
maju dari negara lain. Suparmoko, 2000 : 205.
2.2.4.4. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow
Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya
pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic Growth”.
Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap
tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah : 1.
Masyarakat tradisional the traditional society 2.
Prasyarat untuk lepas landas the precondition for take-off 3.
Lepas landas the take-off 4.
Gerakan ke arah kedewasaan the drive to maturity 5.
Masa konsumsi tinggi the age of high mass consumption. Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut
diatas sebagai berikut. 1.
Masyarakat tradisional the traditional society Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang dalam
kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun, baik dalam
berproduksi maupun dalam tata caraadat istiadat. Tingkat produktivitas mereka masih sangat terbatas karena sebagian besar
sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya
kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan ayahnya, kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini
kecil sekali kemungkinan misalnya, bagi anak seorang petani biasa untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih
tinggi dari petani.
2. Prasyarat untuk lepas landas the precondition for take-off
Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat telah mulai sadar terhadap pentingnya pembangunan ekonomi. Ide-ide baru telah
mulai diterima untuk mencapai kemajuan hidup mereka. Masa ini disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat untuk landas. Ciri-
ciri penting dalam masyarakat ini adalah adanya perubahan sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan
ekonominya mulai bergerak dinamis, industri-industri bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga
keuangan resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada
industri kecil. Bila perubahan-perubahan seperti itu timbul, yang menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi, maka proses
pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlangsung. Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara
sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas landas.
3. Lepas landas
the take-off Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan peristiwa yang
selalu berlangsung. Pada permulaannya terjadi perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik,
terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, dan terbukanya pasar-pasar baru. Akibat dari perubahan ini akan tercipta
pembaruan-pembaruan secara teratur dan terjadi peningkatan penanaman modal. Penanaman modal yang tinggi akan
meningkatkan pendapatan nasional yang melebihi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita
semakin lama akan semakin bertambah besar. Terdapat tiga ciri untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas
landas atau belum, yakni : a.
Kenaikan penanaman modal yang produktif meningkat dari 5 atau kurang menjadi 10 dari Produk
Nasional Netto. b.
Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.
c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial,
ekonomi dan institusional yang akan mewujudkan segala kegiatan yang merupakan perluasan dari sektor modern dan
potensi ekonomi ekstern yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang
akan terus berlanjut. 4.
Tahap gerakan ke arah kedewasaan the drive to maturity Dalam tahap ini, masyarakat sudah secara efektif menggunakan
teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut
dan sektor-sektor andalan baru akan muncul untuk menggantikan
sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap ke arah
kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah sebagai berikut :
a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan
dimana peranan sektor industri semakin penting, sementara sektor pertanian semakin menurun karena berpindahnya
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.
b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami
perubahan, dimana manajer profesional lebih berperan penting dari pada pengusaha yang merangkap jadi pemilik.
c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang
diciptakan oleh industrialisasi polusi, permintaan dari buruh, suara mesin sehingga mulai memunculkan kritik-kritik
terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh. 5. Tahap
konsumsi tinggi
the age of high mass consumption Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju kepada masalah-
masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada tiga tujuan
masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintah agar produksi
mereka benr-benar dapat habis terjual, yaitu dengan cara :
a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain
untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas negara-negara tersebut.
b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata dengan
mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin
tinggi pendapatan semakin besar pula tarif pajak. c.
Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi kebutuhan utama yang sederhana atas makanan, pakaian, dan
perumahan. Peningkatan konsumsi itu meliputi barang- barang tahan lama dan barang-barang mewah.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith
Adam Smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu suasana yang mengakibatkan perekonomian
akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang
pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian
kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan laissez faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimumkan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai oleh masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu pertumbuhan
output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu :
1. Sumber-sumber alam
2. Perkembangan penduduk
3. Jumlah persediaan barang modal.
Sumber–sumber alam yang tersedia sangat menentukan pertumbuhan ekonomi dan merupakan batas maksimum dari
pertumbuhan ekonomi tersebut. Agar tercapai pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan
modal yang ada. Perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi serta memperluas pasar yang pada
gilirannya akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut sehingga menyebabkan tingkat kegiatan
ekonomi bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat
proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong
perkembangan teknologi. Apabila pembangunan telah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara
kumulatif sehingga pasar berkembang dan spesialisasi terjadi, dan pada akhirnya menimbulkan kenaikan produktivitas.
Sejalan dengan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang diikuti dengan kenaikan produktivitas yang
mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang cukup tinggi. Kedua hal itu
akan memberikan dorongan yang lebih besar kepada para pengusaha untuk mengadakan inovasi dan mengembangkan
teknologi. Dengan demikian, perkembangan ekonomi akan terus berlangsung dan pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Ricardo dan Malthus
Menurut pandangan Ricardo dan Malthus, dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai stationary state atau suatu
keadaan ketika perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali mandek. Perbedaan pandangan kedua ahli ini dengan Smith
terletak pada peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi. Menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang
cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan
menerima upah yang sangat minim yang hanya cukup untuk hidup subsistence level. Teori Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori
perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Malthus dan teori hasil lebih yang semakin berkurang.
Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo adalah sebagai berikut. Mulanya jumlah penduduk masih sedikit dan
kekayaan alam relatif cukup banyak sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang besar. Laba yang tinggi akan
menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi juga. Hal itu akan meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan pula
bertambahnya permintaan terhadap tenaga kerja, yang pada akhirnya pendapatan tenaga kerja juga akan naik.
Akan tetapi, karena pekerja yang digunakan lebih banyak sedangkan luas tanah tetap, maka tambahan hasil yang diciptakan
oleh seorang pekerja akan menjadi semakin kecil. Pertambahan penduduk secara terus-menerus akan mengakibatkan sewa tanah
semakin lama makin menjadi bagian yang cukup besar dari seluruh pendapatan nasional dan mengurangi tingkat keuntungan para
pengusaha. Akibatnya, dorongan untuk pembentukan modal menurun dan akhirnya akan menurun pula permintaan terhadap
tenaga kerja. Tingkat upah akan menurun mencapai tingkat yang rendah sekali, yaitu sekedar cukup untuk hidup. Pada tingkat ini
perekonomian akan mencapai titik stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan berlaku lagi karena pengusaha tidak
memperoleh keuntungan yang cukup. Sedangkan yang memperoleh keuntungan tersebar adalah para tuan tanah yang
menerima sewa tanah yang tinggi. Kemajuan teknologi akan dapat mempertinggi tingkat upah
sehingga produktivitas juga naik. Proses pertumbuhan dapat
berjalan terus dan keadaan ini berlangsung tidak lama karena pertambahan penduduk selanjutnya akan menurunkan kembali
tingkat upah dan tingkat keuntungan. Kemajuan teknologi tidak dapat menghalangi terjadinya stationary state tetapi hanya mampu
menunda masa terjadinya untuk sementara waktu. Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo adalah sebagai berikut :
1. Sumber alam yang terbatas jumlahnya tanah.
2. Perubahan tenaga kerja bertambah atau berkurang sesuai.
3. Dengan perubahan tingkat upah minimum.
4. Pembentukan modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh
para pengusaha cukup tinggi berada di atas tingkat keuntungan minimal.
5. Kemajuan teknologi terjadi secara terus-menerus.
6. Peranan sektor pertanian lebih dominan.Ritonga, 2003: 160-169.
2.2.4.5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Peningkatan Pendapatan Industri
Kecil
Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat akan menghasilkan perubahan bagi masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidupnya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi memacu manusia untuk bekerja lebih keras dalam memenuhi tuntutan hidup sesuai dengan
jamannya. Kerja keras dalam pertumbuhan ekonomi pasti berpengaruh terhadap situasi dan kondisi sosial ekonomi suatu masyarakat, terutama
bertambah besarnya pendapatan masyarakat. Dengan pendapatan yang lebih besar masyarakat berkesempatan untuk mengkonsumsi barang dan
jasa lebih banyak. Semakin besarnya konsumsi masyarakat menandakan daya beli beli masyarakat akan suatu barang dan jasa meningkat hal ini
akan meningkatkan pula pendapatan yang akan diperoleh industri kecil.
2.2.5. Jumlah Industri Kecil 2.2.5.1. Definisi Industri dan Industri Kecil
Definisi mengenai industri itu bermacam-macam, namun pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Adapun definisi industri adalah:
a. Industri adalah usaha produktif terutama dalam bidang produksi
atau perusahaan tertentu untuk menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan peralatan perhubungan yang
menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah relatif besar.
Winardi, 1992 : 181.
b. Departemen Perindustrian dan Badan Koordinasi Penanaman
Modal Industri adalah badan usaha yang penanaman modalnya dalam
badan usaha berupa lahan, tidak melebihi Rp. 200 juta. Selain itu
pemilik usaha kecil harus seorang warga negara Indonesia. Anonim, 1994: 91.
c. Biro Pusat Statistik
Industri Kecil adalah perusahaan yang menggunakan jumlah
tenaga kerja 5 sampai 19 orang pekerja. Anonim, 1994 : 90.
d. Bank Indonesia
Industri kecil adalah industri yang aset nettonya bernilai kurang
dari Rp. 100 juta. Anonim, 1994 : 91.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Industri Kecil adalah Perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang
sederhana, jumlah tenaga kerja yang minim sekali antara 5-19 orang serta modal yang ada jumlahnya lebih kecil dibanding dengan industri
besar atau industri menengah.
2.2.5.2. Macam-Macam Industri
Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu:
a. Pengelompokkan industri yang dilakukan oleh Departemen
Perindustrian, yang dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu: 1.
Industri Dasar Yang meliputi Kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar
IMDL dan kelompok industri kimia dasar IKD. Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi maju,
teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan
tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya. 2.
Industri Hilir Yaitu kelompok Aneka Industri AI yang meliputi antara lain:
industri yang mengolah sumber daya lautan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber
daya pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan atau pemerataan memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah
teknologi menengah dan atau teknologi maju. Dari pengertian tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa industri
adalah proses merubah bahan dan barang agar menjadi lebih tinggi nilainya bagi masyarakat dan pemakai barang.
3. Industri Kecil
Yang meliputi antara lain industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri galian
bukan logam. Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan teknologi, teknologi yang
digunakan menengah atau sederhana dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah
kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan
memanfatkan pasar dalam dan pasar luar negeri ekspor.
Arsyad, 1992:306.
b. Pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga yang
dipekerjakan, menurut Biro Pusat Statistik BPS, pengelompokkan industri dengan cara ini dibedakan menjadi 4,
yaitu: 1.
Industri Besar, dengan mempekerjakan 100 orang atau lebih dalam setiap industri.
2. Industri Sedang, dengan mempekerjakan 20 sampai 99 orang
dalam setiap industri. 3.
Industri Kecil, dengan mempekerjakan 5 sampai 19 orang dalam setiap industri.
4. Industri Kerajinan Rumah tangga, dengan mempekerjakan 1
sampai 4 orang dalam setiap industri.
2.2.5.3. Kriteria Industri Kecil
Kriteria untuk industri kecil adalah sebagai berikut : a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar.
c. Milik warga negara Indonesia.
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.
e. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum
termasuk koperasi. Anonim, 1997:5.
2.2.5.4. Kebijakan Pengembangan Industri
Pada dewasa ini terutama dalam pembangunan industri kecil diharapkan dapat meningkatkan nilai produksi industri kecil antara lain
melalui perbaikan sistem produksi, peningkatan kemampuan manajerial dan penyempurnaan iklim usaha. Oleh karena itu Departemen
Perindustrian menekankan pelaksanaan program pengembangan usaha kecil yang terdiri dari rincian sebagai berikut:
1. Pengembangan industri kecil termasuk industri tradisional dalam
upaya menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.
2. Pengembangan kewiraswastaan dan profesionalisme tenaga kerja
pada industri kecil yang mencakup aspek kualitas dan kuantitas. 3.
Program pelatihan terus menerus untuk pengusaha kecil yang menjalankan usaha kecil.
4. Program bapak angkat untuk mendorong perkembangan industri
kecil, terutama dalam menanggulangi masalah-masalah pemasaran dan penyediaan bahan baku mereka.
5. Keharusan perusahaan besar dan menengah untuk menjadi bagian
sahamnya 25 kepada koperasi, termasuk diantaranya industri
kecil. Tambunan, 2002:89.
2.2.5.5. Hubungan Jumlah Industri Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil
Jika jumlah industri kecil yang ada meningkat maka industri kecil tersebut dapat mengembangkan usahanya dan secara tidak langsung hasil
produksi juga akan meningkat, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil.
2.3. Kerangka Pikir