BAB II-ANALISIS KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN TRICHOGASTER BERDASARKAN KONDISI ABIOTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
A. Kajian Umum Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus (Hidayat, 2010 : 77).
Sungai merupakan ekosistem perairan mengalir yang airnya berasal dari sumber air dan limpasan satuan-satuan hidrologi dalam daerah alirannya. Sungai dapat diibaratkan sebagai organisme hidup karena mengalami pola perubahan fisik seiring dengan berlalunya waktu. Pada umumnya, semakin tua sungai, maka lembahnya akan semakin dalam dan anak sungainya akan semakin panjang dan rumit (Lablink, 2001).
Sungai merupakan salah satu perairan darat yang mengalir. Berdasarkan letak dan kondisi lingkungannya dibagi menjadi tiga bagian (Ridwanaz, 2010):
1. Hulu sungai, terletak di daerah yang dataran tinggi, mengalir melalui bagian yang curam, dangkal, berbatu, arus deras, volume air kecil, kandungan oksigen telarut tinggi, suhu yang rendah, dan warna air jernih.
(2)
2. Hilir sungai, terletak didaratan yang rendah, dengan arus yang tidak begitu kuat dan volume air yang besar, kecepatan fotosintesis yang tinggi dan banyak bertumpuk pupuk organik.
3. Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai lain, arus air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak mengandung bahan terlarut, lumpur dari hilir membentuk delta dan warna air sangat keruh.
Ekosistem perairan tawar sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem perairan tawar tertutup dan ekosistem perairan tawar terbuka. Ekosistem perairan tawar tertutup adalah ekosistem yang dapat dilindungi terhadap pengaruh dari luar, sedangkan ekosistem perairan tawar terbuka adalah ekosistem perairan yang tidak atau sulit dilindungi terhadap pengaruh dari luar (Effendi 2007).
Sungai Sematang borang termasuk salah satu jenis perairan yang meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik yaitu suhu udara, suhu lingkungan air, kecepatan arus, kecerahan air dan panjang sungai, faktor biotik meliputi hewan dan tumbuhan. Jenis perairan ini pada umumnya airnya menggenang dan kedalaman airnya tidak terlalu dalam. Tanah di dasar rawa banyak mengandung bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang telah mati ( Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin, 2013 ).
Undang-Undang RI No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, menyebutkan bahwa penyelenggaraan kehutanan yang bertujuan untuk sebesar-besar
(3)
kemakmuran rakyat adalah dengan meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dan mempertahankan kecukupan hutan minimal 30 % dari luas DAS dengan sebaran proporsional. Sedangkan yang dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air) .
Daerah Aliran Sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu merupakan daerah konservasi dengan percepatan drainase lebih tinggi dan berada pada kemiringan lebih besar (>15%), bukan merupakan daerah banjir karena pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Daerah hilir merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai sangat kecil (<8%), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh 6 bangunan irigasi. Daerah tengah DAS merupakan daerah transisi dari dua keadaan DAS yang berbeda tersebut di atas (Asdak, 2002).
1. Letak Geografis Dan Iklim
Sungai Sematang Borang adalah salah satu anak sungai Musi. Sungai Sematang Borang terletak di Kabupaten Banyuasin. Letak Geografis Kabupaten Banyuasin terletak pada posisi antara 1,30°-4,0° Lintang Selatan dan 104° 00’-105° 35’ Bujur Timur yang terbentang mulai dan bagian tengah Propinsi Sumatera Selatan
(4)
sampai dengan bagian Timur dengan luas wilayah seluruhnya 11.832,99 Km2 atau 1.183.299 Ha (Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin, 2013).
Wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki tipe iklim B1 menurut Klasifikasi Oldemand dengan suhu rata-rata 26,100 – 27,400 Celcius dan kelembaban rata-rata dan kelembaban relatif 69,4 % - 85,5 % dengan rata-rata curah hujan 2.723 mm/tahun. Sedangkan jenis tanah di Kabupaten Banyuasin terdiri dari 4 jenis, yaitu:
a. Organosol : terdapat di dataran rendah/rawa-rawa. b. Klei Humus : terdapat di dataran rendah/rawa-rawa. c. Alluvial : terdapat di sepanjang sungai.
d. Polzoik : terdapat di daerah berbukit-bukit. B. Kondisi Fisik Dan Kimia Perairan
a.
Lingkungan Fisik Daeah Aliran Sungai (DAS) 1. SuhuSuhu adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu perairan untuk mengukur temperatur lingkungan tersebut. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu perairan karena suhu merupakan faktor pembatas bagi ekosistem perairan dan akan membatasi kehidupan organisme akuatik. Suhu mematikan (lethal) hampir untuk semua spesies ikan bekisar 10-11ºC selama beberapa hari. Kisaran suhu air yang baik dalam perairan dan kehidupan ikan yaitu berkisar antara 23-32ºC (Ridwanaz, 2010).
(5)
2. Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan air (Kordi dkk, 2007:55 dalam Apriatin, 2012).
Kecerahan air berkisar antara 40-85 cm. tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Kecerahan air pada musim kemarau adalah 40-85 cm dan pada musim hujan antara 60-80 cm. kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah. Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan Lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Akromi dan Subroto : 2012)
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan recchi disk. Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel –partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan (Effendi : 2003)
3. Kedalaman
Kedalaman merupakan salah satu parameter fisik, dimana semakin dalam perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin berkurang. Kedalaman juga
(6)
merupakan wadah penyebaran atau faktor fisik yang berhubungan dengan banyak air yang masuk ke dalam suatu perairan. Pengukuran dilakukan secara bersekala. Paralon bersekala dimasukan kedalam perairan dengan posisi tegak sampai menyentuh dasar perairan. Batas yang ditunjukan peralon tersebut adalah kedalaman dari perairan tersebut (Melandi : 2011 dalam Tiara : 2012).
4.
Kecepatan ArusArus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada periran letik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan. Pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada (Barus : 2001).
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati : 2006).
(7)
b. Faktor Kimia DAS 1. Salinitas
Salinitas adalah nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volume air yang biasanya dinyatakan dengan satuan promil (%). Salinitas memiliki pengaruh terhadap tekanan osmotik air. Perubahan salinitas secara cepat umumnya menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Salinitas air dipengaruhi oleh pencampuran air laut dan tawar, curah hujan dan evaporasi (Ridwanaz, 2010).
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu indeks konsentrasi ion hidrogen dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup. Derajat keasaman berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan air serta mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Nilai pH dapat dipengaruhi anatara lain buangan industri dan rumah tangga (Ridwanaz, 2010).
Pengukuran pH dilakukan ditengah didapatkan 6,7. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatankan basa jika pH-nya > 7, jadi pH 6,7 dikatakan basa. Seperti yang diungkapkan Siregar,et al (2002) Derajat keasaman (pH) merupakan suatu indeks konsentrasi ion hidrogen dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup. Derajat keasaman berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan air serta mempengaruhi
(8)
toksisitas suatu senyawa kimia. Nilai pH dapat dipengaruhi anatara lain buangan industri dan rumah tangga. Derajat krasaman (pH) berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas, semakin tinggi pH, semakin tinggi alkalinitas dan semakin rendah kadar kandungan dioksida bebas. pH merupakan tingkat derajat keasaman yang dimiliki setiap unsur, pH juga berpengaruh terhadap setiap organisme, karena setiap organisme atau individu memiliki ketentuan pada derajat keasaman (pH) berapa mereka dapat hidup (Effendi : 2003)
3. DO
DO atau oksigen terlarut merupakan jumlah gas O2 yang diikat oleh molekul air. KelarutanO2 di dalam air terutama sangat dipengaruhi oleh suhu dan mineral terlarut dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air terdapat pada suhu 00C, yaitu sebesar 14,16mg/l. Konsentrasi ini akan menurun seiring peningkatan ataupun penurunan suhu. Sumber utama DO dalam perairan adalah dari dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, sedangkan berkurangnya DO dalam perairan adalah kegiatan respirasi organisme perairan atau melalui pelepasan secara langsung dari permukaan perairan ke atmosfer (Lutfi, 2009).
4. Kebutuhan Oksigen Biokimia atau Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada
(9)
suhu sekitar 20oC selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd, 1988 dalam Apriyatin, 2012).
C. Kajian Tentang Keanekaragaman dan Pola Penyebaran
Keanekaragaman spesies meliputi kekayaan, kemerataan, diversitas dalam stand dan diantara stand. Kekayaan spesies adalah jumlah spesies pada beberapa area dalam suatu komunitas. Kemerataan satu menjadi maksimum bila semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama. Diversitas spesies adalah gabungan kekayaan dan kemerataan spesies, dimana suatu komunitas dengan kekayaan komunitas yang tinggi dan kemerataan juga tinggi, maka komunitas itu akan mempunyai indeks diversitas yang tinggi pula. Sebaliknya suatu komunitas yang walaupun kekayaan jenisnya tinggi, tetapi kemerataannya rendah, maka indeks diversitasnya juga akan rendah. Besar tidaknya keanekaragaman dalam suatu komunitas ditentukan dengan indeks diversitas. Indeks deversitas yang sering digunakan adalah indeks Simpson dan indeks Shanon Wiener yang sering juga disebut indeks Shanon-Wiener (Hardiansyah : 2010).
Pola penyebaran adalah suatu pola yang di bentuk oleh organisme pada suatu ekosistem di dalam populasinya sehingga akan membentuk suatu komunitas alamiah tergantung pada cara hewan tersebut atau terpancarnya hewan tersebut. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisika lingkungan, keistimewaan biologis organisme itu sendiri (Odum : 1993)
(10)
Hampir merupakan aturan jika yang diperhatikan adlah individu-individu. Penyebaran dalam populasi sendiri ada yang Penyebaran secara acak, Penyebaran seragam dan Penyebaran mengelompok (Odum, 1993).
1. Penyebaran secara acak atau kebetulan yaitu individu menyebar dari bebereapa tempat dan mengelompok dalam tempat lain. Penyebaran secara acak relatif jarang di alami, terjadi dimana persaingan di antara individu sangat keras.
2. Penyebaran secara teratur atau seragam, yaitu individu-individu terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas. penyebaran seragam dimana individu membutuhkan jarak yang cukup untuk bertelur. Pola ini dilakukan oleh Trichogaster pada musim kawin.
3. Penyebaran berkelompok yaitu individu-individu selalu ada dalam kelompok atau sangat jarang terlihat sendiri secarah terpisah. pola penyebaran mengelompok didasarkan oleh insting suatu individu untuk berkumpul di dekat sumber makanannya.
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan.
(11)
D. Kajian Umum Tentang Trichogaster 1. Klasifikasi
a. Klasifikasi Ikan Sepat Mutiara (Trichogaster leerii)
Gambar 2.1 Sepat Mutiara (Trichogaster leerii) (Sumber : Perikanan Air Tawar 2002) Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Trichogaster
Spesies : T.leeri’
(12)
b. Klasifikasi Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Gambar 2.2 Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) (Sumber : http://budidayaukm.blogspot.com)
Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Trichogaster
Spesies : Trichogaster Pectoralis Nama Lokal : Sepat Siam
(13)
c. Klasifikasi Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus)
Gambar 2.3 Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) (Sumber : perikanan tawar 2007) Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Trichopodus
Spesies : Trichopodus trichopterus Nama Lokal : Sepat Rawa
Sepat rawa adalah sejenis ikan air tawar. Di Jawa Barat dan seputaran Jakarta ikan ini disebut sepat siam, sedangkan di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Snake-Skin Gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya. Nama ilmiahnya adalah Trichogaster Trichopterus Pall. 2. Morfologi Trichogaster
(14)
Ciri-ciri morfologi ikan sepat mutiara (Trichogaster leeri) adalah bentuk tubuh pipih (compressed), tubuh bersisik dan posisi mulut berada tepat di ujung hidung (terminal). Mulut berukuran kecil dan dapat disembulkan (protactile). Ikan sepat mutiara memiliki gurat sisi (linea lateralis) berbentuk lurus dengan susunan lengkap dan sempurna dan terdapat satu bintik hitam tepat pada ujung batang ekor. Tubuh ikan ini berwarna abu-abu dan dihiasi seperti butiran mutiara dengan warna perak kehijauan yang indah. Ikan sepat mutiara bertubuh pipih dan bermoncong runcing sempit, panjang keseluruhan beserta ekor hingga 120 mm. Berwarna abu-abu atau kebiruan dengan pola butir-butir berwarna kehijauan atau keperakan serupa mutiara. Sebuah garis berwarna gelap berjalan pada tengah sisi tubuh, mulai dari ujung moncong melewati mata dan berakhir dengan sebuah bintik pada pangkal ekor. Ikan jantan lebih berwarna-warni, dengan tenggorokan dan sirip dubur bagian depan berwarna kemerahan (Anonim 2014).
b. Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Ikan sepat siam memiliki tubuh memanjang dan pipih, bermulut kecil dengan bibir yang tipis, bertubuh sedang dengan panjang total mencapai 25 cm namun umumnya kurang dari 20 cm . Tubuhnya ditutupi sisik kecil, sisik bagian punggung berwarna kebiru - biruan dan bagian perut berwarna lebih terang. Garis hitam melintang agak miring juga terdapat pada tubuhnya, mulai dari belakang sirip dada sampai berakhir pada ekor. Dari hidung sampai pangkal ekor membujur bercak -bercak hitam. Sepasang duri terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba
(15)
yang menyerupai cambuk atau pecut, memanjang hingga ke ekornya. Sebagai ikan yang hidup di rawa cocok dibudidayakan di dataran rendah sampai 800 m dari permukaan laut dengan suhu optimal berkisar 25 - 350C (Murtidjo, 2001 : 74).
c. Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus)
Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) memiliki ciri-ciri bentuk tubuhnya yaitu tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip punggung terdapat di atas bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua bulatan hitam, satu di tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke adalan dua lekukan yang dangkal.
Ikan Sepat Rawa memiliki permulaan sirip punggung atas yang lemah dari sirip duburnya. A. XI – X (XII). 33-38. bagian kepala dibelakang mata dua kali lebih dari permulaan sirip punggung di atas bagian berjari-jari keras dari sirip dubur (Anonim 2014).
3. Reproduksi dan PerkembangbiakanTrichogaster
Sifat makanan ikan sepat adalah omnivora, di perairan umum mereka lebih banyak memakan fitoplankton. Sebagian besar makanan sepat rawa adalah tumbuh-tumbuhan air dan lumut. Namun ikan ini juga memangsa hewan-hewan kecil di air, termasuk ikan-ikan kecil yang dapat termuat di mulutnya. Ikan sepat rawa menyimpan telur telurnya dalam sebuah sarang busa yang dijagai oleh si jantan. Setelah menetas, anakanaksepat diasuh oleh induk jantan, hingga dapat mencari makanan sendiri. Sedangkan ikan yang dipelihara di dalam akuarium diberi pakan
(16)
tubifex, kutu air, larva nyamuk, dan pakan kering (Anonim, 2008 dalam Murjani, 2009).
4. Habitat Trichogaster
Ikan ini hidup di rawa-rawa, danau, aliran-aliran air yang tenang, dan umumnya lahan basah di dataran rendah termasuk sawah-sawah serta saluran irigasi. Di saat musim banjir, penyebarannya meluas mengikuti aliran banjir ini. Sepat rawa memangsa zooplankton, krustasea kecil dan aneka larva serangga Pada musim berbiak, ikan jantan membangun sebuah sarang busa untuk menampung dan memelihara telur-telur sepat betina, yang dijagainya dengan agresif Sepat, sebagaimana kerabat dekatnya yakni tambakan, gurami, betok, dan cupang, tergolong ke dalam anak bangsa (subordo) Anabantoidei. Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain (Anonim 2013).
E. Pengajaran di SMA
Dalam penelitian yang berjudul “Analisis Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Trichogaster Berdasarkan Kondisi Abiotik daerah Aliran Sungai (DAS) Sematang Borang dan Pengajarannya di SMA N 9 Palembang. Hasil penelitian ini akan diajarkan pada siswa SMA Negeri 9 Palembang kelas X semester 1 dengan menggunakan metode diskusi informasi pada mata pelajaran biologi sesuai dengan Standar Kompetensi 1. Memahami hakikat biologi sebagai ilmu, Kompetensi Dasar
(17)
1.2 Mendeskripsikan objek dan permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan (molekul, sel, jaringan, organ, individu, populasi, ekosistem dan bioma).
1. Metode Diskusi Informasi
Metode adalah cara, sedangkan tehnik adalah prosedur atau langkah-langkah yang akan ditempuh. Pemilihan dan penggunaan suatu metode dan teknik ditentukan oleh tujuan penggajaran yang hendak dicapai dan materi yang hendak diajarkan. Metode pengajaran yang baik adalah yang mampu memotifasi siswa agar mampu menggunakan penggetahuan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu persoalan.
Tujuan dan penggunaan metode adalah agar siswa dapat memusatkan perhatian dan dalam melaksanakan metode seorang guru harus benar-benar siap dalam materi dan penugasan bahan yang akan diajarkan pada siswa dalam Mardiana (2004:2 1).
Metode diskusi informasi merupakan salah satu cara penyampaina pengajaran dimana guru dan siswa menjadi aktif, guru menyampaikan materi dalam bentuk pertanyaan pada siswa, sedangkan siswa mencari jawaban pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa mwngemukakan ide baru dan dengan ini guru menyatakan pada siswa.
Menurut Rostiyah dalam sekripsi Zul Fikriansyah (1991:32) dalam menyampaikan metode diskusi informasih ini, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(18)
a. Apakah guru mengetahui fakta-fakta tertentu tertentu yang telah diajarkan. b. Mengamati proses berfikir anak yang bertingkat-tingkat.
c. Mencari jawaban yang singkat dan faktual. d. Membawa anak pada pengetahuan yang baru. Kelebihan diskusi informasih adalah sebagai berikut :
a. Siswa akan lebih cepat mengerti. b. Partisipasi anak akan lebih cepat aktif .
c. Pertanyaan-pertanyaan yang akan merangsang siswa untuk berfikir . d. Siswa berani untuk mengutarakan fikiran pendapatnya.
Kelemahan metode diskusi imformasi adalah sebagai berikut : a. Tidak dapat digunakan pada kelompok besar .
b. Peserta mendapatkan informasih yang terbatas.
(1)
c. Klasifikasi Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus)
Gambar 2.3 Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) (Sumber : perikanan tawar 2007) Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Trichopodus
Spesies : Trichopodus trichopterus Nama Lokal : Sepat Rawa
Sepat rawa adalah sejenis ikan air tawar. Di Jawa Barat dan seputaran Jakarta ikan ini disebut sepat siam, sedangkan di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Snake-Skin Gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya. Nama ilmiahnya adalah Trichogaster Trichopterus Pall. 2. Morfologi Trichogaster
(2)
Ciri-ciri morfologi ikan sepat mutiara (Trichogaster leeri) adalah bentuk tubuh pipih (compressed), tubuh bersisik dan posisi mulut berada tepat di ujung hidung (terminal). Mulut berukuran kecil dan dapat disembulkan (protactile). Ikan sepat mutiara memiliki gurat sisi (linea lateralis) berbentuk lurus dengan susunan lengkap dan sempurna dan terdapat satu bintik hitam tepat pada ujung batang ekor. Tubuh ikan ini berwarna abu-abu dan dihiasi seperti butiran mutiara dengan warna perak kehijauan yang indah. Ikan sepat mutiara bertubuh pipih dan bermoncong runcing sempit, panjang keseluruhan beserta ekor hingga 120 mm. Berwarna abu-abu atau kebiruan dengan pola butir-butir berwarna kehijauan atau keperakan serupa mutiara. Sebuah garis berwarna gelap berjalan pada tengah sisi tubuh, mulai dari ujung moncong melewati mata dan berakhir dengan sebuah bintik pada pangkal ekor. Ikan jantan lebih berwarna-warni, dengan tenggorokan dan sirip dubur bagian depan berwarna kemerahan (Anonim 2014).
b. Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Ikan sepat siam memiliki tubuh memanjang dan pipih, bermulut kecil dengan bibir yang tipis, bertubuh sedang dengan panjang total mencapai 25 cm namun umumnya kurang dari 20 cm . Tubuhnya ditutupi sisik kecil, sisik bagian punggung berwarna kebiru - biruan dan bagian perut berwarna lebih terang. Garis hitam melintang agak miring juga terdapat pada tubuhnya, mulai dari belakang sirip dada sampai berakhir pada ekor. Dari hidung sampai pangkal ekor membujur bercak -bercak hitam. Sepasang duri terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba
(3)
yang menyerupai cambuk atau pecut, memanjang hingga ke ekornya. Sebagai ikan yang hidup di rawa cocok dibudidayakan di dataran rendah sampai 800 m dari permukaan laut dengan suhu optimal berkisar 25 - 350C (Murtidjo, 2001 : 74).
c. Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus)
Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) memiliki ciri-ciri bentuk tubuhnya yaitu tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip punggung terdapat di atas bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua bulatan hitam, satu di tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke adalan dua lekukan yang dangkal.
Ikan Sepat Rawa memiliki permulaan sirip punggung atas yang lemah dari sirip duburnya. A. XI – X (XII). 33-38. bagian kepala dibelakang mata dua kali lebih dari permulaan sirip punggung di atas bagian berjari-jari keras dari sirip dubur (Anonim 2014).
3. Reproduksi dan PerkembangbiakanTrichogaster
Sifat makanan ikan sepat adalah omnivora, di perairan umum mereka lebih banyak memakan fitoplankton. Sebagian besar makanan sepat rawa adalah tumbuh-tumbuhan air dan lumut. Namun ikan ini juga memangsa hewan-hewan kecil di air, termasuk ikan-ikan kecil yang dapat termuat di mulutnya. Ikan sepat rawa menyimpan telur telurnya dalam sebuah sarang busa yang dijagai oleh si jantan. Setelah menetas, anakanaksepat diasuh oleh induk jantan, hingga dapat mencari makanan sendiri. Sedangkan ikan yang dipelihara di dalam akuarium diberi pakan
(4)
tubifex, kutu air, larva nyamuk, dan pakan kering (Anonim, 2008 dalam Murjani, 2009).
4. Habitat Trichogaster
Ikan ini hidup di rawa-rawa, danau, aliran-aliran air yang tenang, dan umumnya lahan basah di dataran rendah termasuk sawah-sawah serta saluran irigasi. Di saat musim banjir, penyebarannya meluas mengikuti aliran banjir ini. Sepat rawa memangsa zooplankton, krustasea kecil dan aneka larva serangga Pada musim berbiak, ikan jantan membangun sebuah sarang busa untuk menampung dan memelihara telur-telur sepat betina, yang dijagainya dengan agresif Sepat, sebagaimana kerabat dekatnya yakni tambakan, gurami, betok, dan cupang, tergolong ke dalam anak bangsa (subordo) Anabantoidei. Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain (Anonim 2013).
E. Pengajaran di SMA
Dalam penelitian yang berjudul “Analisis Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Trichogaster Berdasarkan Kondisi Abiotik daerah Aliran Sungai (DAS) Sematang Borang dan Pengajarannya di SMA N 9 Palembang. Hasil penelitian ini akan diajarkan pada siswa SMA Negeri 9 Palembang kelas X semester 1 dengan menggunakan metode diskusi informasi pada mata pelajaran biologi sesuai dengan Standar Kompetensi 1. Memahami hakikat biologi sebagai ilmu, Kompetensi Dasar
(5)
1.2 Mendeskripsikan objek dan permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan (molekul, sel, jaringan, organ, individu, populasi, ekosistem dan bioma).
1. Metode Diskusi Informasi
Metode adalah cara, sedangkan tehnik adalah prosedur atau langkah-langkah yang akan ditempuh. Pemilihan dan penggunaan suatu metode dan teknik ditentukan oleh tujuan penggajaran yang hendak dicapai dan materi yang hendak diajarkan. Metode pengajaran yang baik adalah yang mampu memotifasi siswa agar mampu menggunakan penggetahuan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu persoalan.
Tujuan dan penggunaan metode adalah agar siswa dapat memusatkan perhatian dan dalam melaksanakan metode seorang guru harus benar-benar siap dalam materi dan penugasan bahan yang akan diajarkan pada siswa dalam Mardiana (2004:2 1).
Metode diskusi informasi merupakan salah satu cara penyampaina pengajaran dimana guru dan siswa menjadi aktif, guru menyampaikan materi dalam bentuk pertanyaan pada siswa, sedangkan siswa mencari jawaban pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa mwngemukakan ide baru dan dengan ini guru menyatakan pada siswa.
Menurut Rostiyah dalam sekripsi Zul Fikriansyah (1991:32) dalam menyampaikan metode diskusi informasih ini, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(6)
a. Apakah guru mengetahui fakta-fakta tertentu tertentu yang telah diajarkan. b. Mengamati proses berfikir anak yang bertingkat-tingkat.
c. Mencari jawaban yang singkat dan faktual. d. Membawa anak pada pengetahuan yang baru. Kelebihan diskusi informasih adalah sebagai berikut :
a. Siswa akan lebih cepat mengerti. b. Partisipasi anak akan lebih cepat aktif .
c. Pertanyaan-pertanyaan yang akan merangsang siswa untuk berfikir . d. Siswa berani untuk mengutarakan fikiran pendapatnya.
Kelemahan metode diskusi imformasi adalah sebagai berikut : a. Tidak dapat digunakan pada kelompok besar .
b. Peserta mendapatkan informasih yang terbatas.