dijadikan sebagai gaya hidup seiring dengan perkembangan suatu masyarakat. Selain itu, fakta tentang permasalahan homoseksualitas
yang terjadi di Timur Tengah dapat menjadi acuan bagi penulis untuk mengungkap fenomena homoseksualitas di pesantren karena
negara-negara Timur Tengah dan pesantren memiliki acuan yang sama yakni ajaran agama Islam. Pada dasarnya fenomena
homoseksualitas di pesantren dan di negara-negara Timur Tengah seperti yang diungkapkan oleh Zuhri tersebut merupakan bukti
adanya kesenjangan pesantren yang notabene adalah lembaga pendidikan agama Islam ternyata terdapat budaya homoseksual.
Kesenjangan tersebut tentu saja tidak terlepas dari kondisi di pesantren yang pada akhirnya melahirkan logika tentang
homoseksualitas di pesantren.
3. Hoseksualitas dan Agama
Berbicara tentang homoseksualitas dan agama seolah membawa kita pada suatu pembicaraan tentang dua hal yang saling
bertentangan dan bertolak belakang, ibarat orang yang sedang jatuh cinta maka dia akan bertepuk sebelah tangan, demikian juga
hubungan antara homoseksualitas dan agama. Keduanya seakan tidak akan pernah untuk dapat disatukan satu sama lain Romli,
2011. Ketika kita berbicara mengenai homoseksualitas, sebagian orang
pasti akan serta merta menolak untuk membicarakan hal tersebut
terutama ketika kita berbicara dengan pemuka agama. Penolakan terhadap homoseksualitas seringkali dikaitkan dengan persoalan
agama, dimana agama dianggap sebagai hukum yang dapat melegalkan segala sesuatu, sebaliknya berbagai macam hal yang
dianggap tidak sesuai dengan agama maka akan serta merta ditolak oleh masyarakat sekaligus penganut agama tertentu. Pada dasarnya
terdapat dua aliran dalam beragama yakni, pertama agama dijadikan sebagai suatu bentuk inspirasi bukan aspirasi politik sehingga orang
yang memiliki pandangan agama sebagai inspirasi lebih mengedepankan nilai dan etika agama yang universal: menentang
kesewenang-wenangan, menegakkan perdamaian dan kerukunan, berusaha membangun sebuah dunia untuk bersama yang berasal dari
pelbagai keunikan dan perbedaan. Selanjutnya yang kedua, agama sebagai suatu bentuk aspirasi politik, sehingga pihak kedua ini ingin
membangun dunia untuk satu kelompok, sementara kelompok- kelompok yang lain hanya menumpang.
Dari dua kelompok orang yang memiliki pandangan yang berbeda tersebut kita dapat mengetahui kelompok mana yang lebih
terbuka pada pelbagai hal termasuk di dalamnya adalah homoseksualitas. Pihak yang kurang dapat menerima atau bahkan
menolak hingga membenci praktek homoseksual biasanya cenderung dipengaruhi oleh faktor ketidaktahuan mereka terhadap persoalan
homoseksualitas itu sendiri. Padahal banyak sekali kaum homoseks
yang taat beribadah, namun kembali pada keyakinan dan pemahaman masing-masing individu tentang homoseksualitas
menjadikan persoalan homoseksualitas sebagai hal yang tidak pantas dilakukan dan menjadikan kaum homoseks menjadi kaum yang
termarginalkan.
2. Pesantren