Pembelajaran Sejarah Lokal Batasan Istilah

Memberikan dorongan bagi guru sejarah untuk meningkatkan sejarah lokal sebagai suatu kajian pengajaran sejarah dengan memanfatkan Sunan Pojok sebagai penyebar agama Islam di kabupaten Blora Bagi Mahasiswa Peneliti Sebagai bahan masukan bagi peneliti agar lebih mengetahui akan pentingnya sejarah lokal tentang Sunan Pojok sebagai penyebar agama Islam di kabupaten Blora dalam dunia pendidikan, terutama dalam penelitian ini yaitu mata pelajaran sejarah.

E. Batasan Istilah

Batasan istilah ini sangat penting artinya karena fungsinya untuk memberi batasan ruang lingkup dan ini merupakan usaha peneliti dan pembaca atau pihak yang terkait agar tidak terjadi kesalah pahaman. Dalam hal ini yang mendapatkan penegasan istilah, istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah :

1. Pembelajaran Sejarah Lokal

Pentingnya pembelajaran sejarah lokal ini telah diakui oleh para ahli, Kartodirdjo 1992:35 mengemukakan, bahwa sering kali hal-hal yang ada di tingkat nasional baru bisa dimengerti dengan baik ketika pemahaman tentang aspek-aspek sejarah lokal dimengerti. Hal tersebut di tingkat yang lebih luas hanya memberikan gambaran dari pola-pola serta masalah-masalah umumnya, sedangkan situasinya yang lebih konkrit dan mendetail baru bisa dimengerti melalui gambaran sejarah lokal. Selain mempelajari sejarah lokal dapat memperkaya perbendaharaan tentang sejarah nasional, maka yang lebih penting yaitu memperdalam pengetahuan tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara rutin. Dalam hal ini yang mendapat perhatian, yaitu siswa SMA dalam memahami sejarah lokal, khususnya memahami Sunan Pojok sebagai penyebar agama Islam di Blora. Selain itu, Ali Hadara dalam Hanifah 2007:4 juga menjelaskan bahwa pentingnya mempelajari sejarah lokal, yaitu: Pertama adalah untuk mengenal berbagai peristiwa sejarah di wilayah-wilayah di seluruh Indonesia dengan baik dan lebih bermakna; Kedua yaitu untuk bisa mengadakan koreksi terhadap sejarah nasional; Ketiga, yaitu untuk memperluas pandangan tentang dunia Indonesiahttp:www.kongresbud.budpar.go.idali_hadara- 1.htm.Pengajaran sejarah di sekolah sering dianggap sebagai mata pelajaran yang membingungkan dan cenderung hafalan. Pembelajaran yang demikian ini tidak efektif dan efisien, karena ketrampilan proses cenderung diabaikan. Dengan berfikir intuitif siswa diminta untuk mengira-ngira tetapi perkiraan yang selalu dicek dengan suatu pembuktian, dengan berfikir analitis Sukmadinata, 2007: 134. Dengan penggunaan pembelajaran yang bersifat lokal, siswa akan dituntut berfikir eksploratif dan inkuiri. Siswa akan belajar dengan menggunakan proses pembelajaran yaitu dengan menguasai suatu pengetahuan dan cara menghubungkan materi yang disampaikan dengan kenyataan yang ada dalam lingkungan. Selama ini guru-guru sejarah di sekolah kurang memperhatikan peranan dan aspek sejarah lokal dalam pengajarannya. Pengajaran sejarah yang selama ini masih bersifat monoton, hendaknya mendapat perhatian khusus untuk lebih ditingkatkan guna penghayatan bagi peserta didik yang merupakan pangkal bagi usaha untuk menumbuhkan kesadaran nasional, kesadaran sejarah ini akan menimbulkan hakekat dan makna sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang.

2. Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Sejarah Lokal