PERANAN PEMBELAJARAN PPKn DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN TERHADAP PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA PADA SISWA SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

PERANAN PEMBELAJARAN PPKn DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN TERHADAP PENEGAKKAN HAK ASASI

MANUSIA PADA SISWA SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2014/2015

OLEH NOVIANSYAH

Tujuan penelitian untuk menjelaskan dan menganalisis peranan pembelajaran PPKn dalam rangka menumbuhkan kesadaran terhadap penegakkan hak asasi manusia pada siswa SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan jumlah populasi 10 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan, sedangkan analisis data menggunakan rumus interval dan presentase.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran PPKn tentang materi pelajaran sebanyak 5 responden atau 50% masuk dalam kategori memahami, (2) pembelajaran PPKn tentang model/pelajaran pendidikan sebanyak 7 responden atau 70% masuk dalam kategori mampu, (3) pembelajaran PPKn tentang kemampuan guru mengajar sebanyak 8 responden atau 80% masuk dalam kategori kurang mampu.

Kata Kunci : Pembelajaran PPKn, Materi Pelajaran, Model/Pelajaran Pendidikan, dan Kemampuan Guru Mengajar.


(2)

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Noviansyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(3)

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh: NOVIANSYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

Gambar Halaman Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir ... 55


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PENGESAHAM ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

PERSEMBAHAN... v

MOTTO... vi

SANWACANA... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identitas Masalah ... 13

C. Pembatasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 14

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 15

II. LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teoritis ... 17

1. Pengertian Hak Asasi Manusia ... 17

2. Macam-Macam HAM ... 19

3. Konsep Menumbuhkan Kesadaran ... 25

4. Penegakkan HAM ... 28

5. Konsep Belajar ... 30

6. Konsep Pendidikan ... 36

7. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan... 43

8. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 48

9. Model Pembelajaran PPKn ... 50

B. Kerangka Pikir ... 54


(6)

III. METODE PENELITIAN

A.Metodelogi Penelitian ... 56

B. Populasi dan Sampel ... 56

C. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukuran ... 57

D. Rencana PengukuranVariabel ... 60

E. Teknik Pengumpulan Data ... 61

F. Validitas dan Uji Realibilitas ... 63

G. Teknik Analisis Data ... 65

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian ... 67

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 76

C. Deskripsi Data ... 83

D. Pembahasan ... 93

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA


(7)

1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 2. Surat Keterangan dari PD 1 FKIP Unila 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Penelitian I 5. Surat Keterangan Penelitian II 6. Kisi-Kisi Angket


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Masalah-Masalah yang Sering Muncul di Sekolah Dilakukan oleh

Siswa ... 6 1.2 Contoh Pelanggaran HAM di SMP Tunas Harapan Bandar

Lampung ... 8 3.1 Jumlah Populasi SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2015 ... 57 4.1 Distribusi Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang di Luar

Responden untuk Item Soal Ganjil (X) ... 71 4.2 Distribusi Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang di Luar

Responden untuk Item Soal Genap(Y) ... 72 4.3 Distribusi Antara Item Soal Ganji (X) dan Item Soal Genap (Y)

dari Uji Coba Angket 10 Orang di Luar Responden ... 73 4.4 Distribusi Skor Angket dari Indikator Pembelajaran PPKn Materi

Pelajaran ... 84 4.5 Distribusi Pembelajaran PPKn Materi Pelajaran ... 86 4.6 Distribusi Skor Angket dari Indikator Pembelajaran PPKn

Model/Pelajaran Pendidikan ... 87 4.7 Distribusi Pembelajaran PPKn Model/Pelajaran Pendidikan ... 89 4.8 Distribusi Skor Angket drai Indikator Pembelajaran PPKn

Kemampuan Guru Mengajar ... 90 4.9 Distribusi Pembelajaran PPKn Kemampuan Guru Mengajar ... 92


(9)

(10)

(11)

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu

Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang

yang sabar

(Al-Baqarah: 153)

Perjuangan yang meneteskan air mata

Akan terbayar pada waktunya

(Noviansyah)

Tidak dapat aku membayar kebaikan pendidiku

Namun aku ucapkan terimakasih


(12)

Alhamdulilah, berlandaskan syukur kepada Allah SWT

Bakti cinta dan kasih sayangku lewat karya sederhana ini

Yang kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku. Ayahanda Tambat Usman dan

Almarhum ibunda masrifah tercinta, yang senantiasa

Berdo a dalam harapan disetiap tetes peluhnya

Demi keberhasilan anak-anakmu.

Terima kasih yang tiada tara atas segala cinta dan kasih sayang

Yang takkan mampu ananda membalasnya

Peluk dan cium ananda

Takkan terlupa Almamater tercinta

Universitas Lampung


(13)

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung, pada tanggal 24 november 1991, anak ke empat dari empat bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak Tambat Usman dengan Ibu Masrifah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri I Labuhan Ratu pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada tahun 2011.

Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri dan tercatat sebagai mahasiswa Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Jogjakarta-Bandung- Jakarta Tahun 2012 serta melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kuripan Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus, dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Kotaagung Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus.


(14)

(15)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahuwataala yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peranan Pembelajaran PPKn Dalam Menumbuhkan Kesadaran Terhadap Penegakkan Hak Asasi Manusia Pada Siswa SMP Tunas Harapan Badar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini dibuat guna untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku pembimbing I dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., Selaku pembimbing II serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung; 4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;


(16)

6. Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd., sebagai kordinator seminar terimakasih atas saran dan masukannya; bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan;

7. Orang tuaku tercinta, Bapak Drs. Tambat Usman, M.H., dan Ibu Dra. Masrifah (Alm) yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, serta memberikan doa, cinta dan kasih sayang dengan penuh perhatian.

8. Kakak-kakak ku tercinta, terimakasih atas kasih sayang, perhatian, bantuan, dan semua pengalaman yang telah diberikan selama ini.

9. Teman-teman PPKn angkatan 2011 dan kakak-kakak seniorku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.

10. Adinda Neli Yana Terimakasih atas saran, waktu, ilmu dan segala bantuannya, semoga kebaikan adinda dibalas oleh allah swt.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini tanpa terkecuali.


(17)

dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kemajuan pendidikan, khususnya pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis,


(18)

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional antara lain menjadi manusia yang bertakwa, warga negara yang baik, dan manusia yang berbudi pekerti luhur. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Supaya dapat mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut maka pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Peranan Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk mengenal aturan dasar kewarganegaraan. Hal ini khususnya terkait hak dan kewajiban


(19)

mereka sebagai warga negara. PPKn merupakan salah satu media untuk mengajarkan kehidupan politik kepada siswa. Siswa dikenalkan sistem politik tanpa harus terlibat langsung dalam kegiatan politik praktis. Mendidik siswa untuk lebih memiliki toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama manusia yang berada dalam satu negara yang sama. PPKn memberikan pengetahuan pada siswa tentang peraturan negara yang mengikat agar para siswa bisa hidup dalam aturan hukum yang berlaku terutama dalam masalah pelanggaran ham.

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi baik dimasyarakat maupun dilingkungan sekolah, upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah dan pemerintah yaitu: Pemerintah membuat lembaga-lembaga perlindungan, seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Komisi Perempuan dan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Sedangkan sekolah menerapkan peraturan-peraturan yang ada di sekolah yang disebut tata tertib sekolah yang menindak setiap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa.

Hakikatnya sekolah tidak hanya bertanggung jawab dalam masalah pelanggaran-pelanggaran tata tertib sekolah, namun mengembangkan ranah pengetahuannya juga, lebih jauh diharapkan juga mampu secara integratif memadukan pengembangan ranah pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan


(20)

nilai untuk mengembangkan kepribadian dan perwujudan diri peserta didik. Dengan kata lain siswa tidak hanya berhasil secara teoritis atau hanya sebatas penguasaan materi saja, namun diharapkan mampu dan proaktif dalam mengaplikasikan hasil belajar akademik dalam sikap dan perilaku di ke-hidupan sehari-hari, baik lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Tidak semua peserta didik mampu menyeimbangkan antara penguasaan materi dengan sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan harus mengembangkan anak didik agar mampu membantu dirinya sendiri, untuk itu anak didik perlu mendapatkan berbagai pengalaman dalam mengembangkan konsep-konsep, prinsip, generalisasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak dan emosi.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan mempunyai tugas/beban untuk mewujudkan tujuan pendidikan, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing. Dengan kata lain sekolah mempunyai beban mewujudkan tujuan institusional. Salah satu komponen yang turut bekerjasama dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Sebagai bidang studi, PPKn membawa misi khusus dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan yang pencapaiannya dibebankan kepada bidang studi (tujuan kurikuler), dalam hal ini bidang studi PPKn, adalah membimbing generasi muda untuk mengembangkan warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter dan demokratis yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan


(21)

merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfilkir dan bertidak sesuai dengan amanat pancasila dan UUD 1945.

Merujuk pada semua rumusan aturan normatif tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencapai tujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, perlu dikembangkan negara pendidikan yang bermutu, membelajarkan sepanjang hayat, optimalisasi pembentukan kepribadian yang bermoral, akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global, dan pemberdayaan peran serta masyarakat.

Konteks itulah maka perlu dilakukan upaya sistematis dan sistemik untuk menjadikan sekolah sebagai wahana pengembangan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab melaiui Pendidikan Kewarganegaraan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan suatu masyarakat dalam Skala kecil, sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat madani perlu dilakukan dalam tata kehidupan sekolah. Salah satu caranya adalah melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik, sedini mungkin sehingga kelak menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, begitupun halnya yang


(22)

dilakukan oleh SMP Tunas Harapan Bandar Lampung yang merupakan salah satu dari sekolah yang ada di Bandar Lampung.

Proses pembelajaran dan penilaian dalam PPKn pada urainnya lebih menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada penguasaan materi atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitif saja. Hakikatnya PPKn tidak hanya berlangsung dalam pembelajaran di dalam kelas, melainkan pula melalui pendidikan secara lebih luas diharapkan dengan mempelajari PPKn siswa menjadi berfikir secara, kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu Kewarganegaraan dan dapat bertanggung jawab dalam tindakannya sehingga diharapkan tidak terjadi salah mengartikan kata, demokrasi yang seharusnya tetap pada kaidah-kaidah hukum, norma yang ada, untuk menghargai dan menghormati kewajiban dan hak orang lain.

Pembelajaran PPKn kepada peserta didik diharapkan untuk dapat menegakkan Hak asasi manusia (HAM) dimanapun dan kapan pun tempat dia berada. Saat sekarang ini tugas yang diemban oleh pendidik khususnya pada guru yang mengajarkan PPKn cukup berat, dikarenakan materi yang diberikan di sekolah diharapkan dapat diaplikasikan secara langsung oleh peserta didik.

Masalah yang terjadi saat ini di sekolah yang peneliti temui sendiri berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada salah seorang siswa yang bernama Nova (siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung) ada beberapa masalah yang terjadi di sekolahnya berkaitan pada materi PPKn


(23)

atau sebagai peserta didik yang baik yaitu; dalam berorganisasi terutama OSIS ada saat diadakan diskusi kadang beberapa siswa kurang menghargai pendapat teman-temannya yang lain apabila mengajukan pertanyaan atau memberikan masukan, bahkan ada yang tidak mau menerima masukan peserta diskusi, selain itu pengurus OSIS kurang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya hal ini tentunya berkaitan erat dengan pelanggaran terhadap Hak Asasi dibidang politik, selain itu masalah yang sering terjadi adalah kadang siswa-siswa putra, suka membolos sekolah di jam pelajaran hal ini berkaitan erat dengan pelanggaran Hak Asasi dalam peraturan tata tertib yang ada disekolah, disamping itu masalah yang terjadi juga pada saat guru mengajar kadang siswa kurang menghormati, atau kurang memperhatikan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Di bawah ini akan lebih jelas diuraikan terperinci ditabel, masalah-masalah yang sering terjadi seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1 Masalah-Masalah yang Sering Muncul Di Sekolah Dilakukan oleh Siswa.

No Materi PPKn

Tentang HAM Sub Materi

Contoh Masalah Yang Sering Muncul 1. Hak Asasi Pribadi

(personal right) Kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak. Siswa kurang menghargai pendapat teman atau siswa yang lain.

2. Hak Asasi Ekonomi (property right)

Hak untuk memiliki, membeli, menjual, dan memanfaatkan sesuatu.

Antara yang kaya dan miskin saling

menonjolkan (kekayaannya).


(24)

3. Hak Asasi Politik (political right)

Hak ikut serta dalam pemerintahan, hak untuk memilih dan dipilih, hak untuk mendirikan parpol. Siswa kurang kesadaran dalam melaksanakan tugas dan fungsinya setelah terpilih menjadi ketua osis. 4. Hak untuk

mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of lugal equality)

Peradilan yang tidak memihak.

Siswa kurang mentaati peraturan-peraturan yang ada di sekolah.

5.

Hak Asasi Sosial dan Budaya (social and cultural right)

Hak untuk mendapatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, dll.

Siswa yang mendapat juara kelas kurang peduli terhadap lomba yang diadakan karena kurang

percaya diri dari siswa tersebut. 6.

Hak Asasi

perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (Procedural righ)

Hak dalam peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, peradilan, dan sebagainya. Siswa sering melakukan pelanggaran-pelanggaran di sekolah, seperti menggunaan

handphonepada saat

KBM.

Sumber : Observasi ke sekolah SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015

Data di atas terlihat bahwa materi tentang Hak Asasi Manusia (HAM) untuk saat ini perkembangan masyarakat yang sangat pesat sangat susah ditanamkan kepada peserta didik bagaimana supaya siswa mengaplikasikan pembelajaran-nya tersebut dalam kehidupanpembelajaran-nya sehari-hari di masyarakat. Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti sementara dilapangan diketahui ada beberapa hal yang terjadi pada siswa tentang masalah-masalah kurangnya penegakan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh siswa. Data


(25)

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa tentang kurangnya penegakan terhadap HAM dapat terlihat seperti pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Contoh Pelanggaran HAM di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung No Nama Siswa Masalah yang sering terjadi tentang penegakan HAM Penyelesaian Pelanggaran HAM

1 Delva Pada saat jam pelajaran siswa melanggar tata tertib yang ada di sekolah, seperti membolos.

Diberi pembinaan atauhome visit pemanggilan orang tua skorsing. HAM Dalam peraturan tata tertib.

2 Andika Siswa sering melakukan perkelahian dengan siswa lain. Siswa diberi pembinaan dengan memanggil orang tua atau surat peringatan (SP. 1).

HAM rasa aman.

3 Dwi

Chandra

Siswa kurang dalam kesopanan atau sopan santunnya baik dengan temannya atau dengan guru. Diberi sanksi oleh guru BK dengan memanggil orang tuanya. HAM untuk mendapat perlakukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of lugal equality).

4 Bobi Siswa malas

sekolah.

Diselesaikan oleh guru BK dengan

memanggil orang tua dan diberi pebembinaan.

HAM Pendidikan, sosial dan budaya.

5 M. Faisal Siswa kurang Memperdulikan pelajaran.

Diselesaikan oleh guru BK dengan memnggil orang tua ke sekolah.

HAM pendidikan dan

pengajaran. Sumber : Buku Catatan Guru Bimbingan Konseling SMP Tunas Harapan


(26)

Permasalahan pada tabel 1.2, penulis menguraikan faktor penyebab masalah yang sering terjadi di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Tentang penegakkan HAM, sebagai berikut :

a. Faktor-faktor penyebab siswa bolos sekolah dibagi menjadi dua yaitu, faktor internal dan eksternal, di antaranya:

1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari siswa berupa: a. Perilaku dan kebiasaan siswa yang memang tidak suka belajar. b. Tidak ada motivasi belajar pada siswa.

2. Faktor Eksternal berasal dari luar;

a. Di pengaruhi oleh teman lain yang suka bolos. b. Tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah. c. Tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. d. Peraturan di sekolah yang masih longgar.

e. Suasana belajar tidak menarik.

f. Hukuman yang tak setimpal atas kesalahan/pelanggaran yang di lakukan siswa.

b. Faktor-faktor penyebab siswa yang sering melakukan perkelahian dengan siswa lain, di antaranya:

1. Faktor internal

Siswa yang sering terlibat perkelahian dengan siswa lain, biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi.


(27)

2. Faktor keluarga

Siswa yang sering terlibat perkelahian dengan siswa lain, karena faktor rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) hal ini sangat berdampak pada anak.

3. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian yang sering dilakukan oleh siswa.

c. Faktor-faktor penyebab siswa kurang dalam sopan santun baik dengan teman atau dengan guru dibagi menjadi dua bagian yaitu, faktor eksternal dan faktor internal, di antaranya:

1. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi, yaitu:

a. Pengaruh perkembangan TIK, kebebasan meng-akses informasi yang didukung oleh akses dari internet yang mudah melalui laptop, TAB, malahan darihandphon/smartphonesehingga mempengaruhi pikiran siswa.

b. Pergaulan bebas, merupakan efek dari moderenisasi kultur yang tidak sesuai dengan adat istiadat Indonesia.

c. Penyalahgunaan obat-obat terlarang, sifat labil dalam diri siswa akan membuat siswa mencari-cari jati dirinya. Hal ini akan berpengaruh pada tingkah laku siswa, terutama kesopanannya. d. Kurangnya pembiasaan sopan santun di rumah.


(28)

faktor eksternal diatas, masih ada satu faktor lagi yang tidak bisa kita abaikan sebagai penyebab lunturnya budaya sopan santun siswa yaitu faktor dari guru. Berikut ulasan faktor eksternal ditinjau dari guru : a. Pilih kasih, sifat ini yang sering tidak disadari oleh guru dan sering

membanding - bandingkan siswa yang satu dengan siswa yang lain. b. Suka perintah, suka memerintah siswa diwaktu dan tempat yang tidak

sepantasnya.

c. Menghukum semena-mena, guru hanyalah manusia biasa dimana ada masalah diluar sekolah yang sering terbawa disekolah.

2. Berikut adalah faktor internal penyebab lunturnya budaya sopan santun siswa :

a. Posisi ekonomi lebih baik dari guru, hal ini banyak terjadi di sekolah favorit dan internasional. Siswa tersebut akan memandang rendah gurunya, karena posisi ekonominya lebih baik dari gurunya. b. Siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan, pada masa

sekarang pendalaman materi bukan hanya didapat dari sekolah. Bagi siswa yang serius belajar, mereka akan mencari cara untuk menperdalam materi dengan cara kursus baik melalui lembaga atau privat.

d. Faktor-faktor penyebab siswa malas sekolah, di antaranya: 1. Guru yang galak dan kurang bersahabat dengan para murid. 2. Jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu jauh.


(29)

3. Biaya pendidikan yang tinggi dari mulai pendaftaran hingga lulus kuliah.

4. Guru terlalu senang memberi PR yang membebani siswa di rumah. 5. Terlalu banyak peraturan yang dirasa kurang perlu atau kurang pas. 6. Otak yang cerdas tidak menjamin bisa lulus sekolah dengan lancar. 7. Kurang waktu untuk istirahat dan rileks karena jam belajar yang

panjang, kurang libur dan PR.

8. Mendapat gangguan dari teman-temannya yang bandel / nakal. 9. Materi pelajaran sekolah yang terlalu sulit untuk dipahami. 10. Kurangnya fasilitas yang menghibur bagi para murid.

11. Kesenjangan sosial antara murid yang miskin dan yang kaya.

e. Faktor-faktor penyebab siswa kurang memperdulikan pelajaran yang ada di sekolah, di antaranya:

1. Siswa tidak menyukai pelajaran yang menurutnya terlalu susah untuk dipahami.

2. Kurangnya konsentrasi pada siswa terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.

3. Kurang menariknya penyampaian materi oleh guru. 4. Siswa asik mengobrol sendiri dengan teman sebangkunya.

Dari uraian di atas, penulis merasa penting untuk mengetahui sejauh mana peranan pembelajaran PPKn dalam menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk menegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan judul “Peranan Pembelajaran PPKn dalam Rangka Menumbuhkan Kesadaran Terhadap


(30)

Penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) Pada Siswa Kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun 2015”.

B. Identitas Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman tentang HAM pada siswa SMP Tunas Harapan. 2. Siswa kurang menghargai HAM dalam kehidupan sehari-harinya.

3. Guru sebagai Pendidik perlu mengajarkan tentang HAM, baik pemahaman, pelanggaran dan penegakkannya.

4. Pembelajaran PPKn di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung dalam menumbuhkan kesadaran siswa terhadap penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai aplikasi dari materi tentang Hak Asasi Manusia.

5. Tingkat kesadaran siswa terhadap penegakan Hak Asasi Manusia.

6. Kegiatan ekstrakurikuler dalam menumbuhkan kesadaran HAM bagi siswa SMP Tunas Harapan Bandar Lampung.

7. Pembelajaran HAM dalam menumbuhkan kesadaran siswa dalam penegakan HAM

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas jangkauannya, maka penelitian ini permasalahannya akan dibatasi pada peranan pembelajaran PPKn dalam rangka menumbuhkan kesadaran terhadap penegakkan Hak asasi manusia (HAM) bagi siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015.


(31)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peranan Pembelajaran PPKn dalam Rangka Menumbuhkan Kesadaran Terhadap Penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) pada siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung.

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam rangka menumbuhkan kesadaran untuk menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan khusunya PPKn yang mengkaji instrumen Hak Asasi Manusia.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai calon guru hasil penelitian ini dapat dijadikan suplemen materi pokok tentang penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan implikasinya.


(32)

2) Sebagai suplemen ilmu pendidikan khususnya pembelajaran PPKn pada materi penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan implikasinya.

3) Sebagai bahan pemikiran bagi sekolah khususnya SMP Tunas Harapan Bandar Lampung dalam membangun budaya sekolah yang demokratis melalui pengembangan materi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan secara intrakurikuler melalui berbagai kegiatan Kewarganegaraan mata pelajaran lainya.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan dengan wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), yang membahas tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pada siswa.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah proses pembelajaran siswa SMP Tunas Harapan Bandar Lampung, pada materi penegakan HAM dan implikasinya.

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015.


(33)

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkan izin penelitian pendahuluan oleh dekan FKIP Universitas Lampung.


(34)

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertiaan Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan seperangkat yang yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang.

Sacara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) lahir pada tanggal 10 Desember 1948, ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal HAM. Yang di dalamnya memuat 30 pasal, yang kesemuanya memaparkan tentang hak dan kewajiban umat manusia.

Secara eksplisit, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu yang melekat pada manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun. Adapun isi dalam mukadimah Deklarasi Universal tentang HAM oleh PBB adalah:

1. Pengakuan atas martabat dan Hak-hak yang sama bagi semua anggota keluarga, kemanusiaan dan keadilan di dunia.

2. Mengabaikan dan memandang rendah Hak Asasi Manusia (HAM) akan menimbulkan perbuatan yang tidak sesuai dengan hati nurani umat manusia.


(35)

3. Hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum. 4. Persahabatan antara Negara-negara perlu dianjurkan.

5. Memberikan Hak-hak yang sama baik laki-laki maupun perempuan. 6. Memberi penghargaan terhadap pelaksanaan Hak-hak manusia dan

kebebasan asa umat manusia.

7. Melaksanakan Hak-hak dan kebebasan secara tepat dan benar.

Berikut ini pengertian HAM menurut beberapa ahli:

Menurut Tilaar dalam Syarbaini dkk (2006:128) “HAM adalah Hak-hak

yang melekat pada diri manusia, dan tanpa Hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat”.

Musthafa Kemal Pasha (2002:129) “menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah Hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat padaesensinya sebagai anugrah Allah”. Sependapat dengan pendapat tersebut, John Locke (2000:15) “mengemukakan bahwa HAM adalah Hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta”.

HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugrah tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau negara. Dengan demikian, hakekat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.


(36)

hakekat dari asasi manusia adalah keterpaduan antara Hak Asasi Manusia (HAM) kewajiban asasi manusia dan tanggung jawab asasi manusia yang berlangsung secara sinergis dan seimbang. Bila ketiga unsur asasi yang melekat pada setiap individu manusia baik dalam tatanan kehidupan pribadi, masyarakat, kebangsaan, kenegaraan, dan pergaulan global, dapat dipastikan tidak akan menimbulkan kekacauan, anarkisme, dan kesewenang-wenangan dalam tata kehidupan umat.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak Asasi Manusia (HAM) memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar Hak Asasi Manusia (HAM) yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan/tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.

2. Macam-macam HAM

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia (HAM) Dunia: 1. Hak asasi pribadi /Personal Right

a. Hak kebebasan untuk bergerak, berpergian. dan berpindah-pindah tempat.

b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.


(37)

d. Hak kebebasan memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak asasi politik /Political Right

a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemililihan. b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.

c. Hak membuat dan mendirikan parpol/partai politik dan organisasi politik lainnya.

d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak asasi hukum /Legal Equality Right

a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil/PNS. c. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak asasi Ekonomi /Property Rigths

a. Hak kebebasan melalakukan kegiatan jual beli. b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.

c. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.

d. Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.

e. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights


(38)

b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

a. Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan. b. Hak mendapatkan pengajaran.

c. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

Secara normatif, penegakkan HAM di Indonesia mengacu dalam peraturan perundang-undangan. Dalam peraturan perundang-undangan RI terdapat empat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM, yaitu:

1. Undang-undang Dasar Negara (UUD 1945). 2. Ketetapan MPR (TAP MPR).

3. Undang-undang.

4. Peraturan pelaksanaan perundang-undangan, seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan pelaksana lainnya.

Peraturan HAM dalam Ketetapan MPR dapat dilihat dalam TAP MPR Nomor XVII Tahun 1998 tentang Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap HAM dan Piagam HAM Nasional serta TAP MPR Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.


(39)

Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum. Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Pengadilan HAM berkedudukan di setiap wilayah Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat. Pengadilan HAM juga berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM oleh warga negara Indonesia dan dilakukan diluar batas territorial wilayah negara Republik Indonesia. Akan tetapi, pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur dibawah 18 tahun pada saat pelanggaran tersebut dilakukan. Pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara pengadilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-undang Pengadilan HAM.

Berbagai peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan, dapat dikemukakan beberapa langkah-langkah yang dapat dipilih baik oleh negara maupun masyarakat Indonesia dalam upaya menyelesaikan berbagai masalah terkait dengan pelanggaran HAM. Langkah-langkah tersebut antara lain.

1. Melengkapi berbagai peraturan yang berkaitan dengan perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia. Langkah ini dilakukan dengan cara membentuk berbagai peraturan dasar dan peraturan


(40)

perundang-undangan yang materi muatannya berkaitan dengan perlindungan dan penegakkan HAM.

2. Membentuk Pengadilan HAM dengan tujuan untuk mengadili kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Untuk beberapa kasus pelanggaran HAM yang terjadi pada masa lalu, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 telah mencanangkan pembentukan Pengadilan HAMad hocdan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

3. Pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Pembentukan komisi ini merupakan salah satu alternatif penyelesaian pelanggaran HAM berat. Dengan pembentukan komisi ini, proses penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM dapat dilakukan dengan meniru model dari negara-negara yang pernah menerapkan pembentukan komisi semacam ini.

4. Peningkatan diseminasi dan pendidikan HAM. Langkah ini dilak-sanakan antara lain dengan mengembangkan dan menyebarluaskan bahan-bahan pengajaran HAM.

Bentuk partisipasi masyarakat dalam penegakan HAM tersirat dalam visi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Visi dan misi Komnas HAM menyatakan bahwa pemajuan HAM di Indonesia tidak akan terwujud tanpa sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma-norma HAM kepada warga masyarakat.


(41)

Komnas HAM mempunyai fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang HAM. Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang professional, berdedikasi, dan berintegrasi tinggi. Komnas HAM berkedudukan di ibu kota negara dan perwakilan Komnas HAM dapat didirikan di daerah.

Anggota Komnas HAM berjumlah 35 orang. Anggota Komnas HAM dipilih oleh DPR dan diresmikan oleh presiden sebagai kepala negara. Setiap anggota Komnas HAM wajib menaati keputusan Komnas HAM dan peraturan yang berlaku. Selain itu, mereka juga harus berpartisipasi secara aktif dan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan Komnas HAM. Anggota Komnas HAM harus dapat menjaga kerahasiaan keterangan yang karena sifatnya rahasia Komnas HAM. Komnas HAM dipimpin oleh seorang ketua dan dua orang wakil ketua.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemantau masalah HAM, Komnas HAM juga bertugas dan berwenang untuk memberikan pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan. Pendapat Komnas HAM diperlukan apabila dalam perkara yang diperiksa tersebut terdapat indikasi terjadinya pelanggaran HAM. Kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada pihak yang berwajib.

Penegakan HAM mempunyai relevansi dengan masyarakat madani karena nilai-nilai persamaan, kebebasan, dan keadilan yang terkandung dalam HAM dapat mendorong terciptanya masyarakat egaliter.


(42)

Masyarakat egaliter merupakan cirri masyarakat madani. Dengan demikian, penegakan HAM merupakan prasyarat untuk menciptakan sebuah masyarakat madani. Dalam upaya mewujudkan masyarakat madani yang terpenting adalah masyarakat harus berada dalam posisi mandiri di hadapan kekuasaan negara. Di tengah masyarakat tersebut harus pula ditegakkan keadilan dan supremasi hukum sehingga terwujud kehidupan yang demokratis dan toleran.

Pengakuan adanya hak asasi pada seseorang berarti mengakui pula adanya kewajiban asasi semua orang untuk menghormati hak asasi yang dimiliki oleh orang lain. Batas HAM yang satu adalah hak asasi orang lain. Dengan demikian, hubungan antara hak dan kewajibanadalah resiprokal yang harmonis karena pengakuan hak pada pihak tertentu berimplikasi kewajiban pada pihak lain.

3. Konsep Menumbuhkan Kesadaran

Kalimat“kesadaran” berasal dari kata-kata “sadar”. Kata ini kamus besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian insaf, tahu dan mengerti, ingat kembali. Lebih lanjut kata dasar sadar tersebut dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyadari, menyadarkan dan penyadaran. Semua ungkapan tersebut memiliki konotasi yang berbeda sesuai dengan perubahan kalimat dasar yang digunakan.


(43)

Ada 3 tingkat kesadaran.

1. Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.

2. Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri.

3. Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman. yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.

Ada dua macam kesadaran, yaitu: 1. Kesadaran Pasif

Kesadaran pasif adalah keadaan dimana seorang individu bersikap menerima segala stimulus yang diberikan pada saat itu, baik stimulus internal maupun eksternal.

2. Kesadaran Aktif

Kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang menitikberatkan pada inisiatif dan mencari dan dapat menyeleksi stimulus-stimulus yang diberikan.

Kegiatan penyadaran untuk menciptakan kesadaran dalam konseling dan terapi dikenal dengan istilah“Eksistensial Humanistik”.Teori

Esksistensial Humanistikdipelpori oleh Carl Rogers. Teori ini

mengedepankan aspek kesadaran dan tanggung jawab. Menurut konsep ini“manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri.


(44)

Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu”(Gerald Corey, 2007: 54).

Kesanggupan untuk memilih berbagai alternatif yakni memutuskan sesuatu secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah sesuatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan tanggung jawab. Konsep ini juga menekankan bahwa manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

Dalam penerapannya konsep terapi ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran kesanggupan seseorang dalam mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Pada intinya keberadaan manusia membukakan kesadaran bahwa :

1. Manusia adalah makhluk yang terbatas, dan tidak selamanya mampu mengaktualkan potensi-potensi dirinya.

2. Manusia memiliki potensi mengambil atau tidak mengambil suatu tindakan.

3. Manusia memiliki suatu ukuran pilihan tentang tindakan-tindakan yang akan diambil, karena itu manusia menciptakan sebagian dari nasibnya sendiri.

4. Manusia pada dasarnya sedirian, tetapi memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain; manusia menyadari bahwa terpisah tetapi juga terkait dengan orang lain.


(45)

5. Makna adalah sesuatu yang tidak diperoleh begitu saja, tetapi merupakan hasil pencarian manusia dan dari penciptaan tujuan manusia yang unik.

6. Kecemasan eksistensial adalah bagian hidup esensial sebab dengan meningkatnya kesadaran atas keharusan memilih, maka manusia mengalami peningkatan tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi tindakan memilih.

7. Kecemasan timbul dari penerimaan ketidakpastian masa depan.

Manusia bisa mengalami kondisi-kondis kesepian, ketidak bermaknaan, kekosongan, rasa berdosa, dan isolasi, sebab kesadaran adalah ”kesanggupan yang mendorong kita untuk mengenal kondisi-kondisi tersebut”.( Gerald Corey, 2007: 65).

4. Penegakkan HAM

Setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat senantiasa menjunjung tinggi penghargaan tehadap Hak-hak dan kebebasa-kebebasan melalui tindakan progresif baik secara nasional maupun internasional. Namun manakala manusia telah memproklamasikan diri menjadi suatu kaum atau bangsa dalam suatu Negara, status manusia individual akan menjadi status warga Negara. Pemberian hak sebagi warga Negara diatur dalam mekanisme kenegaraan.


(46)

Langkah-langkah dalam upaya penegakan HAM di Indonesia adalah: 1. Mengadakan langkah kongkrit dan sistematik dalam pengaturan

hukum positif.

2. Membuat peraturan perundang-undang tentang ham.

3. Peningkatan penghayatan dan pembudayaan ham pada segenap element masyarakat.

4. Mengatur mekanisme perlindungan ham secara terpadu.

5. Memacu keberanian warga untuk melaporkan bila ada pelanggaran ham.

6. Meningkatkan hubungan dengan lembaga yang menangani ham. 7. Membentuk pusat kajian ham.

8. Meningkatkan peran aktif media massa.

Upaya penegakkan HAM Oleh pihak sekolah : 2. Membuat tata tertib sekolah.

3. Memanggil setiap siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

4. Sekolah memberikan pemahaman tentang ham dan fungsinya.

5. Sekolah mengajarkan pendidkan moral dalam menumbuhkan kesadaran ham.

6. Sekolah maupun guru mengajarkan saling menghargai pada sesama.

Upaya penegakkan HAM oleh pemerintah :

1. Memasukkan HAM ke dalam berbagai perundang-undangan nasional yang tercantum dalam instrumen nasional.


(47)

3. Memberdayakan masyarakat terhadap masalah HAM dengan mengadakan sosialisasi sehingga HAM menjadi bagian dari setiap individu WNI.

Upaya penegakkan HAM oleh masyarakat :

1) Menyampaikan laporan pelanggaran HAM kepada komnas HAM/lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan dan pemajuan HAM.

2) Mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan HAM kepada komnas HAM/ lembaga lain yang relevan.

3) Dengan individu maupun kerjasama dengan komnas HAM melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai HAM.

Penegakkan HAM melalui kehidupan sehari-hari :

a. Melaksanakan hak asasi dengan penuh tanggung jawab. b. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

c. Menghormati Hak-hak orang lain.

5. Konsep Belajar.

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam


(48)

menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pendapat ini didukung oleh teori B.F. Skinner yakni asas kondisioning operan (operant conditioning). Substansi dari teori skinner adalah teori belajar, pengkajian mengenai bagaimana proses individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih tahu, dan menjadi lebih terampil. Menurut Skinner dalam Alwisol (2006), “kehidupan terus menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru dan organisme harus belajar merespon situasi baru itu memakai respon lama atau memakai respon yang baru dipelajari”. Konsep dasar dan asumsi diatas adalah semua tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi tingkah laku itu.

Kondisioning Operan merupakan kopsep paling radikal dari Skinner. Konsep ini telah menghinggapi hampir setiap ranah psikologi dengan dialektika yang bervariasi. Kondisioning operan Skinner sepintas mirip dengan Pengkondisian Klasik dari Pavlov, namun berbeda dalam hal faktor penguat atau reinforcernya.


(49)

Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian dari pada aspek struktur yang tetap. Unsur kepribadian yang dipandang-nya relatif tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tingkah laku/respon, dikutip dalam Djaali (2013: 88), yaitu:

a. Tingkah laku respondent (respondent behavior); respon yang di-timbulkan oleh perangsang tertentu, misalnya keluar air liur setelah melihat makanan tertentu dan umumnya perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.

b. Tingkah laku operan (operant behavior); respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi respons yang demikian itu mengikuti suatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Misalnya, seorang anak yang belajar melakukan perbuatan lalu mendapat hadiah, maka ia menjadi lebih giat belajar ( respons menjadi lebih intensif dan kuat).

Secara singkat, ada enam asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan. Asumsi-asumsi itu ialah sebagai berikut: (Margaret E. Bell Gredler, 1994:122-123),

1. Belajar itu adalah tingkah laku.

2. Perubahan tingkah laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.


(50)

3. Hubungan yang berkaitan antara tingkah laku dengan lingkungan hanya dapat ditekankan kalau sifat-sifat tingkah laku dan kondisi eksperimennya didefinisikan menurut fisiknya dan diobservasi di bawah kondisi-kondisi yang dikontrol secara seksama.

4. Data dari studi eksperimental tingkah laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat ditemui tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

5. Tingkah laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok.

6. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis mahluk hidup.

Skinner, belajar didefinisikan sebagai tingkah laku atau peluang terjadinya respon. Belajar pada hakikatnya merupakan "perubahan" yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Sebagai bentuk penghargaan yang diberikan guru kepada siswa yang telah mengikuti proses belajar adalah prestasi belajar.

Prestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Klusmeier dalam Djaali (2007:110) menyatakan bahwa "Perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi(need toachieve) ditunjukan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu" Pendapat ini didukung juga oleh Johnson dalam Djaali (2007:110) yang menyatakan bahwa " Siswa yang motivasi berprestasi tinggi hanya akan mencapai prestasi akademik yang


(51)

tinggi apabila : 1. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginan untuk berhasil, 2. Tugas-tugas di dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sukar sehingga memberi kesempatan untuk berhasil".

Me. Clelland seperti dikutip dalam Made Pidarta (1997:218) yang dikenal dengan, “teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement ,(N.Ach). Menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan seseorang akan prestasi". Hal ini sesuai dengan pendapat Murray yang dikutip oleh Winardi (2001:69) merumuskan “kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang sulit, menguasai, memanifilasi atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin”. dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku, mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi, mencapai performa puncak untuk diri sendiri, mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain, meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.

Mc. Clelland mengemukakan karakteristik orang yang berprestasi tinggi ( high achievers ) memiliki tiga ciri umum yaitu: “1. Sebuah prefensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan. moderat, 2. Menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor lain seperti kemujuran, 3.


(52)

Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibanding dengan mereka yang berprestasi rendah".

Definisi di atas dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar siswa merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar dan aktivitas belajar, termasuk motivasi dan berprestasi tinggi. Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertalian dengan pengetahuan, pikiran dan kuallitas berpikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-kemampuan ini bergantung kepada tingkat kematangan intelektual, latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur. Selanjutnya kesiapan afeksi belajar di kelas bergantung kepada kekuatan motif atau kebutuhan berprestasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan faktor-faktor situasional yang mungkin dapat membangunkan motivasi. “Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah mengejar kompetensi, usaha mengaktualisasikan diri, dan usaha berprestasi”Connell dalam Made Pidarta (1997:218).

Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang paling penting adalah bagaimana meyeimbangkan atau menyesuaikan aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor agar anak didik mampu berkembang seutuhnya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia yakni untuk membentuk manusia seutuhnya, dalam arti


(53)

berkembangnya potensi-potensi individu secara harmonis, berimbang, dan terintegrasi.

6. Konsep Pendidikan

Salah satu kerangka konseptual yang sudah biasa dipakai untuk menganalisis tujuan pendidikan dari segi esensi isinya ialah Taksonomi. Tujuan Pendidikan yang dikembangkan oleh Hamalik (2007:79).

“Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan

pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran”. (Hamalik, 2007:79) juga mengemukakan bahwa ada tiga katagori tujuan dari taksonomi yakni Ranah Kognitif/Penalaran atau "Cognitive domain", Ranah Afektif/Nilai dan sikap atau "Affective domain", dan Ranah Psikomotorik atau "Psychomotor Domain".

Ranah kognitif meliputi enam subranah yang disusun mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks seperti diuraikan secara singkat dibawah ini.

1. Pengetahuan atau "Knowledge"

Pengetahuan atauKnowledgemerupakan pengingat bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat. Hasil belajar pada sub ranah ini merupakan tahap yang paling rendah dalam ranah kognitif.


(54)

2. Pemahaman atau"Comprehensioan"

Pemahaman atau "Comprehensional" adalah abilitet untuk menguasai pengertian. Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran, dan memperkirakan. Misalnya memahami fakta dan prinsip, menafsirkan sesuatu dengan cara menjelaskan atau membuat intisari, dan memperkirakan kecenderungan pada masa yang akan datang. Hasil belajar pada sub ranah ini mengikat satu tahap lebih tinggi dari pada sub ranah pengetahuan.

3. Penerapan atau "Analysis"

Penguraian atau "analysis" diartikan abilitet untuk merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami, meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi yang ada di dalamnya. Hasil belajar pada sub ranah ini setingkat lebih tinggi pada penerapan.

4. Penyatuan atau "Synthesis".

Penyatuan atau synthesis didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan baru, yang menitik beratkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru. Seperti menulis cerita pendek yang kreatip, menyusun rencana eksperimen, menggunakan bahan-bahan untuk memecahkan masalah. Hasil belajar pada sub ranah ini setingkat lebih tinggi dari pada sub ranah analisis.


(55)

5. Penilaian atau "evalulion"

Penilaian atau "evalution" diartikan sebagai kemampuan untuk mengkaji nilai atau harga dari sesuatu seperti pernyataan, cerita, novel, puisi, dan laporan penelitian untuk suatu tujuan.

Kajian tersebut didasarkan untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal. Hasil belajar sub ranah ini setingkat lebih tinggi dari pada sub ranah sintetis.

Ranah nilai dan sikap atau "Affective Domain" meliputi lima sub ranah yang tersusun dari tahap yang paling sederhana sampai tahap yang paling kompleks seperti dipaparkan secara singkat sebagai berikut:

6. Penerimaan atau "Receiving"

Penerimaan atau, "Reveicing" diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk menghadirkan dirinya pada suatu peristiwa atau rangsangan seperti kegiatan kelas, buku dan musik. Jika dilihat dari sudut proses mengajar hal ini berkenaan dengan kegiatan memperoleh, memelihara, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar pada sub ranah ini meliputi kesadaran yang paling sederhana mengenai sesuatu sampai pada perhatian yang sangat terpilih. Sub ranah ini merupakan proses afektif yang paling rendah. Pemberian tanggapan atau "Responding".


(56)

Pemberian tanggapan atau "Responding" menunjuk pada keturut sertaan secara aktif dari para siswa. Suatu sikap terbuka kearah tanggapan; kemauan untuk merespon; kepuasan yang timbul karena tanggapan. Pada tahap ini seseorang bukan hanya menghadirkan dirinya pada fenomena akan tetapi juga memberikan reaksi tertentu. Hasil belajar pada sub ranah ini menitik beratkan pada pemberian tanggapan yang disadari seperti siswa memutuskan untuk memberikan tanggapan pada lagu yang disajikan dan mengalami kesenangan atau kepuasaan dalam memberikan tanggapan.

7. Penghargaan atau "Valuing"

Penghargaan atau "Valuing" menunjuk pada penerimaan terhadap nilai-nilai. Sub ranah ini meliputi proses penerimaan suatu nilai, misalnya kesediaan siswa untuk menerima nilai musik dangdut, menghubungkannya dengan siswa, diri sendiri dan membentuk suatu kesepakatan sehubungan dengan pentingnya musik tersebut. Hasil belajar pada sub ranah ini berkenaan dengan perilaku yang benar-benar tersandar atau teridentifikasi. Biasanya hal tersebut berkenaan dengan sikap dan penghargaan.

8. Pengorganisasian atau "Organization"

Pengorganisasian atau "Organization" menunjuk pada proses memadukan atau mengintegrasikan berbagai nilai atau "values" yang berbeda, memecahkan tentang suatu nilai dan suatu organisasi dari suatu sistem nilai. Karena itu sub ranah ini menitik beratkan pada


(57)

perbandingan, hubungan, dari, sintetis berbagai nilai. Hasil belajar pada sub ranah ini berkenaan dengan pengkonseptualisasikan supaya nilai misalnya bimbingan tanggung jawab individu untuk memperbaiki hubungan sosial atau berupa penataan nilai seperti mengembangkan rancangan suatu pekenaan yang dapat memberikan kepuasan atas kebutuhan dalam bidang ekonomi dan sosial.

9. Pengkarakterisasian dengan suatu nilai atau "Characterization by a value or value complex"

Pengkarakterisasian dengan suatu nilai atau "Characterization by a value or value complex" menunjukkan pada suatu formasi mengenai perangkat umum, suatu manifestasi daripada kompleks nilai. Hasil belajar pada sub ranah ini berkenaan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.

Ranah Psikomotorik atau "Psychomotor Domain" (Hamalik, 2007:81) meliputi tujuh sub ranah dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi atau kompleks.

10. Persepsi atau "perception"

Persepsi atau "perception" menunjuk pada penggunaan pada lima organ indra untuk memperoleh kesadaran tentang tujuan dan untuk menerjemahkannya menjadi tindakan (action). Sub ranah ini terentang mulai dari simulasi perasaan dalam bentuk kewaspadaan akan rangsangan dengan melalui pemilikan penanda atau indikator yang


(58)

relevan sampai kepada penerjemahan sebagai suatu upaya menangkap petunjuk dalam bentuk perbuatan yang ditampilkan.

11. kesiapan atau "set"

Kesiapan atau "set" menunjuk dalam keadaan siap untuk merespon secara mental, fisik dan emosional.

12. Tanggapan yang terbimbing atau "Gelded Respons"

Tanggapan terbimbing atau "Guilded Respons" merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa melalui pertunjukan peran model. Tahap ini meliputi proses peniruan gerakan yang dipertunjukan dan kemudian mencoba-coba dengan menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.

13. Mekanisme atau "Mechanism"

Mekanisme atau "Mechanism" berkenaan dengan gerakan-gerakan penampilan yang melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh keparcayaan diri dan dilakukan secara mahir. Misalnya menunjukkan keterampilan kerja setelah mengalami pelajaran sebelumnya.

14. Respon Nyata yang kompleks atau "Complex Overt Respons"

Respon Nyata yang kompleks atau "Complex Overt Respons" menunjuk pada suatu tindakan motorik yang rumit dipertunjukkan dengan terampil dan efisien. Unsur kecepatan, kecepatan, dan


(59)

penggunaan energi secara minimum merupakan ciri utama dari sub ranah ini. Hasil belajar pada sub ranah ini mencakup aktifitas motorik yang berkadar tinggi.

15. Penyesuaian atau "Adaptation".

Penyesuaian atau "Adaptation" berkenaan dengan keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga seseorang nampak sudah dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang khusus dan dalam situasi-situasi yang baru. Misalnya setelah mempelajari bermain basket ball, siswa menerapkan keterampilan-keterampilan yang telah dipelajari itu dalam bermain basket di air.

16. Penciptaan atau "Origination"

Penciptaan atau "Origination" berkenaan dengan menciptakan tindakan-tindakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu. Pada tingkat ini basil belajar ditandai oleh kreativitas.

Telah dipaparkan di muka ketiga ranah (Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik) memang tidak dapat dipisahkan dan satu sama lain memiliki saling keterkaitan dan saling penetrasi sehingga ada bagian-bagian dari masing-masing ranah itu yang saling bertumpah tindih.


(60)

KOGNITIF

KREATIVITAS

AFEKTIF PSIKOMOTOR

Gambar 1. Saling keterkaitan dan saling penetrasi antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pertautan antara ketiga ranah tersebut oleh Hamalik (2007:79-83) dinamakan ranah kreativitas. Memperhatikan kerangka konseptual sebagai diuraikan di atas maka untuk menganalisis suatu tujuan pendidikan dapat dilakukan melalui dua cara :

1. Untuk perilaku yang telah dirumuskan secara tegas dan spesifik kategorisasi perilaku pada masing-masing ranah dan sub ranah dari Bloom Mk, Kratzwhol dkk, dan Sompson dapat dipakai sebagai kerangka acuan.

2. Untuk perilaku yang rumusannya bersifat umum dan memiliki saling keterkaitan antara ranah atau sub-ranah.

7. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan yang kita kenal sekarang telah mengalami perjalanan panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960 an yang dikenal dengan Mata Pelajaran “Civic Education”sebagai“ the Body Of Knowledge”. (Syarbaini dkk, 2006:4) mengemukan bahwa “Pendidikan


(61)

Kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan, dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial kultural, dan kajian ilmiah kewarganegaraan”.

Suatu rumusan nasional tentang istilah “pendidikan” adalah sebagai

berikut : “ pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang” (UUR 1 No 2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal 1). Suryobroto dalam Amsia (2012:1) mengemukakan bahwa

“pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk

membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat dengan memilih isi, strategi kegunaan dan tekhnik penilaian yang sesuai”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.


(62)

Ki Hajar Dewantara dalam Zuriah (2011:122) mengemukakan bahwa “pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan mengendalikan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya”.

Ilmu Kewarganegaraan membahas tentang konsep, teori, paradigma tentang peranan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan ; bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Permasalahan yang dikaji berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negaranya, yang melibatkan warga negara dengan negara secara timbal balik dengan hampir seluruh kegiatan dasar manusia (Basic Human Activities) dalam bidang dan kegiatan : Politik, ekonomi, hukum, komunikasi, transportasi, keamanan dan ketertiban, kesehatan, serta nilai-nilai kesenian dan agama.

Menurut UU tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia 2006 Pasal 1 ayat (2), Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

Setelah menganalisis dari pengertian diatas dapat dipaparkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan terdiri dari dua istilah yaitu "Civic Education" dan "Citizenship Education" yang keduanya memiliki peranan masing-masing yang tetap saling berkaitan. Civic Education lebih pada suatu rancangan yang mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat.


(63)

Sedangkan Citizenship Education adalah lebih pada pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal yang berupa program penataran/program lainnya yang sengaja dirancang/sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi memfasilitasi proses pendewasaan atau pematangan sebagai warga negara Indonesia yang cerdas dan baik. Adapun arti warga negara menunrut Wolhoff dalam Amsia (2012:2) ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni “sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan sosial-budaya serta kesadaran nasionalnya”.

Membentuk warga negara yang baik sangat dibutuhkan konsep pendidikan yang demokratis yang diartikan sebagai tatanan konseptual yang menggambarkan keseluruhan upaya sistematis untuk mengembangkan cita-cita, nilai-nilai, prinsip, dan pola prilaku demokrasi dalam diri individu warga negara, dalam tatanan iklim yang demokratis.

Memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya masyarakat dalam Indonesia yang demokratis dibutuhkan warga negara yang dapat menjalankan apa yang menjadi kewajibanya dan melaksanakan Hak-haknya.

Perwujudan PPKn sebagai suatu bentuk kajian lintas-bidang keilmuan ini pada dasarnya telah memenuhi kriteria dasar formal suatu disiplin (Dufty,1970; Somantri:1993) yakni mempunyaicommunity of scholars, a body of thinking, speaking, and writing; a method of approach to knowledge dan mewadahi tujuan masyarakat dan warisan sistem nilai


(64)

(Somantri:1993). Ia merupakan suatu disiplin terapan yang bersifat deskriptif analitik, dan kebijakan-pedagogis.

Berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Peranan pendidikan menghubungkan Kewarganegaraan dalam memberikan pendidikan tentang pemahaman dasar tentang cara kerja demokrasi dan lembaga-lembaganya, tentang rule of law, HAM, penguatan keterampilan partisipasif yang akan memberdayakan masyarakat untuk merespon dan memecahkan masalah-masalah mereka secara demokratis, dan pengembangan budaya demokratis dan perdamaian pada berbagai aspek kehidupan. Begitupun dengan hakikat warga negara dalam pengertian Civics sebagai bagian dari ilmu politik yang mengambil isi ilmu politik yang berupa demokrasi politik (Taman Somantri, 1976:23). ilmu kewarganegaran merupakan suatu disiplin yang objek studinya mengenai peranan warga negara dalam bidang spritual, social, ekonomi, politik, yuridis, cultural dan sesuai dengansejauh yang diatur dalam UUD 1945. Dan oleh karena itu diharapkan dengan mempelajari PPKn masyarakat menjadi berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu Kewarganegaraan dan dapat bertanggung jawab dalam tindakannya sehingga diharapkan tidak terjadi salah mengartikan kata demokrasi yang seharusnya tetap pada kaidah-kaidah hukum norma yang ada untuk menghargai dan menghormati kewajiban dan hak orang lain.


(65)

8. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tentang setandar isi, dinyatakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berapartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.

Warga negara yang baik adalah mereka yang memiliki kekritisan terhadap berbagai permasalahan berbangsa dan bernegara. Sikap kritis tersebut misalnya dapat diwujudkan dengan melakukan kontrol terhadap jalannya program pemerintah, baik ditingkat lokal maupun nasional. Warga negara yang baik harus mengetahui dan memiliki kemampuan berfikir rasional terhadap sikap yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Berfikir rasional juga harus dikembangkan dalam pembelajaran PPKn. Siswa diarahkan untuk dapat meng-analisis


(66)

permasalahan kemasyarakatan dengan akal sehat dan menyelesaikannya melalui pendekatan multi aspek. Isu-isu Kewarganegaraan yang silih berganti dan aktual menjadi sarana atau laboratorium nyata yang menarik untuk pembelajaran di kelas. Pembelajaran PPKn bertujuan membekali siswa agar memiliki kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu, membekali siswa agar memiliki kemampuan untuk memiliki sikap anti korupsi. Persoalan korupsi merupakan permasalahan krusial yang penting untuk segera dipecahkan. Sekolah sebagai lembaga formal memiliki tanggung jawab untuk membantu mengatasi permsalahan tersebut. Memberikan pemahaman yang benar kepada peserta didik mengenai sikap anti korupsi merupakan bagian penting dalam pembelajaran PPKn.

Pembelajaran PPKn juga membekali siswa memiliki kemampuan untuk dapat berkembang secara positif dan demokratis. Sikap demokratis yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran PPKn adalah sikap yang sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia. Karakter tersebut tercermin dalam pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, sebagai bagian dari bangsa-bangsa di dunia, maka sudah menjadi keharusan untuk menjalin komunikasi dan kerjasama dalam berbagai bidang. Memiliki kemampuan untuk hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain di dunia merupakan bagian penting yang dipelajari dalam pembelajaran PPKn.


(67)

Melalui PPKn siswa juga dibekali kemampuan untuk dapat menjadi warga negara yang baik yang dapat berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi sangat memudahkan kita untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Perkembangan yang sangat pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi sangat memudahkan untuk mengakses segala informasi yang datang dari luar negeri. Informasi yang diterima dapat dikembangkan untuk dapat berperan lebih banyak dalam peraturan dunia internasional.

9. Model Pembelajaran PPKn

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan metode atau model pembelajaran adalah "cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud di dalam ilmu pengetahuan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan". (Depdikbud, 1988:580).

Sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Proses belajar mengajar, bahwa “metode atau model pembelajaran adalah cara mengajar”, artinya menciptakan situasi belajar mengajar untuk pencapaian tujuan pembelajaran (Depdikbud, 1994:4).

Pembelajaran PPKn ada lima model pembelajaran atau juga disebut sebagai pendekatan dalam PPKn yang berupaya untuk mendidik siswa secara moral, yaitu:


(68)

2. Pendekatan perkembangan moral kognitif 3. Pendekatan analisis nilai

4. Pendekatan klarifikasi nilai 5. Pendekatan pembelajaran berbuat

(superka, et.al. 1976)

Dari kelima model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Banyak kritik dalam berbagai literatur barat yang ditujukan kepada pendekatan ini. Pendekatan ini dipandang indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi (Banks, 1985; Windmiller, 1976). Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas.

Kehidupan manusia berbeda karena perbedaan waktu dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai untuk generasi yang akan datang. setiap generasi mempunyai hak untuk menentukan nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan kepada generasi muda bukannya nilai, melainkan proses, supaya mereka dapat menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan zamannya.

b. Pendekatan moral kognitif pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan moral.Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat


(69)

sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi (Elias, 1989). Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral (Superka, et. al., 1976; Banks, 1985). Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey (Kohlberg 1971, 1977). Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahap (level) sebagai berikut:

1. Tahap “premoral” atau “preconventional”. Dalam tahap ini tingkah

laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau social.

2.Tahap “conventional”. Dalam tahap ini seseorang mulai menerima

nilai dengan sedikit kritis, berdasarkan kepada kriteria kelompoknya.

3.Tahap “autonomous”. Dalam tahap ini seseorang berbuat atau

bertingkah laku sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima kriteria kelompok-nya.

4. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan


(70)

nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan.

5. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi penganut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat dipentingkan dalam program pendidikan adalah mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai. Ada tiga proses klarifikasi nilai menurut pendekatan ini.

6. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu


(71)

kelompok. Menurut Elias (1989), Hersh, et. al., (1980) dan Superka, et. al. (1976), pendekatan pembelajaran berbuat diprakarsai oleh Newmann, dengan memberikan perhatian mendalam pada usaha melibatkan siswa sekolah menengah pertama dalam melakukan perubahan-perubahan sosial.

Menurut Elias (1989:91), walaupun pendekatan ini berusaha juga untuk meningkatkan keterampilan “moral reasoning” dan dimensi afektif, namun tujuan yang paling penting adalah memberikan pengajaran kepada siswa, supaya mereka berkemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum sebagai warga dalam suatu masyarakat yang demokratis.

Mode/Pendekatan pembelajaran seperangkat nilai bertujuan untuk memberikan siswa dengan nilai yang secara sadar dipilih oleh masyarakat orang dewasa. Nilai ini ditujukan untuk menciptakan kebahagiaan individu dan kebaikan masyarakat. Guru dalam pendekatan ini berperan di dalam, menyelenggarakan nilai dan mengupayakannya sebagai bagian dari kehidupan nyata.

B. Kerangka Pikir

Setelah dilakukan penguraian terhadap beberapa pengertian dan konsep utama yang akan membatasi penelitian ini, maka kerangka pikir merupakan instrument yang memberikan penjelasan bagaimana upaya penulis memahami pokok masalah. Untuk mengetahui gambaran peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam menumbuhkan kesadaran siswa untuk menegakkan Hak asasi manusia, akan disajikan dalam bagan skematik berikut:


(72)

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang teori diatas dan kerangka pikir maka dapat diketahui bahwa : "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berperan dalam menumbuhkan kesadaran terhadap penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi siswa".

Peranan Pembelajaran PPKn Dalam Rangka Menumbuhkan Kesadaran Terhadap Penegakkan Hak Asasi Manusia (X)

Indikator:

1. Pembelajaran PPKn 1. Materi Pelajaran

2. Model/Pelajaran pendidikan 3. Kemampuan guru mengajar nit

Kesadaran Terhadap Penegakkan Hak asasi manusia (Y)

a. Pemahaman

b. Penghargaan HAM c. Tanggung jawab


(73)

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat sekarang secara sistematis dan faktual yang menuntut untuk segera dicari jalan keluarnya. Sejalan dengan pengertian tersebut diatas maka penggunaan penelitian metode deskriptif ini sangat cocok dalam penelitian ini karena sasaran kajian penelitian ini Peranan pembelajaran PPKn dalam ranggka menumbuhkan kesadaran siswa terhadap penegakan Hak asasi manusia (HAM) dimasyarakat.

Jenis "metode deskriptif dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kualitatif yang mengemukakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata dalam masyarakat"

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam suatu penelitian dikenal istilah populasi. Menurut Mohammad Ali (1987:64) mengatakan bahwa "Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik berupa manusia, benda, peristiwa atau berbagai gejala yang


(1)

G. Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian ini menggunakan suatu analisis data kualitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka secara sistematis, selanjutnya menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1998:12), yaitu:

= Dimana : I =Interval

NT = Nilai Tertinggi NT= Nilai Terendah K = Kategori

Kemudian untuk mengetahui tingkat presentase (Suharsimi Arikunto, 1998: 196) digunakan rumus sebagai berikut:

= × 100% Dimana :

P = Besarnya Presentase

F = Jumlah alternatif seluruh item


(2)

66

Untuk menafsirkan banyaknya presentase ( Suharsimi Arikunto, 1998: 196) yang diperoleh digunakan kriteria sebagai berikut:

76% - 100% = Baik

56% - 76% = Cukup Baik 40% - 55% = Kurang Baik


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang peranan pembelajaran PPKn dalam rangka menumbuhkan kesadaran terhadap penegakkan hak asasi manusia pada siswa SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk indikator mata pelajaran sebesar 50% siswa dinyatakan memahami materi tentang HAM.

2. Untuk indikator model/pelajaran pendidikan sebesar 70% dinyatakan ada pada kategori mampu menerima pembelajaran dengan baik.

3. Untuk indikator kemampuan guru mengajar sebesar 80% dinyatakan dalam kategori kurang mampu untuk siswa memahami guru mengajar, disebabkan fasilitas sekolah yang kurang memadai untuk menunjang kemampuan guru mengajar.

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian, menganalisis dan mengambil kesimpulan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:


(4)

98

1. Kepada guru mata pelajaran PPKn menyiapkan program pembelajaran sesuai yang dibutuhkan para siswa, dan menentukan strategi afektif dalam pembelajaran yang baik untuk bisa membantu para siswa.

meningkatkan motivasi dan prestasi belajarnya. Terutama memberikan materi pelajaran dan model yang digunakan dalam pembelajaran PPKn agar siswa mampu dan memaham materi yang disampaikan guru.

2. Kepada para siswa diharapkan terus bersemangat dalam pembelajaran khususnya pelajaran PPKN agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan cara selalu meningkatkan semangat belajarnya dan selalu berusaha dalam setiap permasalahan sekolah.


(5)

Amsia Tontowi. 2012. Kewarganegaraan Dalam Ketahanan Nasional. Perpustakaan Nasional. Bandar lampung.

Arikunto Suharsimi. 2013.Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Perpustakaan. 2003.Sistem Pendidikan Nasional ( Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 ). Fokusmedia. Jakarta.

Dwiyono Agus, dkk. 2007.Pendidikan Kewarganegaraan. Yudhistira. Jakarta.

Djali. 2006.Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Hartinah Sitti. 2008.Pengembangan Peserta didik. Refika Aditama. Bandung.

Hamalik Oemar. 2007.Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Hadi Sutrisno. 1977.Statistik 2. UGM. Yogyakarta.

Prints Darwin. 2001. Sosialisasi Dan Diseminasi Penegakkan Hak Asasi Manusia. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Syahrial Syarbaini dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Graha Ilmu. Jakarta.

Usman Husaini, dkk. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta.


(6)

Undang-Undang R.I Nomor 39. 1999. Hak Asasi Manusia. Citra Umbara. Bandung.

Zuriah Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Bumi Aksara. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PERANAN PEMANFAATAN BLOG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 87

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

1 11 89

PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TARI BEDANA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 89

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 66

PENGARUH PEMBELAJARAN PENGAYAAN BERBENTUK TEKA-TEKI SILANG (TTS) TERHADAP KREATIVITAS SISWA KELAS VII DANVIII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 11 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE UNTUK MENUMBUHKAN KESADARAN HAK ASASI MANUSIA PADA MATA PELAJARAN PPKn DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO TAHUN 2015

2 14 97

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 48 69

PENGARUH KECERDASAN INTERPERSONALTERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKn DI KELAS VII SMP NEGERI 1 SEPUTIH RAMAN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 14 73

PENGARUH PARTISIPASI SISWA YANG BELUM TUNTAS DALAM PELAJARAN PPKn TERHADAP KEBERHASILAN REMEDIAL DI SMA PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 15 60

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 21 95