Ekstraksi Uji Fitokimia HASIL DAN PEMBAHASAN

23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi

Proses ekstraksi jatung pisang batu dilakukan dengan cara maserasi bertingkat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar zat aktif dalam sampel bisa diekstraksi secara maksimal. Selain itu perbedaan pelarut yang digunakan bertujuan untuk mengekstraksi zat aktif yang berbeda polaritasnya sehingga bisa diekstraksi dengan baik. Sampel kering yang telah dipotong kecil-kecil ditimbang sebanyak 50 gram yang kemudian dimaserasi menggunakan kloroform sebagai pelarut semi polar yang akan mengekstraksi senyawa non polar dalam jaringan sampel. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam dalam suhu ruang. Kemuadian ekstrak tersebut di pekatkan dengan rotary evaporator. Selanjutnya, dengan sampel yang sama maserasi dlanjutkan dengan etil asetat dengan cara yang sama seperti maserasi menggunakan kloroform dan maserat terakhir menggunakan etanol sebagai pelarut polar yang akan mengekstraksi senyawa polar dari jaringan jantung pisang batu.Cara maserasi bertingkat ini memaksimalkan ekstraksi senyawa aktif dari sampel. Selanjutnya ekstraksi dilakukan dengan cara sokletasi menggunakan pelarut methanol. Cara sokletasi ini memisahkan zat dari jaringan sampel jantung pisang batu dengan cara melarutkan zat tersebut dengan pelarut yang diuapkan dan diembunkan seolah pelarut yang digunakan selalu baru. Cara ini cukup efektif mengingat pelarut yang digunakan dalam jumlah yang sama tetapi kemampuan melarutkannya seperti pelarut baru dimana pelarut itu belum jenuh dengan senyawa yang diekstrak. Hasil dari setiap ekstraksi dilanjutkan dengan uji fitokimia. Hasil pekat ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4. 1 Hasil pekat ekstrak jantung pisang batu Sampel Kering Ekstrak Kloroform Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Etanol Sokletasi metanol 50 gram 3,99 gram 0,96 gram 0,57 gram 0,64 gram - 24 -

4.2 Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder dari sampel. Dalam hal ini senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam jantung pisang batu diuji secara kualitatif menggunakan berbagai macam pereaksi. Hasil uji fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.2 Secara umum hasil uji fitokimia dari jantung pisang batu berhasil negatif. Tetapi ada beberapa senyawa yang positif yaitu flavonoid, steroid, tannin dan polifenol. Hasil uji fitokimia terhadap senyawa metabolit sekunder tersebut tidak merata pada setiap ekstrak. Hal tersebut terjadi karena perbedaan karakteristik pelarut yang sangat penting saat ekstraksi. Senyawa tertentu hanya bisa diekstraksi oleh pelarut tertentu. Selain itu polaritas pelarut sangat berperan penting dalam ekstraksi yang akan memepengaruhi hasil dari uji fitokimianya. Tabel 4. 2 Hasil uji fitokimia ekstrak jantung pisang batu Senyawa yang identifikasi Sampel kering Ekstrak kloroform Ekstrak etil asetat Ekstrak etanol Sokletasi metanol Alkaloid - - - - - Flavonoid + - - - + Triterpenoid - - - - - Streroid - - - - + Kuinon - - - - - Tannin - - - - + Saponin - - - - - Polifenol + - - - - Jantung pisang batu menunjukan reaksi positif terhadap uji flavonoid pada sampel kering dan hasil sokletasi yang menggunakan methanol. Uji Flavonoid positif jika menunjukan warna merah atau jingga. Hasil uji flavonoid pada sampel kering dan hasil sokletasi menunjukan warna merah jambu. Warna merah atau jingga yang menunjukan adanya flavonoid ini disebabkan terbentuknya garam flavilium Achmad, 1986 25 O O OH + HCl OH O OH + + Flavonol Garam flavilium Cl - Perubahan warna pada identifikasi flavonoid adalah sifat alami flavonoid sebagai indikator alami dimana penambahan HCl akan menyababkan larutan bersuasana asam. Pada suasana ini yang diamati adalah perubahan warna jika terdapat senyawa flavonoid pada sampel. Ditinjau dari reaksi yang terjadi pada identifikasi senyawa flavonoid, penambahan serbuk Mg betujuan untuk mengikat anion Cl yang merupakan hasil samping reaksi. Garam flavilium akan berwarna merah pada suasana asam dan tidak berwarna pada suasana netral. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lydia et al., 2009 jantung pisang batu diketahui memiliki senyawa antosianin berupa delfinidin dan sianidin. Kedua senyaa ini memiliki struktur yang tidak terlalu kompleks sehingga dapat terekstrak dan teridentifikasi meski dalam jumlah yang kecil. Antosianin menurapakan senyawa yang merupakan pewarna alami merah sampai biru pada tanaman. Antosianin merupakan glikosida antosianidin yang merupan senyawa flavonoid golongan flavon. Senyawa antosianin ini merupakan senyawa dengan aktifitas sebagai antioksidan yang baik. Jantung pisang batu bereaksi positi dengn pereaksi Liberman-Buchard yang merupakan campuran asam asetan anhidrat dan asam sulat pekat. Pada sampel kering dan ekstrak lain uji ini tidak berhasil positif tetapi pada hasi sokletasi uji ini berhasil positif. Hal ini mungkin dikarenakan pada ekstraksi menggunakan metode sokletasi pelarut yang digunkan seolah baru dehingga senyawa ini bisa terekstraksi. Sedangkan jika menggunakan metode maserasi tidak bisa mengekstraksi steroid dari jaringan jantung pisang batu karena jumlah steroidnya sedikit. Selain itu pada metode maserasi pelarut dapat terbilang jenuh untuk mengekstraksi steroid yang julmahnya sedikit karena telah mengekstraksi senyawa lain yang lebih dominan terdapat pada sampel. Selain itu untuk menunjukan keberadaan steroid dalam jantung pisang batu telah dibuktikan oleh penelitian sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan - 26 - oleh Elly et al., dengan mengkonsumsi jantung pisang batu dapat meningkatkan produksi ASI sebesar 9,57 kali. Hal ini disebabkan karena jantung pisang batu menandung steroid yang merupakan prekursor dari hormon-hormon seks yang membantu hormo prolakton untuk merangsang pembentukan ASI. Reaksi umum yang terjadi pada uji steroid adalah sebagai berikut: HO H 3 CCOO SO 3 H 1. Asam asetat anhidrat 2. H 2 SO 4 Sterol berwarna hijau Polifenol berhasil diidentifikasi pada sampel kering jantung pisang batu. Uji ini menunjukan perubahan warna pada larutan sampel kering yang diberi larutan FeCl 3 dari warna kuning menjadi warna hijau sampai hitam. Polifenol merupakan senyawa kompleks yang memiliki banyak gugus fenol. Gugus fenol bereaksi dengan Fe membentuk FeOH 3 yang berwarna hijau kehitaman. Uji polifenol ini hanya dilakukan pada sampel kering untuk menguji adanya senyawa antioksidan atau tidak. Reaksi yang umum terjadi pada uji polifenol adalah sebagai berikut: OH HO HO OH OH + Fe Cl 3 OH OH + Fe OH 3 Uji tanin dilakukan pada ekstrak hasil maserasi bertingkat dan hasilnya negatif. Uji tannin hanya positif pada hasil sokletasi kemungkin terjadi karena faktor yang sama pada uji steroid. Jumlah tannin pada sampel yang sedikit tidak terekstraksi oleh metode maserasi karena faktor kejenuhan. Tannin tetap terdeteks dalam jumlah sedikit pada hasil ekstraksi dengan metode sokletasi. Keberadaan 27 tannin ini di dukung dengan positifnya uji polifenol pada sampe kering. Tannin meripakan salah satu senyawa polifenol yang merupakan antioksidan.

4.3 Uji Aktivitas Antioksidan