3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2007 di perairan Tunjangan, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1 Satu unit rawai layur vertikal dengan 10 mata pancing tunggal single hook;
2 Satu unit rawai layur vertikal dengan 10 mata pancing ganda double hook; 3 Timbangan kue dengan skala terkecil 10 gram;
4 Meteran dengan skala terkecil 1 cm; 5 Data sheet;
6 Alat tulis; dan 7 Kamera digital.
3.3 Asumsi yang digunakan
1 Setiap ikan yang berada dalam daerah penangkapan mempunyai peluang tertangkap yang sama;
2 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil tangkapan seperti arus, suhu perairan, gelombang dan musim dianggap sama; dan
3 Keahlian nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap dianggap sama.
3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental fishing yaitu dengan melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan langsung di lapangan.
Dalam penelitian ini digunakan dua unit alat tangkap rawai layur. Rawai layur
dengan perbedaan konstruksi mata pancing tersebut dianggap sebagai perlakuan, satu unit dengan menggunakan mata pancing tunggal dan satu unit lainnya menggunakan
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
mata pancing ganda. Mata pancing yang digunakan yaitu mata pancing dengan
nomor 9 untuk rawai layur yang menggunakan mata pancing tunggal serta untuk rawai layur yang menggunakan mata pancing ganda nomor 9 dan 12. Masing-masing
unit rawai terdiri dari 10 branch line yang diujungnya terdapat mata pancing. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan 30 kali setting yang dianggap sebagai
ulangan.
G ambar 4. Konstruksi Rawai Layur Dengan Mata Pancing Tunggal
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Gambar 5. Konstruksi Rawai Layur Dengan Mata Pancing Ganda
3.4.2 Rancangan penelitian
1 Persiapan Persiapan dilakukan sebagai berikut : Pertama mempersiapkan alat tangkap yang
akan digunakan yaitu satu unit rawai layur dengan mata pancing tunggal dan satu unit rawai layur dengan mata pancing ganda.
Setelah itu dilakukan pula penyediaan umpan dengan memotong ikan yang akan digunakan.
Ikan yang
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
digunakan adalah ikan tembang dan sayatan daging ikan layur. Pemotongan
umpan dapat dilakukan pada saat operasi apabila umpan yang telah disiapkan habis dengan menggunakan ikan layur hasil tangkapan pada setting sebelumnya.
Pada rawai yang menggunakan mata pancing ganda, umpan dikaitkan pada mata pancing utama dan mata pancing tambahan.
Gambar 6. Pemasangan Umpan Pada Mata Pancing Tunggal Dan Ganda 2 Pemilihan daerah penangkapan
Pemilihan daerah penangkapan didasarkan pada pengalaman nelayan atau berdasarkan hasil tangkapan hari sebelumnya. Daerah penangkapan penelitian ini
yaitu di sekitar perairan teluk Palabuhanratu tepatnya di daerah perairan Tunjangan.
3 Operasi penangkapan Proses setting dilakukan dengan menurunkan kedua buah rawai yaitu rawai
dengan mata pancing tunggal dan rawai dengan mata pancing ganda secara bersamaan.
Kedua unit rawai tersebut masing-masing diturunkan di sebelah dalam kincang.
Setelah 30 menit kedua unit rawai berada dalam perairan, penarikan kedua unit rawai dilakukan secara bersamaan.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
4 Pengambilan data Hasil tangkapan layur yang didapat dari kedua unit rawai diambil kemudian
diukur panjang dan berat tubuhnya. Pengukuran ini langsung di lakukan di atas kapal setelah proses hauling dilakukan. Selain panjang dan berat tubuh layur,
dicatat pula jenis layur yang tertangkap apakah meleu Trichiurus haumela atau bedog Trichiurus savala serta posisi layur tertangkap pada mata pancing ganda.
3.4.3 Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : 1 Jenis layur meleu atau bedog
2 Berat ikan layur gram 3 Panjang ikan layur cm
4 Posisi layur tertangkap pada mata pancing ganda, apakah terkait pada mata pancing utama, pada mata pancing tambahan atau pada keduanya.
3.4.4 Analisis data
Sebelum menganalisis data yang didapat terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data untuk melihat apakah data menyebar normal atau tidak, pengujian
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada software SPSS. Apabila data
menyebar normal maka analisis data dapat dilakukan, tetapi apabila data tidak menyebar normal maka pengujian dilakukan menggunakan analisis non parametrik
dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Analisis yang digunakan adalah analisis ragam dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap RAL. Kemudian untuk melihat perbedaan hasil
tangkapan rawai layur biasa dan rawai layur dengan mata pancing ganda digunakan uji-F.
Setelah itu digunakan uji Beda Nyata Terkecil BNT untuk mengetahui
seberapa besarnya pengaruh perbedaan kedua jenis rawai layur tersebut.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Rancangan Acak Lengkap yang digunakan :
Y
ij
=
µ
+
ô
i
+
å
ij
Keterangan :
Y
ij
= Nilai hasil tangkapan layur pada perlakuan ke-i
µ =
Nilai tengah populasi
ô
i
= Pengaruh perlakuan ke-i
å
ij
= Galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
dimana : - i = 1,2 yaitu perlakuan 1 untuk rawai layur yang menggunakan mata pancing tunggal dan perlakuan 2 untuk rawai layur dengan mata
pancing ganda. - j = 1,2,3,…,30 yaitu ulangan atau jumlah setting.
Asumsi :
ô
i
= perlakuan bersifat tetap
å
ij
~ N 0,
ó
2
artinya galat percobaan timbul secara acak menyebar bebas normal dengan nilai tengah 0 dan ragam
ó
2
å
ij
bersifat bebas Komponen
µ
,
ô
i
dan
å
ij
bersifat aditif
Hipotesis yang diuji : H
:
ô
1
=
ô
2
artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai layur dengan
mata pancing
tunggal dengan
rawai layur
yang menggunakan mata pancing ganda.
H
1
:
ô
1
ô
2
artinya terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai layur dengan
mata pancing
tunggal dengan
rawai layur
yang menggunakan mata pancing ganda.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Tabel 1. Bentuk Rancangan
Ulangan Perlakuan p
n 1
2 p
1 Y
11
Y
21
Yp
1
2 Y
12
Y
22
Yp
2
3 Y
13
Y
23
Yp
3
… …
.. …
30 Y
130
Y
230
Yp
30
Y Y
1
. Y
2
. Yp.
Y.. Y
2
Y
1
.
2
Y
2
.
2
Yp.
2
Y..
2
Y
2
n Y
1
.
2
n Y
2
.
2
n Yp.
2
n Y..
2
n
Tabel 2. Tabel Sidik Ragam Anova Rancangan Acak Lengkap
SK dB
JK KT
F
hitung
F
tabel
P p-1
JKP KTP
KTPKTS F
á2
dBP,dBS
S
pn-1 JKS
KTS T
pn-1 JKT
Dimana : FK =
p n
Y .
..
2
Σ
JKT = Y..
2
– FK JKP =
n Y
2
.. Σ
- FK JKS = JKT – JKP
KTP = dBP
JKP
KTS = dBS
JKS
Fhitung = KTS
KTP
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
n adalah jumlah ulangan dan p adalah jumlah perlakuan Dasar penggunaan Uji-F dengan menggunakan Anova yaitu :
• Bila F
hitung
F
tabel
maka tolak H , artinya terdapat perbedaan yang nyata antara
hasil tangkapan rawai layur biasa dengan rawai layur yang menggunakan mata pancing ganda.
• Bila F
hitung
F
tabel
maka gagal tolak H , artinya tidak ada perbedaan yang nyata
antara hasil tangkapan rawai layur biasa dengan rawai layur yang menggunakan mata pancing ganda.
Apabila dari hasil uji-F didapatkan hasil F
hitung
F
tabel
maka uji Beda Nyata Terkecil BNT dapat dilakukan. Nilai BNT dapat diperoleh dengan rumus :
BNT = t
á2
, dBS n
KTS 2
Hipotesis yang diuji dalam uji BNT : H
:
ô
1
=
ô
2
artinya kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap percobaan.
H
1
:
ô
1
ô
2
artinya kedua perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap percobaan.
Dasar penggunaan uji BNT yaitu : •
Bila
1
-
2
BNT maka tolak H yang berarti kedua perlakuan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap percobaan. •
Bila
1
-
2
BNT maka gagal tolak H yang berarti kedua perlakuan tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap percobaan. Sedangkan untuk uji peringkat bertanda Wilcoxon tahapannya adalah sebagai
berikut : 1 Hitung selisih antara pasangan perlakuan setiap ulangan;
2 Tanpa melihat tandanya positif atau negatif berilah peringkat pada selisih tersebut dari yang terkecil hingga terbesar;
3 Berikan kembali tanda selisihnya pada peringkat tersebut;
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
4 Hitung jumlah peringkat posit dan negatif; 5 Tanpa melihat tandanya lihat nilai yang terkecil antara jumlah peringkat negatif
dan jumlah peringkat positif sebagai nilai W; 6 Bandingkan nilai tersebut dengan nilai kritis W
tabel
pada tabel statistika A.11; 7 Apabila nilai W W
tabel
maka Hipotesis 0 dapat ditolak.
Hipotesis yang digunakan dalam uji peringkat bertanda Wilcoxon adalah : H
: Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan rawai yang menggunakan mata pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata
pancing ganda. H
1
: Terdapat perbedaan
yang nyata
antara hasil
tangkapan rawai
yang menggunakan mata pancing tunggal dengan rawai yang menggunakan mata
pancing ganda. Apabila W W
tabel
maka Hipotesis 0 dapat ditolak, sedangkan bila W W
tabel
maka Hipotesis 0 diterima.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Keadaan Topografi
Secara geografis Kabupaten Sukabumi terletak pada posisi 6 57’–7
25’ Lintang Selatan dan 106
49’–107 00’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah secara
administratif di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Samudera Indonesia Samudera Hindia di sebelah Selatan, Kabupaten Cianjur di sebelah
Timur, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Indonesia Samudera Hindia. Kabupaten Sukabumi secara administratif
juga berbatasan langsung dengan Kota Sukabumi, dimana wilayah Kota Sukabumi dikelilingi oleh beberapa kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Sukabumi
PPN Palabuhanratu, 2007. Di kabupaten ini terdapat 45 wilayah kecamatan yang terdiri atas 335 desa dan
3 kelurahan. Kabupaten Sukabumi mempunyai panjang pantai 117 kilometer yang membentang mulai dari Kecamatan Tegalbuleud di ujung Timur sampai ke
Kecamatan Cisolok di ujung Barat. Kabupaten Sukabumi memiliki sembilan
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, yaitu Kecamatan Tegalbuleud, Cibitung, Surade, Ciracap, Ciemas, Simpenan, Palabuhanratu, Cikakak
dan Cisolok. Tipe pantai di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
meliputi pantai karang, berbatu dan berpasir. Satuan morfologi penyusun pantai di pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi terdiri dari perbukitan dan dataran.
Perbukitan merupakan ciri utama pantai selatan dengan yang pantai terjal dan perbukitan bergelombang dengan kemiringan mencapai 40 serta disusun oleh
sedimen tua. Sedangkan satuan morfologi dataran berkembang di sekitar muara
sungai dengan susunan terdiri atas pasir dan kerikil yang berasal dari endapan limpahan banjir. Wilayah pantai mulai Cimandiri hingga Cisolok batuan geologinya
merupakan endapan sedimen breksi gunung api.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Terdapat beberapa sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu yaitu :
1 Sungai Cipalabuhan, Sungai Cimandiri, Sungai Ciseureuh, Sungai Cihaur, Sungai Citepus, Sungai Cidadap yang berada di wilayah Kecamatan
Palabuhanratu 2 Sungai Cimaja dan Cisukawayana di Kecamatan Cikakak
3 Sungai Cibareno,
Sungai Cisolok,
Sungai Cibangban,
dan Sungai
Cipawenang di Kecamatan Cisolok
Keadaan Oseanografis dan Iklim
Karakteristik umum oseanografi pesisir Teluk Palabuhanratu mirip Samudera Hindia, tapi terlindung karena berbentuk teluk.
Karakteristik Samudera Hindia bercirikan ombak besar, batimetri laut dalam dan tinggi gelombang dapat mencapai
lebih dari 3 meter. Keadaan arus pada perairan dipengaruhi oleh pasang surut, angin, densitas serta pengaruh masukan air dari muara sungai. Arus pantai selatan Jawa
pada bulan Pebruari sampai Juni bergerak ke arah timur dan bulan Juli hingga Januari bergerak ke arah barat.
Pada bulan Pebruari arus pantai mencapai 75 cmdetik kemudian melemah hingga kecepatan 50 cmdetik selama April hingga Juni. Pada
bulan Agustus, arus pantai berganti arah ke Barat dengan kecepatan 75 cmdetik, kemudian menurun hingga kecepatan 50 cmdetik sampai bulan Oktober. Salinitas di
perairan Palabuhanratu berkisar antara 32,33
o
oo – 35,96
o
oo . Kisaran suhu pada perairan Palabuhanratu berkisar antara 27
o
C–30
o
C sedangkan tinggi gelombang
dapat berkisar antara 1–3 meter PPN Palabuhanratu, 2007. Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi dipengaruhi oleh musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat, dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari
bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai bulan September. Curah hujan tahunan di pesisir Teluk
Palabuhanratu dan sekitarnya berkisar antara 2.500–3.500 mmtahun dan hari hujan antara 110–170 haritahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara 18
–
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
30 C dan memiliki kelembaban udara yang berkisar antara 70 – 90 persen PPN
Palabuhanratu, 2007.
Perkembangan Perikanan 4.3.1 Produksi perikanan
Perikanan merupakan sektor vital bagi perekonomian di Kabupaten Sukabumi khususnya di wilayah Palabuhanratu, oleh karena itu perkembangan baik dari
produksi maupun nilai produksinya sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi dan nilai produksi perikanan yang tercatat di PPN
Palabuhanratu yang walaupun mengalami fluktuasi tetapi cenderung meningkat sejak berdirinya pelabuhan ini pada tahun 1993.
Selain untuk memenuhi kebutuhan ikan di wilayah Palabuhanratu, produk perikanan yang berupa ikan segar dan ikan olahan ikan asin dan pindang juga
didistribusikan ke kota-kota lain seperti Sukabumi, Bogor, Cianjur, Bandung, Jakarta dan kota lainnya.
Selain itu juga beberapa produk perikanan dari Palabuhanratu diekspor ke luar negeri seperti Tuna dan Layur. Untuk memenuhi kebutuhan ikan di
PPN Palabuhanratu ada juga ikan yang didatangkan dari Jakarta, Indramayu, Binuangen, Loji, Pameungpeuk dan Ujung Genteng.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
2002 2003
2004 2005
2006 Tahun
Ju m
la h
P ro
d u
k si
t o
n
Gambar 7. Grafik Jumlah Produksi Ikan Tahunan PPN Palabuhanratu Periode 2002-2006
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
10 20
30 40
50 60
70
2002 2003
2004 2005
2006
Tahun N
il a
i P
ro d
u k
si M
il y
a r
R u
p ia
h
Gambar 8. Grafik Nilai Produksi Ikan Tahunan PPN Palabuhanratu Periode 2002-2006
Selain untuk memenuhi kebutuhan ikan di wilayah Palabuhanratu, produk perikanan yang berupa ikan segar dan ikan olahan ikan asin dan pindang juga
didistribusikan ke kota-kota lain seperti Sukabumi, Bogor, Cianjur, Bandung, Jakarta dan kota lainnya.
Selain itu juga beberapa produk perikanan dari Palabuhanratu diekspor ke luar negeri seperti Tuna dan Layur. Untuk memenuhi kebutuhan ikan di
PPN Palabuhanratu ada juga ikan yang didatangkan dari Jakarta, Indramayu, Binuangen, Loji, Pameungpeuk dan Ujung Genteng.
4.3.2 Produksi perikanan layur
Produksi layur di PPN Palabuhanratu terus meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2006 produksinya mencapai 222,6 ton dengan nilai produksi lebih dari 1,3
milyar rupiah, hal ini disebabkan terus meningkatnya permintaan layur baik dari pasar domestik maupun ununtuk keperluan ekspor PPN Palabuhanratu, 2006.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Tabel 3. Produksi Ikan Layur Per Bulan dan Per Alat Tangkap di PPN Palabuhanratu Tahun 2006
No Bulan
Alat Tangkap Jumlah
Kapal Motor KM Perahu Motor Tempel
PMT Angkutan
Bagan Purse
Seine Pancing
Ulur Gill
Net Payang
Pancing Ulur 1
Januari 2.686
7.215 9.901
2 Februari
2.446 9.283
11.729 3
Maret 396
7.505 8.201
4 April
36 6.506
6.542 5
Mei 9.867
9.867 6
Juni 6.339
6.339 7
Juli 3.994
320 7.111
11.425 8
Agustus 7.151
640 96
2400 48.269
58.556 9
September 9.004
66 5.383
37.677 52.13
10 Oktober
438 6.708
6.549 13.695
11 November
2.390 547
523 8.480
11.94 12
Desember 2.291
10.021 63
9.942 22.317
Jumlah 24.830
960 16.132
600 15.077
165.043 222.642
Rata-rata 2.059
80 1.344
50 1.256
13.754 16.402
10 20
30 40
50 60
70
Jan uar
i Fe
bru ari
Ma ret
Ap ril
Me i
Jun i
Jul i
Ag ust
us Se
pte mb
er Ok
tob er
No ve
mb er
De sem
ber
Bulan J
u m
la h
P r
o d
u k
si t
o n
Gambar 9. Grafik Produksi Bulanan Layur di PPN Palabuhanratu Tahun 2006
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa musim puncak terjadi pada bulan Agustus dan September sedangkan yang terendah terjadi pada bulan April. Hal ini disebabkan
pada bulan Agustus dan September merupakan awal musim timur sehingga keadaan cuaca dan perairan sangat baik sedangkan pada bulan April masih merupakan musim
barat dimana keadaan cuaca dan perairan kurang baik untuk melakukan operasi penangkapan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November yang bukan merupakan musim puncak penangkapan layur sehingga ikan layur hasil tangkapan
yang didapat pada saat penelitian tidak banyak.
4.3.3 Nelayan
Nelayan merupakan salah satu mata pencaharian yang penting di wilayah Palabuhanratu karena jumlahnya yang besar sebagai mata pencaharian mayoritas
masyarakat Palabuhanratu dan potensi sumberdaya laut yang melimpah. Pada tahun 2006 terdapat lebih dari 3700 orang yang berprofesi sebagai nelayan yang beroperasi
di PPN Palabuhanratu dan setengahnya merupakan nelayan payang PPN
Palabuhanratu, 2006.
500 1000
1500 2000
2500
Pancing Ulur
Payang B ag an
R amp us Trammel
Net Gill Net
Lo ng line Purs e
Seine To nd a
Alat Tangkap J
u m
la h
N el
a y
a n
Gambar 10. Grafik Jumlah Nelayan Per Alat Tangkap Di PPN Palabuhanratu Tahun 2006
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
4.3.4 Alat tangkap
Terdapat lebih dari tujuh ratus unit alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu pada tahun 2006 yang terdiri dari sebelas jenis alat tangkap. Pada
tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu sekitar 15 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Alat tangkap
yang paling banyak beroperasi di PPN Palabuhanratu yaitu pancing ulur sekitar 218 unit.
50 100
150 200
250
Pancing Ulur
Payang Bagan
Rampus Trammel Net
Gill Net Longline P ancing Layur
Rawai P urse
Seine Tonda
Alat Tangkap J
u m
la h
U n
it
Gambar 11. Grafik Jumlah Unit Alat Tangkap di PPN Palabuhanratu Tahun 2006
4.3.5 Kapal perikanan
Pada tahun 2006 jumlah kapal perikanan baik perahu motor tempel maupun kapal motor yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base nya juga
meningkat sekitar 18 atau sebanyak 122 unit kapal dibandingkan tahun sebelumnya.
Terdapat 789 kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu yang didominasi oleh perahu motor tempel Tabel 4.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Tabel 4. Jenis dan Jumlah Kapal Perikanan yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu
No Uraian
Perahu Motor Tempel PMT Kapal Motor KM
Jumlah Kincang
Payang Dogol
Sub Jumlah
Angkutan Bagan
10 GT
11- 20
GT 21-
30 GT
30 GT
Sub Jumlah
1 Jumlah
RTP 254
86 37
377
12 75
3 41
55
186 563
2 Jumlah
Kapal 301
166 44
511
17 136
4 53
77
287 789
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
5 HASIL 5.1 Operasi Penangkapan
Pada saat penelitian dilakukan empat kali trip yang berlangsung dalam empat hari pada tanggal 3, 6, 7 dan 8 November 2007. Operasi penangkapan dimulai pada
sore hari dengan menyiapkan umpan terlebih dahulu selagi kapal menuju ke fishing ground, umpan yang digunakan yaitu ikan tembang dan sayatan daging layur.
Fishing ground yang dipilih yaitu perairan Tunjangan yang terletak dekat dengan muara sungai Cimandiri. Setelah sampai di fishing ground jangkar diturunkan agar
posisi kapal tetap dan tidak terbawa arus. Pengoperasian rawai dimulai dengan pemasangan umpan pada mata pancing
pada kedua unit rawai. Setelah itu kedua unit rawai diturunkan pada sisi perahu secara bersamaan dan dibiarkan selama 30 menit, masing-masing rawai dioperasikan
oleh nelayan yang berbeda. Setelah 30 menit kedua unit rawai di angkat secara bersamaan ke atas perahu. Ikan hasil tangkapan dilepaskan dari mata pancing dan
dipisahkan antara hasil tangkapan rawai dengan mata pancing tunggal dengan rawai dengan mata pancing ganda. Pada saat dilepaskan dari mata pancing dilihat juga cara
ikan terkait mata pancing pada rawai dengan mata pancing ganda. Setelah hasil tangkapan dilepaskan dari mata pancing dilakukan pengukuran
berat dan panjang hasil tangkapan yang didapat. Pengukuran panjang dilakukan
dengan menggunakan meteran dan pengukuran berat dilakukan dengan menggunakan timbangan kue.
5.2 Hasil Tangkapan
Pada saat penelitian hasil tangkapan yang didapatkan adalah sebanyak 94 ekor yang didominasi oleh layur jenis meleu yaitu sebanyak 59 ekor dan layur jenis bedog
sebanyak 22 ekor serta hasil tangkapan sampingan berupa ikan geulang ruyu sebanyak 11 ekor dan ikan buntal sebanyak 2 ekor.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Geulang ruyu 12
Meleu 63
Bedog 23
Buntal 2
Gambar 12. Proporsi Hasil Tangkapan Total Pada rawai yang menggunakan mata pancing tunggal ikan hasil tangkapan yang
didapat adalah ikan layur jenis meleu sebanyak 24 ekor, layur jenis bedog sebanyak 6 ekor, ikan geulang ruyu sebanyak 4 ekor dan ikan buntal sebanyak 1 ekor.
M eleu 6 9
Geulan g ruy u 1 1
Bun t a l 3
Be do g 1 7
Gambar 13. Grafik Proporsi Hasil Tangkapan Rawai Dengan Mata Pancing Tunggal
Sedangkan pada rawai dengan mata pancing ganda hasil tangkapan yang didapatkan sebanyak 59 ekor yang terdiri dari layur jenis meleu sebanyak 35 ekor,
layur jenis bedog sebanyak 16 ekor, ikan geulang ruyu 7 ekor dan ikan buntal 1 ekor.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Buntal 2
Geulang ruyu 12
Meleu 59
Bedog 27
Gambar 14. Grafik Proporsi Hasil Tangkapan Rawai Dengan Mata Pancing Ganda
5.3 Sebaran Panjang Tubuh Hasil Tangkapan 5.3.1