ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG.

(1)

SKRIPSI

Oleh : RUDYANSAH 0511010187 / FE / IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Ibu Dra. Hj. Ec. Titiek Nurhidayati, selaku dosen pembimbing utama telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu peneliti juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan


(3)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya, Departemen Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) cabang Kota Surabaya, dan Bank Indonesia (BI) cabang Kota Surabaya yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti


(4)

iii

bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Juli 2010


(5)

xiv Oleh : Rudyansah ABSTRAKSI

Pembangunan industri, sebagai motor penggerak perekonomian, akan terus didorong perannya karena telah terbukti memberi kontribusi yang berarti terhadap pembangunan nasional. Mengingat perannya yang strategis, sektor industri khususnya industri kecil, perlu ditingkatkan kinerjanya. Berbagai upaya perbaikan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap kemerosotan kinerja sektor industri telah dilakukan, namun kinerja itu tampaknya belum sepenuhnya pulih. Hal ini disebabkan adanya permasalahan yang membutuhkan perhatian dan perlu segera diatasi.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) cabang Kota Surabaya, dan Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994-2008. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic

Program For Social Science) versi 15.0. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji F dan uji t statistik.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Investasi Industri Kecil (X1), Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil

(X2) Pertumbuhan Ekonomi (X3), dan Jumlah Industri Kecil (X4) berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1), dan Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang

(Y2) .

Sedangkan pengujian secara parsial variabel variabel bebas, yaitu Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2) dan Jumlah Industri Kecil (X4) berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1), Investasi Industri Kecil (X1) dan Pertumbuhan Ekonomi

(X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu

Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1).

Sedangkan pengujian secara parsial variabel bebas, yaitu Investasi Industri Kecil (X1) dan Pertumbuhan Ekonomi (X3) berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y2), Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2) dan Jumlah Industri Kecil (X4)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y2).

Variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1) adalah variabel Jumlah Tenaga Kerja

Industri Kecil (X2) dan Jumlah Industri Kecil (X4), Sedangkan variabel yang

mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y2) adalah variabel Investasi Industri Kecil (X1) dan

Pertumbuhan Ekonomi (X3).

Kata Kunci : Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1), Pendapatan

Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y2), Investasi Industri Kecil

(X1), Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2), Pertumbuhan


(6)

1 1.1. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian Indonesia sampai saat ini mewujudkan suatu tingkat kemajuan yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut merupakan langkah untuk menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan yang ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, merata materiil dan sprituil berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan pembangunan ekonomi diharapkan pada terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras adil dan merata. Sehubungan dengan itu dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sektor industri memegang paranan yang sangat penting.

Industrialisasi merupakan alat pokok pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Selain berperan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produktivitas masyarakat, juga berperan menciptakan lapangan usaha serta memperluas lapangan kerja, meningkatkan serta meratakan dan mengentaskan kemiskinan.


(7)

Didalam pelaksanaan pembangunan nasional modal dan potensi yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Pelaksanaan pembangunan disamping bertujuan untuk meningkatkan pendapatan industri kecil juga untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan industri kecil dan untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan bagi seluruh rakyat dengan rasa keadilan dalam ruang mewujudkan asas keadilan sosial. Dengan demikian pembangunan tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan tetapi juga untuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.

Perkembangan industri kecil dari waktu ke waktu secara rutin harus dilakukan pengkajian, penyempurna dan peningkatan. Hal ini disebabkan kondisi industri kecil pada umumnya lemah dalam kredit modal kerja. Dalam pembinaan dan pemanfaatan modal akan membawa dampak yang lebih baik terhadap perkembangan pendapatan industri kecil itu sendiri, karena secara langsung kredit merupakan salah satu yang paling penting sebagai faktor penunjang dan pendukung terhadap aktivitas pengusaha dalam meningkatkan pendapatan industri kecil dan memperluas usaha yang dimilikinya. Oleh sebab itu pihak bank memberikan kemudahan dan syarat-syarat yang ringan yaitu tingkat suku bunga yang rendah dan jangka waktu pengambilan yang relatif panjang. (Anonim, 1999 : 197).

Perkembangan industri kecil dipengaruhi oleh variabel atau faktor yang bersumber dari dalam unit usaha maupun yang berasal dari luar.


(8)

Faktor dari dalam termaksud antara lain : (1) kemampuan manajerial, (2) pengalaman pemilik atau pengelola, (3) kemampuan untuk mengakses pasar input dan output, teknologi produksi, dan sumber-sumber permodalan, serta (4) besar kecilnya modal yang dimiliki. Sedangkan beberapa faktor eksternal termaksud, antara lain : (1) dukungan berupa bantuan teknis dan keuangan dari pihak pemerintah atau swasta, (2) kondisi perekonomian yang dicerminkan dari permintaan pasar domestic maupun dunia, dan (3) kemajuan teknologi dalam produksi. (Soeroso, 2007 : 2).

Salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan industri kecil Antara lain: Pada tahun 1995 pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang Industri Kecil. Dikeluarkannya undang-undang ini dengan pertimbangan bahwa dalam pembangunan nasional ,industri kecil sebagai integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, potensi dan peran strategis dalam mewujudkan struktur yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Selanjutnya adalah usaha untuk memberikan perhatian bahwa untuk membina dan mengembangkan indutri kecil. Upaya tersebut berusaha untuk menjadikan dunia usaha nasional mampu menjadi kekuatan nasional yang tangguh. Disamping itu juga diperlukan struktur dunia usaha nasional yang andal dan kukuh antara lain ditunjukkan dengan semakin menguatnya peranan industri


(9)

kecil dan industri besar yang tangguh dan saling menyangga antara industri kecil dan industri besar.

Sejalan dengan hal tersebut, Dalam proses pengembangannya sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan di berbagai sektor untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitarnya guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Upaya peningkatan kemampuan dan ketrampilan para pengusaha dalam pengolahan industri kecil disekitarnya merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini mengingat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan usaha dan industri sehingga menimbulkan pesaing yang tajam baik dari segi pemasaran maupun kualitas produk. Industri kecil pada umumnya dikelola oleh golongan ekonomi lemah dengan modal relatif kecil dan sistem pengolahannya hanya masih tradisional. Untuk meningkatkan peranan usaha kecil tidak saja dilihat dari aspek pengusaha akan tetapi sangat penting ditinjau dari aspek ekonomi, karena pada umumnya industri bersifat padat karya yang maksudnya menyerap banyak tenaga kerja. (Anonim, 2001 : 2).

Untuk mengatasi masalah pengangguran di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang, tampaknya industri kecil mampu memberikan lapangan kerja baru kepada masyarakat, karena industri kecil bersifat karya sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar sehingga dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Dalam usaha mendorong kelancaran kegiatan usaha industri kecil di Kabupaten


(10)

Gresik dan Kabupaten Jombang tidak terlepas dari berbagai pembinaan dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pemerintah Kabupaten Gresik dan Jombang.

Dalam usaha mengembangkan industri kecil perlu adanya peningkatan investasi yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan produksi, maka perlu adanya tambahan tenaga kerja yang ikut menangani terhadap proses produksi. Akibat penambahan tenaga kerja berarti memperbesar pengeluaran upah untuk tenaga kerja tersebut.

Perkembangan pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik selama 5 tahun terakhir (2004-2008) cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar Rp.44.307.820. Pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar Rp.46.181.151. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp.48.794.980. Pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar Rp.41.663.716. Pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar Rp.39.241.145. (Anonim, 2008 : 112).

Perkembangan pendapatan industri kecil di Kabupaten Jombang selama 5 tahun terakhir (2004-2008) cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar Rp.32.061.000. Pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar Rp.18.820.500. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp.10.752.200. Pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar Rp.15.221.500. Pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar Rp.10.391.044. (Anonim, 2008 : 241).


(11)

Dalam proses pengembangannya sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan diberbagai sektor untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitar guna meningkatkan pendapatan industri kecil itu sendiri serta bisa memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja sehingga dapat menambah pendapatan khususnya masyarakat kecil. Bila sektor ini tumbuh dan berkembang serta diiringi dengan pembinaan yang baik maka usahanya akan menjadi mantap, sehat, dan dinamis. Tentu saja hal ini tidak lepas dari dorongan usaha dan bantuan dari pemerintah Kabupaten Gresik dan pemerintah Kabupaten Jombang melalui dinas perindustrian dan perdagangan masing-masing daerah.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengamati masalah pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang dan mengkaji lebih dalam lagi tentang ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Gresik Dan Kabupaten Jombang”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Apakah investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh


(12)

terhadap pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang ?

b. Diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah variabel investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik.

b. Untuk mengetahui apakah variabel investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil Kabupaten Jombang.

c. Untuk mengetahui diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil manakah yang


(13)

mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik.

d. Untuk mengetahui diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kabupaten Jombang.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

b. Bagi Sektor Industri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik maupun Kabupaten Jombang serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi


(14)

industri yang berhubungan dengan masalah pendapatan industri kecil.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan karya ilmiah yang baik khususnya peneliti dan dapat dipakai sebagai bekal jika nantinya terjun ke masyarakat.


(15)

10 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang, antara lain : 1. Hermawati (2000), dengan judul penelitian ”Beberapa Faktor

Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan di Lingkungan Industri Kecil Kerajinan Tas Kulit di Kabupaten Gresik”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara variabel

Proporsi Modal (X1), Tingkat Pendidikan (X2), Tenaga Kerja

secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan F hitung (146,508) > F tabel (2,81). Sedangkan dari analisa

uji t, menunjukkan bahwa variabel Proporsi Modal berpengaruh

secara positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung

(7,709) > t tabel (2,2010). Variabel tingkat pendidikan berpengaruh

positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (5,255) > t

tabel (2,010). Variabel Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap

tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (2,010).

2. Parwanti (2004), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Jawa Timur”. Dari


(16)

analisa uji F disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata

antara variabel nilai Investasi (X1), jumlah tenaga kerja (X2) dan

jumlah industri kecil (X3) terhadap variabel terikat pendapatan

industri kecil di Jawa Timur (Y), dimana diketahui bahwa F hitung =

7,401 > F tabel = 3,59. Sedangkan dari analisa uji t, menunjukkan

bahwa variabel nilai investasi (X1) dan variabel Jumlah Industri

Kecil (X3) berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil di

Jawa Timur, dimana t hitung variabel Investasi (X1) = 2,231 > t tabel

= 2,201 dan variabel Jumlah Industri Kecil (X3) t hitung = -2,225

> -t tabel = -2,201. Sedangkan variabel Jumlah Tenaga Kerja (X2)

tidak berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil di Jawa Timur (Y) dimana t hitung = 0,960 < t tabel = 2,201.

3. Hermojo (2005), dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Jombang”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang nyata antara variabel nilai Investasi (X1), jumlah tenaga kerja

(X2), jumlah industri kecil (X3), dan pendapatan perkapita (X4)

terhadap pendapatan industri kecil di Kabupaten Jombang, dimana

diketahui bahwa F hitung (1920,248) > F tabel (3,48). Sedangkan dari

analisa uji t, menunjukkan bahwa variabel nilai investasi (X1),

jumlah tenaga kerja (X2), dan jumlah industri kecil (X3)

berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil di kabupaten Jombang (Y), dimana t hitung (X1) = 39,206, t hitung (X2) = 3,049 dan


(17)

t hitung (X3) = 2,657 > t tabel= 2,228. Sedangkan variabel

pendapatan perkapita (X4) tidak mempengaruhi pendapatan

industri kecil di Kabupaten Jombang, dimana t hitung (X4) = -0,204

< t tabel = 2,228. Hal tersebut diakibatkan karena mutu secara

kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan masih rendah sehingga pendapatan industri kecil masih rendah.

4. Setiawan (2003), dengan judul penelitian “Beberapa Yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Tas, Koper dan Sepatu Di Kabupaten Sidoarjo”. Permasalahan yang dibahas adalah : Apakah faktor modal sendiri

(X1), Pendidikan Pengusaha (X2), Tenaga Kerja (X3), Pengalaman

Kerja (X4), berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan

Pengusaha (Y), dimana variabel bebas berpengaruh secara positif terhadap terikat dan variabel tingkat Pendidikan Pengusaha merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat Pendapatan.

5. Basuki (2007), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kabupaten

Gresik”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang nyata antara variabel bebas jumlah industri kecil (X1), tingkat

suku bunga (X2), kredit modal kerja (X3), produk domestik regional

bruto (X4), dan investasi terhadap investasi industri kecil di


(18)

Sedangkan dari analisa uji t, menunjukkan bahwa variabel tingkat

suku bunga (X2), kredit modal kerja (X3), dan produk domestik

regional bruto (X4) berpengaruh nyata terhadap investasi industri

kecil di Kabupaten Gresik (Y). Jumlah industri kecil (X1) tidak

berpengaruh nyata terhadap investasi industri kecil di Kabupaten Gresik (Y). Hal tersebut dikarenakan perkembangan industri kecil pada masa mendatang tidak menentu, sehingga para investor ragu untuk melakukan investasi pada industri kecil yang prospek kedepannya tidak menentu. Inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap investasi industri kecil di Kabupaten Gresik, hal ini dikarenakan inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat. Jika inflasi naik akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat meskipun pendapatan naik sehingga kecenderungan untuk melakukan investasi kecil karena digunakan untuk konsumsi.

6. Mashudi (2002),dengan judul jurnal penelitian “Pengaruh Modal, Pendidikan Dan Tenaga kerja Terhadap Pendapatan Pengusaha Sepatu Sandal Kulit di Kabupaten Magetan”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari proporsi modal

(X1), tingkat pendidikan (X2), dan jumlah tenaga kerja (X3)

berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu

pendapatan pengusaha sepatu sandal kulit (Y) dengan F hitung =

11,077 > F tabel = 3,69. Sedangkan dari analisa uji t, menunjukkan


(19)

berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu

pendapatan pengusaha sepatu sandal kulit (Y) dimana t hitung (X1) =

7,709 > t tabel = 0,05. Variabel tingkat pendidikan (X2)

berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu

pendapatan pengusaha sepatu sandal kulit (Y) dimana t hitung (X2) =

5,225 > t tabel = 0,05. Sedangkan variabel jumlah tenaga kerja (X3)

tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu

pendapatan pengusaha sepatu sandal kulit (Y) dimana t hitung (X3) =

3,137 > t tabel = 0,05.

2.1.1. Perbed

p, tempat penelitian dan jumlah

aan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingku

variabel yang digunakan untuk penelitian.

Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang”, dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Industri

Kecil di Kabupaten Gresik (Y1) dan Pendapatan Industri Kecil di


(20)

dalam penelitian ini terdiri dari Investasi Industri Kecil (X1), Jumlah

Tenaga Kerja Industri Kecil (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3), dan Jumlah

Industri Kecil (X4).

ri

2.2.1.1. Penge

lah produksi indus

dan tabungan akan meningkat

pula. (Nisjar dan Winardi, 1997 : 28).

2.2. Landasan Teo 2.2.1. Pendapatan

rtian Pendapatan

Pendapatan adalah hasil dari terjemahan bahasa Inggris “Income”

yang di artikan sebagai pendapatan. Menurut pengertian yang sempit pendapatan meliputi operasional yaitu pendapatan yang timbul atau yang di hasilkan dari aktifitas produksi. Pendapatan operasional yang timbul dari laba atau rugi penjualan aktiva tetap atau investasi tidak termasuk pendapatan. Sedangkan pendapatan pada industri kecil merupakan pendapatan bruto yaitu pendapatan diperoleh dari nilai produksi industri kecil pertahun, yang merupakan harga dari produksi industri kecil yang sudah dikelola menjadi barang jadi siap dipasarkan pada konsumen. Pendapatan tersebut dapat diperoleh dengan menghitung jum

tri kecil dikalikan dengan harga produk industri kecil.

Pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama periode tertentu. Dengan demikian dapat terlihat pendapatan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan adanya peningkatan pendapatan maka konsumsi meningkat


(21)

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) sedangkan pendapatan itu sendiri terdiri dari: upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti: sewa, bunga, deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari

pemerintah seperti : tunjangan sosial atau asuransi. (Samuelson dan

Nordhaus, 1992 : 258).

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses poduksi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

2.2.2. Investasi Industri Kecil 2.2.2.1. Pengertian Investasi

Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”,

apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal” investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang-barang modal baru,


(22)

sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah investasi. (Rosyidi, 1994: 158).

Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal. Stok barang modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang

digunakan dalam proses produksi. (Dornbusch dan Fischer, 1995: 46).

Menurut Sukirno, investasi diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investor (atau pembentukan modal atau penanaman modal), meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut:

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan

peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan

kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan

mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir


(23)

Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal, selain itu bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

2.2.2.2. Teori Investasi

Menurut suparmoko, masalah investasi adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi dan terdapat 2 teori, yaitu:

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori

produktivitas batas (marginal productivity) dari faktor produksi

modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.


(24)

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan

harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa :

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari

investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya

ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu.

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep

Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu

akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga.


(25)

Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu :

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam

masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang

modal menjadi lebih tinggi. (Suparmoko, 1992 : 84).

2.2.2.3. Macam-Macam Investasi

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment (Investasi Otonomi) adalah investasi yang

besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan

sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau investasi terimbas


(26)

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang

dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public

investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal,

investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private

Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di

dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang

akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3. Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri,

sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing.

Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor

produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber-

sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4. GrossInvestment dan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi


(27)

demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai

negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih

antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp.25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp.10 juta, maka itu berarti bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp.15 juta. (Rosyidi, 1994 : 161).

2.2.2.4. Faktor – Faktor Yang Menentukan Investasi

a. Ramalan Mengenai Keadaan Dimasa Yang Akan Datang

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang-barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang.


(28)

b. Tingkat Bunga

Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi beroperasinya setiap perusahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha.

c. Perubahan Dan Perkembangan Teknologi

Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha lain, maka hal demikian itu ditanamkan mengadakan pembaharuan. Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan teknologi, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang dilakukan oleh para pengusaha.

d. Tingkat Pendapatan Nasional Dan Perubahan-Perubahannya

Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa akhir-akhir ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar peranannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya, apabila pendapatan nasional rendah biasanya nilai investasinya juga rendah.


(29)

e. Keuntungan Yang Dicapai Perusahaan

Setiap perusahaan yang sangat berkembang salah satu faktor penting yang dapat menentukan untuk kegiatan atau pengembangan investasi adalah keuntungan yang diperolehnya. Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungannya atau modal kas, maka perusahaan yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya. Ini berarti disamping mengurangi biaya investasi yang akan dilakukan secara otomatis akan menambah modal atau keuntungan perusahaan-perusahaan

yang bersangkutan. (Rosyidi, 1994: 165).

2.2.2.5. Hubungan Antara MEC (Marginal Efficiency of Capital) Dan Investasi

Di dalam waktu tertentu misalnya dalam tempo satu tahun, dalam perekonomian akan banyak individu dan perusahaan yang mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Hal ini dijelaskan dalam

hubungan Marginal Efficiency of Capital dengan Investasi. Berbagai

proyek investasi ini memiliki tingkat pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan yang tinggi dan ada pula proyek yang keuntungannya rendah. Berdasarkan atas jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang diramalkan akan diperoleh keuntungan analisis makro ekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan


(30)

Gambar 1 : Hubungan antara MEC dan Investasi

Tingkat Pengembalian Modal

Sumber : Sukirno, 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada Jakarta, Halaman : 125.

Keterangan :

Berdasarkan hal-hal yang diajukan efisiensi modal marginal dapat didefinisikan suatu kurva yang menunjukan suatu hubungan diantara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan di investasikannya. Untuk memperjelas arti konsep marginal dapat dijelaskan berikut, sumbu tegak menunjukan nilai investasi yang akan

dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Capital atau MEC

ditunjukkan dengan tiga buah titik A,B,C, Titik A menggambarkan

bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar R0 dan investasi

adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian


(31)

sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut

modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga

memberikan gambaran yang sama. Titik A menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasikan dengan tingkat pengembalian modal

R1 atau lebih dan model yang diperlukan adalah I1 dan titik C

menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang dapat menghasilkan

tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal

sebanyak I2. (Sukirno, 2004 : 124-125).

2.2.2.6. Hubungan Investasi Industri Kecil Dengan Pendapatan Industri Kecil

Jika investasi yang tertanam pada industri kecil meningkat, maka akan dapat memperluas usaha/lapangan kerja industri kecil sehingga dapat menambah jumlah barang/jumlah poduksi yang dihasilkan maka secara langsung akan mengakibatkan pendapatan meningkat dan

keuntungan yang maksimal bisa dicapai. (Sukirno, 2001 : 107).

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil 2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara lain. Batas usia yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun


(32)

Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan

jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).

Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu

angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja.

(Suparmoko, 1992 : 114).

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada

kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga) walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan


(33)

2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia

melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga

hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat

dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak

memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia

untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas

kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak

bekerja penuh. (Suparmoko, 1992 : 67).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.


(34)

2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak

bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak

mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang

sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya

sekolah.

b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang

mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah.

c. Golongan lain-lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan

sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas hak milik.

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut

pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang

diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO).


(35)

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit serta penghasilan yang tidak tetap dan pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 1995 : 16).


(36)

Gambar 2 : Komposisi Penduduk Dan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Penerima Pendapatan Mengurus

Rumah Tangga Bekerja

Pengangguran Sekolah

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Penduduk

Setengah Pengangguran Bekerja Penuh

Tidak Kentara Kentara (yang kerja sedikit)

Produktifitas Rendah Penghasilan Rendah

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang


(37)

berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang

bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21).

Gambar 3 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja Upah

VMPPL

D w1

w w2

D = MPPL X P

0

A N B Penempatan Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi

Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75.

Keterangan :

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value

marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan.

Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100

orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya

dan besarnya sama dengan : MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari

tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh karena itu laba perusahaan akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga


(38)

ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P

sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.

2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. (Suroto, 1992 : 22).

Gambar 4 : Kurva Penawaran Tenaga kerja Upah Ns (Pe = 2.0)

W2

Ns (Pe = 1.0)

W1

0

N1 Tenaga kerja

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter,Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.

Keterangan :

Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka


(39)

naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang

sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1.

Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik,

yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan

tetap tidak berubah pada Pe = 1.0.

Gambar 5 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja Upah

Nominal

WL NS (P1)

W1

W2 N

D

(P1)

N2 N1 N3 L Tenaga

Kerja

Sumber : oneter, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 16.

Keter

Nopirin, 1992, Ekonomi M

angan :

1 1 1

2 1

Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat upah riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah (nominal) W dengan jumlah tenaga kerja N pada harga P . Jika upah nominal turun menjadi W , dengan harga tetap P berarti upah riil turun, jumlah tenaga kerja yang diminta (N ) melebihi yang ditawarkan (N ). Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat


(40)

upah naik sampai ke W kembali dimana tingkat upah riil juga kembali sama seperti semula.

1

2.2.3.7. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil Dengan Pendapatan Industri Kecil

Tenaga merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

peningkatan pendapatan industri kecil karena semakin banyak jumlah

tenaga kerja dipakai maka produktivitas untuk setiap proses produksi atau dalam menciptakan serta memperbesar nilai suatu barang akan meningkat dan hasil produksinya juga semakin besar sehingga nantinya akan menambah pendapatan yang akan diterima oleh industri kecil.

2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2004 : 9).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 1993 : 99).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan Produk Domestik Regional Bruto secara berarti dalam suatu periode waktu tertentu. Produk


(41)

Domestik Regional Bruto adalah jumlah total nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dari suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian Badan Pusat Statistik ditetapkan menjadi sembilan sektor lapisan usaha, yaitu :

a. Pertanian

b. Pertambangan dan penggalian

c. Industri pengolahan

d. Listrik, gas dan air bersih

e. Bangunan

f. Angkutan dan komunikasi

g. Perdagangan, hotel dan restoran

h. Pengangkutan, persewaan dan jasa perusahaan

i. Jasa-jasa. (Putong, 2003 : 252).

Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi diatas, pertumbuhan ekonomi mempunyai tiga komponen yaitu :

a. Pertumbuhan suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus

menerus persediaan barang.

b. Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan

ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.

c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya


(42)

yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat

dimanfaatkan secara tepat. (Jhingan, 1991 : 72).

2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Didalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekuangan tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak.

Terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi (sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah) di lain pihak, membatasi kemungkinan untuk mengembangkan


(43)

berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.

b. Jumlah Dan Mutu Dari Penduduk Dan Tenaga Kerja

Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sesuatu negara juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak kegiatan ekonomi yang dijalankan.

Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan itu kepada luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan


(44)

dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.

c. Barang-Barang Modal Dan Tingkat Teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar perannya dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk menangkap ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan mengalami kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari makanannya sehari-hari.

Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih rendah daripada yang dicapai pada masa kini. Tanpa adanya perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang


(45)

sangat rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya mengalami perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek yang positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan oleh karenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.

d. Sistem Sosial Dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan.

Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan tanah, atau dimana luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis, pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang diharapakan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan


(46)

dorongan yang besar kepada pertumbuhan ekonomi. Sikap yang sedemikian itu antara lain adalah sikap berhemat yang bertujuan untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap yang sangat menghargai kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Perombakan dalam sistem sosial, seperti misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah dan memberikan tanah kepada para petani yang tidak memiliki tanah, adalah suatu langkah yang perlu dilakukan.

Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan. Perubahan itu terutama harus ditujukan agar masyarakat bersedia bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan


(47)

2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Untuk menentukan Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, dihitung berdasarkan laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam persentase atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t (sekarang) dikurangi tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dikalikan 100 % atau dengan rumus persamaan sebagai berikut :

Gt = PNB rt - PNB rt-1 X 100 % ...(Ritonga, 2003 : 159).

PNB rt-1

Dimana:

Gt = Pertumbuhan Ekonomi pada tahun t

PNB rt = Pendapatan Nasional riil pada tahun t

PNB rt-1 = Pendapatan Nasional riil pada tahun t-1

Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain :

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.


(48)

b. Produk Domestik Bruto Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto (PDB) saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Pendapatan Perjam Kerja

Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan

lebih maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).

2.2.4.4. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow

Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya

pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian

dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic Growth”.

Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah :


(49)

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

3. Lepas landas (the take-off)

4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption).

Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut diatas sebagai berikut.

1. Masyarakat Tradisional (the traditional society)

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang dalam kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun, baik dalam berproduksi maupun dalam tata cara/adat istiadat. Tingkat produktivitas mereka masih sangat terbatas karena sebagian besar sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan ayahnya, kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini kecil sekali kemungkinan misalnya, bagi anak seorang petani biasa untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih tinggi dari petani.

2. Prasyarat Untuk Lepas Landas (the precondition for take-off)

Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat telah mulai sadar terhadap pentingnya pembangunan ekonomi. Ide-ide baru telah


(50)

mulai diterima untuk mencapai kemajuan hidup mereka. Masa ini disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat untuk landas. Ciri-ciri penting dalam masyarakat ini adalah adanya perubahan sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan ekonominya mulai bergerak dinamis, industri-industri bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga keuangan resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada industri kecil. Bila perubahan-perubahan seperti itu timbul, yang menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi, maka proses pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlangsung. Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas landas.

3. Lepas Landas (the take-off)

Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan peristiwa yang selalu berlangsung. Pada permulaannya terjadi perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, dan terbukanya pasar-pasar baru. Akibat dari perubahan ini akan tercipta pembaruan-pembaruan secara teratur dan terjadi peningkatan penanaman modal. Penanaman modal yang tinggi akan meningkatkan pendapatan nasional yang melebihi tingkat


(51)

pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita semakin lama akan semakin bertambah besar. Terdapat tiga ciri untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas landas atau belum, yakni :

a. Kenaikan penanaman modal yang produktif

meningkat dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk Nasional Netto.

b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri

dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.

c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial,

ekonomi dan institusional yang akan mewujudkan segala kegiatan yang merupakan perluasan dari sektor modern dan potensi ekonomi ekstern yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang akan terus berlanjut.

4. Tahap Gerakan Ke Arah Kedewasaan (the drive to maturity)

Dalam tahap ini, masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut dan sektor-sektor andalan baru akan muncul untuk menggantikan sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap ke arah


(52)

kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah sebagai berikut :

a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan

dimana peranan sektor industri semakin penting, sementara sektor pertanian semakin menurun karena berpindahnya tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.

b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami

perubahan, dimana manajer profesional lebih berperan penting dari pada pengusaha yang merangkap jadi pemilik.

c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang

diciptakan oleh industrialisasi (polusi, permintaan dari buruh, suara mesin) sehingga mulai memunculkan kritik-kritik terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh.

5. Tahap Konsumsi Tinggi (the age of high mass consumption)

Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada tiga tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintah agar produksi mereka benr-benar dapat habis terjual, yaitu dengan cara :


(53)

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas negara-negara tersebut.

b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata dengan

mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin tinggi pendapatan semakin besar pula tarif pajak.

c. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi

kebutuhan utama yang sederhana atas makanan, pakaian, dan perumahan. Peningkatan konsumsi itu meliputi barang-barang tahan lama dan barang-barang-barang-barang mewah.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith

Adam Smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu suasana yang mengakibatkan perekonomian akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang

pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez

faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian

kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan

laissez faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimumkan


(54)

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu

pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu :

1. Sumber-sumber alam

2. Perkembangan penduduk

3. Jumlah persediaan barang modal.

Sumber–sumber alam yang tersedia sangat menentukan pertumbuhan ekonomi dan merupakan batas maksimum dari

pertumbuhan ekonomi tersebut. Agar tercapai pertumbuhan output,

sumber-sumber alam harus dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan modal yang ada. Perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi serta memperluas pasar yang pada gilirannya akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut sehingga menyebabkan tingkat kegiatan ekonomi bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi. Apabila pembangunan telah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif sehingga pasar berkembang dan spesialisasi terjadi, dan pada akhirnya menimbulkan kenaikan produktivitas.


(55)

Sejalan dengan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang diikuti dengan kenaikan produktivitas yang mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang cukup tinggi. Kedua hal itu akan memberikan dorongan yang lebih besar kepada para pengusaha untuk mengadakan inovasi dan mengembangkan teknologi. Dengan demikian, perkembangan ekonomi akan terus berlangsung dan pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi.

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Ricardo Dan Malthus

Menurut pandangan Ricardo dan Malthus, dalam jangka

panjang perekonomian akan mencapai stationary state atau suatu

keadaan ketika perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali (mandek). Perbedaan pandangan kedua ahli ini dengan Smith terletak pada peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi. Menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan menerima upah yang sangat minim yang hanya cukup untuk hidup

(subsistence level). Teori Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori

perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Malthus dan teori hasil lebih yang semakin berkurang.

Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo adalah sebagai berikut. Mulanya jumlah penduduk masih sedikit dan


(56)

kekayaan alam relatif cukup banyak sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang besar. Laba yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi juga. Hal itu akan meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan pula bertambahnya permintaan terhadap tenaga kerja, yang pada akhirnya pendapatan tenaga kerja juga akan naik.

Akan tetapi, karena pekerja yang digunakan lebih banyak sedangkan luas tanah tetap, maka tambahan hasil yang diciptakan oleh seorang pekerja akan menjadi semakin kecil. Pertambahan penduduk secara terus-menerus akan mengakibatkan sewa tanah semakin lama makin menjadi bagian yang cukup besar dari seluruh pendapatan nasional dan mengurangi tingkat keuntungan para pengusaha. Akibatnya, dorongan untuk pembentukan modal menurun dan akhirnya akan menurun pula permintaan terhadap tenaga kerja. Tingkat upah akan menurun mencapai tingkat yang rendah sekali, yaitu sekedar cukup untuk hidup. Pada tingkat ini

perekonomian akan mencapai titik stationary state. Pembentukan

modal baru tidak akan berlaku lagi karena pengusaha tidak memperoleh keuntungan yang cukup. Sedangkan yang memperoleh keuntungan tersebar adalah para tuan tanah yang menerima sewa tanah yang tinggi.

Kemajuan teknologi akan dapat mempertinggi tingkat upah sehingga produktivitas juga naik. Proses pertumbuhan dapat


(57)

berjalan terus dan keadaan ini berlangsung tidak lama karena pertambahan penduduk selanjutnya akan menurunkan kembali tingkat upah dan tingkat keuntungan. Kemajuan teknologi tidak

dapat menghalangi terjadinya stationary state tetapi hanya mampu

menunda masa terjadinya untuk sementara waktu.

Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo adalah sebagai berikut :

1. Sumber alam yang terbatas jumlahnya (tanah).

2. Perubahan tenaga kerja (bertambah atau berkurang) sesuai.

3. Dengan perubahan tingkat upah minimum.

4. Pembentukan modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh

para pengusaha cukup tinggi (berada di atas tingkat keuntungan minimal).

5. Kemajuan teknologi terjadi secara terus-menerus.

6. Peranan sektor pertanian lebih dominan.(Ritonga, 2003: 160-169).

2.2.4.5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Pendapatan Industri Kecil

Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat akan menghasilkan perubahan bagi masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi memacu manusia untuk bekerja lebih keras dalam memenuhi tuntutan hidup sesuai dengan jamannya. Kerja keras dalam pertumbuhan ekonomi pasti berpengaruh terhadap situasi dan kondisi sosial ekonomi suatu masyarakat, terutama


(58)

bertambah besarnya pendapatan masyarakat. Dengan pendapatan yang lebih besar masyarakat berkesempatan untuk mengkonsumsi barang dan jasa lebih banyak. Semakin besarnya konsumsi masyarakat menandakan daya beli beli masyarakat akan suatu barang dan jasa meningkat hal ini akan meningkatkan pula pendapatan yang akan diperoleh industri kecil.

2.2.5. Jumlah Industri Kecil

2.2.5.1. Definisi Industri Dan Industri Kecil

Definisi mengenai industri itu bermacam-macam, namun pada

dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Adapun definisi industri adalah :

a. Industri adalah usaha produktif terutama dalam bidang produksi

atau perusahaan tertentu untuk menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan peralatan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah relatif besar. (Winardi, 1992 : 181).

b. Departemen Perindustrian dan Badan Koordinasi Penanaman

Modal

Industri adalah badan usaha yang penanaman modalnya dalam badan usaha berupa lahan, tidak melebihi Rp. 200 juta. Selain itu pemilik usaha kecil harus seorang warga negara Indonesia. (Anonim, 1994: 91).


(59)

c. Biro Pusat Statistik

Industri Kecil adalah perusahaan yang menggunakan jumlah

tenaga kerja 5 sampai 19 orang pekerja. (Anonim, 1994 : 90).

d. Bank Indonesia

Industri kecil adalah industri yang aset nettonya bernilai kurang

dari Rp. 100 juta. (Anonim, 1994 : 91).

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Industri Kecil adalah Perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang sederhana, jumlah tenaga kerja yang minim sekali (antara 5-19 orang) serta modal yang ada jumlahnya lebih kecil dibanding dengan industri besar atau industri menengah.

2.2.5.2. Macam-Macam Industri

Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu:

a. Pengelompokkan industri yang dilakukan oleh Departemen

Perindustrian, yang dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu:

1. Industri Dasar

Yang meliputi Kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar (IMDL) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong


(60)

terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.

2. Industri Hilir

Yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi antara lain: industri yang mengolah sumber daya lautan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan atau teknologi maju. Dari pengertian tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa industri adalah proses merubah bahan dan barang agar menjadi lebih tinggi nilainya bagi masyarakat dan pemakai barang.

3. Industri Kecil

Yang meliputi antara lain industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri galian bukan logam. Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan teknologi, teknologi yang digunakan menengah atau sederhana dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan


(61)

memanfatkan pasar dalam dan pasar luar negeri (ekspor). (Arsyad, 1992:306).

b.  Pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga yang

dipekerjakan, menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengelompokkan industri dengan cara ini dibedakan menjadi 4, yaitu:

1. Industri Besar, dengan mempekerjakan 100 orang atau lebih

dalam setiap industri.

2. Industri Sedang, dengan mempekerjakan 20 sampai 99 orang

dalam setiap industri.

3. Industri Kecil, dengan mempekerjakan 5 sampai 19 orang

dalam setiap industri.

4. Industri Kerajinan (Rumah tangga), dengan mempekerjakan 1

sampai 4 orang dalam setiap industri.

2.2.5.3. Kriteria Industri Kecil

Kriteria untuk industri kecil adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp.1 milyar.


(62)

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

e. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum

termasuk koperasi. (Anonim, 1997 : 5).

2.2.5.4. Kebijakan Pengembangan Industri

Pada dewasa ini terutama dalam pembangunan industri kecil diharapkan dapat meningkatkan nilai produksi industri kecil antara lain melalui perbaikan sistem produksi, peningkatan kemampuan manajerial dan penyempurnaan iklim usaha. Oleh karena itu Departemen Perindustrian menekankan pelaksanaan program pengembangan usaha kecil yang terdiri dari rincian sebagai berikut:

1. Pengembangan industri kecil termasuk industri tradisional dalam

upaya menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.

2. Pengembangan kewiraswastaan dan profesionalisme tenaga kerja

pada industri kecil yang mencakup aspek kualitas dan kuantitas.

3. Program pelatihan terus menerus untuk pengusaha kecil yang


(63)

4. Program bapak angkat untuk mendorong perkembangan industri kecil, terutama dalam menanggulangi masalah-masalah pemasaran dan penyediaan bahan baku mereka.

5. Keharusan perusahaan besar dan menengah untuk menjadi bagian

sahamnya (25% kepada koperasi, termasuk diantaranya industri

kecil). (Tambunan, 2002:89).

2.2.5.5. Hubungan Jumlah Industri Kecil Dengan Pendapatan Industri Kecil

Jika jumlah industri kecil yang ada meningkat maka industri kecil tersebut dapat mengembangkan usahanya dan secara tidak langsung hasil produksi juga akan meningkat, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil.

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini membahas “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Gresik Dan Kabupaten Jombang”, dalam pembahasan ini variabel yang mempengaruhi yaitu investasi industri kecil, jumlah tenga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, jumlah industri kecil. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar variabel maka dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :


(64)

1. Investasi Industri Kecil (X1)

Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

tersedia dalam perekonomian. (Sukirno, 2001 : 107).

Jika investasi yang tertanam pada industri kecil meningkat, maka akan dapat memperluas usaha/lapangan kerja industri kecil sehingga dapat menambah jumlah barang/jumlah produksi yang dihasilkan maka secara langsung akan mengakibatkan pendapatan meningkat dan keuntungan yang maksimal bisa dicapai.

2. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2)

Tenaga kerja adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain dalam

proses produksi. (Suroto, 1992 : 17).

Penyediaan tenaga kerja juga sangat dibutuhkan dalam proses produksi untuk menjalankan dan mengelola faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dengan peningkatan jumlah tenaga kerja pada industri kecil maka secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kerja (hasil produksi) pada industri kecil, sehingga proses produksi akan semakin cepat, lancar dan


(65)

berjalan terus-menerus yang pada akhirnya akan dapat menambah tingkat pendapatan industri kecil.

3. Pertumbuhan Ekonomi (X3)

Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan Produk Domestik Regional Bruto secara berarti dalam suatu periode waktu tertentu (Putong, 2003 : 252).

Jika pertumbuhan ekonomi negara mengalami peningkatan maka dapat dipastikan kesejahteraan masyarakat telah tercapai dan pendapatan masyarakat juga semakin besar sehingga daya beli masyarakat akan mengalami peningkatan. Jika daya beli masyarakat meningkat hal ini menandakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat mulai membaik dari sebelumnya sehingga permintaan akan barang akan lebih besar selain itu barang yang terserap oleh masyarakat akan semakin besar jumlahnya yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan industri kecil.

4. Jumlah Industri Kecil (X4)

Industri kecil adalah suatu perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang sederhana dengan tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang serta memiliki modal lebih kecil dibandingkan

dengan industri besar/industri menengah. (Anonim, 1994 : 90).

Semakin banyak jumlah unit usaha pada sektor industri kecil maka akan semakin besar perkembangan usahanya, apalagi ditunjang dengan mutu atau kualitas produk yang baik dan produk


(66)

yang dihasilkan yang bersifat heterogen, sehingga dapat mendatangkan besarnya permintaan terhadap produk (barang dan jasa) yang mereka hasilkan, maka dapat berpengaruh terhadap

pendapatan industri kecil. (Sukirno, 1995: 194).

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya dan teori-teori yang melandasinya, maka dapat ditarik suatu kerangka pikir untuk memecahkan masalah tersebut seperti pada gambar berikut :

Gambar 6 : Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten Gresik Dan Kabupaten Jombang

Jumlah Tenaga Kerja Industri

Kecil (X2) Investasi Industri Kecil

(X1)

Pertumbuhan Ekonomi

(X3)

Pendapatan Industri Kecil Di

Kabupaten Gresik

(Y1) Kesempatan kerja Proses Produksi Perkembangan Usaha Daya Beli

Masyarakat Pendapatan

Industri Kecil Di Kabupaten

Jombang (Y2) Jumlah

Industri Kecil (X4)


(1)

148

4. Perlunya peningkatan keamanan dan stabilitas politik yang kondusif, agar investor asing tidak terganggu dalam berinvestasi dari adanya gejolak keamanan dan stabilitas politik yang berdampak pada perekonomian di Kabupaten Gresik maupun di Kabupaten Jombang.

5. Kebijakan pembangunan yang dapat dilakukan pemerintah kota Surabaya adalah mengembangkan sektor unggulan Kabupaten Gresik maupun Kabupaten Jombang, dangan menciptakan iklim persaingan, iklim usaha, dan iklim investasi yang kondusif. Dalam mendukung hal tesebut, pemerintah di Kabupaten Gresik maupun pemerintah Kabupaten Jombang dengan dukungan oleh swasta harus mempersiapkan sumber daya dan infrastruktur pendukung yang disertai oleh modal manusia dan IPTEK.

6. Pemerintah Kabupaten Gresik maupun pemerintah Kabupaten Jombang harus siap dengan perubahan peran Kabupaten Gresik maupun Kabupaten Jombang agar lebih efisien dalam melakukan aktifitas ekonomi.

7. Dalam pembuatan kebijakan sektor industri, pemerintah harus lebih berorientasi pada upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja agar permasalahan pokok dalam dunia industri yang berujung pada mogok kerja harus dieliminir. Keberanian pemerintah untuk membuat aturan upah minimum harus sinergis dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.


(2)

149

8. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan fasilitas-fasilitas pendukung yang lebih baik guna memperlancar jalannya kegiatan ekonomi khususnya industri kecil sehingga dapat menarik minat para investor asing untuk membiayai proyek- proyek industri yang ada. Baik pemerintah Kabupaten Gresik maupun pemerintah Kabupaten Jombang dibantu instansi-instansi terkait masing-masing kabupaten diharapkan proaktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Gresik maupun di Kabupaten Jombang.

9. Perlu dilakukan study dan penelitian yang intensif untuk mendapatkan data input dan output yang lebih baik disektor industri kecil sehingga menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang lebih baik pada sektor industri kecil.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.

---, 2008. Gresik Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. ---, 2008. Jombang Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. Algifari, 2000. Analisis Regresi Teori Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin, 1992. Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua, Penerbit BP STIE YKPN, Yogyakarta.

Basuki, 2007. Analisis Beberapa faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kabupaten Gresik, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.

Dumairy, Horne, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta. Gujarati, Damodar, 1997. Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta. ---, 1999. Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan

Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Jhingan, M, L, 1991. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan, Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.

Harijanto, 1996, Kredit, Bank dan Kebijakan Moneter, Penerbit Primkop UPN “Veteran” Jawa Timur.

---, 1999, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit Fakultas Ekonomi, UPN VETERAN” Jwa Timur, Surabaya.

Hermawati, 2000. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan di Lingkungan Industri Kecil Kerajinan Tas Kulit Di Kabupaten Gresik, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya. Kasmir, 2003, Dasar-Dasar Perbankan, Edisi Pertama, Cetakan Khusus,


(4)

Mashudi, Djohan, 2002. Pengaruh Modal, Pendidikan dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Pengusaha Sepatu Sandal Kulit Di Lingkungan Industri Kecil Kabupaten Magetan, Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi Vol 1 no 1.

Nisjar, Karhi dan Winardi, 1997. Pengantar Ekonomika Pembangunan, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung.

Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh, Buku Kesatu, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Partomo, Titik Sartika dan Abdul Rachman Soejoedono, 2002, Ekonomi Skala Kecil Atau Menengah Dan Koperasi, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Parwanti, Ary Dwi, 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Jawa Timur, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.

Putong, Iskandar, 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ritonga, 2003. Pelajaran Ekonomi Jilid 3, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Samuelson, Paul. A, dan Nordhaus, William, 1992. Mikro Ekonomi, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Setiawan, 2003. Beberapa Yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Pengusaha Industri Kecil Kerajinan Tas, Koper dan Sepatu Di Kabupaten Sidoarjo, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.

Simanjuntak, J, Payaman, 1995. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta.

Soelistyo, 2001. Dasar-Dasar Ekonometrika, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Soeroso, Amiluhur, 2007. Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan Usaha

Industri Kecil, Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi Atma Jaya, Yogyakarta.

Suhardjono, 2005, Manajemen Perkreditan usaha kecil Dan Menengah, Penerbit UUP – AMPYKN, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 1991, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Penerbit Bina Grafika, Jakarta.


(5)

---, 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sulaiman, Wahid, 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sumarsono. Sonny, 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Alam dan Ketenagakerjaan, Penerbit, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Surhayadi dan Purwanto, 2004. Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern, Penerbit Ekonomi Sosial, Jakarta.

Suroto, 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, Edisi Kedua, Penerbit, BPFE UGM, Yogyakarta.

Susilo,Y. Sri, dkk, 2000, Bank Dan Lembaga Lainnya, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suyatno, dkk, 1995. Kelembagaan Perbankan, Edisi Pertama, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Tama, Jakarta.

Todaro, Micheal, P, 1993. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tambunan, Tulus. T.H, 2002. Perekonomian Indonesia, Cetakan Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia FE UII, Yogyakarta.

Winardi, 1992. Kamus Ekonomi, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung.


(6)