Berdasarkan Penukaran Tinjauan Penelitian Terdahulu

f. Berdasarkan Penukaran

1. Convertible Bond Obligasi Konversi Obligasi yang dapat ditukar dengan sekuritas lain seperti saham, biasanya pad tanggal dan harga tertentu. 2. Exchangeable Bond Obligasi dimana principal pinjamannya dibayar dengan menggunakan saham perusahaan lain.

g. Berdasarkan Lokasi Penerbitan

1. Domestic Bond Obligasi ini diterbitkan untuk jangkauan pasar domestik dan biasanya menggunakan denominasi mata uang Negara di mana obligasi diterbitkan. 2. International Bond Obligasi jenis ini diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah asing. Eurobond adalah obligasi yang didenominasi dalam mata uang selain amata uang Negara dimana obligasi tersebut diterbitkan. Contohnya, obligasi yang didenominasi oleh dollar dijual di Inggris disebut obligasi Eurodollar. Obligasi yang didenominasi mata uang Yen dijual di Negara di luar Jepang disebut Euroyen. Sebaliknya ada juga jenis obligasi yang diterbitkan oleh pihak asing di Negara selain negaranya dan menggunakan mata uang investor Negara tersebut. Contohnya adalah Yankee Bond, obligasi yang didenominasi dalam dollar dijual di Amerika penerbit non-Amerika. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Risiko Obligasi

Berikut ini adalah risiko-risiko umum yang dihadapi suatu obligasi, diantaranya adalah: 1. Interest Rate Risk Risiko Tingkat Suku Bunga Risiko naik turunnya harga sebuah obligasi yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga pasar. Risiko ini sering disebut juga sebagai market risk. Expected inflation, tingkat suku bunga jangka pendek, yield curve, serta kupon obligasi adalah hal-hal yang sangat terkait dengan market risk ini. Saat suku bunga naik, harga obligasi turun dan sebaliknya saat suku bunga turun harga obligasi naik. 2. CurrencyForeign Exchange Rate Risk Risiko Fluktuasi Mata Uang Pergerakan mata uang sangat menentukan pergerakan harga dan perdagangan di pasar obligasi terutama jika obligasi yang dimiliki didenominasi mata uang asing. 3. Credit Risk Risiko Utang Risiko kredit ini dapat berupa:  Default risk, yaitu risiko dimana penerbit obligasi gagal menyelesaikan pembayaran bunga maupun pokok pinjaman  Down grade risk, yaitu dimana harga pasar suatu obligasi turun karena agen pemeringkat menurunkan bobot nilainya. Universitas Sumatera Utara 4. Reinvestment Rate Risk Risiko Investasi Kembali Risiko kesalahan penghitungan terhadap pendapatan yang seharusnya bisa diinvestasikan pada skala tingkat investasi yang wajar dalam periode tertentu. Perhitungan yield yang didapat bisa tidak seimbang terhadap rate reinvestment yang terjadi di tengah periode obligasi tersebut. 5. Liquidity Risk Risiko Likuiditas Risiko dimana obligasi yang dimiliki tidak dapat dilikuidasi dijual pada harga yang diharapkan. Likuiditas sangat penting sekali karena investor yang membeli obligasi akan senang jika menjual obligasi tersebut ke pasar dalam kondisi yang sangat likuid, sehingga transaksi tersebut bisa sangat menguntungkan. 6. Inflation Risk Risiko Inflasi Inflasi yang semakin tinggi akan mengakibatkan daya beli semakin menurun sehingga likuiditas obligasi akan terpengaruh.

2.1.4. Yield to Maturity Obligasi

Yield obligasi merupakan faktor terpenting sebagai pertimbangan investor dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instrumen investasinya. Investor obligasi akan menghitung seberapa besar pendapatan investasi atas dana yang dibelikan obligasi tersebut dengan menggunakan alat ukur yield Rahardjo, 2003. Yield adalah keuntungan atas investasi obligasi yang dinyatakan dalam persentase Samsul, 2006. Yield to maturity YTM bisa diartikan sebagai tingkat Universitas Sumatera Utara return majemuk yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo. YTM merupakan ukuran yield yang banyak digunakan karena yield tersebut mencerminkan return dengan tingkat bunga majemuk compounded rate of return yang diharapkan investor, jika dua asumsi yang disyaratkan bisa terpenuhi maka yield to maturity yang diharapkan akan sama dengan realized yield. Asumsi pertama adalah bahwa investor akan mempertahankan obligasi tersebut sampai dengan waktu jatuh tempo. Nilai yang didapat jika asumsi pertama dipenuhi sering disebut dengan yield to maturity YTM. Asumsi kedua yaitu investor menginvestasikan kembali pendapatan yang diperoleh dari obligasi pada tingkat Yield To Maturity yang dihasilkan. Tandelilin, 2010:259. Yield To Maturity adalah tingkat bunga yang menyamakan harga obligasi dengan nilai sekarang dari semua aliran kas yang diperoleh dari obligasi sampai dengan waktu jatuh tempo, oleh karena persamaan tersebut didasari dengan perhitungan nilai sekarang maka semua pendapatan yang diperoleh harus diinvestasikan kembali pada tingkat yield to maturity Jogiyanto, 2010:164. Jika pendapatan kupon tidak diinvestasikan pada tingkat yang sama dengan yield to maturity maka yield yang diperoleh akan lebih kecil atau lebih besar dari yield yang dijanjikan. YTM mengevaluasi baik pendapatan bunga, capital gain maupun cashflow yang diterima sepanjang masa hidup pasar obligasi yaitu sampai maturity date Ang, 1997 dalam Ibrahim 2008. Universitas Sumatera Utara Secara khusus semakin tinggi tingkat hasil hingga jatuh tempo, semakin rendah tingkat perubahan harga. Untuk besar perubahan yield yang sama, pada tingkat hasil yang rendah menyebabkan perubahan harga yang lebih besar dibandingkan pada tingkat hasil yang tinggi. Dengan kata lain untuk perubahan hasil tertentu, perubahan tingkat harga akan lebih besar pada yield yang rendah dibanding pada yield yang tinggi Kusuma dan Asrori, 2005. Jika yield to maturitynya lebih tinggi dari yield to maturity yang dianggap tepat maka obligasi dikatakan underpriced undervalued dan merupakan satu kandidat untuk dibeli. Sebaliknya, jika yield to maturity lebih rendah dari yang dianggap tepat, maka obligasi dikatakan overpriced overvalued dan merupakan kandidat untuk dijual Sharpe, dkk, 2005. Rumus perhitungan yield to maturity menggunakan persamaan yang dikembangkan dengan menggunakan metode equation approximation sebagai berikut Tandelilin, 2010:260: YTM = x 100 Keterangan : YTM = Yield to Maturity C = Kupon N = Sisa Waktu Jatuh Tempo F = Face Value Nilai Nominal Universitas Sumatera Utara P = Harga Obligasi Pada Saat t=0

2.1.5. Peringkat Obligasi Bond Rating

Salah satu indikator penting untuk mengetahui tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan penerbit obligasi, tercermin dalam peringkat obligasinya. Obligasi dengan peringkat rendah merupakan obligasi yang lebih berisiko. Implikasinya obligasi dengan peringkat rendah harus menyediakan YTM lebih tinggi karena untuk mengkompensasi kemungkinan risiko yang besar Ratih, 2006. Rating atau peringkat obligasi memiliki peran penting baik bagi perusahaan maupun bagi investor karena: 1 rating obligasi merupakan indikator resiko kegagalan default risk dari suatu obligasi dan secara langsung dapat mengukur pengaruh terhadap tingkat bunga obligasi dan biaya modal suatu perusahaan; 2 kebanyakaan obligasi dibeli oleh investor institusi daripada investor individu dan banyak dari investasi institusi tersebut hanya diperbolehkan untuk melakukan investasi pada sekuritas yang aman Brigham dan Houston, 2006:290. Peringkat rating yang diberikan oleh rating agency akan menyatakan apakah obligasi tersebut berada pada peringkat investment grade atau non investment grade. Suatu obligasi yang memperoleh rating non investment grade maka obligasi tersebut disebut dengan istilah junk bond. Sedangkan suatu obligasi yang sebelumnya termasuk investment grade tetapi setelah ditinjau kembali dan Universitas Sumatera Utara peringkatnya turun ke non investment grade, obligasi yang demikian biasanya disebut falling angels Ang, 1997 dalam Ibrahim 2008. Proses pemeringkatan obligasi dilakukan oleh suatu lembaga pemeringkat rating agency. Lembaga pemeringkat yang ada di Indonesia adalah PT. PEFINDO Pemeringkat Efek Indonesia yang juga bekerjasama dengan Standars Poor’s. Perusahaan pemeringkat obligasi memberikan hasil peringkat obligasi dalam beberapa simbol obligasi dimana masing-masing simbol memiliki arti yang berbeda. Hasil peringkat diperoleh dari data kualitatif maupun kuantitatif emiten obligasi termasuk rasio-rasio keuangan emiten pada beberapa tahun sebelumnya. Adapun simbol peringkat PT. PEFINDO adalah sebagai berikut Ang, 1997 dalam Ibrahim 2008: Tabel 2.1 Simbol Peringkat PT. PEFINDO Simbol Peringkat Kategori Jangka Panjang Jangka Pendek AAA AA A BBB A1 A2 A3 A4 Investment Grade layak untuk investasi BB B CCC D B C D Non Investment Grade tidak layak untuk investasi Definisi peringkat surat hutang PT. Pemeringkat Efek Indonesia PEFINDO adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Universitas Sumatera Utara Definisi Peringkat Obligasi PEFINDO Peringkat Definisi AAA Sekuritas utang dengan peringkat id AAA merupakan sekuritas utang dengan peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan obligor yang superiorrelatif dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhikewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. AA Sekuritas utang dengan peringkat id AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, relatif dibanding dengan obligor Indonesia lainnya. A Sekuritas utang dengan peringkat id A memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan. BBB Sekuritas utang dengan peringkat id BBB didukung oleh kemampuan obligor yang memadai relatif dibanding sekuritas utang Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan perekonomian yang merugikan. BB Sekuritas utang dengan peringkat id BB menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibanding sekuritas utang Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan serta peka terhadap keadaan bisnis, keuangan dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan. B Sekuritas utang dengan peringkat id B menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor tersebut untuk memenuhikewajiban finansialnya. CCC Sekuritas utang dengan peringkat id CCC menunjukkan sekuritas utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya serta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan bisnis dan keuangan. D Sekuritas utang dengan peringkat id D menandakan sekuritas utang yang gagal bayar atau emitennya sudah berhenti berusaha Sumber : Pefindo Universitas Sumatera Utara Catatan: Hasil peringkat dari id AA sampai i d B dapat diberi tanda tambah + atau kurang - untuk menunjukkan perbedaan kekuatan atau relatif kemampuannya dalam suatu kategori peringkat. Dengan melakukan analisis dari segi keuangan atau manajemen dan bisnis fundamentalnya, setiap investor akan dapat menilai kelayakan bisnis usaha emiten tersebut. Selain itu, investor akan dapat menilai tingkat risiko yang timbul dari investasi obligasi tersebut.

2.1.6. Likuiditas

Para investor menginginkan tiga hal dari pasar, yaitu likuiditas, likuiditas, dan likuiditas Handa dan Schwartz, 1996. Dalam pernyataan tersebut, Handa dan Schawartz 1996 mengakui bahwa likuiditas merupakan pertimbangan yang sangat penting bagi para investor dalam menanamkan modalnya di pasar. Likuiditas dari sebuah aset menurut Bodie, et. al 2011 ialah kemudahan dan kecepatan dalam menjual aset tersebut pada nilai wajar di pasar. Likuiditas menurut Harris 2003 ialah kemampuan untuk memperdagangkan dalam jumlah besar secara cepat dan dengan biaya yang rendah ketika anda ingin memperdagangkannya. Berbicara tentang pasar obligasi, mau tidak mau kita berbicara pasar modal secara keseluruhan mengingat pasar obligasi berada dalam lingkup pasar modal, demikian halnya jika berbicara tentang likuiditas pasar obligasi, berarti yang dibahas antara lain adalah likuiditas pasar modal secara umum. Definisi yang baku tentang likuiditas pasar modal belum ada, akan tetapi dari arti kata likuiditas dan pasar modal yang sudah ada dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Universitas Sumatera Utara likuiditas pasar modal adalah kemudahan sebuah efek untuk diperjualbelikan di bursa efek dengan tidak mengalami perubahan harga yang tajam. Likuiditas pasar modal juga dapat diartikan sebagai volume dan frekuensi transaksi yang terjadi di pasar modal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa likuiditas pasar obligasi adalah tingginya volume dan frekuensi transaksi perdagangan obligasi di pasar obligasi. Semakin tinggi volume dan frekuensi transaksi perdagangan obligasi, maka pasar obligasi dapat dikatakan semakin likuid. Hal ini sejalan dengan pemikiran investor dan regulator yang mengukur likuiditas pasar modal ini dari volume dan frekuensi transaksi. Semakin besar volume dan frekuensi transaksi berarti semakin tinggi likuiditas. Kriteria yang sama juga dipakai oleh Bursa Efek Indonesia dalam menetapkan 45 saham terlikuid yang tergabung dalam LQ-45 setiap enam bulan. Kriteria lain yang juga sering dipakai adalah mudahnya suatu aset dicairkan menjadi kas saat dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan asal kata likuiditas yaitu likuid atau cairan. Pentingnya likuiditas pasar modal, dimana pasar obligasi terdapat di dalamnya, adalah terutama terkait fungsi ekonomi yang dilakukan oleh pasar modal. Dengan semakin likuidnya pasar, maka aliran dana dari pihak yang surplus kepada pihak yang memerlukan dana akan berjalan semakin cepat sehingga sumber daya modal akan bergerak lebih cepat dan kebutuhan dunia usaha akan sumber daya modal akan lebih mudah teratasi. Di samping itu, para investor akan Universitas Sumatera Utara mendapatkan keuntungan dan kemudahan. Sehingga pada akhirnya likuiditas pasar modal yang optimal akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, likuidnya pasar juga akan memberikan kesempatan kepada investor untuk melakukan variasi investasi pada instrumen-instrumen yang tersedia dengan risiko dan return yang bervariasi pula. Likuiditas pasar obligasi yang tinggi akan mempu mendorong likuiditas obligasi-obligasi yang berada dalam pasar tersebut sehingga risiko likuiditas yang dihadapi oleh investor akan semakin berkurang. Pengurangan risiko ini penting bagi investor yang tidak merencanakan untuk memegang obligasi hingga jatuh tempo. Kemudahan dalam membeli maupun melepas obligasi oleh investor inilah yang pada akhirnya akan mampu mendorong semakin likuidnya pasar obligasi di masa depan. Harris 2003 mengatakan bahwa konsep likuiditas mempunyai empat dimensi yaitu : a. Immediacy Kesegaran, merupakan biaya untuk melakukan transaksi dalam jumlah dan tingkat harga tertentu dengan segera. b. Width Lebar spread bit-offer, menunjukkan market spread atau selisih antara minat beli terbaik dan minat jual terbaik dalam jumlah tertentu. c. Depth Kedalaman, mengungkapkan jumlah atau nilai transaksi yang dapat dilaksanakan pada tingkat harga tertentu. d. Resilency, menyatakan seberapa cepat harga dapat kembali pada tingkat yang semestinya apabila pada suatu saat terdapat arus order order flow yang tidak seimbang. Universitas Sumatera Utara

2.1.7. Maturitas

Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal dengan istilah maturity date yaitu tanggal dimana nilai pokok obligasi tersebut harus dilunasi oleh penerbit obligasi Krisnilasari, 2007. Emiten obligasi mempunyai kewajiban mutlak untuk membayar nilai nominal obligasi kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo biasanya tercantum pada kesepakatan yang dibuat sebelumnya. Kewajiban pembayaran pokok pada saat jatuh tempo dan bunga obligasi akan terhindar apabila dilakukan penebusan obligasi redemption atau pembelian kembali obligasi sebelum jatuh tempo oleh penerbit obligasi tersebut. Obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama maka akan semakin lebih tinggi tingkat risikonya sehingga yield yang didapatkan juga berbeda dengan obligasi yang umur jatuh temponya cukup pendek. Perubahan harga obligasi biasanya disebabkan juga oleh periode jatuh tempo obligasi tersebut. Apabila tingkat suku bunga berubah, harga obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo lebih lama akan lebih banyak berubahnya dibanding obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo pendek. Yang harus diingat dalam membahas faktor jatuh tempo maturity date suatu obligasi adalah bahwa semakin lama masa jatuh tempo obligasi, akan semakin tinggi tingkat risiko investasi. Karena dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun bisa saja terjadi. Oleh karena itu, periode jatuh tempo untuk obligasi Universitas Sumatera Utara perusahaan di Indonesia biasanya dibuat dalam jangka waktu 5 tahun saja Sapto Rahardjo, 2003.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nurfauziah dan Setyarini 2004 melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi yield obligasi perusahaan studi kasus pada industri perbankan dan industry financial. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 19 perusahaan terdiri dari 12 perusahaan perbankan dengan 17 emisi dan 7 perusahaan finansial dengan 24 emisi dari rentang waktu tahun 1996-2003 yang beredar di pasar dan tercatat di OTC FIS Over The Counter Fixed Income Securitis Bursa Efek Surabaya dan diperingkat oleh PEFINDO. Model statistik digunakan untuk menguji tingkat signifikan variabel Inflasi, Likuiditas, Irate, Durasi, Rating, Buyback, Sinking Fund dan Secure terhadap Yield To Maturity. Variabel independen di penelitian ini berjumlah 8 sedangkan variabel dependennya berjumlah 1 yaitu Yield To Maturity. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan secara parsial hanya variabel Likuiditas yang berpengaruh terhadap Yield To Maturity. Ibrahim 2008 melakukan meneliti mengenai pengaruh tingkat suku bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan dan DER terhadap Yield To Maturity Obligasi korporasi di bursa efek indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah semua obligasi korporasi yang listed diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia BEI sampai dengan tahun 2006, yaitu berjumlah 162 perusahaan. Variabel bebas independent Universitas Sumatera Utara yang digunakan berjumlah 4 yaitu Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran perusahaan dan DER. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan uji statistik menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta f-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan level of significance 5. Hasil dari penelitian ini adalah baik secara simultan dan parsial semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Untuk variabel peringkat obligasi dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap Yield To Maturity obigasi. Lidya Kristina 2010 melakukan penelitian tentang analisis pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, growth, maturitas dan peringkat obligasi terhadap YTM obligasi. Sampel sebanyak 27 seri obligasi dari 21 perusahaan dengan periode penelitian dari tahun 2006-2008. Variabel independen di penelitian ini berjumlah 5 sedangkan variabel dependennya berjumlah 1 yaitu YTM obligasi. Hasil analisis uji regresi pertama, yaitu faktor makro yang terdiri variabel tingkat suku bunga dan tingkat inflasi secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap YTM. Sedangkan secara parsial tidak ada faktor makro yang berpengaruh signifikan terhadap YTM. Nanik Indarsih 2013 meneliti mengenai pengaruh tingkat suku bunga SBI, rating, likuiditas dan maturitas terhadap yield to maturity obligasi. Sampel dalam penelitian ini yaitu obligasi korporasi sektor keuangan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010 yang dipilih dengan metode purposive sampling diperoleh 30 obligasi dari 19 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga Universitas Sumatera Utara SBI dan maturitas berpengaruh positif terhadap Yield To Maturity Obligasi. Namun pada pengujian rating obligasi dan likuiditas menunjukkan hasil bahwa kedua variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap Yield To Maturity. Tabel 2.3 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Nurfauziah dan Setyarini 2004 Variabel Independen: Inflasi, Likuiditas, Irate, Durasi, Rating, Buyback, Sinking Fund dan Secure Variabel Dependen: Yield To Maturity Secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan secara parsial hanya variabel Likuiditas yang berpengaruh terhadap Yield To Maturity. 2 Ibrahim 2008 Variabel Independen: Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran perusahaan dan DER Variabel Dependen: Yield To Maturity Obligasi Secara simultan dan parsial semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Variabel peringkat obligasi dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap Yield To Maturity obigasi. 3 Lidya Kristina 2010 Variabel Independen: Tingakat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Growth, Maturitas dan Peringkat Obligasi Variabel Dependen: YTM Obligasi Hasil analisis uji regresi pertama, yaitu faktor makro yang terdiri variabel tingkat suku bunga dan tingkat inflasi secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap YTM. Sedangkan secara parsial tidak ada faktor makro yang berpengaruh signifikan terhadap YTM. 4 Nanik Indarsih 2013 Variabel Independen: SBI, Rating, Likuiditas dan Maturitas Variabel Dependen: Yield To Maturity Tingkat suku bunga SBI dan maturitas berpengaruh positif terhadap Yield To Maturity Obligasi. Namun pada pengujian rating obligasi dan likuiditas menunjukkan hasil bahwa kedua variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap Yield To Maturity. Universitas Sumatera Utara 2.3. Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah tingkat suku bunga SBI, rating, likuiditas dan maturitas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah yield to maturity obligasi. Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2013 Rating atau peringkat obligasi memiliki peran penting baik bagi perusahaan maupun bagi investor karena: 1 rating obligasi merupakan indikator resiko kegagalan default risk dari suatu obligasi dan secara langsung dapat mengukur pengaruh terhadap tingkat bunga obligasi dan biaya modal suatu perusahaan; 2 kebanyakaan obligasi dibeli oleh investor institusi daripada investor individu dan banyak dari investasi institusi tersebut hanya diperbolehkan untuk melakukan investasi pada sekuritas yang aman Brigham dan Houston, 2006:290. Umumnya terdapat hubungan yang bertolak belakang antara kualitas suatu obligasi dan tingkat Y Yield to Maturity Obligasi Rating Obligasi Likuiditas Maturitas X2 X3 X1 H3 H1 H2 H4 Universitas Sumatera Utara pengembalian yang harus disediakan bagi investor yaitu Semakin tinggi peringkat obligasi maka risiko default semakin rendah, sehingga Yield To Maturity yang diberikan juga semakin rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim 2008. Obligasi yang likuid adalah obligasi yang banyak beredar di kalangan pemegang obligasi serta sering diperdagangkan oleh investor di pasar obligasi Harris, 2003. Apabila obligasi yang dibeli mempunyai likuiditas cukup tinggi maka harga obligasi tersebut cenderung stabil dan meningkat sehingga menyebabkan yield obligasi menurun karena tingkat risikonya lebih rendah. Tetapi apabila likuiditas obligasi tersebut rendah, harga obligasi cenderung melemah sehingga tingkat yield yang diterima akan meningkat Krisnilasari, 2007. Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal dengan istilah maturity date yaitu tanggal dimana nilai pokok obligasi tersebut harus dilunasi oleh penerbit obligasi Krisnilasari, 2007. Masa jatuh tempo obligasi korporasi kebanyakan berjangka waktu 5-10 tahun. Emiten obligasi mempunyai kewajiban mutlak untuk membayar nilai nominal obligasi kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo biasanya tercantum pada kesepakatan yang dibuat sebelumnya. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati investor karena dianggap resikonya lebih kecil. Obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama maka akan semakin lebih tinggi tingkat risikonya sehingga Yield To Maturity yang didapatkan juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan obligasi yang umur jatuh temponya lebih pendek Nanik indarsih, 2013. Universitas Sumatera Utara

2.4. Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Rating Dan Yield Sukuk Korporasi (Studi Kasus Pada Sukuk Korporasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

5 33 151

Analisis Pengaruh Tingkat Susku Bunga Sbi, Rating Obligasi, Likuiditas Dan Maturitas Terhadap Imbal Hasilsampai Jatuh Tempo (Yield To Maturity) Obligasikorporasi Yang Terdaftar Di Bei

1 4 92

PENGARUH PERINGKAT OBLIGASI , MATURITY, LIKUIDITAS DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 105

Analisis Pengaruh Tingkat Susku Bunga Sbi, Rating Obligasi, Likuiditas Dan Maturitas Terhadap Imbal Hasilsampai Jatuh Tempo (Yield To Maturity) Obligasikorporasi Yang Terdaftar Di Bei

0 0 8

Analisis Pengaruh Tingkat Susku Bunga Sbi, Rating Obligasi, Likuiditas Dan Maturitas Terhadap Imbal Hasilsampai Jatuh Tempo (Yield To Maturity) Obligasikorporasi Yang Terdaftar Di Bei

0 0 2

Analisis Pengaruh Tingkat Susku Bunga Sbi, Rating Obligasi, Likuiditas Dan Maturitas Terhadap Imbal Hasilsampai Jatuh Tempo (Yield To Maturity) Obligasikorporasi Yang Terdaftar Di Bei

0 0 7

Analisis Pengaruh Tingkat Susku Bunga Sbi, Rating Obligasi, Likuiditas Dan Maturitas Terhadap Imbal Hasilsampai Jatuh Tempo (Yield To Maturity) Obligasikorporasi Yang Terdaftar Di Bei

0 0 29

Analisis Pengaruh Tingkat Susku Bunga Sbi, Rating Obligasi, Likuiditas Dan Maturitas Terhadap Imbal Hasilsampai Jatuh Tempo (Yield To Maturity) Obligasikorporasi Yang Terdaftar Di Bei

1 11 3

Analisis Pengaruh Tingkat Susku Bunga Sbi, Rating Obligasi, Likuiditas Dan Maturitas Terhadap Imbal Hasilsampai Jatuh Tempo (Yield To Maturity) Obligasikorporasi Yang Terdaftar Di Bei

0 0 6

PENGARUH LIKUIDITAS, MATURITAS DAN PERINGKAT OBLIGASI TERHADAP YIELD OBLIGASI KORPORASI DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 12