Metode Penelitian Kajian Psutaka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 16 4. Langkah-langkah Penelitian Dalam penelitian hadis, diperoeh tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Takhrij Berdasarkan metode Takhrij, peneliti berusaha menelusuri asal hadis secara lengkap, dari segi matan dan keadaan sanadnya dengan lengkap. Kegiatan dalam penelitian ini dengan melakukan penelusuran dari kata kunci dari sebagian matan hadis yang bisa dicari dengan Mu’jam al-Mufahras li Alfaz} al-H}adith karya A. J. Wensinck. 13 Takhrij al-H}adith ini merupakan suatu pekerjaan yang cukup melelahkan, karena jarus membongkar seluruh kitab hadis yang terkait. Jadi harus dihadapi dengan kesabaran, ketekunan dan kemauan yang keras. Tanpa ini, semua sulit dihasilkan dari yang diinginkan. Adapun faedah dari takhrij al-H}adith ini antara lain: 1 Akan dapat banyak sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis yang sedang menjadi topik kajian. 2 Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan. Makin banyaknya jalur periwayatan akan menambah kekuatan riwayat. Sebaliknya tanpa dukungan periwayatan lain, berarti keuatan periwayatan tidak bertambah. 3 Kekaburan suatu periwayatan dapat diperjelas dari periwayatan jalur isnad yang lain, baik dari segi rawi, isnad maupun matn al-h{adith. 13 Sohari Sahrani, Ulumul Hadis Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, 194. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 17 4 Dapat diketahui persamaan dan perbedaan atau wawasan yang lebih luas tentang berbagai periwayatan dan beberapa hadis yang terkait. 14 b. I‘tibar I’tibar hadis dalam istilah ilmu hadis adalah menyertakan sanad- sanad lain untuk suatu hadis tertentu, yaitu hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya seorang perawi saja. 15 Kegiatan in dilakukan untuk mengetahui jalur-jalur sand-sanad hadis dari nama-nama perawi serta metode periwayatan yang dipakai oleh setiap perawi. c. Penelitian Sanad Setelah melakukan takhrij dan ‘itibar, langkah selanjutnya adalah kritik sanad. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian, dan penelusuran sanad hadis tentang individu perawi dan proses penerimaan hadis dari guru mereka masing-masing dengan berusaha menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam rangkaian sanad untuk menemukan kebenaran, yaitu kualitas hadis itu sendiri. Dalam penelitian sanad, digunakan metode krtik sanad dengan pendekatan keilmuan Tarikh al-Ruwah dan Jarh} wa al-Ta‘dil. 16 Peneliti berusaha mengetahui kualitas suatu hadis dengan memenuhi syarat tertentu sehingga bisa diterima atau ditolak. Jika suatu hadis memeiliki ketersambungan sanad antara peraw-perawinya, periwayatnya bersifat 14 Ahmad Husnan, Kajian Hadis Metode Takhrij Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993, 107. 15 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi Jakarta: PT Bulan bintang, 1992, 51. 16 Sahrani, Ulumul Hadis, 151. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 18 ‘ adil dan d}abit} serta terhindar dari shadh dan ‘illat, maka sanad hadis tersebut sudah memenuhi syarat dan dapat diterima. d. Penelitan Matan Melalui penelitian matan, peneliti mengkaji dan menguji keabsahan matan hadis, dengan memastikan matan hadis tersebut sesuai atau bertentangan dengan ayat al-Quran, logika, sejarah, dan hadis yang bernilai sahih atau lebih kuat kualitasnya. 5. Metode Analisis Data Metode Analisis Data berarti menjelaskan data-data yang diperoleh melalui penelitian. Dari penelitian hadis yang secara dasar terbagi dalam dua komponen, yakni sanad dan matn, maka analisis data hadis akan meliputi dua komponen tersebut. Dalam penelitian sanad, digunakan metode kritik sanad dengan pendekatan keilmuan rijal al-h}adith dan al-jarh} wa al-tadil, serta mencermati silsilah guru-murid dan proses penerimaan hadis tersebut tahammul wa al- ada . Hal itu dilakukan untuk mengetahui integritas dan tingkatan intelektualitas seorang periwayat serta validitas pertemuan antara guru dan murid dalam periwayatan hadis. Dalam penelitian matan, analisis data akan dilakukan dengan menggunakan analisis isi content analysis. Pengevaluasian atas validitas matan diuji pada tingkat kesesuaian hadis isi beritanya dengan penegasan eksplisit Alquran, logika atau akal sehat, fakta sejarah, informasi hadis-hadis digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 19 lain yang bermutu s}ah}ih} serta hal-hal yang diakui oleh masyarakat umum sebagai bagian dari integralitas ajaran Islam. 17 Dalam hadis yang akan diteliti ini, pendekatan keeilmuan yang digunakan untuk analisis ini adalah ‘ilm al-ma’ani al-Hadith ynag digunakan dalam memahami arti ma’na yang terdapat dalam matan hadis. Sehingga dalam analisis ini akan diperoleh pemahaman suatu hadis yang komprehensif. J. Sistematika Pembahasan Sebuah karya ilmiah, agar mudah difahami oleh khlayak pembaca walaupun bukan bidang ahlinya. Maka dalam penyusunannya, penulis menbagi pembahasannya kedalam beberapa bab. Masing-masing bab memiliki sub bab memiliki sub bab tersendiri yang sistematis. Maka format pembahasan akan dijabarkan berdasarkan pokok-pokok bahasan sebagai berikut: Bab pertama, merupakan bab yang paling berisikan pendahuluan. Adapun sub bab-sub babnya, di antaranya, latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, kegunaan penelitian, kerangka teori, penegasan judul, kajian pustakam metode penelitina, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. Bab kedua, merupakan bab yang menerangkan landasan teori yang berfungsi sebagai pengantar pembaca dalam memahami beberapa terminologi yang sukar difahami atau asing bagi pembaca. Adapun susnan pada bab ini di 17 Hasjim Abbas, Pembakuan Redaksi, cet. I Yogyakarta: Teras, 2004, 6-7. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 20 antaranya membahas mengenai persoalan duniawi dan ukhrawi dan yang tareakhir membahas sepuar hadis dan metode penelitiannya. Bab ketiga, merupakan bab yang berisi data yang dibahas dalm skripsi ini. Adapun isi dari bab ini mengenai biografi Imam Abu Dawud, data hadis yang dibahas, takhrij al-h}adith, skema sanad hadis dari masing-masing mukharrij al- h}adith, I’tibar al-sanad gabungan seluruh sanad hadis yang dibahas dari beberapa kitab hadis yang mencantumkan hadis tersebut, dan terakhir mengenai biografi perawi Sunan Abu Dawud. Bab keempat, merupakan bab utama atau intisari dari skripsi ini yang menyertakan analisa dari seluruh pembahasan skripsi ini. Analisis pertama membahas analisis dari segi sanad yang menjelaskan kritik sanad dengan cara meneliti ke- muttas}il-an sanad, meneliti kredibilitas perawi hadis, meneliti ‘illat, meneliti kejanggalan dalam sanad. Kedua, menyertakan analisis dalam matan yang menelaah matan dari berbagai penelitiannya. Ketiga, menganalisa kandungan hadis sendiri dengan menyertakan sharah} dari matan hadis, penjelasan dari beberapa buku yang membahas hal yang serupa serta mencantumkan analisis pribadi. Bab kelima, merupakan final dari pembahasan skripsi ini yang mencakup beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari beberapa rumusan masalah pada bab pendahuluan, dan yang terakhir, penulis menyertakan saran sebagai masukan dari pembaca agar penelitian ini dapat dikembangkan dan diteruskan atau lebih disempurnakan. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 21 BAB II PERSOALAN DUNIAWI DAN UKHRAWI SERTA HADIS NABAWI

A. Kehidupan Duniawi dan Ukhrawi

1. Terjadinya Alam Dunia Asal mula alam semesta, tentunya telah didiskusikan sejak sekian lama. Menurut sejumlah kosmologi awal dalam tradisi HebronKristenIslam, alam semesta berawal pada saat yang terhingga, pada waktu tidak begitu lampau di masa lalu. Satu alasan atas permulaan seperti itu adalah perasaan bahwa untuk menjelaskan tentang eksistensi alam semesta dieprlukan adanya penyebab pertama. 1 Kosmologi, ilmu tentang sejarah, struktur, dan cara kerja alam semesta secara keseluruhan, telah berkembang selama ribuan tahun dalam beberapa bentuk: bersifat mitologi dan religious, mistis dan filosofis, bersifat astronomis. Orang-orang Babilon dan Mesir Kuno, yang membangun sistem mereka dari campuran mitos terletak di dasarnya. Gunung-gunung di penjuru bumi menopang langit yang ada di atasnya. Sungai Nil, yang mengalir di tengah- tenagh bumi, merupakan cabang dari sungai yang lebih besar yang mengalir di sekitar bumi. Di sungai ini berlayarlah perahu Dewa Matahari, yang melakukan perjalanan hariannya. Konsep Mesopotamia menganggap alam semesta 1 Stephen W. Hawking, Teori Segala Sesuatu:Asal-usul dan Kepunahan Alam Semesta, terj: Ikhlasul Ardi Nugroho Yogyakarta: Pustaka Peajar, 2007, Cet III, 12-13. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 22 berbentuk kubah yang berisi cakram datar bumi yang dikelilingi oleh air. Air juga membentuk langit di atas kubah; di tempat tersebut pula tinggal para dewa, matahari, dan benda-benda angkasa lainnya. Mereka muncul setiap hari dan mengatur segala yang terjadi di atas bumi. Lintasan mereka yang teratur di langit dipercaya dalam menentukan nasib manusia. 2 Argumen lain dikemukakan oleh St. Augustine dalam bukunya, The City of God. Ia menegaskan bahwa peradaban umat manusia mengalami kemajuan, dan harus diingat siapa yang membuat segala sesuatu itu terjadi atau siapa yang membangun mekanisme tersebut. Dengan demikian, manusia, dan mungkin juga alam semesta tidak selamanya berada. Terlepas dari hal tersebut, manusia telah membuat cukup banyak kemajuan. 3 St. Augustine menerima tahun 5.000 S.M sebagai hari penciptaan alam semesta sesuai dengan kitab Genesis Kitab Kejadian. Ini menarik bahwa masa ini tidak begitu jauh dengan zaman es terakhir, sekitar 10.000 tahun sebelum masehi, ketika perdaban benar-benar dimulai. Aristoteles dan sebagian filsuf Yunani yang lain, sebaliknya, tidak suka dengan gagasan tentang penciptaan, sebab hal ini mejadi suatu kejadian yang terlalu melibatkan campur tangan Tuhan. Mereka telah memeprtimbangkan alasan tentang kemajuan yang dideskripsikan lebih awal, dan dijawab dengan mengatakan bahwa telah ada 2 Howard R. Turner, Sains Islam Yang mengagumkan: Sebuah Catatan Terhadap Abad Pertengahan, Terj: Zulfahmi Andri, Badnung: Nuansa, 2004, 47. 3 Hawking, Teori, 13. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 23 banjir secara periodik atau bencana lain yang secara periodik menyusun ulang peradaban manusia kembali pada awal peradaban. 4 Ketika sebagian besar orang percaya pada alam semesta yang tidak berubah dan benar-benar statis, pertanyaan tentang apakah alam semesta itu mempunyai permulaan atau tidak, benar-benar menjadi sebuah pertanyaan metafisika atau teologi. Orang dapat memberikan penjelasan tentang apa yang telah diamati dari kedua cara. Apakah alam semesta disusun dalam proses yang berjalan pada saat yang terhingga, sehingga menjadi seperti orang memandangnya bahwa alam semesta ini telah ada selamanya. Namun pada tahun 1929, Edwin Huble melakukan sebuah observasi yang sangat penting bahwa dilihat dari sudur manapun, bintang yang jauh akan terlihat bergerak menjauh dengan kecepatan yang tinggi. Dengan kata lain, alam semesta ini mengembang, ini berarti bahwa pada awalnya benda-benda bersama-sama berada pada jarak yang sangat dekat. Dalam kenyataannya, tampak terdapat suatu masa sekitar sepuluh atau dua puluh milyar tahun yang lalu ketika benda- benda tersebut semuanya benar-benar berada pada suatu tempat. 5 Penemuan ini akhirnya membawa pertanyaan tentang asal mula alam semesta ke dalam dunia sains. Obesrvasi yang dilakukan Hubbel menyatakan bahawa ada suatu saat yang dinamakan dentuman besar Big Bang ketika alam semesta berada dalam ukuran yang sangat kecil tidak terhingga dan pada kerapatan yang tidak terhingga. Jika terdapat kejadian-kejadian lebih awal dari pada saat dentuman besar itu, maka kejadian-kejadian itu tidak dapat 4 Ibid. 5 Ibid, 14. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 24 mempengaruhi apa yang telah terjadi pada saat ini. Keberadaannya tidak akan memilki konsekuensi-konsekuensi obsevasional. 6 Sebagai gambaran, bahwa alam dunia semesta ini asalnya merupakan satu-kesatuan yang kemudian berpisah dengan terjadinya dentuman besar yang dinamakan oleh para kosmolog sebagai Big Bang. Teori yang sampai sekarang masih dipegang teguh oleh semua orang. Dengan demikian, penciptaan alam semesta ini membutuhkan suatu proses yang sangat lama hingga bisa menjadi seperti apa yang ditempati manusia sekarang ini. 2. Gambaran Kehidupan Dunia Setelah membahas mengenai bagaimana bumi ini diciptakan dengan meggunakan pendekatan ilmu kosmologi dari cabang sains. Selanjutnya, akan terasa lebih lengkap dengan adanya pembahasan mengenai gambaran kehidupan di dunia ini melalui pendekatan Agama. Adapun perumpaman kehidupan dunia sebagaimana yang digambarkan Allah dalam al-Quran Surat Yunus ayat 24, sebagai berikut:                                             Sesungguhnya permisalan kehidupan dunia ini tidak lebih seperti air yang kami turunkan dari langit, lalu ia bercampur dengan tetumbuhan yang kemudian dimakan oleh manusia dan hewan melata. Hingga apabila bumi itu telah semourna keindahannya, dan memakai perhiasannya dan pemilik-pemiliknua mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab 6 Ibid, 14-15.