d. Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan
matematika. 4 Tujuan khusus pengajaran matematika di sekolah menengah umum
adalah : a. Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan kependidikan tinggi. b. Siswa memiliki ketrampilan matemaika sebagai peningkatan
matematika pendidikan dasar untuk dapat digunakan kehidupan lebih luas dunia kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
c. Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, obyektif, terbuka,
kreatif serta inovatif. d. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan trasferable
melalui kegiatan matematika.
23
C. Model Pembelajaran Problem Posing
Menurut Eggan model pembelajaran adalah strategi perpsektif pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
tertentu. Sehingga model pembelajaran ini merupakan suatu perspektif sedemikian guru bertanggung jawab selalu tahap perencanaan, implementasi dan
penilaian dalam pembelajaran.
24
23
Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika. . . , hal. 43-44
24
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbesis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University
Press, 2008, hal. 41
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat soekamto dkk, yang mengemukakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
25
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam mengoorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk
berpikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif yaitu problem posing atau pengajuan masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut kemudian diupayakan untuk dicari jawabannya baik secara individu maupun bersama dengan pihak lain, misalnya sesama peserta didik
maupun dengan pengajar.
26
Problem posing ini merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari kata “ problem” dan “pose”. Yang mana istilah problem
diartikan sebagai soal, masalah atau persoalan. Sedangkan pose diartikan sebagai
25
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka, 2007, hal. 5
26
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Renika Cipta, 2009, hal. 203
pengajuan. Jadi padanan kedua kata tersebut yaitu problem posing diartikan pembentukan soal, pembuatan soal dan pengajuan soal.
27
Menurut Tatag Yuli Eko Siswono mengemukakan pengajuan masalah problem posing memiliki beberapa arti, antara lain:
28
1. Pengajuan masalah soal adalah perumusan soal sederhana atau perumusanulang soal yan ada dengan bahwabeberapa perubahan agar lebih
sederhana dan dapat dikuasai. 2. Pengajuan masalah soal adalah perumusan soal yang berkaitan dengan
syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan
3. Pengajuan masalah soal adalah perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau setelah
pemecahan suatu soal atau masalah. Berdasarkan dari pendapat diatas model pembelajaran problem posing
adalah suatu model pembelajaran dalam pembelajaran matematika yang dilakukan dengan meminta peserta didik untuk merumuskan, membentuk dan
mengajukan masalah dari situasi yang ada. Situasi ini berupa informasi yaitu materi pelajaran. Dalam hal ini, pada pinsipnya model pembelajaran problem
27
Dalam http:muhfida.compengertian-pendekatan-problem -posing, diakses tanggal 26 April 2011
28
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran….…, hal. 41
posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal melalui belajar berlatih soal secara mandiri.
29
Silver dalam Silver dan Cai memberikan istilah pengajuan soal problem posing diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif matematika yang
berbeda, yaitu:
30
a. Pengajuan pre-solusi presolution posing yaitu seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan.
b. Pengajuan didalam solusi within-solution posing, yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan.
c. Pengajuan setelah solusi post solution, yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah dielesaikan untuk membuat soal yang
baru. Dalam pembelajaran matematika, problem posing pengajuan masalah
menempati posisi yang strategis. Problem posing ini dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran
matematika. Sebagaimana telah dijelaskan oleh English pengajuan masalah dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan
terhadap matematika, sebab ide-ide matematika peserta didik dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan
performannya dalam pemecahan masalah
31
. Sebagaimana pendapat Suryasubroto
29
Dalam http:muhfida.compembelajaran-problem -posing. diakses tanggal 26 April 2011
30
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika….., hal. 41
31
Ibid., hal. 41
bahwa pembelajaran Problem Posing dipandang sebagai pendekatan yang dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis serta mampu memperkaya
pengalaman-pengalaman belajar, sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil belajar peserta didik.
32
Maka dalam pembaharuan matematika sekolah pada saat ini disarankan peran peserta didik dalam penyusunan soal. Yang mana
diungkapkan oleh “the professional standars for teaching matematics” yaitu disarankan pentingnya bagi guru-guru untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik mengajukan soal-soal mereka problem posing.
33
Pada penelitian ini dilakukan model pembelajaran problem posing dengan cara berkelompok. Pembelajaran ini digambarkan yaitu dari beberapa
pertanyaan yang diajukan peserta didik, kemudian digulirkan dalam forum diskusi, untuk dikomentari baik dari segi pertanyaan maupun menyangkut semua
jawaban dari pertanyaan tersebut.
Berikut ini Sintaks tentang pengajaran problem posing, yaitu:
34
FASE-FASE AKTIVITAS GURU
AKTIVITAS SISWA
Fase 1 Memberikan orientasi
pembelajaran yang Guru menjelaskan tentang
pembelajaran yang akan Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru tentang
32
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Renika Cipta, 2009, hal. 206
33
Subanji, Pembelajaran Sistem Persamaan Linier Secara Bermakna Untuk Mengembangkan Kemampuan Penalaran Siswa. Makalah yang Disajikan dalam Workshop
Pembelajaran Matematika Kontemporer STAIN Tulungagung, 12-14 Juli 2007 , hal : 2
34
Suryosubroto, Proses Belajar……., hal. 212
akan dilaksanakan dilaksanakan agar peserta
didik dapat mengikutu proses pembelajaran dengan baik
pembelajaran yang akan dilaksanakan
Fase 2 Membentuk kelompok
Guru membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok
dimana setiap kelompok terdiri dari 5 orang
Peserta didik berkumpul dengan kelompok yang sudah
di bagi oleh guru
Fase 3 Siswa membuat
pertanyaan dan guru membimbing dalam
membuat pertanyaan Guru menugaskan kepada
setiap kelompok untuk membuat 5 pertanyaan dan
membimbing peserta didik untuk membuat pertanyaan
Peserta didik membuat 5 pertanyaan bersama
kelompoknya
Fase 4 Soal dilempar untuk di
jawab kelompok lain Guru menyuruh peserta didik
untuk melemparkan pertanyaan kepada kelompok
lain untuk dicari penyelesaiannya
Peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya untuk
menyelesaikan soal yang di ajukan oleh kelompok lain
Fase 5 Mempersentasikan
hasil kerja Guru menyuruh peserta didik
untuk mempersentasikan hasil kerjanya di depan kelas
dan menyuruh kelompok yang mengajukan pertanyaan
tersebut untuk menanggapi hasil persentasi tersebut
Peserta didik mempersentasikan hasil
kerjanya di depan kelas secara bergiliran dan peserta
didik yang lain menanggapi hasil persentasinya.
Fase 6 Pemberian penghargaan Guru memberikan
penghargaan kepada peserta didik berupa up lose
Peserta didik memberikan up lose kepada kelompok lain
Berdasarkan dari uraian tentang problem posing, disini terdapat beberapa manfaat pengajuan soal tersebut antara lain:
35
a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika peserta didik dicobakan
35
Ibid., hal. 2
untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan performennya dalam pemecahan masalah.
b. Merupakan tugas kegiatan yang mengarah pada sikap kritis dan kreatif. c. Mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan memecahkan masalah
dan sikap peserta didik terhadap matematika. d. Mendorong peserta didik untuk dapat lebih bertanggung jawab dalam
belajarnya. e. Mempertinggi kemampuan pemecahan masalah peserta didik, sebab
pengajuan soal memberi penguatan-penguatan dan memperkaya konsep- konsep dasar.
f. Menghilangkan kesan “keseraman” dan “kekunoan” dalam belajar matematika.
g. Mempersiapkan pola pikir atau kriteria berpikir matematis, berkolerasi positif dengan kemampuan memecahkan masalah.
Adapun kelebihan problem posing: 1. Kegiatan pembelajaran tidak berpusat pada guru tapi dituntut keaktifan
peserta didik. 2. Semua peserta didik terpacu untuk terlihat secara aktoif dalam membuat
soal. 3. Dalam membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan masalah. 37
4. Dapat membantu peserta didik untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang
mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluas bahasanpengetahuan,
peserta didik dapat memahami soal seagai latihan untuk memecahkan masalah.
36
D. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar