Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hubungan obesitas dengan peningkatan kadar kolesterol

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : bagaimanakah hubungan antara kejadian obesitas dengan peningkatan kadar kolesterol darah pada guru+guru SMP Negeri 3 Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kejadian obesitas dengan peningkatan kadar kolesterol darah pada guru+guru SMP Negeri 3 Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a Untuk mengetahui status gizi guru+guru SMP Negeri 3 Medan. b Untuk mengetahui kejadian obesitas pada guru+guru SMP Negeri 3 Medan. c Untuk mengetahui peningkatan kadar kolesterol darah pada guru+guru SMP Negeri 3 Medan yang obesitas maupun tidak obesitas.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni : 1.4.1 Bagi Dunia Pendidikan Dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian+penelitian selanjutnya. 1.4.2 Bagi Masyarakat a Dapat menjadi masukan bagi pembaca tentang hubungan kejadian obesitas dengan peningkatan kadar kolesterol darah. b Dapat mempengaruhi pembaca untuk mengamalkan gaya hidup sehat untuk menghindari obesitas. Universitas Sumatera Utara 1.4.3 Bagi guru+guru SMP Negeri 3 Medan Dapat menjadi masukan tentang resiko peningkatan kadar kolesterol pada guru+guru yang cenderung mengalami obesitas. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Fauci, et al. 2009 menyatakan obesitas sebagai kondisi dimana massa sel lemak berlebihan dan tidak hanya didefinisikan dengan berat badan saja karena pada orang+orang dengan masa otot besar dapat dianggap overweight tanpa peningkatan sel+sel lemak. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengganti dipakai Body Mass Index BMI atau Indeks Massa Tubuh IMT yaitu perbandingan berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Namun pengunaan IMT untuk menentukan lemak tubuh tidak terlalu akurat, karena untuk individu yang mempunyai massa otot yang tinggi akan mempunyai IMT yang tinggi maka dapat digunakan Body Fat PercentagePersentase lemak tubuh berdasarkan IMT, untuk mengestimasi lemak tubuh seseorang Gallagher, 2000. Menurut Deurenberg, 2000 rumus untuk memperkirakan Persentase Lemak Tubuh berdasarkan IMT adalah sebagai berikut : + Lemak tubuh dewasa = 1.20 x IMT + 0.23 x USIA – 10.8 x Jenis Kelamin – 5.4 + Lemak tubuh anak = 1.51 x IMT – 0.70 x USIA – 3.6 x Jenis Kelamin + 1.4 Jenis Kelamin : Pria = 1 ; Wanita = 0 , dan hasil pengiraan dinilai berdasarkan gambar dibawah : Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Klasifikasi Presentase Lemak tubuh sesuai usia Deurenberg, 2000 Walaupun begitu, pada usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria WHO dalam The Asia;Pasific Perspective : Redefining Obesity and Its Treatment 2000 seperti dikutip oleh Sugondo 2007 untuk kawasan Asia Pasifik, obesitas ditentukan jika IMT 25 Sugondo, 2007. Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik :

2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Klasifikasi IMT kgm 2 Resiko Ko Morbiditas Lingkar Perut 90 cm laki laki 80 cm Perempuan 90 cm laki laki 80 cm Perempuan Berat Badan Kurang 18,5 Rendah resiko meningkat pada masalah klinis lain Sedang ormal 18,5+22,9 Sedang Meningkat Beresiko Obes I Obes II ≥ 23 23,0+24,9 25,0+29,9 ≥30 Meningkat Moderat Berat Moderat Berat Sangat berat 60 79 Universitas Sumatera Utara Menurut Sherwood 2001, obesitas terjadi jika, selama periode waktu tertentu, kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Sebagian faktor yang mungkin berperan adalah : 1. Gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas lainnya 2. Pembentukan sel+sel lemak dalam jumlah yang berlebihan akibat pemberian makanan berlebihan 3. Gangguan pusat pengatur kenyang+selera makan satiety;appetite center di hipotalamus 4. Kecenderungan herediter 5. Kelezatan makanan yang tersedia 6. Kurang berolahraga Sedangkan menurut Fauci, et al., 2009, obesitas dapat disebabkan oleh peningkatan masukan energi, penurunan pengeluaran energi, atau kombinasi keduanya. Selain itu, Akumulasi lemak tubuh berlebihan sangat dipengaruhi lingkungan, faktor genetik, faktor sosial, dan kondisi ekonomi . Faktor genetik dianggap menentukan kerentanan terhadap timbulnya obesitas, dan 30+50 variasi penyimpanan lemak tubuh total. Penyebab sekunder obesitas dapat berupa kerusakan hipotalamus, hipotiroid, Cushing’s syndrome, dan hipogonadisme. Penggunaan obat+obatan juga dapat menimbulkan penambahan berat badan seperti penggunaan obat antidiabetes insulin, sulfonylurea, thiazolidinepines, glukokortikoid, agen psikotropik, mood stabilizers lithium, antidepresan tricyclics, monoamine oxidase inibitors, paroxetine, mirtazapine atau obat+obat anti epilepsi volproate, gabapentin, carbamazepin. Selain itu, Insulin;secreting tumors juga dapat menimbulkan keinginan makan berlebihan sehingga menimbulkan obesitas.

2.1.3 Komplikasi

Universitas Sumatera Utara Faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit adalah kelebihan lemak viseral dan bukan lemak subkutan pada tubuh. Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral, sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolik yang, selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri+sendiri atau bersama+sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner danatau stroke. Mekanisme dasar bagaimana komponen+komponen sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas sentral dan bagaimana komponen+komponen ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan vaskular, hingga saat ini masih dalam penelitian Sugondo, 2007.

2.2 Kolesterol

Kolesterol adalah prekursor bagi hormon steroid, asam empedu dan vitamin D. Kolesterol juga merupakan unsur penting dalam membran sel dan lapisan luar lipoprotein Botram dan Mayes, 2006. Zat ini hanya ditemukan pada hewan. Sterol yang serupa ditemukan pada tumbuhan normalnya tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Kebanyakan kolesterol dalam diet terkandung di dalam kuning telur dan lemak hewani Ganong, 2005.

2.2.1 Metabolisme kolesterol

Hampir seluruh kolesterol dan fosfolipid akan diabsorpsi di saluran gastrointestinal dan masuk ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam mukosa usus. Kilomikron sebagian besar dibentuk oleh trigliserida dengan sebagian lain dibentuk oleh fosfolipid9, kolesterol3, dan apoprotein B1. Guyton dan Hall, 2007. Setelah kilomikron mengeluarkan trigliseridanya di jaringan adiposa, kilomikron sisanya akan menyerahkan kolesterol ke hati Ganong, 2005. Kilomikron dan sisanya merupakan suatu sistem transpor untuk lipid eksogen dari makanan. Juga ada sistem endogen yang terdiri dari very low;density Universitas Sumatera Utara lipoprotein VLDL, high;density lipoprotein HDL, low;density lipoproteinLDL, dan intermediate;density lipoprotein IDL, yang mengangkut trigliserida dan kolesterol ke seluruh tubuh. VLDL terbentuk di hati dan mengangkut trigliserida yang terbentuk dari asam lemak dan karbohidrat di hati ke jaringan ekstrahati. Setelah sebagian besar trigliserida dikeluarkan oleh kerja lipoprotein lipase, VLDL ini menjadi IDL. IDL menyerahkan fosfolipid dan melalui kerja enzim plasma lesitin+kolesterol asiltransferase, mengambil ester kolesteril yang terbentuk dari kolesterol di HDL. Sebagian IDL diserap oleh hati. IDL sisanya kemudian melepaskan lebih banyak trigliserida dan protein, kemungkinan di sinusoid hati, dan menjadi LDL. Selama perubahan ini sistem endogen kehilangan APO E, tetapi APO B+100 tetap ada. LDL menyediakan kolesterol bagi jaringan. Di hati dan kebanyakan jaringan ekstrahati, LDL diambil melalui endositosis dengan perantara reseptor yang mengenali komponen APO+ 100 dari LDL tersebut Ganong, 2005. Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis sepenuhnya dari asetil+KoA di banyak jaringan Botram dan Mayes, 2006. Biosintesis kolesterol diringkaskan dalam gambar dibawah : Asetil+KoA Asetosetil+koA 3+Hidroksi+3+metilglutaril+koA Asam mevalonat Asetoasetat Asetoasetat Kolesterol Gambar 2. Biosintesis kolesterol. Enam molekul asam mevalonat memadat membentuk senyawa skualen yang kemudian dihiroksilasi dan diubah menjadi kolesterol. Panah putus+putus menunjukkan penghambatan umpan+balik oleh kolesterol pada HMG+koA reduktase, enzim yang mengatalisis pembentukan asam mevalonat Ganong, 2005. HMG+koA reduktase Universitas Sumatera Utara Kolesterol yang berlebihan dalam tubuh akan diekskresikan dari hati melalui hempedu setelah dikonversi menjadi asam hempedu. Pembentukan asam hempedu diregulasi oleh rangkaian reaksi 7α+hidroksilase Botram dan Mayes, 2006.

2.2.2 Faktor faktor mempengaruhi kadar kolesterol darah

Antara faktor utama yang mempengaruhi kadar kolesterol plasma selain faktor herediter adalah peningkatan asupan tinggi kolesterol, diet tinggi lemak jenuh, diet tinggi asam lemak tak jenuh dan kekurangan hormon insulin dan tiroid. Peningkatan asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol serum hanya dalam jumlah yang relatif kecil. Meskipun demikian apabila kolesterol diabsorpsi, peningkatan konsentrasi kolesterol akan menyebabkan kolesterol menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat HMG+koA reduktase untuk menghalang terjadinya kenaikan kadar kolesterol plasma secara berlebihan. Hasilnya, kadar kolesterol plasma biasanya tidak mengalami peningkatan atau penurunan melebihi ±15 dengan perubahan pada asupan kolesterol dalam diet Guyton dan Hall, 2006. Asupan diet tinggi lemak jenuh turut meningkatkan kadar kolesterol plasma dengan peningkatan sebanyak 15+25. Hal ini karena terjadi deposit lemak di hati yang kemudian menyebabkan meningkatnya unsur asetil+koA di hati untuk memproduksi kolesterol. Oleh itu, dalam menurunkan kadar kolesterol plasma penting untuk menjauhi sumber makanan tinggi lemak jenuh dalam memastikan diet sentiasa rendah kolesterol Guyton dan Hall, 2006. Asupan diet tinggi lemak tidak jenuh mampu menurunkan kadar kolesterol plasma namun mekanismenya masih belum dapat dipastikanGuyton dan Hall, 2006. Kekurangan hormon insulin dan tiroid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol plasma, sedangkan kelebihan hormon tiroid akan berakibat peningkatan kadar kolesterol plasma. Kemungkinan utama terjadi demikian adalah disebabkan perubahan pada aktivitas enzim yang bekerja pada metabolisme lipid Guyton dan Hall, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kolesterol tinggi dalam darah. Keadaan ini bukanlah suatu penyakit tetapi gangguan metabolik yang bisa menyumbang dalam terjadinya berbagai penyakit terutama penyakit kardiovaskuler. Menurut Anwar 2004, patokan kadar kolesterol total dalam mendiagnosa hiperkolesterolemia adalah: 1. Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman adalah 200 mgdl. 2. Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai dikendalikan bordeline high adalah 200+239 mgdl. 3. Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien high adalah 240 mgdl. Hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya arterosklerosis dan meskipun tanpa kehadiran faktor lain keadaan ini sendiri sudah cukup untuk merangsang perkembangan pembentukan lesi. Komponen utama yang terkait dalam meningkatkan resiko ini adalah low;density lipoprotein LDL kolesterol dimana LDL berperan utama dalam mengangkut kolesterol ke jaringan perifer. Sebaliknya high;density lipoprotein HDL kolesterol terkait terutama dalam menurunkan resiko pembentukan lesi arterosklerosis. HDL berperan dalam mobilisasi kolesterol dari berkembang dan membentuk arteroma. HDL juga berperan dalam mengangkut kolesterol ke hati untuk diekskresi melalui hempedu Kumar, et al.,2007. Asupan diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh seperti terkandung dalam kuning telur, lemak hewani, mentega dan lain+lain dikatakan akan meningkatkan kadar kolesterol plasma. Sebaliknya asupan diet rendah kolesterol danatau dengan rasio diet lemak tak jenuh mampu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma. Gaya hidup turut dapat memberi kesan terhadap kadar kolesterol. Olahraga yang sering dikatakan akan menurunkan kadar LDL dalam plasma sedangkan kadar HDL akan meningkat. Selain itu, dalam keadaan kondisi emosi yang tidak stabil atau stress serta pengambilan kafein dianggap berhubungan dengan meningkatnya asam lemak bebas dalam plasma. Hasilnya berlaku Universitas Sumatera Utara peningkatan trigliserida dan kolesterol yang diangkut melalui VLDL dimana hal ini berakibat pada peningkatan kadar kolesterol dalam sirkulasi Botram dan Mayes, 2006. Adapun diet dan gaya hidup adalah faktor yang terlibat dalam merangsang terjadinya peningkatan atau penurunan kadar kolesterol maka dapat disimpulkan bahwa hiperkolesterolemia merupakan suatu faktor resiko yang bisa dimodifikasi Kumar, et al., 2007.

2.3 Hubungan obesitas dengan peningkatan kadar kolesterol

Obesitas yang menetap selama periode waktu tertentu, kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolik berupa hiperkolesterolemia. Pengaturan metabolisme kolesterol akan berjalan normal apabila jumlah kolesterol dalam darah mencukupi kebutuhan dan tidak melebihi jumlah normal yang dibutuhkan. Namun pada obesitas dikatakan dapat terjadinya gangguan pada regulasi asam lemak yang akan meningkatkan kadar trigliserida dan ester kolesteril Sherwood, 2001. Peningkatan kolesterol darah juga dapat disebabkan oleh kenaikkan kolesterol yang terdapat pada very; low;density lipoprotein dan low–density lipoprotein sekunder karena peningkatan trigliserida yang besar dalam sirkulasi apabila terjadi penumpukan lemak berlebihan didalam tubuh Ahmar, 2010. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERA GKA KO SEP DA DEFI ISI OPERASIO AL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian