Dari tabel 5.8 terlihat bahwa debit terbesar terdapat pada pipa k dan debit yang terkecil terdapat pada pipa i, dan nilai negatif hanya menunjukkan arah yang
berlawanan arah jarum jam.
5.7.2 Perhitungan Hardy Cross Pada Loop Wilayah 2 Dan 5
Gambar 5.16
Sampel Loop Pada Wilayah 2 Pada gambar 5.16, debit yang masuk sebesar 0,0102 m
3
s dan terdapat debit keluaran sebesar 0,00118 m
3
s, 0,00418 m
3
s, 0,00209 m
3
s, 0,000567 m
3
s, 0,00111 m
3
s, dan 0,00111 m
3
s. Untuk menganalisa debit yang mengalir pada pipa dilakukan sistem asumsi debit yang mengalir. Asumsi debit ini nantinya akan di iterasi hingga
mendapatkan hasil yang sebenarn ya. Hal ini ditandai dengan nilai σ mendekati nol.
Universitas Sumatera Utara
Adapun data-data pipa pada loop wilayah 2 sebagai berikut :
No Pipa
Panjang pipa L m Diameter D m
1 a
915 0,15
2 b
675 0,15
3 c
600 0,15
4 d
600 0,15
;
h
f
= KQo
1,85
; δ = -
Gambar 5.17
Besar Masing-masing Debit Asumsi Pada Jaringan Pemipaan Dari gambar 5.17 terlihat bahwa pada masing-masing pipa dilakukan asumsi
debit, untuk mendapatkan debit yang sebenarnya pada pipa tersebut dilakukan iterasi, apabila nilai
σ mendekati nol, iterasi dihentikan. Iterasi tersebut sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Iterasi 1
mendekati nol, iterasi dihentikan Maka :
Q1 = Qo + σ
Tabel 5.9 Hasil Debit yang Mengalir Pada Pipa Hardy Cross
Pipa Qo m
3
s σ
Q
1
m
3
s a
0,00451 -0,000733
0,003793301 b
0,00451 -0,000733
0,003793301 c
0,00174 -0,000733
0,000998856 d
0,0034 -0,000733
0,002679412
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa debit terbesar yang mengalir pada pipa terdapat pada pipa a dan pipa b, sedangkan debit terkecil yang mengalir pada
pipa terdapat pada pipa c. σ bernilai -0,000733 dianggap mendekati nol.
Pipa Panjang
pipa L m C
Diameter D
K Nilai Qom
3
s h
f
h
f
Qo a
915 100
0,15 20102,05
+ 0,00453 0,925511
204,47 b
675 100
0,15 14829,38
- 0,00453 0,682754 150,8385
c 600
100 0,15
13181,67 +
0,00173 0,102626 59,25493 d
600 100
0,15 13181,67
+ 0,00341 0,359878 105,4587
∑ 0,705261 520,0211
Didapat σ = -0,000733
Universitas Sumatera Utara
Loop pada wilayah 5
Gambar 5.18 Loop Pada Wilayah 5
Pada gambar 5.18 terlihat bahwa debit yang masuk sebesar 0,01793 m
3
s, dan beberapa debit keluaran. Debit keluaran terbesar adalah 0,0055 m
3
s dan yang terkecil adalah 0,00095 m
3
s. Adapun data-data pipa sebagai berikut: No
Pipa Panjang pipa L m
Diameter D m 1
a 500
0,15 2
b 5
0,14 3
c 500
0,15 4
d 600
0,15 5
e 900
0,15 6
f 650
0,15 7
g 300
0,15 8
h 500
0,15
;
h
f
= KQo
1,85
; δ = -
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.19 Besar Masing-masing Debit Asumsi Pada Jaringan Pemipaan
Dari gambar 5.19 terlihat bahwa telah dilakukan asumsi debit pada masing- masing pipa, asumsi debit terbesar terdapat pada pipa g sebesar 0,00569 m
3
s dan asumsi debit terkecil terdapat pada pipa f sebesar 0,00064 m
3
s. Setelah dilakukan asumsi debit, maka langkah selanjutnya adalah melakukan iterasi, sama seperti loop
pada wilayah 2, iterasi dihenti kan apabila σ mendekati nol. Adapun iterasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Iterasi 1
Didapat σ = 0,00083
mendekati nol, iterasi dihentikan Maka : Q
1
= Qo + σ
Tabel 5.10 Hasil Debit yang Mengalir Pada Pipa Hardy Cross
Pipa Qo m
3
s σ
Q
1
m
3
s a
0,00354 0,00083
-0,00437089 b
0,00461 0,00083
-0,00544866 c
0,00569 0,00083
-0,00652644 d
0,00246 0,00083
-0,00162356 e
0,00138 0,00083
-0,00221533 f
0,00064 0,00083
0,001473664 g
0,00569 0,00083
0,006526441 h
0,00172 0,00083
0,002551441 Pipa
Panjang pipa
L m C
Diameter D m
K Nilai
Qo m
3
s h
f
h
f
Qo a
500 100
0,15 10984,72908
- 0,00354 0,320303933 90,580845
b 5
100 0,14
153,712876 -
0,00461 0,007332202 1,58915885 c
500 100
0,15 10984,72908
- 0,00569 0,772649178 135,750954
d 600
100 0,15
13181,6749 -
0,00246 0,196180583 79,8022711 e
900 100
0,15 19772,51235
- 0,00138 0,101195581 73,3006221
f 650
100 0,15
14280,14781 +
0,00064 0,017569911 27,500731 g
300 100
0,15 6590,837451
+ 0,00569 0,463589507 81,4505722
h 500
100 0,15
10984,72908 +
0,00172 0,084131456 49,0086149 ∑
-0,83237 538,983769
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa debit terbesar terdapat pada pipa g dan k, dan debit terkecil terdapat pada pipa j. Nilai
σ = 0,00083 dianggap mendekati nol. Selanjutnya dilakukan beberapa perbandingan dari hasil EPANET dan Hardy
Cross dengan ALEID 2004. Adapun selisih antara ketiganya adalah sebagai berikut:
Tabel 5.11
Selisih Antara ALEID X 2004 dan EPANET Wilayah
Pipa ALEID X 2004
m
3
s EPANET
m
3
s Selisih m
3
s
2 a
0,003786 0,00273
0,0010561 b
0,005267 0,00367
0,0015967 c
0,000994 0,00051
0,0004844 d
0,002675 0,00162
0,001055
5 a
-0,002714 -0,00173
0,0009839 b
-0,003792 -0,00281
0,0009817 c
-0,004869 -0,00389
0,0009794 d
-0,001636 -0,00065
0,0009861 e
-0,000558 -0,00043
0,0001283 f
0,001467 0,00151
4,33333E-05 g
0,006517 0,00367
0,0028467 h
0,002542 0,00259
4,83333E-05
Berdasarkan tabel 5.11, selisih antara ALEID X 2004 dan EPANET cukup dekat, selisih terbesar bernilai 0,00285 m
3
s dan selisih terkecilnya bernilai 0,000048 m
3
s. Untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan, maka hasil dari ALEID X 2004 dibandingkan kembali dengan metode Hardy Cross. Adapun selisih antara
ALEID X 2004 dan Hardy Cross dapat dilihat pada tabel 5.12 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12
Selisih Antara ALEID X 2004 dan Hardy Cross
Wilayah Pipa
ALEID X 2004 m
3
s Hardy Cross
m
3
s Selisih m
3
s 2
a 0,003786
0,003793301 7,1895E-06
b 0,005267
0,003793301 0,0014734
c 0,000994
0,000998856 4,4117E-06
d 0,002675
0,002679412 0,000004
5 a
-0,002714 -0,00437089
0,001657 b
-0,003792 -0,00544866
0,001657 c
-0,004869 -0,00652644
0,001657 d
-0,001636 -0,00162356
1,2553E-05 e
-0,000558 -0,00221533
0,001657 f
0,001467 0,001473664
0,000007 g
0,006517 0,006526441
9,7748E-06 h
0,002542 0,002551441
0,000010
Dari tabel 5.12, terlihat bahwa hasil dari ALEID X 2004 cukup memuaskan dengan selisih terbesar hanya 0,001657 m
3
s dan selisih terkecilnya mencapai 4,4117E-06. Hasil ini sangat mendekati nol, hal ini mengindikasikan bahwa hasil
ALEID X 2004 sudah cukup efektif. untuk mengetahui perbandingan antara EPANET dan Hardy Cross, dapat dilihat pada tabel 5.13 sebagai berikut:
Tabel 5.13
Selisih Antara Epanet dan Hardy Cross
Wilayah Pipa
EPANET m
3
s Hardy Cross
m
3
s Selisih m
3
s
2 a
0,00273 0,003793301
0,001063301 b
0,00367 0,003793301
0,000123301 c
0,00051 0,000998856
0,000488856 d
0,00162 0,002679412
0,001059412
5 a
-0,00173 -0,00437089
0,002640886 b
-0,00281 -0,00544866
0,002638664 c
-0,00389 -0,00652644
0,002636441 d
-0,00065 -0,00162356
0,000973559 e
-0,00043 -0,00221533
0,00178533 f
0,00151 0,001473664
3,63363E-05 g
0,00367 0,006526441
0,002856441 h
0,00259 0,002551441
3,85586E-05
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.13 terlihat bahwa selisih antara perhitungan EPANET dan Hardy Cross
hampir mendekati nol. Tetapi kita tetap merujuk kepada hasil perhitungan ALEID X 2004, karena selisih yang dihasilkan dari beberapa perbandingan hampir
mendekati nol. Berdasarkan tabel 5.11 dan 5.12 dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
analisa software ALEID X 2004 sudah sangat mendekati dengan hasil perhitungan EPANET dan hasil perhitungan manual yang dilakukan dengan menggunakan
metode Hardy Cross. Hal ini dapat dilihat dengan melihat perbedaan yang terjadi dari hasil analisa ALEID X 2004 dengan hasil perhitungan EPANET dan metode
Hardy Cross untuk aliran di dalam jaringan pipa pada sampel loop di wilayah 2 dan
5 sudah hampir mendekati nol.
5.8 Evaluasi Jaringan Pemipaan 5.8.1 Evaluasi Diameter Pipa