BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Revolusi industri telah membawa kehidupan umat manusia lebih maju. Era demi era bergeser seiring kemajuan zaman. Pada awalnya revolusi industri
membawa dampak baik kehidupan manusia. Kesejahteraan yang meningkat dan kemudahan terhadap akses kebutuhan jauh lebih baik. Namun, tampaknya ada
yang terlupa, bahwa kebutuhan dalam jangka pendek akan sangat cepat terpenuhi. Sementara bumi yang menjadi tempat hidup menjadi korban secara
terus menerus. Karena yang terjadi adalah eksploitasi besar-besaran tanpa memikirkan apa yang yang akan terjadi nanti. Meraup maksimalisasi laba
dengan mengenyampingkan kepentingan lingkungan sama artinya dengan berpandangan jangka pendek merupakan bencana jangka panjang. Kegiatan
perusahaan yang menitikberatkan pada keuntungan ternyata sekarang telah bergeser. Proposisi teori klasik sebagaimana dirumuskan oleh Adam Smith
tugas korporasi diletakkan semata-mata mencari keuntungan., “the only duty of the corporation is to make profit”. Perusahaan yang ingin baik pencitraannya
dimata publik haruslah memikirkan dampak lebih yang dapat mereka bagi terhadap lingkungan dan manusia di sekitar mereka. Menurut Friedman dalam
Djalil 2003 “the Social Responsibilities of Businnes is to increase its profit”. Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengakomodir kebaikannya
Universitas Sumatera Utara
terhadap lingkungan sosial dikenal sebagai Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut sebagai CSR.
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan meningkat secara berkelanjutan apabila dalam menjalankan
operasinya perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi lingkungan hidup. Dimensi ekonomi dapat diproksikan melalui
profitabilitas perusahaan, sementara dimensi sosial dan dimensi lingkungan hidup tergambarkan melalui CSR. Menurut BowmanHaire 1976 dan Preston 1978
dalam HackstonMilne 1996 dalam Anggraini 2006 semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial
yang dilakukan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Corporate Social Responsibilityakan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas
perusahaan meningkat. Perusahaan yang didirikan harus memiliki dampak yang positif bagi
lingkungan tempatnya beroperasi, apakah itu terhadap manusia maupun alam. Sebagaimana diungkapkan oleh Kholis dan Maksum 2003 yaitu pergeseran
terhadap filosofis teori keagenan yang menyatakan tanggung jawab perusahaan yang hanya berorientasi terhadap pengelola agen dan pemilik Principle
mengalami perubahan kepada pandangan manajemen modern yang didasarkan pada teori stakeholder, yaitu terdapat perluasan tanggung jawab perusahaan
dengan dasar pemikiran bahwa pencapaian tujuan perusahaan sangat berhubungan dengan pola setting lingkungan sosial dimana perusahaan berada. Tujuan utama
industri seharusnya bukan untuk mendatangkan uang. Tujuan itu semestinya
Universitas Sumatera Utara
melayani para pelanggan dan stakeholder lainnya dan hasilnya pastilah mendatangkan uang. Mengejar sesuatu yang sangat bermutu akan
memungkinkannya untuk menciptakan lebih banyak kekayaan Irani,2003. Kegiatan CSR sendiri di Indonesia didasari oleh Undang-Undang No.40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 yang intinya menyatakan bahwa perusahaan yang melaksanakan kegiatan di bidang atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat luas. Dengan adanya
Undang-Undang tersebut diharapkan CSR bukan hanya menjadi kesukarelaan perusahaan, tetapi menjadi kewajiban setiap perusahaan.
Selanjutnya hal ini yang mengatur CSR juga terakomodasi dalam Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, yaitu
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 1 paragraph ke-9 :
”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah value added
statement, khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap
pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”
BAPEPAM Badan Pengawas Pasar Modal juga memiliki regulasi yang sejalan dengan UU No. 40 Tahun 2007. Perusahaan – perusahaan yang
memperdagangkan sahamnya dipasar modal diwajibkan utnutk melaporkan kegiatan CSR pada laporan tahunan. Sebagaimana yang dikutip dari Referensi
Peraturan Bapepam LK No. X K 6 menyatakan uraian mengenai aktivitas dan
Universitas Sumatera Utara
biaya yangdikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terutama mengenai komitmen perushaan terhadap perlindungan konsumen,
community development program yang telah dilakukan dan aktivitas lingkungan. Salah satu jenis perusahaan yang dimaksud dalam Undang-Undang ini
adalah perusahaan pertambangan. Perusahaan pertambangan mengeksploitasi sumber daya alam, yang sangat mungkin melakukan kerusakan terhadap
lingkungan apabila menangani kegiatan operasionalnya hanya mementingkan keuntungan. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kegiatan pertambangan
di Indonesia mengalami sejarah buruk. Kasus tercemarnya sungai di Teluk Buyat dan kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo adalah contoh bagaimana perusahaan
pertambangan yang merugikan lingkungan sekitar. Perusahaan yang beroperasi PT Newmont dan PT Lapindo Brantas melakukan eksploitasi mengharapkan
keuntungan dalam jangka pendek dan menjadi bencana dalam jangka panjang. Gambaran yang terjadi akibat perusahaan-perusahaan tersebut mengabaikan
konsep CSR. CSR diharapkan akan mampu menaikkan nilai perusahaan. Karena
kegiatan CSR merupakan keberpihakan perusahaan terhadap masyarakat. Sehingga masyarakat akan mampu memilih produk yang baik yang di nilai tidak
hanya barangnya saja, tetapi juga melalui tata kelola perusahaannya. Kegiatan CSR sendiri merupakan bagian dari tata kelola perusahaan yang baik. Pada saat
masyarakat yang menjadi pelanggan memiliki penilaian yang positif terhadap perusahaan, maka mereka akan loyal terhadap produk yang dihasilkan. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
hal ini akan mampu menaikkan citra perusahaan yang direfleksikan melalui harga saham yang akan meningkat.
Hasil penelitian terdahulu Sitorus 2008 dan hasil penelitian Mawarni 2010 menyatakan bahwa tidak ada pengaruh CSR terhadap profitabilitas.
Sementara itu penelitian yang dilakukan Kusumadilaga 2010 menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dengan profitabilitas perusahaan merupakan rasio yang menggambarkan performa manajemen. Apabila performa manajemen baik maka
ini akan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas perusahaan.
Dari hasil penelitian terdahulu yang inkonsisten, maka pada penelitian ini perlu dimoderasi. Menurut Erlina 2007:34 variabel moderating adalah variabel
yang mempunyai dampak kontijensi yang kuat pada hubungan variabel independen dan variabel dependen. Variabel moderating diidentifikasi karena
terdapat perbedaan hasil dari penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya. Terjadi ketidakkonsistenan hasil dari penelitian terdahulu, kemungkinan ada
variabel lain yang memoderasi hubungan tersebut. Selanjutnya, pemilihan Debt Equity Ratio selanjutnya disebut DER sebagai variabel pemoderasi pada
penelitian ini adalah secara teoritis akan semakin memperkuat hubungan antara pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. Karena DER memiliki hubungan
yang positif terhadap nilai perusahaan. Apabila DER naik maka nilai perusahaan juga akan naik.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian Yuniasih dan Wirakusuma 2007 menggunakan sampel penelitian sebanyak 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2006. Yuniasih dan Wirakusuma menggunakan ROA sebagai proksi dari variabel kinerja keuangan,78 item
pengungkapan CSR sebagai proksi dari variabel CSR, dan kepemilikan manajerial sebagai proksi dari variabel GCG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA
berpengaruh positif pada nilai perusahaan, demikian juga dengan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif secara statistis pada
hubungan antara ROA dan nilai perusahaan yang berarti bahwa selain melihat kinerja keuangan, pasar juga memberikan respons terhadap pengungkapan CSR
yang dilakukan perusahaan. Namun kepemilikan manajerial tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan antara ROA dan nilai perusahaan, hal ini
dimungkinkan karena struktur kepemilikan manajerial di Indonesia masih sangat kecil dan didominasi oleh keluarga. Sementara itu penelitian Kusumadilaga
2010 mengungkapkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh terhadap signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas sebagai variabel pemoderating
tidak dapat memperkuat hubungan pengungkapan CSR dan nilai perusahaan. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Kusumadilaga 2010
tapi yang akan diteliti dalam penelitian ini menggunakan jumlah alokasi dana yang disediakan untuk program CSR sebagai proksi dari CSR dan Price Book
Value sebagai proksi dari nilai perusahaan. Sementara itu untuk variabel pemoderasi menggunakan Debt Equity Ratio sebagai proksi dari struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini akan menganalisa perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2009-2010.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk penelitian terhadap hubungan CSR dengan nilai perusahaan dengan judul “Pengaruh
Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” 1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia? 2. Apakah Kebijakan StrukturModal mampu memoderasi hubungan antara
Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian