35
4.5 Persentase Penggunaan Obat Asma Berdasarkan Golongan Obat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat asma pada pasien asma rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota
Medan berdasarkan golongan obat dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Karakteristik Penggunaan Obat Asma Berdasarkan Golongan Obat
No Golongan Obat
Jumlah R Persentase
1
Agonis beta-2 Salbutamol
70 27,89
2
Antikolinergik + Agonis beta-2 Ipratropium Br + Salbutamol sulfat
40 15,94
3
Kortikosteroid Dexamethason, Methylprednisolon,
Prednison, Budesonide, Fluticason 117
46,61 4
Metilxantin Teofilin, Aminofilin
24 9,56
Total 251
100
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa persentase penggunaan obat asma berdasarkan golongan obat, yang paling banyak digunakan adalah golongan
kortikosteroid yaitu sebesar 46,61 kemudian Agonis beta-2 yaitu sebesar 27,89. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP DR Sardjito
Yogyakarta tahun 2005 yang menunjukkan bahwa obat anti asma yang paling banyak digunakan adalah golongan kotikosteroid Satibi, 2010.
Kortikosteroid yang
dikenal juga sebagai glukokortikosteroid, glukokortikoid atau steroid merupakan obat paling banyak digunakan di seluruh
dunia untuk mengatasi gangguan imunitas atau inflamasi termasuk asma Barnes, 2006. Obat pengontrol asma yang paling efektif adalah kortikosteroid. Pada suatu
serangan asma akut berat pemberian kortikosteroid sedini mungkin akan mempersingkat serangan asma dan memberikan efektivitas pengobatan yang lebih
baik Yunus, 1998. Mekanisme kerja steroid yang lain adalah menghalangi
Universitas Sumatera Utara
36
pembentukan mediator oleh sel inflamasi, menghalangi pelepasan mediator, dan menghalangi respons yang timbul akibat lepasnya mediator Ellin, 1987.
Agonis beta-2 dalam penelitian ini yaitu salbutamol mempunyai persentase penggunaan sebesar 27,89, biasa digunakan sebagai bronkodilator. Mekanisme
kerjanya yaitu relaksasi otot polos saluran napas. direkomendasikan bila diperlukan untuk mengatasi gejala dan merupakan terapi pilihan pada serangan akut PDPI,
2003. Pada penelitian ini juga ditemukan penggunaan obat asma kombinasi
Antikolinergik + Agonis beta-2 Ipratropium Br + Salbutamol sulfat sebesar 15,94. Analisis meta penelitian menunjukkan ipratropium bromide mempunyai
efek meningkatkan bronkodilatasi agonis beta-2 kerja singkat pada serangan asma, memperbaiki faal paru dan menurunkan risiko perawatan rumah sakit secara
bermakna. Oleh karena itu disarankan menggunakan kombinasi inhalasi antikolinergik dan agonis beta-2 kerja singkat sebagai bronkodilator pada terapi
awal serangan asma berat atau pada serangan asma yang kurang respons dengan agonis beta-2 saja, sehingga dicapai efek bronkodilatasi maksimal PDPI, 2003.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dari 72 rekam medis yang diteliti dapat ditarik kesimpulan bahwa prevalensi tertinggi pasien asma rawat inap yaitu pada jenis
kelamin perempuan sebanyak 53 orang 73,61, usia 19-59 tahun yaitu sebanyak 51 orang 70,83, dan Lama rawatan 4 dan 5 hari perawatan dengan jumlah pasien
masing-masing 12 orang 16,67. Jumlah penggunaan obat yang paling banyak pada pasien perempuan 194 obat 77,29 dengan rata-rata 3,66 obat perpasien dan
jumlah penggunaan obat yang paling banyak pada usia 19-59 tahun 172 obat 68,53 namun jumlah rata-rata tertinggi penggunaan obat pada pasien 60 tahun
yaitu 4,08 obat perpasien. Obat yang paling banyak digunakan adalah Jenis non generik 56,97, bentuk sediaan inhalasi 52,99, golongan kortikosteroid
46,61.
4.2 Saran
Perlu dilakukan penulisan yang jelas pada penulisan catatan rekam medik di Rumah Sakit Umum daerah Dr. Pirngadi Kota Medan dan penyimpanan data-data
diharapkan lebih terorganisir untuk memudahkan penelitian berikutnya atau jika diperlukan dikemudian hari. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melakukan penelitian terhadap pola penggunaan obat pada pasien asma rawat inap atau rawat jalan di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya, agar dapat jadi
perbandingan dan menggambarkan penggunaan obat asma di instansi pelayanan kesehatan yang ada di Kota Medan dan dapat mengetahui lebih jauh lagi apakah
pola peresepan dan pengobatan terhadap pasien asma sudah tepat. Lebih
Universitas Sumatera Utara