Pembahasan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 51 responden yaitu keluarga yang tinggal bersama lansia di rumahnya didapatkan bahwa responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 50 responden 98 dan hanya 1 responden yang memiliki pengetahuan cukup 2 tentang pemenuhan keamanan lansia di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua responden sudah mengerti dan memahami tentang pemenuhan keamanan lansia di rumah. Penelitian yang dilakukan peneliti tentang pengetahuan keluarga mengenai pemenuhan keamanan lansia di rumah di Kelurahan Padang Bulan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Octaviana 2012 mengenai pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh didalam kategori baik yaitu sebanyak 60,6. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mu’afiro 2010 didapatkan bahwa upaya pencegahan risiko jatuh pada lansia di Kelurahan Kemayoran sebagian besar adalah cukup 83. Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, salah satunya yaitu tingkat pendidikan. Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan keluarga tentang kesehatan juga di pengaruhi oleh pendidikan dimana semakin terdidik keluarga maka semakin baik pengetahuan keluarga tentang kesehatan Friedman, 1998. Meskipun latar belakang pendidikan keluarga yang menjadi responden penelitian sebagian besar merupakan Sekolah Menengah Atas SMA yaitu 27 responden 52,94 ternyata Universitas Sumatera Utara tidak menutup kemungkinan bahwa seluruh keluarga yang tinggal bersama lansia di Kelurahan Padang Bulan memiliki pengetahuan yang baik mengenai pemenuhan keamanan pada lansia di rumah. Friedman 1998 menyatakan bahwa wanita secara konsisten telah terbukti lebih berupaya mencari informasi tentang kesehatan karena memiliki tanggung jawab peran kesehatan dalam keluarga. Mayoritas responden yaitu sebanyak 43 responden 84,32 merupakan wanita. Pengetahuan keluarga yang baik mengenai pemenuhan keamanan pada lansia di rumah di Kelurahan Padang Bulan sejalan dengan pernyataan Friedman dimana wanita lebih berupaya mencari informasi tentang kesehatan. Kelompok usia responden penelitian sebanyak 49 merupakan kelompok usia dewasa awal 25-40 tahun. Kapasitas kognitif pada usia ini sepenuhnya berkembang seiring dengan kematangan kognitif mereka mengakumulasikan pengetahuan dan keterampilan baru dari berbagai sumber pengalaman formal dan informal. Pengalaman ini menambah persepsi, memungkinkan menggeneralisasikan situasi baru, dan meningkatkan kemampuan untuk menganalisis secara kritis, memecahkan masalah dan membuat keputusan tentang peran pribadi. Pada usia ini mereka termotivasi untuk belajar tentang implikasi yang mungkin terjadi akibat berbagai pilihan gaya hidup Bastable, 2002. Pengalaman dan motivasi untuk tetap belajar merupakan hal yang dapat memperluas pengetahuan seseorang. Gambaran pengetahuan yang baik yang diperoleh dari penelitian ini mungkin diakibatkan oleh karakteristik umur responden yang berada pada tahap dewasa awal dimana kapasitas kognitif sepenuhnya berkembang dan adanya motivasi untuk tetap belajar. Universitas Sumatera Utara Salah satu tugas keluarga menurut Friedman 1998 dalam hal pemeliharaan kesehatan yaitu mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga Ali, 2009. Bagi keluarga yang tinggal bersama lansia di rumah, tindakan modifikasi rumah diperlukan sebagai upaya pencegahan terhadap pencurian dan kejadian jatuh. Untuk pernyataan nomor 1 mengenai perlunya tindakan modifikasi rumah bagi keluarga yang tinggal bersama lansia dirumahnya didapati bahwa 48 responden 94,11 menjawab pernyataan dengan benar sementara hanya 3 responden 5,89 menjawab pernyataan salah. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang perlunya tindakan modifikasi rumah bagi keluarga yang tinggal dengan lansia dalam kategori baik karena hampir seluruh keluarga mengetahui tentang perlunya upaya modifikasi rumah. Pada pernyataan nomor 2 mengenai pencahayaan yang baik bagi lansia didapati bahwa 47 responden 92,15 menjawab pernyataan dengan benar dan 4 responden 7,85 menjawab pernyataan dengan salah serta pernyataan nomor 3 mengenai pemberiaan cahaya yang baik di sekitar tangga, lorong dalam rumah dan ruangan tempat lansia biasa beraktivitas didapati bahwa 50 responden 98,03 menjawab pernyataan dengan benar dan hanya 1 1,97 responden yang menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui pencahayaan yang adekuat dan sesuai dengan lansia. Pencahayaan yang baik bagi lansia yaitu berupa cahaya yang lembut dan tidak menyilaukan mata karena cahaya yang menyilaukan adalah salah satu masalah utama yang dihadapi oleh lansia Potter Perry 2005. Cahaya yang terlalu terang dapat Universitas Sumatera Utara menyebabkan cahaya yang menyilaukan dan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan sementara Lueckenotte, 2000. Penggunaan lampu yang redup dan menyilaukan harus dihindari, sebaiknya keluarga menggunakan lampu 70-100 watt Nugroho, 2008. Pencahayaan yang adekuat akan mengurangi bahaya fisik dengan cara menerangi tempat lansia bergerak dan bekerja khususnya di dalam rumah, lorong dalam rumah, tangga dan ruangan tempat lansia biasa beraktivitas sehingga lansia dapat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari dengan aman Potter Perry 2005. Pada pernyataan nomor 4 mengenai tumpahan cairan atau noda basah di lantai yang dapat menyebabkan lansia jatuh dan cedera didapatkan bahwa hampir semua responden yaitu 50 responden 98,03 menjawab pernyataan dengan benar dan 11,97 responden memjawab pernyataan dengan salah. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan lingkungan rumah yaitu mengurangi penghalang fisik yang ada di dalam rumah berupa noda basah di lantai Potter Perry 2005. Pada pernyataan nomor 5 mengenai penempatan benda-benda yang dibutuhkan lansia seperti kacamata, tisu,obat-obatan diletakkan dalam jangkauan lansia didapatkan bahwa 43 responden 84,31 menjawab pernyataan dengan benar dan 8 responden 15,69 menjawab pernyataan dengan salah serta pernyataan nomor 6 mengenai keberadaan ujung meja harus dalam keadaan aman tidak runcing dan tajam didapatkan bahwa seluruh responden yaitu 51 responden 100 menjawab pernyataan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui cara untuk mengurangi penghalang fisik yang dapat menyebabkan cedera pada lansia. Benda-benda yang dibutuhkan lansia misalnya seperti kacamata, tisu dan obat-obatan harus tetap diletakkan dalam jangkauan Universitas Sumatera Utara lansia tetapi tidak dapat dijangkau oleh anak-anak di rumah Potter Perry 2005. Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara 2008 menyatakan bahwa ada beberapa hal yang dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia salah satunya yaitu mencegah terjadinya kecelakaan pada lansia baik di dalam maupun di luar rumah. Terdapat 26 responden 50,98 yang menjawab pernyataan nomor 7 dengan benar dan 25 responden 49,02 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden mengetahui bahwa jatuh merupakan peristiwa yang tidak normal terjadi pada lansia. Jatuh sering kali terjadi di dalam rumah dan merupakan ancaman terbesar terhadap kemandirian lansia Stanley, 2006. Hampir setengah dari responden tidak mengetahui bahwa jatuh bukan merupakan hal yang normal dari proses penuaan, dimana hal ini dapat mempengaruhi perilaku responden untuk menyediakan keamanan pada lansia khususnya untuk pencegahan jatuh. Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, dalam hal ini tindakan keluarga dalam memenuhi keamanan lansia kedepannya. Pada pernyataan nomor 8 mengenai penggunaan WC duduk dapat mencegah kecelakaan di kamar mandi didapati 45 responden 88,23 menjawab pernyataan dengan benar dan 6 responden 11,77 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui penggunaan WC duduk dapat mencegah kecelakaan di kamar mandi. Darmojo Martono 2004 menyatakan bahwa WC yang cocok dan aman bagi lansia adalah WC yang menggunakan kloset duduk. Universitas Sumatera Utara Pada pernyataan nomor 9 mengenai penggunaan keset kaki yang tidak licin dan tidak mudah berpindah pada lantai didepan kamar mandi untuk mengurangi bahaya yang ada di kamar mandi didapati 44 responden 86,27 menjawab pernyataan dengan benar dan 7 responden 13,73 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui salah satu cara mengontrol bahaya yang ada di kamar mandi yang dapat menyebabkan kecelakaan pada lansia. Penggunaan keset kaki yang tidak licin pada lantai depan kamar mandi sangat berguna untuk mengurangi bahaya yang ada di kamar mandi Potter Perry, 2005. Pada pernyataan nomor 10 dan pernyataan nomor 11 yang merupakan salah satu cara memenuhi keamanan lansia di rumah yaitu dengan mengamankan rumah. Pernyatann nomor 10 mengenai fungsi kunci pintu dan jendela yang harus selalu dipastikan dapat berfungsi dengan baik didapatkan semua responden yang berjumlah 51 responden 100 menjawab pernyataan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui mengenai mengamankan rumah dari penyeludup. Menurut data SUSENAS 2009, persentase lansia yang menjadi korban kejahatan sebanyak 1,80 persen. Tindak kejahatan yang paling banyak dialami oleh para lansia yaitu pencurian 57,54, kemudian perampokan 23,93 dan penipuan 13,41. Para lansia dibesarkan pada zaman dimana perampokan jarang dilakukan pada lansia sehingga banyak yang meremehkan bahaya dan membiarkan pintu tidak terkunci dan jendela terbuka. Sedangkan untuk pernyataan nomor 11 mengenai perlunya keluarga bekerjasama dengan kerabat dan tetangga di sekitar rumah untuk menjamin keamanan lansia di rumah didapatkan bahwa 48 responden 94,11 menjawab Universitas Sumatera Utara pernyataan dengan benar dan terdapat 3 responden 5,89 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui mengenai mengamankan rumah. Para lansia mudah menjadi sasaran kejahatan. Data SUSENAS 2009 dalam Komisi Nasional Lanjut Usia 2010 menyatakan bahwa persentase lansia yang menjadi korban tindak kejahatan di perkotaan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan, dimana salah satu penyebabnya yaitu tingkat kepedulian dan rasa kekeluargaan yang kurang. Kerjasama dengan petugas keamanan dan kerabat ataupun tetangga untuk mengurangi kejahatan di lingkungan sekitar rumah sangat diperlukan Potter Perry, 2005. Pada pernyataan nomor 12 mengenai perlengkapan rumah tangga yang sudah tua dan tidak stabil dapat memperbesar resiko jatuh pada lansia didapatkan bahwa 48 responden 94,11 menjawab pernyataan dengan benar dan 3 responden 5,89 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui pencegahan jatuh. Menurut Darmojo 1999, faktor- faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia khusunya kejadia jatuh yaitu penggunaan alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, dan tergeletak di bawah. Pada pernyataan nomor 13 mengenai penggunaan WC jongkok dapat menyebabkan kecelakaan pada lansia didapatkan bahwa 37 responden 72,54 menjawab pernyataan dengan benar dan 14 responden 27,46 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui penggunaan WC jongkok dapat menyebabkan kecelakaan pada lansia walaupun hampir sepertiga responden tidak mengetahui penggunaan WC yang tepat bagi lansia. Hal ini perlu menjadi perhatiaan karena penggunaan WC yang Universitas Sumatera Utara rendahjongkok merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan pada lansia Darmojo, 1999. Penelitian yang dilakukan oleh Octaviana 2012 terhadap 71 responden di Kelurahan Pahlawan Binjai mengenai pengetahuan dan sikap keluarga mengenai pencegahan jatuh salah satunya yaitu mengenai penggunaan WC jongkok didapatkan bahwa 52,1 responden juga tidak mengetahui tentang penggunaan WC yang cocok dan aman digunakan oleh lansia. Pada pernyataan nomor 14 mengenai permukaan lantai yang tidak datar dapat memperbesar resiko jatuh pada lansia didapatkan bahwa hampir semua responden yaitu 50 responden 98,03 menjawab pernyataan dengan benar dan hanya 1 responden 1,97 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui cara pencegahan jatuh. Darmojo 1999 menyatakan bahwa lantai yang tidak datar atau menurun merupakan faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia. Pernyataan nomor 15 mengenai penggunaan sandal yang sesuai dengan ukuran lansia dengan sol yang rendah dan tidak licin didapatkan bahwa 44 responden 86,27 menjawab pernyataan dengan benar dan 7 responden 13,73 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui upaya pencegahan jatuh. Penggunaan sepatu atau sendal yang pas dan berhak rendah, dengan sol sepatu yang tidak licin merupakan salah satu upaya pencegahan jatuh pada lansia yang dapat dilakukan oleh keluarga Mu’afiro, 2010. Pernyataan nomor 16 mengenai lantai kamar mandi yang basah dan licin dapat menyebabkan kejadian jatuh pada lansia didapatkan 47 responden 92,15 Universitas Sumatera Utara menjawab pernyataan dengan benar dan 4 responden 7,85 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui salah satu upaya pencegahan jatuh. Daerah kamar mandi merupakan tempat jatuh yang paling sering dialami oleh para lansia Stanley, 2006. Lantai yang licin dan basah merupakan faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kejadian kecelakaan pada lansia Darmojo, 1999. Pernyataan nomor 17 mengenai upaya yang dilakukan keluarga jika ada kondisi darurat seperti kebakaran didapatkan 50 responden 98,03 menjawab pernyataan dengan benar dan 1 responden 1,97 menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui tentang pemenuhan keamanan lansia di rumah khususnya mengenai kejadian kebakaran. Kebakaran terus menjadi risiko yang menetap di tatanan layanan kesehatan dan di rumah. Kabakaran yang terjadi di rumah biasanya terjadi akibat pembuangan rokok atau korek api yang masih menyala, atau akibat minyak dan kebocoran kabel listrik. Kebakaran merupakan bahaya bagi lansia yang mengalami gangguan memori, dimana lansia dapat lupa kalau mereka meninggalkan setrika atau kompor gas dalam keadaan menyala atau tidak mematikan puntung rokok dengan tuntas. Tindakan pencegahan kebakaran di rumah antara lain meletakkan nomor telepon gawat darurat di dekat pesawat telepon, dan setiap anggota keluarga perlu mengetahui peta jalan keluar yang terdekat deri ruang tertentu dalam rumah Kozier, Erb, Berman Synder, 2010. Pada pernyataan nomor 18 mengenai penggunaan air hangat ketika mandi untuk lansia memerlukan pengawasan dari keluarga didapatkan 50 responden 98,03 menjawab pernyataan dengan benar dan 1 responden 1,97 Universitas Sumatera Utara menjawab pernyataan dengan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui upaya pencegahan kejadian luka bakar pada lansia. Sensitivitas kulit terhadap nyeri dan panas yang mengalami penurunan pada lansia dapat menyebabkan terjadinya luka bakar atau lepuh ketika lansia menggunakan air yang bersuhu tinggi tanpa pengawasan dari keluarga Kozier, Erb, Berman Synder, 2010. Pernyataan nomor 19 mengenai perlengkapan listrik harus selalu dipastikan dalam kondisi yang baik dan aman didapatkan bahwa semua responden 100 menjawab pernyataan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden mengetahui upaya pencegahan syok listrik. Perlengkapan listrik yang “cacat” misalnya, perlengkapan dengan kabel yang terurai menimbulkan bahaya syok listrik atau mungkin memicu kebakaran Kozier, Erb, Berman Synder, 2010. Pemenuhan keamanan di rumah sangat perlu diperhatikan oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga yang berusia lanjut karena lingkungan dapat mengganggu atau mendukung fungsi fisik dan sosial, mempertinggi atau membuang energi, dan melengkapi atau memperberat perubahan fisik yang ada pada lansia. Penyediaan tempat tinggal dan fasilitas perumahan yang khusus untuk memenuhi kondisi lingkungan yang aman bagi penduduk lansia menjadi perhatian penting bagi keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008. Perilaku memenuhi keamanan lansia oleh keluarga di rumah dimulai dari domain pengetahuan tentang pemenuhan keamanan itu sendiri. Perilaku yang Universitas Sumatera Utara didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan . Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu Notoatmodjo, 2007. Pengetahuan tentang perawatan dan penyakit memengaruhi keputusan seseorang. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh oleh peneliti. Pada bagian pertama berisi rangkuman hasil penelitian yang berdasarkan analisa. Pada bagian kedua akan dikemukakan saran- saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden adalah perempuan 84,32, berada pada rentang usia dewasa awal 25-40 tahun sebanyak 49 dan 52,94 responden menyelesaikan pendidikan terakhir pada jenjang SMA. Dari uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2013 terhadap 51 responden mengenai pengetahuan keluarga tentang pemenuhan keamanan lansia di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru menggambarkan hampir semua responden 98 memiliki pengetahuan yang baik dalam memenuhi keamanan pada lansia di rumah. Pengetahuan yang baik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain responden yang diteliti berada pada kelompok usia dewasa awal dimana pada usia ini kapasitas kognitif sepenuhnya berkembang dan adanya motivasi untuk tetap belajar. Jenis kelamin responden yang mayoritas perempuan juga dapat mempengaruhi hasil penelitian dimana perempuan secara konsisten telah terbukti lebih berupaya mencari informasi tentang kesehatan. Universitas Sumatera Utara