17
Di Prancis metode SGAV ini mendominasi mulai tahun 1960 sampai dengan tahun 1970, namun sebelum itu sudah muncul buku pembelajaran bahasa
dengan metode SGAV yang berjudul Voix et Image de France VIF pada tahun 1958, kemudian diikuti dengan buku berikutnya yang berjudul De Vive
Voix DVV pada tahun 196465 edisi 1 dan edisi ke-2 pada 1972. Buku-buku
ini terdiri atas buku khusus untuk siswa yang penuh dengan gambar-gambar, buku khusus untuk pengajar, dan buku-buku khusus untuk latihan-latihan yang terdiri
latihan-latihan struktur, latihan-latihan di laboratorium, gambar-gambar dalam bentuk slide dan kaset audio.
5. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan ini berkembang mulai awal tahun 1970an. Pada dasarnya, pendekatan komunikatif ini reaksi atas ketidakcocokakannya terhadap metode
sebelumnya, metode SGAV. Istilah yang digunakanpun tidak lagi menggunakan istilah metode, melainkan menggunakan istilah pendekatan karena istilah metode
tidak cocok lagi bagi pembelajaran bahasa. Pendekatan ini lahir karena pengajar berusaha mencari cara yang terbaik dalam pengajaran bahasa agar supaya 4
empat ketrampilan berbahasa dapat dikuasi oleh pembelajar. Tujuan dari pendekatan ini adalah pembelajar dapat melakukan komunikasi dalam situasi yang
sebenarnya. Pendekatan komunikatif the communicative approach memiliki beberapa istilah lain yaitu communicative syllabus, communicative language
teaching, notional-functional approach, dan functional approach. Bagi pengajar pendekatan komunikatif ini bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan bahasa
yang pernah dipelajari, sedangkan bagi pembelajar pendekatan komunikatif akan memberikan kemampuan menggunakan bahasa pada konteks dan situasi yang
sebenarnya. Pendekatan komunikatif memiliki cirri-ciri sebagai berikut : 1 dalam proses pembelajarannya penggunaan bahasa difokuskan pada penggunakaan yang
disesuaikan dengan lingkungan sosial, 2 pembelajar tidak mempelajari tata bahasa secara khusus, melainkan belajar menggunakan bahasa untuk
berkominikasi, 3 pembelajaran berpusat pada pembelajar, artinya seorang pengajar hanya berperan sebagai motivator, 4 memperbanyalk latihan dengan
18
tujuan agar pembelajar selalu berpikir kreatif, aktif, dan mau berbicara, karena pendekatan ini lebih memusatkan pada keaktifan pembelajar terutama keaktifan
dalam kemampuan berbicara lisan, sedangkan kemampuan menulis tidak menjadi tujuan utama, 5 pengayaan kosa kata diperoleh dari banyak teks otentik
yang sangat variatif dan sesuai dengan situasi penggunaan atau konteks nyata dalam komunikasi yang sebenarnya, 6 tugas kegiatan di dalam kelas dapat berupa
bermain peran jeu de role role play, wawancara, diskusi, debat dan lain-lain. 7 pengoreksian tidak dilakukan saat pembelajar melakukan kegiatan, karena akan
mengganggu jalannya komunikasi, 8 kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar saat berlatih atau melakukan kegiatan diabaikan terlebih dahulu dan harus
diperbaiki setelah kegiatan selesai dan 9 penjelasan bisa diberikan dari yang paling sempit ke luas atau sebaliknya, penjelasan juga bukan tentang struktur pola
kalimat tata bahasa tetapi bagaimana pola kalimat tersebut digunakan dalam berkomunikasi.
Bahan-bahan pendukung yang dipakai dalam proses pembelajaran dapat berupa teks-teks otentik, kaset audio, buku ajar méthode seperti C’est le
printemps Pendekatan ini banyak diterapkan di Prancis pada tahun 70an. Buku-buku
manual yang digunakan adalah Sans Frontières 1983, kemudian buku tersebut diperbaharui lagi pada tahun 1988 dengan judul yang mirip Nouveau Sans
Frontières NSF I . Buku manual ini terdiri atas un livre d’élève, un cahier
d’exercices, un guide pédagogie et dan 3 kaset audio
.
6. Pendekatan Fonctionnelle – Notionnelle