Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Persiapan skripsi Kesimpulan NREM non rapid eye movement atau Pola Tidur Biasa REM rapid eye movement atau Pola Tidur Paradoksikal Neonatus Bayi

Taksasi Dana 1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal - Biaya Kertas Print Proposal Rp. 100,000 - Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 150,000 - Biaya Internet Rp. 200,000 - Perbanyak Proposal dan Penjilitan Rp. 100,000 - Konsumsi saat sidang proposal Rp. 100,000

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin Penelitian Rp. 200,000 - Pengadaan Kuesioner Rp. 100,000 - Transportasi Rp. 250.000

3. Persiapan skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp. 200,000 - Pengadaan skripi dan penjilitan Rp 200,000 - Biaya sidang skripsi Rp. 300,000

4. Biaya Tak Terduga Rp 400,000

Jumlah Rp. 2,300,000 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Hidayat.A.A.A 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Salemba medika. Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto.S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta. Behrman,R.E. Kliegman, R.M. 2002. Nelson essentials of pediatrics,4 th Edition. Philadelphia: W.B. Sanders Company . Guyton A.C, Hall J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Harsono, 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Yokyakarta : Gajah Mada University Press. Hidayat. A. A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta. Salemba Medika. Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press. Johanna, Christa Jachens. 2004. Sleep Disturbances Healthy Sleep. The Association of Waldorf Schools of North America. Japardi. I. 2002. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara. Kozier. B. Et al.2004. foudamental of nursing concept procedures. California :addison Wesley Publ.Comp. Lumbantobing.S.M. 2004. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Maas. J. B. 2002. Power Sleep: Kiat–kiat sehat untuk mencapai kondisi dan prestasi puncak. Bandung: Kaifa Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mardjono.D 2008. Keperawatan gerontik, edisi lima. Jakarta : EGC Universitas Sumatera Utara Mubarak,Wahid.I Nurul.C. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni., Jakarta: Rineka Cipta Mubarak, Wahid.I Nurul.C. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC. Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Nugroho, W.H. 2006. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC Patlak.M. 2005. Your Guide to Healthy Sleep. U. S. Department of Health and Human Services. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline Stroke 2007 .Jakarta: PERDOSSI. Poter, Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4 vol 2. Jakarta :EGC. Potter, Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan volume 2. Edisi 4, Jakarta : EGC. Ratna .2012. Hospitalisasi Pada Anak . http:www.scribd.comdoc100253743 diakses tanggal 22112012 Siallagan, A.M. 2010. Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan. Medan. Sibarani.C.B. 2015. Pola Tidur Anak yang di Rawat Inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Smith. M. Segal. 2010. How Much Sleep Do You Need? Sleep Cycles Stages, Lack of Sleep, and Getting The Hours You Need. Diakses dari www.helpguide.orglifesleeping.htm pada tanggal 20 Mei 2016. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta. Sumadi.S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tanjung.M.F.C  , Sekartini.R. 2004 .Masalah Tidur pada Anak.Sari Pediatri. Umi.N. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung:Agung Media. Wartonah,Tarwoto. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Iskandar 2008 mengemukakan bahwa kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel- variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Usia Jenis Kelamin Pemsangan Infus Lama Hari Rawat Penyakit yang diderita _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus Baik Bukruk Universitas Sumatera Utara Skema 1 : Kerangka Konseptual Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan .2 Defenisi Operasional No Variabel Defenis Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus model, bentuk dan corak tidur dalam waktu yang dibutuhkan pasien untuk tidur istirahat sesuai yang dibutuhkan dengan adanya alat invasif infuse pada tubuh Kuesiner Baik Buruk Ordinal Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. DesainPenelitian

Desain penelitian yang diambil oleh peneliti adalah desain deskriptif Descriptive Design. Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu. Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai status fenomena variabel atau kondisi situasi. 4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi Populasi Pada Penlitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat dirumah sakit pirngadi medan yang terpasang infus. Dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan Terdapat 2172-2500 pasien yang terpasang infus perbulanya di rumah sakit umum daerah Dr.Pirngadi Medan.

4.2.2. Sampel

Notoatmodjo 2010, sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yang berdasarkan beberapa pertimbangan. Universitas Sumatera Utara Kriteria Inklusi sampel dalam penelitian ini: 1. Pasien yang terpasang infus 2. Pasien yang menderita penyakit akut dan Kronik 3. Bersedia menjadi responden Teknik pengambilan sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin: � = � 1 + �� 2 Dengan keterangan : n = besar sampel N = jumlah populasi � 2 = derajat kesalahan 0.05 Dengan menggunakan rumus tersebut maka di dapatkan jumlah sampel sebanyak 338 orang tetapi dengan adanya kriteria inklusi dan keterbatasan waktu dan biaya maka jumlah sampel yang dapat dikumpulkan oleh peneliti adalah 100 orang.

4.3 Lokasi danWaktuPenelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan dan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari sampao Februari 2016.

4.4 Pertimbangan Etik

Universitas Sumatera Utara Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian diterimadisetujui oleh Fakultas Keperawatan USU dan pemberian izin oleh direktu rumah sakit Umum Dr.pirngadi Medan. Dalam penelitian ini peneliti tetap berpedoman pada prinsip etik penelitian yaitu: peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian. Saat melakukan penelitian, peneliti menghargai hak kebebasan setiap orang. Artinya tetap memberikan kebebasan kepada responden dalam menentukan dirinya apakah mau untuk diteliti. Peneliti tetap menghormati pilihan responden mau atau tidak mau menjadi responden penelitian. Setelah itu peneliti memberikan surat persetujuan Informed consent antara peneliti dan responden setelah mengerti akan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Pada saat penelitian, responden diberi kesempatan untuk bertanya tentang penelitian yang dilaksanakan. Pada lembar penelitian, nama responden juga tidak dicantumkan anonymity dan hanya menggunakan inisial agar memberi jaminan kepada responden bahwa data yang didapat dijaga kerahasiaannya confidentiality. Peneliti melakukan pendampingan kepada pasien selama beberapa menit setelah dilakukan teknik relaksasi autogenic Safety.

4.5 Intrumen Penelitian

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument notes yaitu angket atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal- Universitas Sumatera Utara hal yang ia ketahui. Kuesioer yang digunakan peneliti adalah kuesiner yang sudah digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu kuesioner dari Boby C. Sibarani. Kuesioner yang digunakan terdiri dari kuesioner demografi dan kuesioner pola tidur. Bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi meliputi usia, jenis kelamin, pemasangan infus, lama hari rawat dan penyakit yang diderita. Pada instrumen kedua berisi kuesioner kebutuhan tidur yang terdiri dari 20 pernyataan meliputi faktor yang mempengaruhi tidur yang diadopsi dari kuesioner Potter Perry 2005. Instrumen ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang pola tidur yang terdiri dari: masalah waktu tidur, tidur siang yang berlebihan, frekuensi terbangun di malam hari, dan ketidak teraturan dan durasi tidur. Pernyataan nomor 1,2,3,4,6,9,10,15,16,17,19 merupakan pernyataan untuk masalah waktu tidur, pernyataan nomor 11 merupakan pernyataan untuk tidur siang yang berlebihan, pernyataan nomor 5,12,13,14,18,20 merupakan pernyataan untuk terbangun pada malam hari serta penyataan nomor 7,8 merupakan pernyataan ketidakteraturan dan durasi tidur. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman dimana pengukuran ini dengan jawaban ya dan tidak Hidayat, 2007. Responden menjawab “ya” diberiskor 1 dan jika menjawab “tidak” diberiskor 0. Total skor adalah 0-20. Pola tidur dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu: Pola tidur Baik = 0-10 Pola tidur Buruk = 11-20 Universitas Sumatera Utara 4.6. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ke validan dan kesahihan sesuatu instrumen Arikunto, 2010. Sebelum peneliti melakukan penelitian sudah pernah dilakukan uji validitas pada intrumen penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya kepada dosen USU.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui reliabilitas instrumen Sugiyono, 2006. Uji reliabilitas dilakukan di tempat yang sama yaitu rumah sakit umum Sari Mutiara Medan namun pada responden yang berbeda sebanyak 20 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. Uji reliabilitas ini diuji denganuji K-R 21 dengan rumus: � 11= � � �−1 ��1− ��−� ��� � Dengan keterangan: � 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan M = skor rata – rata Vt = varians total Universitas Sumatera Utara Instrumen dikatakan reliable jika nilai reliable 0,7 Arikunto, 2010. Hasil uj ireliabilitas untuk kuisioner kebutuhan tidur sebesar 0,71.

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilakukan di rumah sakit umum daerah dr.Pirngadi Medan. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Januari sampai Februari 2016. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Rekomendasi dari fakultas keperawatan USU dikirim kerumah sakit umum daerah dr.Pirngadi Medan untuk dimulai penelitian. Kemudian peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian memberikan informed consent untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden yang diteliti dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup. Setelah responden menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapannya. . Universitas Sumatera Utara 4.8Analisa Data Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau die editing untuk memeriksa kelengkapan data kemudian diberi kode Coding terhadap pertanyaan yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi. Data yang telah ditabulasi untuk data demografi dan kuesioner kebutuhan tidur, hasilnya disajikan berdasarkan tabel distribusi frekuensi dengan sistem komputerisasi. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pola tidur pasien yang terpasang infus yang telah dilaksanakan penelitian ulang mulai Januari sampai Februari 2016 terhadap 100 orang pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit umum daerah dr.Pirngadi Medan. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan secara deskriptif yaitu pola tidur pasien yang terpasang infus. 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan dengan jumlah responden 100 orang. Adapun karakteristik responden yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, Pemasangan infus, dan lama hai rawat dan penyakit yang diderita. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 5.1 dengan jumlah responden 100 orang responden dengan komposisi responden berada pada usia 26-35 tahun yaitu 41 orang 41, berjenis kelamin laki-laki yaitu 59 orang 59, pemasangan infus yang berulang 67 orang 67, lama hari rawat selama 0-7 hari sebanyak 35 orang 35, penyakit yang diderita secara akut sebanyak 71 orang 71. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi paasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan pada bulan Januari sampai Februari 2016 n=100 orang Data Demografi Frekuensi Persentase Usia 17-25 26-35 36-45 46-55 Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Pemasangan Infus Berulang Pertama Kali Lama Hari Rawat 0-7 8-15 16-23 24-31 32-39 Penyakit Yang Diderita Kronik Akut 30 41 21 8 41 59 67 33 35 30 26 7 2 29 71 30.0 41.0 21.0 8.0 41.0 59.0 67.0 33.0 35.0 30.0 26.0 7.0 2.0 29.0 71.0 Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Pola tidur pasien yang Terpasang Infus Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan

Tabel 5.2 . Distribusi frekuensi dan presentase pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan n=100 Pola tidur Frekuensi Percentase Baik 11 11.0 Buruk 89 89.0 Total 100 100.0 Pemenuhan pola tidur pasien yang dikategorikan menjadi baik dan buruk. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa pasien yang memiliki pola tidur yang buruk sebanyak 89 orang 89,0 dan pasien yang memiliki pola tidur yang baik sebanyak 11 orang 11,0. Tabel 5.3 . Frekuensi dan Persentase Tiap Pertanyaan dari 100 orang responden di Rumah Sakit Daerah Dr. Pirngadi Medan 2016. NO Peryataan YA TIDAK F F 1 Mengalami kesulitan tidur dirumah sakit 78 78 22 22 2 Lebih banyak tidur di rumah dari pada di rumah sakit 65 65 35 35 3 Merasa kelelahan dan lemah saat terbangun dirumah sakit 55 55 45 45 4 Membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur lelap di rumah sakit 74 74 26 26 5 Sering terbangun dimalam hari sejak masuk rumah sakit 80 80 20 20 Universitas Sumatera Utara 6 Bila terbangun dimalam hari, membutuhkan waktu 30 menit untuk bisa tertidur kembali 62 62 38 38 7 Merasa terganggu karena jam tidur yang berbeda sekarang dari yang sering diakukan sebelumnya 53 53 47 47 8 Merasa terganggu dengan jam bangun yang berbeda dipagi hari 40 40 60 60 9 Petugas rumah sakit membangun pada saat tidur 55 55 45 45 10 Dibangunkan di malam hari unruk keperluan pengobatan 86 86 14 14 11 Disiang hari sedikit waktu untuk istirihat 47 47 53 53 12 Terbangun dimalam karena suara bising 75 75 25 25 13 Terbangun karena cahaya dimalam hari 51 51 49 49 14 Aktivitas dirumah sakit mengagungu tidur 80 80 20 20 15 Bantal rumah sakit mengganggu tidur 27 27 73 73 16 Mempunyai teman sekamar dirumah sakit mempengaruhi tidur 68 68 32 32 17 Tidur diruangan yang cukup panas 75 75 25 25 18 Merasakan nyeri pada malam hari 80 80 20 20 19 Tidak bebas bergerak karena ada infus yang terpasang di tangan 97 97 3 3 20 Penyakit yang diderita membuat tidak bisa tidur dimalam hari 94 94 6 6 Pada Tabel ini menunjukkan jawaban atas kuesioner yang dibagikan Oleh Peneliti kepada 100 orang pasien yang ada dirumah sakit daerah Dr. Pirngadi Medan 2016. Didapat 97 orang responden 97,0 menyatakan bahwa tidak bebas bergerak karena terpasangnnya infuse dibagian tangan, 94 orang responden 94,0 menyatakan bahwa penyakit yang dideritanya membuat tidak bisa tidur dimalam hari dan 86 orang responden 86,0 menyatakan bahwa dibangunkan pada malam hari karena keperluan pengobatan. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang makna hasil penelitian dan membandingkan dengan penelitian sebelumnya atau dengan literatur yang ada.Pembahasan hasil penelitian menjelaskan tentang karakteristik demografi dan pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan.

5.2.1. Pola Tidur Pasien Yang Terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan

Pola tidur merupakan kebutuhan dan kecukupan tidur yang dialami seseorang tiap hari yaitu durasi tidur dan kualitas tidur dan reaksi pasien dalam pemenuhan kebutuhan pola tidur berbeda setiap orang Potter Perry, 2005. Gangguan pola tidur juga diartikan dengan adanya keluhan verbal dari kesulitan untuk tidur, terbangun lebih cepat atau lebih lama dari keinginan, menunda tidur, keluhan verbal akan tidak merasakan tidur yang baik., perubahan sikap dan penampilan Bellack Edlund, 1992. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasilnya dengan pola tidur pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan sebanyak 89 orang responden 89,0 memiliki Pola tidur yang buruk dan 11 orang responden 11,0 pola tidur yang baik dari total jumlah responden 100 orang. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Febriana dan Wahyuningsih 2011 di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Baptis Kediri didapatkan 85 pasien mengalami stress hospitalisasi dan 62 pasien mengalami gangguan pola tidur. Menurut Bellack Edlund 1992, faktor yang berhubungan dengan gangguan pola tidur adalah perubahan sensori; internal penyakit dan stress psikologi; eksternal perubahan lingkungan dan isyarat sosial. Berarti rawat inap dirumah sakit sangat mempengaruhi pada pemenuhan tidur pasien tersebut. Didukung oleh data demografinya bawa hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia 26-35 tahun yaitu 41 orang 41.0. Dalam Suherman 2000 menyatakan bahwa semakin bertambah umur maka waktu yang digunakan untuk tidur semakin berkurang karena kegiatan fisiknya meningkat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki yaitu 59 responden 59,0. Pada penelitian Sadeh, Reviv Gruber 2000 juga didapatkan bahwa responden juga lebih banyak laki-laki dibanding perempuan yaitu 72 orang laki-laki dan 68 perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas pemasangan infus yang berulang ada sebanyak 67 orang 67 dan penyakit yang diderita secara akut ada sebanyak 71 orang 71 . Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden dirawat selama 0-7 hari yaitu 35 orang 35,0. Pola tidur pasien terganggu ketika dirawat inap karena hadirnya suatu tempat yang tidak biasanya ditempati yang mengakibatkan adanya ketidaknyamanan di tempat tersebut dan juga semakin banyak waktu untuk hari rawat maka pasien akan beradaptasi terhadap lingkungan tersebut. Adanya alat yang terpasang pada tubuh Universitas Sumatera Utara seperti infus juga dapat mengerungi rasa nyaman pasien sewaktu tidur baik tidur malam maupun siang hari. Sesuai dengan tabel 5.3 bahwa 97 orang responden 97,0 menyatakan bahwa tidak bebas bergerak karena terpasangnnya infuse dibagian tangan. Itu membuktikan bahwa posisi pemsangan abocat pada tubuh harus diperhitungkan supaya tidak menggangu kenyamana tidur pasien. Sesuai teori maslow yaitu rasa aman dan nyaman juga peneliti mendapatkan 94 orang responden 94,0 menyatakan bahwa penyakit yang dideritanya membuat tidak bisa tidur dimalam hari. Ini berarti penyakit yang diderita pasien merasa kesakitan atau terasa perih sehingga membuat pasien tidak tidur dengan nyaman dan juga peneliti mendapatkan 86 orang responden 86,0 menyatakan bahwa dibangunkan pada malam hari karena keperluan pengobatan. Aktivitas yang ada di rumah sakit juga membuat pola tidur pasien terganggu seperti pemberian obat suntikan pada malam hari. Artinya bahwa yang paling besar mempengaruhi pola tidur pasien yang sedang dirwat dirumah sakit adalah ketiga pernyataan yang ada dikuesioner penelitian. Sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Yusnesia 2013 meyatakan bahwa penyakit yang diderita pasien mengakibatkan pola tidur pasien terganggu dan dia juga mengatakan bahwa lingkungan rumah sakit seperti pemberian obat pada saat istirahat sangat mempengaruhi pola tidur pasien yang menyebakan pasien sulit tidur kembali. Tetapi bukan hanya itu masih banyak lagi penyebab lain yang mengakibatkan pola tidur pasien mengalami gangguan yaitu keadaan lingkungan yang sangat ribut karena bukan hanya satu pasian yang ada dirungan tersebut, aktivitas rumah sakit yang membuat kebisingan setiap hari karena melayani pasien yang lain dan juga keaadaan Universitas Sumatera Utara yang sangat panas dengan fasiitas yang minim. Hanya ada satu kipas satu rungan yang. Ini semua mempengaruhi pola tidur pasien yang dirawat di rumah sakit dan juga memperlambat tingkat penyembuhan pasien yang ada di rumah sakit umum daerah Dr.Pingadi medan. Bukan hanya itu peneliti juga mendapatkan keluhan lain yang membuat pola tidur pasien terganggu yaitu seperti pasien sering merasa nyeri pada malam hari dan juga lingkungan tempat tidur yang berubah. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai pola tidur pasien yang terpasang infus yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan.

1. Kesimpulan

Sesuai hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien dengan pemasangan infus mengalami gangguan tidur selama dilakukan perwatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan disebabkan babrapa faktor yaitu: 1. Karena adanya alat invasife Infus yang terpasang dibagian tubuh 2. Keadaan lingkungan yang berubah 3. Penyakit yang diderita membuat suli tidur 4. Aktivitas yang ada di rumah sakit seperti pemberian obat pada saat tidur

2. Saran

2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan Disarankan agar hasil penelitian ini menjadi suatu bahan referensi dalam pelayanan kesehatan yaitu memperhatikan tempat-tempat penesukan abocat di bagian tubuh yang tidak menggangu mobilisasi pada saat tidur pasien yang sedang dirawat. Universitas Sumatera Utara 2.2. Bagi Publik Bagi publik penelitian ini menjadi informasi supaya memperhatikan posisi infus supaya elastis agar tidak menggangu mobilsasi pada saat tidur dan tidak terbangun pada malam hari 2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi sumber untuk penelitian selanjutnya. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan bagaimana tipe-tipe pemasangan infus supaya tidak mengganggu pola tidur pasien yang sedang dirawat. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pola Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan kesejahteraan Potter Perry, 2005. Tidur adalah proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak natural healing mechanism, memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun Mubarak Chayatin, 2008. Tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi diperbaiki yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Universitas Sumatera Utara Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh Lumbantobing, 2004. Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali aktifitas normal pada bagian jaringan otak Kozier, 2004. Potter 2005 berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM tahap IV tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Selain itu, tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju metaboli kbasal menyimpan persediaan energi tubuh.

2.1.2 Fisiologi Tidur

Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan binatang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari Harsono, 1996. Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating systemRAS dan bulbar synchronizing regionalBSR yang terletak pada batang otak Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR Potter Perry, 2005

2.1.3 Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement REM dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement NREM. Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM Patlak, 2005. Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam Potter Perry, 2005

a. Tidur stadium satu

Sesuai dengan keadaan seorang yang baru saja terlena. Seluruh otot skeletal menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan kedua bola mata bergerak bolak- balik ke kedua sisi. EEG yang direkam selama tahap tidur pertama itu memperlihatkan penurunan voltase dengan gelombang-gelombang alfa yang makin menurun frekuensinya Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996.Pada Universitas Sumatera Utara tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitasotot melambat Patlak, 2005.

b.Tidur stadium dua

Keadaan tidur masuk tahap tidur kedua apabila timbul sekelompok gelombang yang berfrekuensi 14-18 siklus per detik pada aktivitas dasar yang berfrekuensi 3-6 per detik. Gelombang-gelombang 14-18 siklus per detik itu dinamakan gelombang tidur atau sleep spindles. Dalam tahap tidur kedua itu kedua bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996. Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun Smith Segal, 2010. Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti Patlak, 2005.

c.Tidur Stadium Tiga

Pada tahap tidur yang ketiga EEG memperlihatkanperubahan gelombang dasar berfrekuensi 3-6 siklus per detik menjadi 1-2 siklus per detik, yang sekali-sekali diselingi oleh timbulnya gelombang tidur. Keadaan fisik pada tahap tidur ketiga dicirikan oleh lemahlunglai karena tonus muscular lenyap sama sekali Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996.Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya Ganong, 1998. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit Smith Segal, 2010. Universitas Sumatera Utara

d. Tidur stadium empat

Pada tahap tidur keempat ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang yang berfrekuensi 1-2 per detik tanpa penyelingan dengan gelombang tidur. Dalam tahap tidur keempat badan lemahseperti pada tahap tidur ketiga Perhimpunan DokterSpesialis Saraf Indonesia, 1996. Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik Smith Segal, 2010. Kecepatan jantung dan pernafasan turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 –8 jam Kozier,2004. Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat restorative karena merupakan bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di siang hari Patlak, 2005. Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Tahap tidur REM terjadi setelah 90–110 menit tertidur ditandai dengan peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot –otot relaksasi Maas, 2002 serta peningkatan sekresi gaster Hidayat, 2006. Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang Potter Perry, 2005. Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler, mata cepat tertutup dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat, metabolisme meningkat dan biasanya disertai mimpi aktif Hidayat, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Pola Tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh masuk tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur Depkes dalam Siallagan,2010. Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit Mardjono, 2008. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1.4 Tahap-tahap Pola tidur Potter Perry, 2005 Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu Potter Perry, 2005. Pada tahap REM aktivitas korteks cukup intensif, sedangkan non-REM adalah dengan hilangnya aktifitas korteksyang digambarkan dengan amplitudo yang besar berfrekuensi rendah pada osilasi elektroensefalografi EEG. Satu siklus tidur yang lengkap pada orang dewasa Non REM tahap I Non REM tahap II Non REM tahap II Tidur REM Non REM tahap III Non REM tahap III Non REM tahp IV Universitas Sumatera Utara berlangsung sekitar 90 menit, tetapi pada anak, terlebih bayi berlangsung lebih singkat lagiTanjung Sekartini, 2004.

2.1.5. Jenis- Jenis atau Pola Tidur

Tidur dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:

1. NREM non rapid eye movement atau Pola Tidur Biasa

Tidur NREM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang lambat slow wape sleep karena gelombang otak bergerak sangat lambat Hidayat, 2004. Tidur NREM juga diartikan sebagai periode tidur dimana tidak ada gerakan mata yang dapat diamati.

2. REM rapid eye movement atau Pola Tidur Paradoksikal

Tidur REM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun otak mungkin tidak tertekan secara berarti Hidayat, 2006.Tidur NREM mempunyai 4 tahapan yang maasing- masing tahap ditandai dengan pola gelombang otak. 2.1.6 Kebutuhan tidur dan pola tidur normal sesuai umur Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat tidur dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam. Universitas Sumatera Utara

1. Neonatus

Neonatus sampai usia 3 bulan,rata rata tidur sekitar 16 jam sehari. Bayi yang lahir tanpa medikasi lahir keadaan terjaga mata terbuka lebar dan mengisap kencang. Setelah sekitar 1 jam bayi baru lahir menjadi diam dan kuarng responsif terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit sampai 2 sampai 4 jam setelah kemudian bayi terbagun lagi dan seringkali menyebabkan tangisan karena terlalu responsif terhadap stimulus. Stimulus lapar,nyeri,dan dingin. Pada minggu pertama bayi baru lahir tidur degan konstan. Kira-kira 50 dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak tertinggi, hal ini di anggap esensia l bagi perkembagan karena neonatus tidak tejaga cukup lama untuk menstimulasi eksternal yang yang bermakna.

2. Bayi

Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam sampai 14 jam perhari. Sekitar 20-30 tidur adalah tidur REM. Pertama- pertama bayi terbangun setiap 3 sampai 4 jam,makan dan kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh mengalami peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama. Pada bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan menetap -kan pola tidur siang yang bervariasi pada setiap individu. Namun mereka umum nya terbagun lebih awal di pagi hari. Diakhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak 1 atau 2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam. Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap tidur ringan. Selama tidur ringan,bayi melakukan sebagian besar aktivitas seperti bergerak, Universitas Sumatera Utara berdeguk dan batuk. Orang orang tua perlu memastikan bahwa bayi benar-benar terbangun sebelum mengangkat mereka untuk di beri makan dan di ganti pakaian. Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia antara 5 sampai 9 bulan.

3. Todler