42
merupakan orang yang harus memiliki kasih sayang dan mantap secara emosional, sehingga akan dipercaya
dan disayangi oleh siswa.
Ivan lllich 1970 dalam Hidayat 2013, menyatakan bahwa pendidikan harus dipisahkan dari
sekolah, dan sebagai gantinya dibentuk jaringan belajar yang terbuka bagi siapa saja dan merupakan wahana
bagi warga masyarakat untuk membebaskan diri dari segala bentuk kungkungan. Jaringan berlajar terdiri
atas empat komponen yaitu 1 layanan referensi mengenai objek pendidikan; 2 pasangan sebaya; 3
pertukaran keterampilan; 4 jasa referensi mengenai narasumber pendidikan yang luas.
C. Kurikulum Pendidikan Berbasis Masyarakat
Dalam modul inovasi kurikulum UPI, Ayi Suherman mengkaji tentang kurikulum berbasis
masyarakat. Dimana bahan, objek kajian kebijakan dan ketetapan kurikulum dilakukan di daerah, disesuaikan
dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya
dan disesuaikan
dengan kebutuhan
pembangunan daerah yang perlu dipelajari siswa di daerah tersebut. Kurikulum pendidikan berbasis
masyarakat berguna bagi siswa untuk memungkinkan mereka lebih akrab dengan lingkungan di mana mereka
tinggal. Kemungkinan lain yaitu mencegah anak merasa terasing dari lingkungan dan terbiasa dengan
43
budaya dan adat istiadat setempat dan berusaha mencintai lingkungan hidup.
Tujuan dari kurikulum ini adalah: a. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya,
ikut melestarikan budaya termasuk kajian, keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di
daerah tersebut;
b. Mengenali siswa kemampuan dan keterampilan yang menjadi bekal hidup mereka di masyarakat,
seandainya mereka tidak dapat melajutan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi;
c. Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Karakteristik kurikulum berbasis masyarakat
adalah suatu bentuk kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara membawa
sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik 2005 dalam tulisan Ayi Suherman modul UPI, merincikan
karakteristik kurikulum berbasis masyarakat: a. Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis
masyarakat 1. Pembelajaran berorientasi pada masyarakat,
masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks;
44
2. Disiplin kelas berdasarkan tangungjawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau
kebebasan; 3. Metode mengajar terutama dititikberatkan pada
pemecahan masalah
untuk memenuhi
kebutuhan perorganisasian dan kebutuhan sosial atau kelompok;
4. Bentuk hubungan atau kerjasama sekolah dan masyarakat adalah memperlajari sumber-sumber
masyarakat, menggunakan
sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut;
5. Strategi pembelajaran meliputi karyawisata, manusia narasumber, survey masyarakat,
berkemah, kerja
lapangan, pengabdian
masyarakat, kuliah kerja nyata, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat masyarakat.
b. Karaktristik materi pembelajaran Karakteristik materi pembellajaran antara lain:
1. Validitas, telah
teruji kebenaran
dan kesahihannya;
2. Tingkat kepentingan
yang benar-benar
diperlukan oleh siswa; 3. Kebermanfaatan, secara akademik non akademik
sebagai pengembangan kecakapan hidup life skill dan mandiri;
4. Layak dipelajari, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan tuntutan kondisi masyarakat
sekitar; 5. Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk
mempelajari lebih
lanjut dengan
menumbuhkembangkan rasa ingin tahu; 6. Alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan
kedalaman materi; 7. Sarana dan sumber belajar, dalam arti media
atau alat peraga yang berfuungsi memberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran.
c. Kegiatan siswa dan guru
45
Kegiatan siswa, mestinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi siswa untuk mencari,
mengelolah dan menemukan sendiri pengetahuan di bahwa bimbingan guru. Juga materi pembelajaran
dipilih haruslah yang dapat memberikan pembekalan kemampuan kecakapan kepada perserta didik untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai kecakapan hidup atau dapat hidup
mandiri dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajari.
Guru dalam
kurikulum berbasis
pada masyarakat berperan sebagai fasilitator, sumber
belajar, pembina, konsultan, sebagai mitra kerja yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
d. Penilaian dan kurikulum berbasis pada masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menaksirkan
data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara
terpadu dengan kegiatan belaja mengajar, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas PBK. PBK ini
dilakukan dengan mengumpulkan
kerja siswa fortofolio,
hasil karya
penugasan, kinerja
performance, dan tes tertlis. Guru menilai kompetensi
46
dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar
mengajar.
Berdasarkan karakteristik kurikulum berbasis masyarakat, maka pada hakekatnya karakteristik
tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa karakteristik lain sebagai berikut:
1. Kurikulum bersifat realistik, karena hal-hal yang
dipelajari bersumber dari kehidupan yang nyata. Para
siswa dapat
mengamati kenyataan
sesungguhnya dalam masyarakat dan kehidupan masyarakat yang bersifat kompleks.
2. Kurikulum menumbuhkan kerjasama dan integrasi antara sekolah dan masyarakat, karena sekolah
masuk dalam masyarakat dan masyarakat masuk dalam lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah
sebagai barometer kondisi masyarakat. 3. Kurikulum berbasis masyarakat memberikan
kesempatan yang luas kepada siswa untuk belajar secara aktif. Para siswa merencanakan sendiri,
mencari referensi dan sumber informasi sendiri, melakukan
kegiatan proyek
sendiri dan
memecahkan berbagai masalah sendiri, baik melalui belajar individual maupun belajar secara kelompok.
4. Prosedur pembelajaran memberdayakan semua metode dan teknik pembelajaran. Seperti ceramah,
diskusi kerja kelompok, presentasi, pameran baik belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Strategi
pembelajaran ditata sedemikian rupa secara vareatif dalam rangka pembelajaran multi sistem seperti ada
tatap muka, tugas mandiri, survai dan observasi. 5. Perkembangan kurikulum berbasis masyarakat
membantu siswa agar mampu berperan dalam kehidupan sekarang dan mempersiapkan siswa
47
dalam menghadapi tantangan hidup massa mendatang dalam masyarakat.
Arlen Wayne Etling 1990 dalam tulisan Mustofa file UPI, telah merinci enam dimensi pendidikan
nonformal sebagai sistem pendidikan di luar sistem pendidikan formal, yaitu: a berpusat pada warga
belajarpeserta didik learner centered, b Kurikulum kafetaria cafeteria curriculum, c hubungan horizontal
antara peserta didik dengan tutor, d berhubungan dengan sumberdaya local reliance on local resources, e
digunakan dengan segera immediate usefulness, f level struktur dibangun dari bawah. Masing-masing
dimensi tersebut dijelaskan secara berurutan dalam perspektif berikut:
1 Learner centered; dalam pendidikan nonformal, peserta didik warga belajar memiliki dan mengontrol
proses pembelajaran. Peserta didik menciptakan suasana pembelajaran sendiri dan bukan ditentukan
dari atas tutor, penyelenggara atau dari luar. Peserta didik juga menerjemahkan tujuan pembelajarannya
sendiri atau sampai ikut merumuskannya. 2 Cafeteria curriculum; kurikulum pendidikan
nonformal fleksibel dan dapat dinegosiasikan dirundingkan antara peserta didik dengan tutor.
Kurikulum juga ditentukan atau dipilih sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan bukan ditentukan atau
48
diminta oleh orang lain dan bahkan mungkin tidak selalu sekuensial.
3 Hubungan horizontal; pendidik tutor betindak sebagai fasilitator bukannya guru. Hubungan yang
dibangun antara keduanya fasilitator dan peserta didik harus berdasar pada hubungan persahabatan
dan informal, dan peserta didik menganggap fasilitator sebagai sumber belajar dan bukan sebagai instruktur.
Fasilitator bisa saja datang dari sekolah formal tetapi perannya harus berubah ketika masuk pada
lingkungan pendidikan nonformal. Fasilitator bisa juga sekelompok pelajarsiswa dari sekolah formal atau dari
kelompoknya sendiri yang memiliki kemampuan memimpin serta memiliki beberapa keahlian khusus
atau berbagai pengetahuan lainnya yang dapat dijadikan sumber belajar.
4 Reliance on local resources; pengembangan program pendidikan nonformal diutamakan berbasis
sumber daya lokal, baik dalam bentuk sumberdaya manusia, sumberdaya material, maupun sumberdaya
financial. Oleh karenanya alternative biaya yang murah dalam penyelenggaraan pendidikan nonformal bisa
dilakukan jika sumber daya daerah menjadi pilihan penyelenggaraan program.
5 Immediate usefulness; pendidikan nonformal lebih menekankan pada aspek relevansi antara materi yang
49
dipelajari dengan kebutuhan peserta didik, sehingga hasil belajar dapat cepat dirasakan. Apabila
memungkinkan pendidikan nonformal membutuhkan tindakan yang sangat cepat dan apa yang telah
dipelajari dapat diaplikasikan secara langsung oleh peserta didik serta dapat meningkatkan tarap hidup
yang lebih baik. Hal ini sangat berbeda dengan pendidikan formal, pendidikan formal dipilih oleh
masing-masing peserta didik dianggap sebagai bagian dari pembelajaran sepanjang hayat.
6 Struktur dibangun dari bawah; selain kegiatan pembelajaran yang lebih fleksibel. Pendidikan
nonformal harus menyiratkan tentang keberagaman struktur. Dari sudut pandang sistem, pendidikan
nonformal sebagai pendidikan lanjutan kadang kala satu sama lain tidak terkoordinasi, tidak lengkap,
kadangkala
beraneka ragam
program yang
dikembangkan di dalamnya. Namun demikian apabila dilihat dari sudut pandang kebutuhan sasaran peserta
didik, ketidaklengkapan atau keragaman seperti itu tidak menjadi masalah dalam hal pengembangan dan
pemenuhan rencana pembelajaran sepanjang hayat. Karena dengan banyak ragam dan jenis program, serta
situasi yang berbeda-beda, maka akan lebih banyak pilihan yang tersedia bagi sasaran atau calon peserta
didik, di samping itu pula peserta didik lebih besar
50
kemungkinan akan menemukan kegiatan yang cocok dan sesuai rencana belajar dan kebutuhan belajarnya.
D. Model pembelajaran