Kapasitansi Karakteristik Listrik dari Saluran Transmisi

12 Universitas Sumatera Utara di sepanjang saluran sedemikian rupa sehingga setiap penghantar akan menduduki posisi semula penghantar yang lain pada suatu jarak yang sama, lihat Gambar 2.1 Posisi 1 Posisi 2 Posisi 3 a b c c a b b c a D 12 D 23 D 31 Gambar 2.1 Siklus Transposisi Persamaan ini juga dapat dapat digunakan untuk saluran tiga fasa dengan jarak pemisah tidak simetris karena ketidaksimetrisan antara fasa-fasanya adalah kecil saja sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan perhitungan induktansi [2].

2.2.3 Kapasitansi

Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar, baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-tanah. Kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang terjadi pada pelat kapasitor bila terjadi beda potensial di antaranya. Untuk menentukan nilai kapasitansi antara penghantar-penghantar ditentukan dengan persamaan [2] . ln m F r D k C ab   2.8 Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan tengah yang ditanahkan, beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan Universitas Sumatera Utara 13 Universitas Sumatera Utara kapasitansi ke tanah kapasitansi ke netral, adalah muatan pada penghantar per satuan beda potensial antara penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral untuk saluran dan kawat adalah dua kali kapasitansi antara penghantar-penghantar [2]. . ln 2 m F r D k C an   2.9 Dimana ab C = kapasitansi antara penghantar a-b Fm an C = kapasitansi antara penghantar-tanah Fm k = permeabilitan bahan dielektrik D = jarak antara penghantar m r = jari-jari antara penghantar m Persamaan 2.9 juga dapat digunakan untuk menentukakan kapasitansi saluran tiga-fasa dengan jarak pemisah yang sama. Jika penghantar pada saluran tiga-fasa tidak terpisah dengan jarak yang sama, kapasitansi masing-masing fasa ke netral tidak sama. Namun untuk susunan penghantar yang biasa, ketidaksimetrisan saluran yang tidak ditrasnposisikan adalah sangat kecil, sehingga perhitungan kapasitansi dapat dilakukakan seakan-akan semua saluran itu ditransposisikan. Untuk saluran tiga fasa yang ditransposisikan, nilai kapasitansi fasa ke netral ditentukan dengan persamaan [2] ln 2 m F r D k C eq n   untuk penghantar tunggal, ln 2 m F c D D k C b s eq n   untuk penghantar berkas. Universitas Sumatera Utara 14 Universitas Sumatera Utara Dengan eq D adalah GMR penghantar, r adalah jari-jari penghantar dan c D b s adalah GMR penghantar berkas. Nilai c D b s akan berubah sesuai dengan jumlah lilitan dalam suatu berkas . Untuk suatu berkas dua-lilitan d r d r c D b s     4 2 Untuk suatu berkas tiga-lilitan 3 2 9 3 rd d d r c D b s     Untuk suatu berkas empat-lilitan 4 3 16 4 09 , 1 2 2 1 rd d d d r c D b s       Untuk menghitung kapasitansi saluran kabel ke tanah perlu menggunakan metode muatan bayangan, lihat Gambar 2.1. Pada metode ini bumi dapat diumpamakan dengan suatu penghantar khayal yang bermuatan di bawah permukaan bumi pada jarak yang sama dengan penghantar asli di atas bumi. Penghantar semacam itu mempunyai muatan yang sama tetapi berlawanan tanda dengan penghantar aslinya dan disebut penghantar bayangan. Jika ditempatkan satu penghantar bayangan untuk setiap penghantar atas-tiang, fluks antara penghantar asli dengan bayangannya adalah tegak lurus pada bidang yang menggantikan bumi, dan bidang itu adalah suatu permukaan ekipotensial. Fluks di atas bidang itu adalah sama seperti bila bumi ada tanpa adanya penghantar bayangan. Persamaan untuk menentukan kapasitansi saluran kabel ke tanah adalah [2] : ln ln 2 3 3 2 1 3 31 23 12 H H H H H H c D D k C b s eq n    2.10 Universitas Sumatera Utara 15 Universitas Sumatera Utara Dimana n C = kapasitansi saluran kabel ke tanah Fm 12 H = jarak antara penghantar 1 dengan penghantar bayangan 2 m 23 H = jarak antara penghantar 2 dengan penghantar bayangan 3 m 31 H = jarak antara penghantar 3 dengan penghantar bayangan 1 m 1 H = jarak antara penghantar 1 dengan permukaan bumi m 2 H = jarak antara penghantar 2 dengan permukaan bumi m 3 H = jarak antara penghantar 3 dengan permukaan bumi m H 1 H 2 H 3 H 1 2 H 2 3 H 31 1 2 3 1 2 3 Permukaan bumi Gambar 2.2 Metode Muatan Bayangan Universitas Sumatera Utara 16 Universitas Sumatera Utara

2.3 Karakteristik Penyaluran Daya