PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE UNTUK MENUMBUHKAN KESADARAN HAK ASASI MANUSIA PADA MATA PELAJARAN PPKn DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN 2015

(1)

DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO

TAHUN 2014-2015

(Tesis)

Oleh

A. HENI SETIO RAHAYU

PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE UNTUK MENUMBUHKAN KESADARAN HAK ASASI MANUSIA PADA MATA PELAJARAN PPKn

DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO

TAHUN 2015

Oleh :

A. HENI SETIO RAHAYU Abstrak

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan model pembelajaran value clarification technique (VCT) untuk menumbuhkan kesadaran hak asasi manusia dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah class room action research dengan siklus yang tahapannya adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique. Diketahui dari siklus I memperoleh skor 15 dengan kategori tidak baik, siklus II memperoleh skor 20 dengan kategori baik dan siklus III memperoleh skor 27 dengan kategori sangat baik. Pelaksanaan pembelajaran dalam kemampuan guru mengelola proses pembelajaran, Pada siklus I diperoleh skor 32 dengan kategori Cukup, siklus II memperoleh skor 40 dengan kategori cukup dan pada siklus III memperoleh skor 55 dengan kategori baik. Kesadaran hak asasi manusia siswa pada siklus I memperoleh skor 13 dengan kategori tidak baik, Siklus II memperoleh skor 25 dengan kategori Cukup dan siklus III skor 34 dengan kategori sangat baik.

Kata kunci : Model pembelajaran value clarification technique (VCT), kesadaran hak asasi manusia


(3)

HAK ASASI MANUSIA PADA MATA PELAJARAN PPKn DI KELAS XI SMA NEGERI 1

BANDAR SRIBHAWONO TAHUN 2014-2015

Oleh

A. HENI SETIO RAHAYU

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

Penulis dilahirkan di Teluk Betung 16 Juni 1967. Penulis adalah anak dari pasangan Bapak A. Hadi Sunaryo dan Ibu Seruni Suprihatin.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Sekolah Dasar Pelita Bhakti Teluk Betung selesai tahun 1980

2. Sekolah Menengah Pertama Pelita Bhakti Teluk Betung pada tahun 1983 3. Sekolah Menengah Ekonomi Atas Bhakti Karya Magelang pada tahun 1986 4. Diploma II Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Lampung selesai tahun

1988.

5. S.1 Dalam Jabatan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Lampung selesai tahun 2013.


(5)

Kebahagiaan bukan terletak dari harta ataupun benda

yang dimiliki tetapi manusia yang selalu mensyukuri


(6)

xi

Dengan Rasa Syukur yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa,

kupersembahkan karya kecil ini kepada :

Suamiku Lukmansyah, S.Pd. M.M. Alm

Buah hatiku, Mutiara Putri Aulia, Irfani Cahya Ningrum, dan

Ariq Rajasa Lukmansyah.

Ayahanda dan adik-adiku tercinta

Almamater Universitas Lampung

Keluarga Besar Social Studies dan Civic Education

Semua Yang Telah Menyayangi Ku


(7)

viii

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Value Clarification Techniqueuntuk Menumbuhkan Kesadaran Hak Asasi Manusia Pada Mata Pelajaran PPKn di kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Sribawono Tahun 2014.

Tesis ini di buat untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Kegeruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri penulis sendiri, penulisan tesis ini pun tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(8)

ix Lampung.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Alumni dan Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung dan sekaligus pembimbing I.

6. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku pembimbing II penulisan tesis. 7. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku pembahas I yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung. 10. Rekan-rekan angkatan 2013 Program Pascasarjana Magister Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

11. Serta kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang Bapak, Ibu, Saudara berikan, akan selalu mendapat pahala dari dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,


(9)

xi

Halaman

COVER ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

SANWACANA ... vii

MOTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Kegunaan Penelitian ... 10

1. Kegunaan Teoritis ... 10

2. Kegunaan Praktis ... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

1. Ruang Lingkup Subyek ... 12

2. Ruang Lingkup Objek ... 12

3. Ruang Lingkup Tempat ... 12

4. Ruang Lingkup Waktu ... 12

5. Ruang Lingkup Ilmu ... 12

II. TINJUAN PUSTAKA A. Hak Asasi Manusia ... 14

1. Kesadaran HAM ... 14

a. Kesadaran ... 14

b. Pengertian HAM ... 18

c. Macam-Macam HAM ... 19

d. Kesadaran HAM ... 21

2. Model Pembelajaran VCT ... 26


(10)

xii

e. Kelemahan Model Pembelajaran VCT ... 31

3. PendekatanScientific... 31

a. Pengertian PendekatanScientific... 32

b. Tujuan Pembelajaran dengan PendekatanScientific ... 32

c. Langkah-langkah PendekatanScientific ... 33

d. Kelebihan PendekatanScientific ... 39

e. Kekurangan PendekatanScientific ... 40

f. Prinsip dan Pendekatan Penilaian ... 41

4. Teori Belajar ... 41

a. Pengertian Belajar ... 44

5. Tinjauan Tentang PPKn ... 51

a. Pengertian PPKn ... 51

b. Visi Mata Pelajaran PPKn ... 55

c. Misi Mata Pelajaran PPKn ... 55

d. Fungsi Mata Pelajaran PPKn ... 56

e. Tujuan Mata Pelajaran PPKn ... 56

B. Penelitian yang Relevan ... 57

C. Kerangka Pikir ... 57

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 60

B. Prosedur Penelitian ... 60

C. Subyek Penelitian... 64

D. Obyek Penelitian ... 64

E. Teknik Pengumpulan Data ... 66

F. Teknik Analisis Data ... 67

G. Indikaator Keberhasilan ... 72

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 73

1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian ... 73

2. Visi dan Misi ... 75

B. Pelaksanaan Penelitian ... 77

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79

1. Hasil Siklus I ... 82

a. Tahap Perencanaan ... 82

b. Tahap Pelaksanaan ... 82

c. Hasil Observasi ... 88

d. Refleksi ... 94

e. Rekomendasi Siklus I ... 95

2. Hasil Siklus II ... 96

a. Tahap Perencanaan ... 96

b. Tahap Pelaksanaan ... 96

c. Hasil Observasi ... 107


(11)

xiii

b. Tahap Pelaksanaan ... 110

c. Hasil Observasi ... 114

d. Refleksi ... 120

e. Rekomendasi Siklus III ... 122

D. Pembahasan ... 123

E. Temuan Penelitian ... 135

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 139

B. Saran ... 140 DAFTAR PUSTAKA


(12)

Tabel Halaman

Tabel. 1. Masalah-Masalah yang Sering Muncul di Sekolah Dilakukan Oleh

Siswa ... 4

Tabel. 2. Data Harapan Mata Pelajaran PPKn dan Kenyataan di Lapangan Menumbuhkan Kesadaran HAM ... 6

Tabel. 3. Instrumen Penilaian Guru dalam Perencanaan Pembelajaran (RPP) dengan Penerapan Pembelajaran ... 68

Tabel. 4. Instrumen Penilaian Kesadaran Terhadap HAM ... 69

Tabel. 5. Instrumen Kisi-Kisi Observasi ... 70

Tabel. 6. Jadwal Penelitian ... 77

Tabel. 7. Skor hasil penilaian Kemampuan Guru Dalam Perencanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 88

Tabel. 8. Skor hasil penilaian Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Model pembelajaran VCT Siklus I... 90

Tabel. 9. Skor hasil penilaian Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Model pembelajaran VCT Siklus II ... 91

Tabel. 10. Skor hasil penilaian Kesadaran HAM Siklus I ... 92

Tabel.11. Skor hasil penilaian Efektifitas Pembelajaran VCT Siklus I ... 93

Tabel.12. Skor hasil penilaian Kemampuan Guru Dalam Perencanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II... 103

Tabel .13. Skor hasil penilaian Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Model pembelajaran VCT Siklus II ... 104

Tabel.14. Skor hasil penilaian Kesadaran HAM Siklus II ... 106

Tabel 15. Skor hasil penilaian Efektifitas Pembelajaran VCT Siklus II.... 106

Tabel.16. Skor hasil penilaian Kemampuan Guru Dalam Perencanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 116


(13)

Tabel.18. Skor hasil penilaian Kesadaran HAM Siklus III... 119 Tabel.19. Skor hasil penilaian Efektifitas Pembelajaran VCT Siklus III .. 120 Tabel.20. Jumlah Skor IPKG ... 125 Tabel .21. Jumlah Hasil Belajar Siswa dengan Pembelajaran VCT ... 127


(14)

Gambar Halaman

Gambar 1. Kerangka pikir... 59

Gambar 2. Prosedur Penelitian... 61

Gambar 3. Kegiatan Mengamati Siklus 1 ... 84

Gambar 4. Kegiatan Menanya Siklus 1... 85

Gambar 5. Kegiatan Mengasosiasikan Siklus 1 ... 86

Gambar 6. Kegiatan Mengkomunikasikan Siklus 1... 87

Gambar 7. Skor Hasil Penilaian Kesadaran HAM Siklus 1... 89

Gambar 8. Kegiatan Mengamati Siklus 2 ... 98

Gambar 9. Kegiatan Menanya Siklus 2 ... 99

Gambar 10. Kegiatan Mengasosiasikan Siklus II ... 100

Gambar 11. Mengkomunikasikan Siklus 2 ... 100

Gambar 12. Skor Hasil Penilaian Kesadaran HAM Siklus 2 ... 102

Gambar 13. Kegiatan Mengamati Siklus 3 ... 111

Gambar 14. Kegiatan Menanya Siklus 3 ... 112

Gambar 15. Kegiatan Mengasosiasikan Siklus 3 ... 113

Gambar 16. Kegiatan Mengkomunikasikan Siklus 3... 114

Gambar 17. Skor Hasil Penilaian Kesadaran HAM Siklus 3 ... 115

Gambar 18. Hasil belajar dari siklus 1 sampai siklus 3 ... 129

Gambar 19. Data Siswa yang Dinyatakan Tuntas ... 130

Gambar 17. Data Siswa yang Dinyatakan belum Tuntas ... 131


(15)

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 144

2. Surat Balasan Penelitian ... 145

3. Silabus Kelas XI ... 146

4. RPP Siklus 1 Pertemuan 1 ... 159

5. Instrumen Perencanaan RPP Siklus 1 ... 190

6. Instrumen Perencanaan RPP Siklus 2 ... 191

7. Instrumen Perencanaan RPP Siklus 3 ... 192

8. Instrumen Penilailan Kemampuan Guru (IPKG) Siklus 1 ... 193

9. Instrumen Penilailan Kemampuan Guru (IPKG) Siklus 2 ... 195

10. Instrumen Penilailan Kemampuan Guru (IPKG) Siklus 3 ... 197

11. Instrumen Kesadaran HAM Siklus 1 ... 198

12. Instrumen Kesadaran HAM Siklus 2 ... 199

13. Instrumen Kesadaran HAM Siklus 3 ... 200

14. Instrumen Efektivitas PembelajaranVCTSiklus 1 ... 201

15. Instrumen Efektivitas PembelajaranVCTSiklus 2 ... 202


(16)

ABSTRACT

VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE LEARNING MODEL APPLICATION FOR MAKING HUMAN RIGHT

REALIZATION OF CIVIC EDUCATION LESSON IN GRADE XI SMA NEGERI 1

BANDAR SRIBHAWONO 2014

A. HENI SETIO RAHAYU

The objective research is the knowing and analyze of Value Clarification Tehcnique (VCT) model applicication for making human right realization in learning process by civic education learning. This research used class room research with stage of cycle are planning, , implementation, observation, and reflection. The result of the research show that learning planning by using Value Clarification Technique learning Model. It is known siklus I obtain 15 score by no good category, siklus II obtain 20 score by good category, and siklus III obtain 27 score by very good category. The learning implementation of teacher ability manage the learning process. In the siklus I obtain 32 score by category was enough, siklus II obtain 40 score by category was enough and siklus III obtain 55 score by category was good. Student realization human right of Siklus I obtain 13 score by no good category, siklus II obtain 25 score by category was enough dan siklus III obtain 34 score by category was very good.


(17)

(18)

(19)

(20)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni. Sekolah merupakan salah satu media pendidikan formal yang diharapkan dapat mewujudkan peran pendidikan tersebut. Pendidikan di sekolah yang menyatukan pengembangan ranah pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai yang diharapkan dapat mengembangkan kepribadian dan perwujudan diri peserta didik. Hal ini disebabkan sekolah memiliki program terarah dan terencana, serta memiliki komponen-komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri.

Pencapaian tujuan pendidikan tentunya oleh banyak faktor, baik faktor internal (dalam diri), maupun faktor eksternal (dari luar diri). Faktor ekstrnal antara lain adalah fasilitas belajar mengajar, situasi belajar serta sarana dan prasarana. Sedangkan faktor internal antara lain adalah motivasi, sikap, dan kesadaran. Kesadaran diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Dengan adanya stimulus tersebut diharapkan peserta didik dapat memiliki keinginan untuk dapat menerima ilmu dari proses pembelajaran dan


(21)

memahami pengetahuan dari proses belajar itu sendiri.

Bukan hanya memahami pengetahuan saja, namun dari proses pembelajaran diharapkan peserta didik dapat memiliki nilai-nilai dari ilmu yang mereka peroleh di sekolah untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan tujuan pendidikan untuk dapat membentuk warga negara yang berkarakter. Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan membentuk warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan serta nilai-nilai kewarganegaraan.

Nilai-nilai tersebut antara lain, seorang warga negara yang memiliki rasa percaya diri, kemudian warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan. Dengan begitu warga negara akan menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan dan berkepribadian. Hal tersebut juga ditegaskan dalam misi dan tujuan dari pendidikan kewarganegaraan yaitu Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, dan berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Beberapa hal yang perlu dicapai tersebut lebih dalam termuat dalam materi PPKn SMA, yaitu mengenai Hak Asasi Manusia. Materi ini sangat penting dalam negara sistem demokrasi dan negara hukum seperti Indonesia. Penanaman kesadaran tentang hak asasi manusia kepada siswa merupakan bagian dari tujuan pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.


(22)

Proses pembelajaran dan penilaian dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pada umumnya lebih menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada penguasaan materi atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitif saja. Hakikatnya pendidikan pancasila dan kewarganegaraan tidak hanya berlangsung dalam pembelajaran di dalam kelas, melainkan pula melalui pendidikan secara lebih luas. Diharapkan dengan mempelajari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan siswa menjadi berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan dan dapat bertanggung jawab dalam tindakannya sehingga diharapkan tidak terjadi salah mengartikan kata demokrasi yang seharusnya tetap pada kaidah-kaidah hukum, norma yang ada untuk menghargai dan menghormati kewajiban dan hak orang lain.Pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan diharapkan dapat diaplikasikan oleh peserta didik dimanapun dan kapan pun tempat peserta berada.

Pengaplikasian nilai-nilai tersebut bukanlah suatu hal yang mudah. Mengingat bahwa untuk dapat mencapai tujuan materi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang lebih kepada ranah afektif (sikap) bukan suatu hal yang mudah. Hal tersebut dikarenakan untuk membentuk sikap peserta didik tentu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat seperti hanya 1 atau 2 jam pelajaran PPKn.

Keadaan tersebut menjadi bukti bahwa tugas yang diemban oleh pendidik sangat sulit, khususnya pada guru yang mengajarkan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Tujuan pembelajaran pendidikan pancasila dan


(23)

kewarganegaraan yang mengaharapkan peserta nantinya dapat menemukan nilai dan membentuk sikap menjadi tantangan tersendiri bagi guru PPKn. Dengan alokasi waktu yang minim, sarana yang memadai, serta kurangnya pemahaman dan kreatifitas guru dalam penyampaian materi PPKn menyebabkan nilai-nilai yang terkandung dalam materi PPKn tidak dapat diaplikasikan oleh peserta didik. Terutama materi mengenai HAM, kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai penghargaan terhadap HAM menjadi salah satu masalah dan bukti bahwa materi PPKn sangat erat kaitannya dengan sikap dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah tersebut terjadi di SMA Negeri 1 Bandar Sribawono, berdasarkan hasil wawancara kepada salah seorang siswa kelas XI di SMA Negeri I Bandar Sribawono menyatakan bahwa ada beberapa masalah yang terjadi di sekolahnya berkaitan pada materi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan atau sebagai peserta didik yang baik yaitu; dalam berorganisasi terutama OSIS ada saat diadakan diskusi kadang beberapa siswa melarang temannya untuk menyampaikan pendapat atau ide dan ada juga yang melarang teman-temannya yang lain bertanya apabila ingin mengajukan pertanyaan atau memberikan masukan (egois), hal ini tentunya berkaitan erat dengan ketidakpahaman terhadap hak asasi dalam memberikan pendapat, selain itu masalah yang sering terjadi adalah kadang siswa-siswa putra suka iseng mengganggu siswa putri atau berperilaku kurang sopan hal ini berkaitan erat dengan ketidakpahaman terhadap hak asasi manusia dari rasa aman, pada saat guru mengajar kadang ada siswa yang kurang menghormati guru atau kurang memperhatikan pada saat proses pembelajaran berlangsung bahkan membuat


(24)

gaduh suasana kelas sehingga menggangu bagi temanya yang lain, ada siswa yang kurang memahami dan mengahargai adanya pendapat yang berbeda. Di bawah ini disajikan beberapa contoh tindakan atau perilaku ketidakpahaman terhadap hak asasi manusia yang sering terjadi seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 1.2 Contoh bentuk Prilaku Ketidakpahaman Siswa terhadap HAM di SMA Negeri I Bandar Sribawono

No. Masalah yang sering terjadi tentang penghargaan HAM

Bentuk Ketidakpahaman/ Kurangnya Penghargaan HAM dan Kaitannya Pada Materi PPKn

1 Pada saat diskusi ada beberapa siswa kurang menghargai pendapat teman, kelompok dan melarang temannya yang lain menyatakan pendapatnya

HAM mengeluarkan pendapat/ politik

2 Ada beberapa siswa mengganggu siswi-siswi/ kurang berperilaku sopan

HAM merasa aman

3 Ada beberapa siswa mengolok-olok teman se kelas sehingga menyebabkan perkelahian

HAM merasa aman

4 Ada beberapa siswa kurang memperdulikan pelajaran dan penjelasan guru pada saat jam belajar di kelas, sehingga mengganggu teman yang lain.

HAM pendidikan dan pengajaran

5 Siswa kurang menghargai HAM orang lain/ kurang menghargai perbedaan yang ada

HAM pendidikan dan pengajaran

Sumber : Buku Catatan Guru Bimbingan Konseling Tahun 2014

Berdasarkan penyajian tabel di atas mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, terutama pada nilai-nilai yang berkaitan dengan materi HAM belum diaplikasikan dengan baik di sekolah tersebut. Ketidakberhasilan pengaplikasian nilai-nilai tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain media pembelajaran, kondisi siswa, dan metode atau tehnik guru


(25)

dalam menyampaikann materi. Dalam hal ini metode pembelajan memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran PPKn. Dengan metode yang tepat diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran hak asasi manusia pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat lebih menghargai sesama dalam pergaulan kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat., akan tetapi semua itu memerlukan sebuah proses yang tidak mudah dan cepat, karena melihat keterbatasan yang dimiliki oleh setiap individu dan sarana dalam proses menumbuhkan kesadaran tentang hak asasi manusia pada peserta didik. Berikut ini disajikan data harapan dan kenyataan yang terjadi dilapangan akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1.3 Data Harapan Mata Pelajaran PPKn dan Kenyataan di Lapangan Tentang Menumbuhkan Kesadaran HAM di SMA Negeri I Bandar Sribawono

No. Harapan Proses Pembelajaran PPKn

Kenyataan Proses Pembelajaran PPKn 1. Proses pembelajaran Pendidikan

PPKn berpusat pada siswa.

Proses pembelajaan Pendidikan PPKn berpusat pada guru. 2 Proses pembelajaran Pendidikan

PPKn menarik dan disenangi oleh siswa.

Proses pembelajaran Pendidikan PPKn monoton

3 Proses pembelajaran Pendidikan PPKn tidak hanya berlangsung di dalam kelas saja, melainkan bisa dilaksanakan di luar kelas

Proses pembelajaran PPKn masih terpaku dilaksanakan dan berlangsung di dalam kelas atau ruangan.

4 Proses penilaian harus

melingkupi 3 aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.

Proses penilaian hanya

menekankan pada saatu aspek saja yaitu aspek kognitif.

5 Materi Pendidikan PPKn di sajikan dengan menarik, dapat

Materi Pendidikan PPKn masih mengandalkan buku paket yang


(26)

menampilkan berupa film atau vidio pendek, dan ditunjang dengan sarana yang memadai

dimiliki oleh peserta didik.

Sumber: Observasi

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dianalisis bahwa guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman nilai dan sikap peserta didik. Metode yang mampu membina dan mempribadikan nilai dan moral, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata yaitu metode pembelajaran nilai (value clarivication method). Penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran VCT untuk menumbuhkan kesadaran terhadap penghargaan hak asasi manusia. VCT, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk:a)mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai;b)membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya;c)menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya.

Djahiri (2003: 116) menyatakan bahwaVCTdimaksudkan untuk “melatih dan

membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga


(27)

sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran VCT, sub fokus penelitian:

1. Perencanaan pembelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dengan model model pembelajaranVCT.

2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaranVCT

3. Kesadaran hak asasi manusia melalui model pembelajaranValue VCT 4. Efektivitas model pembelajaran VCT menumbuhkan kesadaran hak asasi

manusia.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dalam penelitian ini secara umum dirumuskan bagaimanakah penerapan model pembelajaran value clarification technique untuk menumbuhkan kesadaran hak asasi manusia pada mata pelajaran Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Sribawono Tahun 2014. dan secara khusus sebagai berikut:


(28)

kewarganegaraan menggunakan model pembelajaranVCT.

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan menggunakan model pembelajaranVCT.?

3. Bagaimana kesadaran hak asasi manusia siswa dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaranVCT.

4. Bagaimana efektivitas model pembelajaran VCT. Dalam menumbuhkan kesadaran hak asasi manusia siswa.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis penerapan model pembelajaran VCT untuk menumbuhkan kesadaran hak asasi manusia pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Sribawono Tahun 2014. sedangkan secara khusus untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Perencanaan pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan menggunakan model pembelajaranVCT.

2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan menggunakan model pembelajaranVCT.?

3. Kesadaran hak asasi manusia siswa dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran VCT

4. Efektivitas model pembelajaran VCT.Dalam menumbuhkan kesadaran hak asasi manusia siswa.


(29)

E. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji Instrumen hak azazi manusia. serta memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu dari lima tradisi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yakni citizenship tranmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek pendidikan Kewarganegaraan (citizenship education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler, dan aspek sosial budaya.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi guru sebagai suplemen ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan pada materi penegakan Hak Asasi Manusia dan Implikasinya.

2) Bagi sekolah, memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk dapat merubah sikap siswa dalam hubungan sosial.

3) Bagi siswa meningkatkan kemampuan memahami dan menjelaskan konsep dan nilai dalam materi Kewarganegaraan (ranah kognitif),


(30)

meningkatkan kecerdasan emosional siswa (ranah afektif), meningkatkan keterampilan berwarganegara (ranah psikomotorik).

F. Ruang Lingkup

1). Ruang Lingkup Penelitian a. Ruang Lingkup Subyek

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Bandar Sribawono tahun pelajaran 2014/ 2015.

b. Ruang Lingkup Obyek

Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran VCT dan kesadaran hak asasi manusia.

c. Ruang lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandar Sribawono Kabupaten Lampung timur.

d. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat Izin Penelitian Pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian ini.

2) Ruang Lingkup Ilmu

Pendidikan IPS (Social Studies) menurut (Somantri dalam Sapriya 2002: 92), ” Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin


(31)

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan”.

Menurut Nu’man Somantri (2001: 92). “PIPS adalah suatu synthetic discipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Makna synthetic discipline, bahwa PIPS bukan sekedar mensistesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Pendidikan IPS memuat tiga sub tujuan, yaitu; Sebagai pendidikan kewarganegaraan, sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinya dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, dan sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikan dari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.

Tujuan pendidikan IPS secara umum adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi spiritual, personal, sosial, dan intelektual. PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan ketrampilan intelektual (Jarolimek dkk, 1993: 5-8).

Selain itu kaitan IPS dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, menurut Sapriya (2011:13-14) tradisi Social Studies yang semula tiga, yaitu: (1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as


(32)

citizenship transmission), (2) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as social sciences),(3) IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry), kini telah berkembang menjadi lima tradisi dengan tambahan (4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Social Studies associal criticism), (5) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as personal development of the individual). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan subsistem (bagian) pendidikan IPS yang dapat dikaji melalui konsep IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission).


(33)

A. Hak Asasi Manusia

1. Kesadaran Hak Asasi Manusia a. Kesadaran

Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness). Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Namun, kesadaran juga mencakup dalam persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat.

Menurut Nias (http://niasonline.net/), menyatakan bahwa dalam psikologi

“kesadaran didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu pada saat ini

terhadap rangsangan eksternal dan internal, artinya terhadap persitiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran”.

Kesadaran merupakan kajian utama pada bidang Psikologi pada era William James, namun menjadi tidak fokus utama ketika Psikoanalisis dan Behaviorisme berkembang dengan pesat, namun sejak tahun 1970-an kembali menjadi fokus dalam psikologi setelah banyak penelitian tentang kesadaran. Kesadaran adalah suatu kondisi yang kompleks sehingga timbul beberapa teori


(34)

dari berbagai bidang untuk menjelaskan hakekat dari kesadaran misalnya dari filsafat, psikologi, neurosains, fisika kuantum, PPKn, mistik, dan pendekatan Integral.

Kesadaran merujuk pada keawasan kejadian eksternal dan sensasi internal, termasuk keawasan terhadap diri sendiri dan berbagai pikiran tentang pengalaman keadaan fisiologis saat seseorang sedang terlibat dengan lingkungan. Dengan demikian, seseorang yang dalam keadaan tidur tidak sama kesadarannya dengan ketika ia sedang dalam keadaan terjaga. Secara garis besar kesadaran itu dibagi menjadi 2 bagian:

1. Kesadaran pasif

Kesadaran pasif yaitu keadaan dimana seorang individu itu bersikap menerima segala stimulus yang diberikan pada saat itu, baik stimulus eksternal dan stimulus internal.

2. Kesadaran Aktif

Kesadaran aktif yaitu keadaan dimana seseorang menitiberatkan pada inisiatif dan mencari dan dapat menyeleksi stimulus-stimulus yang diberikan.

Menurut Carl G Jung Kesadaran menurut Jung terdiri dari 3 sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran atau biasa disebut ego, ketidasadaran pribadi (personal unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconscious).

http://wantik.wordpress.com/2014.02/20/ newsletter dan komik terbitan PUSHAM UII / (dikutip tanggal 20 Agustus 2014)


(35)

a) ego

Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan identitas dan kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.

b) Ketidaksadaran Pribadi

Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya lemah juga disimpan kedalam personal unconscious. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa.

Kompleks adalah kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran dan ingatan-ingatan yang ada dalam personal unconscious. Setiap kompleks memilki inti yang menarik atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, semakin kuat daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentu akan didominasi oleh ide, perasaan dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu


(36)

c) Ketidaksadaran kolektif

Menurut Sigmeud Freud Dalam teori tentang alam sadar (Conscious Mind), Freud menjelaskan bahwa alam sadar adalah satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.Terkait dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan oleh Freud sebagai alam pra-sadar (Preconscious Mind), yaitu jembatan antara Conscious dan Unconscious, berisikan segala sesuatu yang yang dengan mudah dipanggil ke alam sadar, seperti kenangan-kenangan yang walaupun tidak kita ingat ketika kita berpikir, tetapi dapat

dengan mudah dipanggil lagi, atau seringkali disebut sebagai “kenangan yang

sudah tersedia” (available memory).

Alam bawah sadar (Unconscious Mind), merupakan bagian yang paling dominan dan penting dalam menentukan perilaku manusia. Mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke dalamnya karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan pahit atau emosi yang terkait dengan trauma.

Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana seperti makanan atau seks, daya-daya neurotik, atau motif yang mendorong seorang seniman atau ilmuwan berkarya. Namun anehnya, menurut Freud, kita sering terdorong untuk mengingkari atau menghalangi seluruh bentuk motif ini naik ke alam sadar. Oleh karena itu, motif-motif itu kita kenali dalam wujud samar-samar.


(37)

b. Pengertian Hak Asasi Manusia

Sacara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia lahir pada tanggal 10 Desember 1948, ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal HAM. Yang di dalamnya memuat 30 pasal, yang kesemuanya memaparkan tentang hak dan kewajiban umat manusia.

Secara eksplisit, HAM adalah suatu yang melekat pada manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.Adapun isi dalam mukadimah Deklarasi Unuversal tentang HAM oleh PBB adalah:

1. pengakuan atas martabat dan hak-hak yang sama bagi semua anggota keluarga, kemanusiaan dan keadilan didunia.

2. mengabaikan dan memandang rendah hak asai manusia akan menimbulkan perbuatan yang tidak sesuai dengan hati nurani umat manusia.

3. hak–hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hokum

4. persahabatan antara Negara-negara perlu dianjurkan

5. memberikan hak-hak yang sama baik laki-laki maupun perempuan 6. memberi penghargaan terhadap pelaksanaan hak-hak manusia dan

kebebasan asa umat manusia

7. melaksanakan hak-hak dan kebebasan secara tepat dan benar.

Berikut ini pengertian HAM menurut beberapa ahli:

Menurut Dardji Darmodiharjo, (2010: 12) HAM adalah hak-hak dasar/ pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagi anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Laboratorium Pancasila IKIP Malang: HAM adalah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.


(38)

HAM merupakan hak paling individu dan suatu pelaksanaan umum yang baku bagi semua bangsa dan Negara dan merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa, yang wajib dihormati , dijunjung tinggi yang dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabt manusia.

Hak Asasi Manusia merupakan hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya (Google, Thu, 13/07/2006)

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan/ tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.

a. Macam-macam HAM

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia Menurut Alkatiri (2010:54):


(39)

1. Hak asasi pribadi /personal Right

a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat

c. Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan

d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak asasi politik /Political Right

a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

c. Hak membuat dan mendirikan parpol/ partai politik dan organisasi politik lainnya

d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak asasi hukum/Legal Equality Right

a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil/ PNS c. Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum

4. Hak asasi Ekonomi /Property Rigths

a. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak

c. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll d. Hak kebebasan untuk memiliki susuatu


(40)

5. Hak Asasi Peradilan/Procedural Rights

a. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan

b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya/Social Culture Right

a. Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan b. Hak mendapatkan pengajaran

c. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

http://uzairsuhaimi.files.wordpress.com/2009/11/focus-group-discussion2.pdf (dikutip tanggal 22 Agustus 2014)

c. Kesadaran Hak Asasi Manusia

Berbagai pembahasan HAM dirasakan perlu untuk jalan menuju kepada penilaian kepada usaha-usaha peningkatan kesadaran HAM secara umum di Indonesia. Hal pertama yang harus dikemukakan ialah bahwa Indonesia, dibanding dengan negara-negara yang sudah amat maju dalam mengembangkan kesadaran tentang hak-hak itu tentu masih jauh ketinggalan. Tetapi sesungguhnya ketertinggalan itu tidaklah sedemikian parahnya. Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memang baru dibentuk dan tampil beberapa tahun terakhir ini saja. Dan sebelum Komnas HAM, telah berdiriberbagai LSM yang berdedikasi kepada usaha penegakan hak-hak asasi dan peningkatan kesadarannya dalam masyarakat umum. Tetapi, untuk menyebut satu contoh, Kanada pun, sebagaimana telah disebut


(41)

di atas, baru pada tahun 1982 memiliki ketegasan sikap untuk HAM. http://uzairsuhaimi.files.wordpress.com/2009/11/focus-group-discussion2.pdf (dikutip tanggal 22 Agustus 2014)

Meningkatnya kesadaran HAM di negeri ini sebenarnya dapat dipandang sebagai pancaran kehadiran Komnas HAM itu sendiri. Usaha-usaha terarah memang dilakukan, namun efektifitas kehadiran Komnas dalam menciptakan suasana umum yang mendukung tumbuhnya kesadaran hak-hak asasi adalah yang utama. Keputusan-keputusan dan sikap-sikap yang diambil untuk berbagai kasus, yang dirasakan oleh umum sebagai cukup adil dan obeytkif, telah menimbulkan lingkungan sosial politik yang berkepercayaan kepada nilai-nilai hak asasi

Mengenai hak asasi manusia di negara Indonesia telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-1 yang dinyatakan dengan tegas, yaitu bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal ini menunjukkan, bahwa bangsa Indonesia sejak pertama kali memproklamasikan kemerdekaan telah memperhatikan hakikat hak asasi manusia. Oleh karena itu, kesadaran terhadap hak asasi manusia pada setiap warga negara Indonesia harus ditingkatkan terlebih lagi bagi generasi penerus bangsa Indonesia. Maka dibutuhkan suatu alat yang dapat menerapkan kesadaran hak asasi manusia pada setiap warga negara.


(42)

Pendidikan adalah salah satu alat untuk membangun bangsa Indonesia melalui generasi mudanya. Karena pendidikan memberikan arti penting dalam masa perkembangan generasi muda, khususnya dalam perkembangan sikap dan perilaku guna memberikan arah dan penentuan pandangan hidupnya. Pendidikan memiliki hakikat mengajarkan manusia untuk menjunjung etika, moral, akhlak, budi pekerti serta perilaku manusia yang dapat menciptakan suatu kehidupan yang baik. Pendidikan juga merupakan salah satu alat dalam pembinaan kesadaran hak asasi manusia baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Effendi (2008: 36) yaitu :

Bentuk kejelasan pemerintah di dalam menegakkan HAM salah satunya dengan menyebarluaskan pemahaman HAM ke dalam dunia pendidikan, menjadi pedoman aparat/pejabat, para profesional, dan juga diketahui anggota masyarakat luas (grass root), antara lain kalangan buruh dan tani.

Dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMP/MTS yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) 2006, HAM merupakan salah satu aspek dalam ruang lingkup mata pelajaran PKn yang meliputi Hak dan Kewajiban Anak, Hak dan Kewajiban Anggota Masyarakat, Instrumen Nasional dan International HAM, Pemajuan, Penghormatan dan Perlindungan HAM.

Materi Hak Asasi Manusia dibelajarkan dalam PPKn dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap hak asasi manusia. Tujuannya adalah untuk mencegah siswa melakukan tindakan yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Kenyataan ini sesuai dengan misi dari


(43)

mata pelajaran PPKn, yaitu sebagai mata pelajaran yang membentuk warga negara agar memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter.

Kesadaran akan hak asasi manusia memang diperlukan dan tidak hanya sekedar kampanye publik, tetapi memerlukan sistem penanaman nilai sejak dini yaitu melalui sistem pendidikan yang secara sengaja memasukkan materi Hak Asasi Manusia. Di sekolah banyak siswa yang melakukan perilaku yang bertentangan dengan hak asasi manusia, seperti tidak menghargai pendapat teman, menghina guru, tidak hormat kepada orang tua, tidak menghargai hak asasi temannya, serta hanya menuntut haknya saja sebagai siswa tanpa melaksanakan kewajiban. Dengan demikian materi mengenai Hak Asasi Manusia yang diberikan kepada siswa diharapkan dapat membentuk kesadaran hak asasi manusia sejak dini sebagai upaya dalam pembinaan warga negara yang baik yaitu warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter serta memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya, sebagaimana dirumuskan dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional berikut ini :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional)

Karakteristik warga negara sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 merupakan ciri manusia Indonesia seutuhnya. Artinya, manusia Indonesia yang utuh adalah manusia Indonesia yang beriman


(44)

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, sehat jasmani dan rohaninya, berilmu pengetahuan, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Sedangkan tujuan dari PPKn adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Depdiknas, 2006: 49)

Dengan tujuan PPKn di atas, selayaknya pembelajaran Hak Asasi Manusia dalam PPKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan intelektual dan pengalaman. Oleh karena itu, ada yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mempersiapkan pembelajaran Hak Asasi Manusia di kelas, selain bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran, juga perlu memperhatikan berbagai strategi belajar yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah sosial yang bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warga negara yang baik. Jadi guru harus mampu berperan sebagai inisiator, direktor, fasilitator, organisator, serta kompetensi-kompetensi yang lainnya yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru sehingga tujuan belajar dapat tercapai.


(45)

Oleh karena itu pembelajaran hak asasi manusia pada PKn perlu dibangun dan dikembangkan guna melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa yang memerlukan kesadaran hak asasi manusia dari setiap warga negaranya, sehingga tujuan dari pembelajaran hak asasi manusia tercapai yaitu terciptanya warga negara yang mau dan mampu untuk menjunjung tinggi hak asasinya.

2. Model Pembelajaran VCT a. PengertianVCT

Value Clarification Technique, (VCT) adalah salah satu model pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (2003: 115) mengemukakan bahwaValue Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya Value Clarification Technique, (VCT) berfungsi untuk:a)mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai;b)membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya;c)menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (2003: 116) menyimpulkan bahwa Value Clarification Technique, (VCT) dimaksudkan untuk “melatih dan

membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga


(46)

Model pembelajaran yang mengklarifikasi nilai(value clarification technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

Pola pembelajaran VCT, menurut A. Kosasih Djahiri (1992: 35), dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina dan mempribadikan nilai dan moral; kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan; ketiga mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya; kelima, mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan; keenam, mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai moral yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang; ketujuh, menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

Menurut A. Kosasih Djahiri (2003) model pembelajaran VCT meliputi: metode percontohan, analisis nilai, daftar/matriks, kartu keyakinan, wawancara, yurisprudensi dan teknik inkuiri nilai. Selain itu, dikenal juga dengan metode bermain peran, diskusi, curah pendapat. Metode dan model di atas dianggap sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran PKn, karena mata pelajaran PKn


(47)

mengemban misi untuk membina nilai, moral, sikap dan prilaku siswa, disamping membina kecerdasan (knowledge) siswa.

b. Tujuan Model PembelajaranVCT

Jarolimek (1993: 40) menjelaskan tujuan dari pembelajaran dengan Value clarification technique(VCT) sebagai berikut:

1. Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai.

2. Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina ke arah peningkatan dan pembentulannya.

3. Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa.

4. Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.

c. LangkahLangkah PembelajaranVCT

John Jarolimek (1993: 35) menjelaskan langkah pembelajaran dengan Value clarification technique(VCT) dalam 7 tahap yang dibagi ke dalam 3 tingkat, setiap tahapan dijelaskan sebagai berikut.

1. Kebebasan Memilih, Pada tingkat ini terdapat 3 tahap, yaitu: (1) Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang


(48)

menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh; (2) Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif pilihan secara bebas; (3) Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya.

2. Menghargai, Terdiri atas 2 tahap pembelajaran, yaitu; (1) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian dari dirinya; (2) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum. Artinya, bila kita menggagap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.

3. Berbuat, Pada tahap ini, terdiri atas 2 tahap, yaitu; (1) Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya (2) Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupannya sehari-hari.

Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam mengimplementasikan VCT melalui proses dialog yaitu :

1. Hindari penyampaian pesan melalui proses pemberian nasihat, yaitu memberikan pesan-pesan moral yang menurut guru dianggap baik.

2. Jangan memaksa siswa untuk memberi respons tertentu apabila memang siswa tidak menghendakinya.


(49)

3. Usahakan dialog dilaksanakan secara bebas dan terbuka, Sehingga siswa akan mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apa adanya.

4. Dialog dilaksanakan kepada individu, bukan kepada kelompok kelas. 5. Hindari respons yang dapat menyebabkan siswa terpojok, Sehingga ia

menjadi defensif.

6. Tidak mendesak siswa pada pendirian tertentu. 7. Jangan mengorek alasan siswa lebih dalam.

Sistem pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran VCT Sistem pendukung adalah penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Sistem pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran VCT adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya perpustakaan yang dapat mendukung proses pembelajaran. 2. Adanya sumber belajaran yang lain dan narasumber yang dapat

dimanfaakan oleh siswa

d. Kelebihan Model PembelajaranVCT

Kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran VCT menurut Djahiri (2003:67), siswa lebih dapat aktif, mengerti tujuan dan serta arah pembelajaran yang akan di capai dan dapat mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apa adanya. Selain itu siswa akan tercipta suasana dialog yang terlaksana secara bebas dan terbuka. (Thursan Hakim, 2005:57). Dengan demikian siswa akan berekplorasi dengan mancari informasi dari berbagai


(50)

sumber untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya tahu dan mengerti nilai-nilai yang terkandung dan yang dibahas dalam proses pembelajaran namun, siswa juga dibelajarkan bagaimana menggunakan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

e. Kelemahan Model PembelajaranVCT

Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru.

3. PendekatanSaintific

Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, menyajikan/mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang


(51)

spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

a. PengertianScientific

Menurut Kemendikbud (2013) Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

b. Tujuan Pembelajaran dengan PendekatanScientific

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:


(52)

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

c. Langkah-Langka Pendekatan Scientific

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran Kemendikbud (2013) meliputi :

1. Observing(mengamati)

Objek PPKn yang dipelajari dalam PPKn adalah buah pikiran manusia, sehingga bersifat abstrak. Mengamati objek PPKn dapat dikelompokkan dalam dua macam kegiatan yang masing-masing mempunyai ciri berbeda, yaitu:

a. Mengamati fenomena lingkungan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik PPKn tertentu.Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindera dan dapat dijelaskan serta dinilai secara ilmiah. Melakukan pengamatan terhadap fenomena


(53)

dalam lingkungan kehidupan sehari-hari tepat dilakukan ketika siswa belajar hal-hal yang terkait dengan topik-topik PPKn yang pembahasannya dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari secara langsung. Fenomena yang diamati akan menghasilkan pernyataan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pernyataan tersebut dituangkan dalam bahasa PPKn atau menjadi pembuka dari pembahasan objek PPKn yang abstrak.

b. Mengamati objek PPKn yang abstrak

Kegiatan mengamati objek PPKn yang abstrak sangat cocok untuk siswa yang mulai menerima kebenaran logis. Siswa tidak mempermasalahkan kebenaran pengetahuan yang diperoleh, walaupun tidak diawali dengan pengamatan terhadap fenomena. Kegiatan mengamati seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai kegiatan mengumpulkan dan memahami kebenaran objek PPKn yang abstrak. Hasil pengamatan dapat berupa definisi, aksioma, postulat, teorema, sifat, grafik dan lain sebagainya. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

2. Questioning(menanya)

Menurut Bell (1978), objek kajian PPKn yang dipelajari siswa selama belajar di sekolah dapat berupa fakta (PPKn), konsep (pengertian pangkal, definisi), prinsip (teorema, rumus, sifat), danskill(algoritma/prosedur). Fakta, konsep, prinsip,skilltersebut adalah buah fikiran manusia, sehingga bersifat abstrak. Dalam


(54)

mempelajari konsep atau prinsip PPKn yang tergolong sebagai pengetahuan, sebagaimana disampaikan oleh Piaget (Wadsworth, 1984) sangat perlu dipertimbangkan bahwa tingkat berpikir siswa. Proses pembelajaran untuk memahami konsep dan prinsip PPKn perlu dikelola dengan langkah-langkah pedagogis yang tepat dan difasilitasi media tertentu agar buah pikiran yang abstrak tersebut dapat dengan mudah dipahami siswa. Langkah pedagogis dan penggunaan media tersebut menuntut siswa dan guru terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan yang menggiring pemikiran siswa secara bertahap, dari yang mudah (konkret) menuju ke yang lebih kompleks (abstrak) sehingga akhirnya pengetahuan diperoleh oleh siswa sendiri dengan bimbingan guru.

Dalam hal mempelajari keterampilan berprosedur PPKn, kecenderungan yang ada sekarang adalah siswa gagal menyelesaikan suatu masalah PPKn jika konteksnya berbeda, walaupun hanya sedikit perbedaannya. Ini terjadi karena siswa cenderung menghafal algoritma atau prosedur tertentu. Pada diri siswa tidak terbangun kreativitas dalam berprosedur. Kreativitas berprosedur dapat dibangkitkan dari pemberian pertanyaan yang tepat. Pertanyaan-pertanyaan didesain agar siswa dapat berpikir tentang alternatif-alternatif jawaban atau alternatif-alternatif cara berprosedur. Dalam hal ini guru diharapkan agar menahan diri untuk tidak memberi tahu jawaban pertanyaan. Apabila terjadi kendala dalam proses menjawab pertanyaan, atau diprediksi terjadi kendala dalam menjawab pertanyaan, guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan secara bertahap yang mengarah pada diperolehnya jawaban pertanyaan oleh siswa sendiri.


(55)

Di sinilah peran guru dalam memberikanscaffoldingatau ‘pengungkit’ untuk memaksimalkanZPD (Zone Proximal Development)yang ada pada siswa (Chambers, 2007).

3. Associating(menalar)

Secara umum dapat dikatakan bahwa penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam proses pembelajaran PPKn, pada umumnya proses menalar terjadi secara simultan dengan proses mengolah atau menganalisis kemudian diikuti dengan proses menyajikan atau mengkomunikasikan hasil penalaran sampai diperoleh suatu simpulan. Bentuk penyajian pengetahuan atau ketrampilan PPKn sebagai hasil penalaran dapat berupa konjektur atau dugaan sementara atau hipotesis.

Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.Penalaran induktifmerupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada hasil pengamatan inderawi atau pengalaman empirik. Penalaran deduktifmerupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus (Sudarwan, 2013:


(56)

45). Penalaran yang paling dikenal dalam PPKn terkait penarikan kesimpulan adalah modus ponen, modus tolen dan silogisme.

Sesuai dengan tingkat berpikirnya, siswa SD/MI dan SMP/MTs yang umumnya dalam tingkat berpikir operasional konkret dan peralihan ke tingkat operasional formal, sehingga cara memperoleh pengetahuan PPKn pada diri siswa SD/MI dan SMP/MTs banyak dilakukan dengan penalaran induktif, sedangkan untuk siswa SMA/MA sudah mulai banyak dilakukan dengan penalaran deduktif.

4.Experimenting(mencoba)

Berdasarkan hasil penalaran yang diperoleh pada tahap sebelumnya yakni berupa konjektur atau dugaan sementara sampai diperoleh kesimpulan, maka selanjutnya perlu dilakukan kegiatan ‘mencoba’. Kegiatan mencoba dalam proses pembelajaran PPKn di sekolah dimaknai sebagai menerapkan pengetahuan atau keterampilan hasil penalaran ke dalam suatu situasi atau bahasan yang masih satu lingkup, kemudian diperluas ke dalam situasi atau bahasan yang berbeda lingkup.

Tahap mencoba ini menjadi wahana bagi siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari bersama guru. Dengan memfasilitasi kegiatan ‘mencoba’ ini siswa diharapkan tidak terkendala dalam memecahkan permasalahan PPKn yang merupakan salah satu tujuan penting dan mendasar dalam belajar PPKn. Pengalaman ‘mencoba’ akan melatih siswa yang memuat latihan mengasah pola pikir, sikap dan


(57)

kebiasaan memecahkan masalah itulah yang akan banyak memberi sumbangan bagi siswa dalam menuju kesuksesan mengarungi kehidupan sehari-harinya. Kurikulum 2013 secara eksplisit menyiapkan siswa agar terampil memecahkan masalah melalui penataan kompetensi kompetensi dasar PPKn yang dipelajari siswa. Kegiatan mencoba mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data.

5.Networking(membentuk jejaring)

Membentuk jejaring dimaknai sebagai menciptakan pembelajaran yang kolaboratif antara guru dan siswa atau antar siswa. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar melaksanakan suatu teknik pembelajaran di kelas. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama (Kemdikbud, 2013: 23).

Dalam kegiatan pembelajaran kolaboratif, fungsi guru lebih sebagai manajer belajar dan siswa aktif melaksanakan proses belajar. Dalam situasi pembelajaran kolaboratif antara guru dan siswa atau antar siswa, diharapkan terjadi siswa berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing, sehingga pada diri siswa akan tumbuh rasa aman, yang selanjutnya akan memungkinkan


(58)

siswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.

Membentuk jejaring dapat dilaksanakan dengan memberi penugasan-penugasan belajar secara kolaboratif. Penugasan kolaboratif dapat dilaksanakan pada proses mengamati, menanya, menalar atau mencoba. Selain belajar mengasah sikap empati, saling menghargai dan menghormati perbedaan, berbagi, dengan diterapkannya pembelajaran kolaboratif maka bahan belajar PPKn yang abstrak diharapkan akan menjadi lebih mudah dipahami siswa.

Kegiatan membentuk jejaring adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar / sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan atau unjuk karya.

d. Kelebihan PendekatanScientific

Siswa dapat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Siswa ajak untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari bersama guru dan selain itu Penilaian yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran di dapat dari semua aspek. (Kemdikbud, 2013: 26).


(59)

e. Kekurangan Pendekatanscientific

a. Guru jarang menjelaskan

Penilaian autentik menurut Suharsimi Arikunto (2008: 46) merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas: membaca dan meringkasnya, eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media, membuat karangan, dan diskusi kelas.

Jenis penilaian autentik antara lain penilaian kinerja, penilaian portofolio, dan penilaian projek, termasuk penilaian diri peserta didik. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaianautentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran.

Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.


(60)

f. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

• Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

• Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar (prosedur dan kriteria yang jelas) dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

• Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

• Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

• Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

• Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

• Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

• Edukatif, berarti penilaian bersifat mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

4. Teori Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena


(61)

adanya usaha secara sengaja melalui kegiatan pembelajaran. Sebagai bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Sebagai suatu proses pembelajaran, belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan waktu yang cukup untuk berpikir ketika siswa menghadapi masalah, sehingga siswa membangun gagasannya sendiri, tidak membantu siswa terlalu dini dan menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan.

Proses pembelajaran adalah suatu proses belajar dan mengajar yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Sebagai suatu proses pembelajaran, belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Belajar merupakan suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang seperti peningkatan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain.

Sedangkan mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Sama halnya dengan belajar, mengajar pun hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan


(62)

bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. (Sudjana, 2004: 59)

Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 1) “Proses belajar mengajar adalah suatu

proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.

Selanjutnya dalam buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam terbitan

Depag RI (1990: 1), “Belajar mengajar sebagai suatu proses dapat

mengandung dua pengertian yaitu rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan dapat pula berbarti sebagai rentetan kegiatan perancangan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program

tindak lanjut.”

Bersdasarkan beberapa Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama jadi, keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oelh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.


(63)

Belajar merupakan proses yang terus terjadi secara berkesinambungan dalam kehidupan manusia baik dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Belajar

adalah ”merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru, dan

lain sebagainya” (Sardiman 2004: 20).

Sebagaimana dikatakan (Arikunto 2009: 19) bahwa: ”belajar diartikan sebagai

suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mangadakan perubahan dalam diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap”.

Perubahan tingkah laku tidak akan terjadi tanpa adanya usaha yang dilakukan oleh siswa. Usaha tersebut merupakan aktivitas belajar siswa. Aktivitas merupakan asas yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, sebagaimana dikatakan Sardiman (2004: 95) bahwa: ”aktivitas belajar

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi proses pembelajaran.

Belajar adalah suatu proses dimana peserta didik yang harus aktif, guru hanya

berperan sebagai fasilitator. “Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing” (Asri Budinangsih: 2004: 10).

Sebagaimana dikatakan Arikunto (2009: 19) bahwa: ”belajar diartikan sebagai

suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mangadakan perubahan dalam diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan


(64)

dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap”.

Perubahan tingkah laku tidak akan terjadi tanpa adanya usaha yang dilakukan oleh siswa. Usaha tersebut merupakan aktivitas belajar siswa. Aktivitas merupakan asas yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, sebagaimana dikatakan Sardiman (2004: 95) bahwa: ”aktivitas belajar

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar

mangajar”.

Menurut Trursan Hakim (2000: 01) mengatakan bahwa ” belajar adalah suatu

proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut di tempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, pemahaman, daya pikir dan

pengetahuan ”.

Menurut Hamalik (2004: 24-25) bahwa segala kegiatan belajar yang dilakukan seseorang yang berupa kegiatan mendengarkan, merenungkan, menganalisa, berpikir, membandingkan, dan menghubungkan dengan masa lampau.

Menurut Gagne (1997: 23) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Soemanto (1998: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut:


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, yang telah dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaranvalue clarification techniquepada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Bandar Sribawono tahun pelajaran 2014/ 2015, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique sangat penting dalam proses pembelajaran sebagai bahan acuan ataupun petunjuk yang akan mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Perencanaan yang baik dan matang akan berdampak pada hasil yang seperti yang diharapkan.

2) Pelaksanaan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan penerapan model pembelajaranvalue clarification technique dapat menumbuhkan kesadaran HAM pada siswa. Selain itu guru dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, dan siswa dapat lebih mengenali dirinya serta membuat siswa lebih kreatif, siswa dapat berfikir lebih mendalam karena ajarkan menganalisis materi, sehingga siswa dapat mempertimbangkan sesuatu lebih baik dalam mengambil keputusan, dan memahami pentingnya kesadaran HAM.


(2)

140

3) Kesadaran siswa terhadap hak asasi manusia dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan penerapan model pembelajaran value clarification technique menunjukkan adanya perubahahan yang signifikan pada setiap siklus dimana hal ini membuktikan bahwa kesadaran akan hak asasi manusia dalam kategori baik.

4) Teknik mengklarifikasi nilai(value clarification technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa sehingga dapat dikatakan efektif. Efektivitas model pembelajaran tersebut dapat terlihat motivasi dan hasil yang diperoleh terus mengalami perkembangan yang baik.

B. Saran

1) Kepada guru SMA Negeri 1 Bandar Sribawono hendaknya menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dan salah satunya adalah dengan model pembelajaran value clarification technique.

2) Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar.


(3)

sebaik-141

baiknya dengan memperhatikan petunjuk dan arahan yang diberikan oleh guru sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan diharapkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009.Penelitian TindakanKelas.Bumi Aksara. Jakarta

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Budinangsih, A. 2004.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Yogyakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan , Standar Isi PKn SMA/MA. BSNP, 2006.

Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan ,StandarProses.BSNP,2007. Jakarta.

Cholisin. 2004. Perspektif Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Kaifa. Bandung.

Darmodiharjo, Darji. Dkk. 1991.Santiaji Pancasila. Usaha Nasional. Surabaya. Departemen Pendidikan Nasional, 2003.Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional.Sinar Grafika: Jakarta

Djahiri. (2003).Pemilihan Strategi dan Media Pembelajaran dan Portofolio Learning and Evaluation Based. Depdiknas: Jakarta.

Dalyon, M. 1997.Psikologi Pendidikan.PT Rineka Cipta. Jakarta. 218 hal Dahlan, M. D. 1984.Model-Model Mengajar.CV. Diponegoro. Bandung. Dimyati dan Mudjiono. 1999.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.2006.

Perkembangan PKn Pasca KBK dan Praktik Pembelajarannya. Depdiknas Gorontalo

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Effendi, Luqman, 2008. Modul Dasar-Dasar Sosiologi&Sosiologi Kesehatan. PSKM FKK UMJ: Jakarta.


(5)

Eggen dan Kauchak. 1996. Strategy For Teacher. Allyn And Bacon Publisher. Boston.

Gagne,Ellen,D.1997.The Cognitive Psychology of School Learning. Little, Brown and Company. Boston.

Hakim, Thursan. 2005.Belajar Secara Efektif.Puspa Swara. Jakarta. Hakim, Thursan. 2000.Belajar secara Efektif. PT Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

http://dian_p.student.fkip.uns.ac.id/2009/12/04/MACAM-MACAM-METODE-PEMBELAJARAN/ (dikutip tanggal 24 November 2012)

http://wantik.wordpress.com/2014.02/20/ newsletter dan komik terbitan PUSHAM UII / (dikutip tanggal 20 Agustus 2014)

http://wantik.wordpress.com/2008.09/03/makalah-seminar/ (dikutip tanggal 21 November 2012)

http://uzairsuhaimi.files.wordpress.com/2009/11/focus-group-discussion2.pdf (dikutip tanggal 22 Agustus 2014)

Jerolimek, John & Parker, Walter C. 1993. Social Studies in Elementary School. (9th ed.). New York: Macmillan Publishing Company.

Kosasih A Jahiri. Pengajar Studi Sosial/IPS. LPPS IPS IKIP. 1979/1992. Bandung.

Lie, A. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learbing di Ruang-Ruang Kelas.Grasindo: Jakarta.

Peraturan Menteri. 2014. No.103.Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Pranita,T. 2010.Teori Belajar Konstruktivisme. http://edukasi.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2010.

Sapriya. 2002.Studi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran. Buana Nusantara. Bandung.

S. Sumarsono dkk, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo. Jakarta.


(6)

Slameto. 1991.Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, RE. 1995.Cooperative Learning: Theory, Reseach and Practice. Boston. Allyn and Bacon

Slavin, R.E. 1997.Educational Psychology: Theory and Practice. First edition. Massachusetts. Allyn and Boston Publiser

Sudjana. 2004.Metoda Statistika.Tarsito. 347 Halaman. Bandung.

Somantri, Numan. (2001).Menggagas Pembeharuan Pendidikan IPS. Dedi Supriadi & Rohmat Mulyana (ed). Bandung. PPS-FPIPS UPI dan PT. Remadja Rosda karya.

Soemanto. 1998.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Uzer, Usman. 2002.Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Jakarta Usman Husaini, dkk. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara.

Jakarta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekratariat Negara. Jakarta. 42 Halaman.

Wahab, Abdul Azis. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar. Alfabeta. Bandung


Dokumen yang terkait

PERANAN PEMBELAJARAN PPKn DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN TERHADAP PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA PADA SISWA SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

2 63 87

PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BALAPULANG

0 7 64

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS II SD NEGERI KEMANDUNGAN 3 KOTA TEGAL

5 37 250

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN KESADARAN HAK ASASI MANUSIA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2009 2010

0 3 153

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Pada Mata pelajaran PKn Kelas V di SD Negeri 2 Nogosari Kabupaten Boyolali

0 0 17

PENERAPAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN NILAI DEMOKRASI SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Melalui Model Role Playing pada Kelas X-E MIIA SMA Negeri 5 Bandung.

0 1 29

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 5 SMA NEGERI 1 BLORA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 18

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE TERHADAP CIVIC DISPOSITION SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN AJARAN 2016 2017 | Aini | 11254 23687 1 SM

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) DI KELAS V SDN SUKOAGUNG PATI

0 0 25

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Value Clarification Technique Terhadap Civic Disposition Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017 - UNS Institutional Repository

0 0 20