Kepribadian Pengaruh Motivasi, Kepribadian dan Ketersediaan Informasi Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Toko Grosir di Jalan Palangkaraya Medan

16 7. The desire to make a contribution to humanity or to a spesific cause keinginan untuk memberikan kontribusi bagi kemanusiaan atau untuk sebab-sebab spesifik. Menurut Suryana 2003 : 50, dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yaitu: 1. Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya,untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai stabilitas keuangan. 2. Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan dihormati. 3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat,demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami dan isteri, untuk membahagiakan orang tua. 4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.

2.2. Kepribadian

Alma 2005 : 120 menyatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan kualitas psikis seseorang yang diwarisinya dan membuat orang tersebut menjadi unik dan berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Keunikan inilah yang menjadikan kepribadian sebagai variabel Universitas Sumatera Utara 17 yang sering digunakan untuk menggambarkan diri individu yang berbeda dengan individu lainnya. Alisyahbana dalam Alma, 2005 : 64 menyatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan karakteristik diri seseorang, bisa berbentuk pikiran, perasaan, kata hati, temperamen dan watak. Seorang wirausaha yang sukses memiliki karakteristik kepribadian yang khusus yang membedakannya dari orang lain. Scarborough dan Zimmerer dalam Suryana, 2006 : 24 mengemukakan delapan karakteristik kepribadian dari seorang wirausaha sukses yakni: 1. Desire for responsibility memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. 2. Preference for moderate risk memilih resiko yang moderat dan telah diperhitungkan dan tidak mengambil resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. 3. Confidence in their ability to sucses percaya bahwa dirinya bisa meraih kesuksesan yang diinginkannya. 4. Desire for immediate feedback memiliki keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik. 5. High level of energy memiliki semangat dan energi yang tinggi untuk bekerja keras mencapai tujuannya. 6. Future orientation berorientasi pada masa depan dan jangka panjang. 7. Skill of organizing mempunyai ketrampilan mengorganisir sumber- sumber daya untuk mencapai tujuannya. Universitas Sumatera Utara 18 8. Value of achievement over money lebih menghargai prestasi dibandingkan uang, karena uang akan mengalir masuk dengan sendirinya jika seorang wirausaha mempunyai prestasi yang bagus. Suryana 2006 : 116 menyatakan bahwa wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Cuningham dalam Riyanti, 2003 : 30 yang melakukan wawancara terhadap 178 wirausaha dan manajer profesional Singapura menyatakan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor penyebab keberhasilan usaha. Pentingnya kepribadian bagi seorang wirausaha juga didukung oleh Miner dalam Riyanti, 2003 : 13 yang menyatakan bahwa tipe kepribadian sangat menentukan bidang usaha apa yang bakal mendatangkan kesuksesan dalam kewirausahaan. Stoltz dalam Riyanti, 2003 : 14 menyatakan ada tiga tipe kepribadian yakni The climber adalah orang yang memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi rintangan, ia tidak mudah menyerah dan terus bertahan meskipun gagal berkali-kali. Kedua, The champer adalah orang yang mendaki pada ketinggian tertentu dan berhenti karena ia merasa sudah puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak mau berusaha lagi agar bisa lebih berhasil. Ketiga, quitter adalah orang yang mudah menyerah bila menghadapi kegagalan, ia penakut dan tidak mau mengambil resiko untuk mulai berusaha lagi. Rintangan membuatnya tidak mau mencoba lagi. Universitas Sumatera Utara 19 Ada beberapa karakter atau kepribadian yang diperlukan agar seorang wirausaha berhasil. Setiap individu dalam usahanya agar menjadi pengusaha yang berhasil, memiliki reaksi yang berbeda terhadap tantangan dan kesempatan yang ada, dan pengusaha yang berhasil adalah pengusaha yang mengetahui bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada demi memenuhi kebutuhan konsumen, serta merubah tantangan menjadi kesempatan dalam berusaha. dalam personality factor atau faktor kepribadian yang terbagi lagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kebutuhan akan Prestasi

Konsep kebutuhan akan prestasi pertama-tama dikemukan oleh McClelland dalam Alma, 2006: 81. Kebutuhan akan prestasi merujuk pada keinginan seseorang terhadap prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau standar yang tinggi. McClelland menyatakan bahwa ada tiga motif sosial yang mempengaruhi tingkah laku seseorang jika ia berhubungan dengan orang lain di dalam suatu lingkungan yakni: 1. Motif afiliasi affiliation motive Keinginan untuk bergaul dengan orang lain secara harmonis, penuh keakraban, dan disenangi. Orang ini akan berbahagia jika ia bisa diterima lingkungannya dan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungannya. Orang seperti ini biasanya merupakan teman yang baik dan menyenangkan. 2. Motif kekuasaan power motive Orang yang memiliki motivasi berkuasa tinggi suka menguasai dan mempengaruhi orang lain, ia mau orang lain melakukan apa yang diminta atau diperintahkannya, ia cenderung tidak mempedulikan perasaan orang Universitas Sumatera Utara 20 lain, baginya keharmonisan bukanlah hal yang utama, ia memberikan bantuan kepada orang lain bukan atas dasar belas kasihan akan tetapi supaya orang yang dibantunya menghormati dan kagum kepadanya sehingga ia bisa menunjukkan kelebihannya kepada orang lain dan agar orang lain mau terpengaruh oleh mereka sehingga bisa diperintah dan diaturnya. 3. Motif berprestasi achievement motive Orang yang memiliki motif berprestasi fokus pada cara-cara untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. McClelland melakukan penelitian terhadap mahasiswa Harvard University dan membuktikan adanya korelasi antara tinggi rendahnya kebutuhan berprestasi pada mahasiswa yang diukur semasa kuliah dengan pemilihan karier atau pekerjaan setelah mereka lulus kuliah dan terjun ke masyarakat. Dari hasil penelitian itu ditunjukkan bahwa mereka yang memiliki motif berprestasi tinggi sekitar 66 memilih karier sebagai pengusaha, sementara 34 lainnya memilih pekerjaan di bidang lain. Pada mahasiswa yang memiliki motif berprestasi rendah, hanya 10 yang memiliki pekerjaan sebagai pengusaha dan 90 memilih pekerjaan di bidang lain. Oosterbeek 2008 : 54 menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki nilai atau skor yang tinggi pada uji terhadap kebutuhan akan prestasi karena mereka akan berjuang untuk memperoleh prestasi yang tinggi, mereka mendirikan perusahaannya secara profesional dan menentukan target yang tinggi dan berusaha mencapai target tersebut. Oosterbeek juga menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki kebutuhan akan kekuasaan the need of power Universitas Sumatera Utara 21 yang tinggi untuk mengendalikan orang lain yang mengindikasikan bahwa mereka tahu apa yang mereka inginkan dan cara mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuannya. McClelland dalam Zarkasyi, 2006 : 20 menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Memilih untuk menghindari tujuan prestasi yang terlalu mudah dan terlalu sulit, mereka memilih tujuan yang moderat yang mampu mereka capai. 2. Memilih dan menyukai umpan balik sehingga mereka dapat menggunakan umpan balik itu untuk menemukan cara-cara yang kreatif dan inovatif agar dapat mencapai prestasi yang mereka inginkan. 3. Menyukai tanggung jawab untuk memecahkan permasalahan. Mereka akan bertanggung jawab atas kegagalan dan kesuksesan yang mereka raih tanpa suka menyalahkan pihak lainnya. Lebih lanjut McClelland menyatakan bahwa orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi berbeda dengan para penjudi gamblers atau pengambil resiko risk takers. Orang-orang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi menetapkan tujuan yang bisa dicapai yang dapat mereka pengaruhi dengan usahanya sendiri. Mudjiarto 2006 : 28, menyatakan bahwa orang-orang yang berprestasi tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Berani mengambil resiko. 2. Kreatif dan inovatif. 3. Mempunyai visi. Universitas Sumatera Utara 22 4. Mempunyai tujuan yang berkelanjutan. 5. Percaya diri. 6. Mandiri. 7. Aktif, enerjik dan menghargai waktu. 8. Memiliki konsep diri yang positif. 9. Berpikir positif. 10. Bertanggung jawab secara pribadi. 11. Selalu belajar dan menggunakan umpan balik. Penelitian Scapinello dalam Indarti et al, 2008 : 30 menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan dari pada mereka dengan kebutuhan akan prestasi yang rendah. Sengupta dan Debnath dalam Indarti et al, 2008 : 31 dalam penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh besar terhadap tingkat kesuksesan seorang wirausaha.

2. Sumber Kendali

Tingkat sumber kendali locus of control yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh orang itu. Jika seseorang memiliki tingkat locus of control yang tinggi maka tentunya akan lebih mudah orang itu dalam memulai suatu usaha. Namun jika seseorang memiliki tingkat locus of control yang rendah, secara tidak langsung dalam memulai bisnisnya orang itu akan cenderung melimpahkan atau meminta bantuan orang lain untuk menjalankan usahanya. Locus of control merupakan sebagai keyakinan individu menguasai nasibnya sendiri internal sedangkan sisanya percaya bahwa hidup Universitas Sumatera Utara 23 ditentukan oleh kemujuran atau peluang eksternal. Locus of control dapat dibagi dua, yaitu: a. Internal locus of control Internal locus of control berhubungan dengan semua kejadian yang dikaitkan dengan perilaku sendiri atau sesuai dengan ciri kepribadian. b. Eksternal locus of control Eksternal locus of control berarti semua penguatan baik itu positif atau negatif yang diikuti bukan karena apa yang dilakukan tetapi berdasarkan hasilnya seperti : kesempatan, nasib atau keberuntungan. Individu eksternal lebih taat dan mau mengikuti pengarahan, individu ini lebih cocok untuk pekerjaan terstruktur, rutin, yang harus mengikuti ketentuan dan pengarahan sedangkan individu eksternal mempunyai sifat mudah cemas, depresi, neurosis dan sifat lain yang sejenisnya.

3. Keyakinan diri

Karakteristik kepribadian yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha seseorang adalah keyakinan diri self efficacy. Karena dengan self efficacy yang tinggi seseorang dapat langsung mengetahui hal - hal apa saja yang dapat dilakukan dalam menjalankan usaha, sehingga ia tidak selalu bergantung pada orang lain. Menurut Gist dan Mitchell self efficacy adalah Self eficacy defined as a comprehensive surrimary about the judgement of perceived capability of performing a specific talk. Jadi keyakinan diri dapat diartikan sebagai ringkasan yang secara luas tentang keputusan terhadap kemampuan merasakan dalam Universitas Sumatera Utara 24 menyelenggarakan tugas khusus. Sedangkan menurut Wood dan Bandura “ self efficacy refers to the belief is one’s cabability to mobilize the motivation, cognitive resources, and courses of action needed to meet given situsional demands”. Keyakinan diri menunjukkan kepada perasaan terhadap kemampuan untuk mengerahkan motivasi, tingkat kesadaran dan bagian dari tindakan yang diperlukan untuk memberikan jawaban atas situasi yang terjadi’.

2.3 Ketersediaan Informasi