Taksasi Dana 1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal
- Biaya Kertas Print Proposal Rp. 100,000
- Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 150,000
- Biaya Internet Rp. 200,000
- Perbanyak Proposal dan Penjilitan Rp. 100,000
- Konsumsi saat sidang proposal Rp. 100,000
2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
- Izin Penelitian Rp. 200,000
- Pengadaan Kuesioner Rp. 100,000
- Transportasi Rp. 250.000
3. Persiapan skripsi
- Biaya kertas dan tinta print Rp. 200,000
- Pengadaan skripi dan penjilitan Rp 200,000
- Biaya sidang skripsi Rp. 300,000
4. Biaya Tak Terduga Rp 400,000
Jumlah Rp. 2,300,000
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat.A.A.A 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Salemba medika.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto.S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Behrman,R.E. Kliegman, R.M. 2002. Nelson essentials of pediatrics,4
th
Edition. Philadelphia: W.B. Sanders Company
.
Guyton A.C, Hall J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Harsono, 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Yokyakarta : Gajah Mada University Press.
Hidayat. A. A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta. Salemba Medika.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Johanna, Christa Jachens. 2004. Sleep Disturbances Healthy Sleep. The Association of Waldorf Schools of North America.
Japardi. I. 2002. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.
Kozier. B. Et al.2004. foudamental of nursing concept procedures. California :addison Wesley Publ.Comp.
Lumbantobing.S.M. 2004. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Maas. J. B. 2002. Power Sleep: Kiat–kiat sehat untuk mencapai kondisi dan prestasi
puncak. Bandung: Kaifa Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mardjono.D 2008. Keperawatan gerontik, edisi lima. Jakarta : EGC
Universitas Sumatera Utara
Mubarak,Wahid.I Nurul.C. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.,
Jakarta: Rineka Cipta Mubarak, Wahid.I Nurul.C. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori
dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Nugroho, W.H. 2006. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC Patlak.M. 2005. Your Guide to Healthy Sleep. U. S. Department of Health and
Human Services. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline Stroke 2007
.Jakarta: PERDOSSI. Poter, Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4 vol 2. Jakarta
:EGC. Potter, Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan volume 2. Edisi 4,
Jakarta : EGC. Ratna .2012. Hospitalisasi Pada Anak .
http:www.scribd.comdoc100253743 diakses tanggal 22112012
Siallagan, A.M. 2010. Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan. Medan. Sibarani.C.B. 2015. Pola Tidur Anak yang di Rawat Inap di Rumah Sakit Sari
Mutiara Medan Smith. M. Segal. 2010. How Much Sleep Do You Need? Sleep Cycles Stages,
Lack of Sleep, and Getting The Hours You Need. Diakses dari www.helpguide.orglifesleeping.htm pada tanggal 20 Mei 2016.
Sugiyono. 2006.
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta.
Sumadi.S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tanjung.M.F.C
, Sekartini.R. 2004 .Masalah Tidur pada Anak.Sari Pediatri. Umi.N. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan
Aplikasi. Bandung:Agung Media. Wartonah,Tarwoto. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Iskandar 2008 mengemukakan bahwa kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban
ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel- variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan
hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah pola tidur pasien yang terpasang
infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Usia
Jenis Kelamin Pemsangan Infus
Lama Hari Rawat Penyakit yang diderita
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Pola Tidur Pasien yang
Terpasang Infus Baik
Bukruk
Universitas Sumatera Utara
Skema 1 : Kerangka Konseptual Pola Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
.2 Defenisi Operasional
No Variabel Defenis Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
1 Pola Tidur
Pasien yang Terpasang Infus
model, bentuk dan corak tidur dalam waktu yang
dibutuhkan pasien untuk tidur istirahat sesuai yang
dibutuhkan dengan adanya alat invasif infuse pada
tubuh Kuesiner
Baik Buruk
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. DesainPenelitian
Desain penelitian yang diambil oleh peneliti adalah desain deskriptif
Descriptive Design. Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang
siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu. Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai status
fenomena variabel atau kondisi situasi.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi
Populasi Pada Penlitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat dirumah sakit pirngadi medan yang terpasang infus. Dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Daerah Dr.Pirngadi Medan Terdapat 2172-2500 pasien yang terpasang infus perbulanya di rumah sakit umum daerah Dr.Pirngadi Medan.
4.2.2. Sampel
Notoatmodjo 2010, sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yang berdasarkan beberapa pertimbangan.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria Inklusi sampel dalam penelitian ini: 1. Pasien yang terpasang infus
2. Pasien yang menderita penyakit akut dan Kronik 3. Bersedia menjadi responden
Teknik pengambilan sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin:
� = �
1 + ��
2
Dengan keterangan : n = besar sampel
N = jumlah populasi �
2
= derajat kesalahan 0.05 Dengan menggunakan rumus tersebut maka di dapatkan jumlah sampel sebanyak 338
orang tetapi dengan adanya kriteria inklusi dan keterbatasan waktu dan biaya maka jumlah sampel yang dapat dikumpulkan oleh peneliti adalah 100 orang.
4.3 Lokasi danWaktuPenelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan dan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari
sampao Februari 2016.
4.4 Pertimbangan Etik
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian diterimadisetujui oleh Fakultas Keperawatan USU dan pemberian izin oleh direktu rumah sakit Umum
Dr.pirngadi Medan. Dalam penelitian ini peneliti tetap berpedoman pada prinsip etik penelitian yaitu: peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukannya penelitian. Saat melakukan penelitian, peneliti menghargai hak kebebasan setiap orang. Artinya tetap memberikan kebebasan kepada responden
dalam menentukan dirinya apakah mau untuk diteliti. Peneliti tetap menghormati pilihan responden mau atau tidak mau menjadi responden penelitian. Setelah itu
peneliti memberikan surat persetujuan Informed consent antara peneliti dan responden setelah mengerti akan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Pada
saat penelitian, responden diberi kesempatan untuk bertanya tentang penelitian yang dilaksanakan. Pada lembar penelitian, nama responden juga tidak dicantumkan
anonymity dan hanya menggunakan inisial agar memberi jaminan kepada responden bahwa data yang didapat dijaga kerahasiaannya confidentiality. Peneliti
melakukan pendampingan kepada pasien selama beberapa menit setelah dilakukan teknik relaksasi autogenic Safety.
4.5 Intrumen Penelitian
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument notes yaitu angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-
Universitas Sumatera Utara
hal yang ia ketahui. Kuesioer yang digunakan peneliti adalah kuesiner yang sudah digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu kuesioner dari Boby C. Sibarani.
Kuesioner yang digunakan terdiri dari kuesioner demografi dan kuesioner pola tidur. Bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi meliputi usia,
jenis kelamin, pemasangan infus, lama hari rawat dan penyakit yang diderita. Pada instrumen kedua berisi kuesioner kebutuhan tidur yang terdiri dari 20 pernyataan
meliputi faktor yang mempengaruhi tidur yang diadopsi dari kuesioner Potter Perry 2005. Instrumen ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang pola tidur yang terdiri
dari: masalah waktu tidur, tidur siang yang berlebihan, frekuensi terbangun di malam hari, dan
ketidak teraturan
dan durasi
tidur. Pernyataan nomor
1,2,3,4,6,9,10,15,16,17,19 merupakan pernyataan untuk masalah waktu tidur, pernyataan nomor 11 merupakan pernyataan untuk tidur siang yang berlebihan,
pernyataan nomor 5,12,13,14,18,20 merupakan pernyataan untuk terbangun pada malam hari serta penyataan nomor 7,8 merupakan pernyataan ketidakteraturan dan
durasi tidur. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman dimana pengukuran ini dengan jawaban ya dan tidak Hidayat, 2007.
Responden menjawab “ya” diberiskor 1 dan jika menjawab “tidak” diberiskor 0. Total skor adalah 0-20. Pola tidur dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:
Pola tidur Baik = 0-10
Pola tidur Buruk = 11-20
Universitas Sumatera Utara
4.6. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ke validan dan kesahihan sesuatu instrumen Arikunto, 2010. Sebelum peneliti
melakukan penelitian sudah pernah dilakukan uji validitas pada intrumen penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya kepada dosen USU.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh
dianalisis untuk mengetahui reliabilitas instrumen Sugiyono, 2006. Uji reliabilitas dilakukan di tempat yang sama yaitu rumah sakit umum Sari Mutiara Medan namun
pada responden yang berbeda sebanyak 20 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. Uji reliabilitas ini diuji denganuji K-R 21 dengan rumus:
�
11= �
� �−1
��1−
��−� ���
�
Dengan keterangan: �
11
= reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan
M = skor rata – rata Vt = varians total
Universitas Sumatera Utara
Instrumen dikatakan reliable jika nilai reliable 0,7 Arikunto, 2010. Hasil uj ireliabilitas untuk kuisioner kebutuhan tidur sebesar 0,71.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan di rumah sakit umum daerah dr.Pirngadi Medan. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Januari sampai Februari 2016.
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Rekomendasi dari fakultas keperawatan USU dikirim
kerumah sakit umum daerah dr.Pirngadi Medan untuk dimulai penelitian. Kemudian peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian kemudian memberikan informed consent untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden yang diteliti dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup. Setelah responden
menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapannya.
.
Universitas Sumatera Utara
4.8Analisa Data
Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau die editing untuk memeriksa kelengkapan data kemudian diberi kode Coding terhadap pertanyaan
yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi. Data yang telah ditabulasi untuk data demografi dan kuesioner kebutuhan tidur, hasilnya disajikan berdasarkan tabel
distribusi frekuensi dengan sistem komputerisasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pola tidur pasien yang terpasang infus yang telah dilaksanakan penelitian ulang mulai Januari sampai
Februari 2016 terhadap 100 orang pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit umum daerah dr.Pirngadi Medan. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan secara
deskriptif yaitu pola tidur pasien yang terpasang infus.
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan dengan jumlah responden 100 orang.
Adapun karakteristik responden yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, Pemasangan infus, dan lama hai rawat dan penyakit yang diderita.
Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 5.1 dengan jumlah responden 100 orang responden dengan komposisi responden berada pada usia 26-35 tahun yaitu 41
orang 41, berjenis kelamin laki-laki yaitu 59 orang 59, pemasangan infus yang berulang 67 orang 67, lama hari rawat selama 0-7 hari sebanyak 35 orang 35,
penyakit yang diderita secara akut sebanyak 71 orang 71.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi
paasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan pada bulan Januari sampai Februari 2016 n=100 orang
Data Demografi Frekuensi
Persentase Usia
17-25 26-35
36-45 46-55
Jenis Kelamin
Perempuan Laki-Laki
Pemasangan Infus
Berulang Pertama Kali
Lama Hari Rawat
0-7 8-15
16-23 24-31
32-39
Penyakit Yang Diderita
Kronik Akut
30 41
21 8
41 59
67 33
35 30
26 7
2
29 71
30.0 41.0
21.0 8.0
41.0 59.0
67.0 33.0
35.0 30.0
26.0 7.0
2.0
29.0 71.0
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Pola tidur pasien yang Terpasang Infus Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan
Tabel 5.2 . Distribusi frekuensi dan presentase pola tidur pasien yang terpasang infus
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan n=100
Pola tidur Frekuensi
Percentase
Baik 11
11.0 Buruk
89 89.0
Total 100
100.0
Pemenuhan pola tidur pasien yang dikategorikan menjadi baik dan buruk. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa pasien yang memiliki
pola tidur yang buruk sebanyak 89 orang 89,0 dan pasien yang memiliki pola tidur yang baik sebanyak 11 orang 11,0.
Tabel 5.3 . Frekuensi dan Persentase Tiap Pertanyaan dari 100 orang responden di
Rumah Sakit Daerah Dr. Pirngadi Medan 2016. NO
Peryataan YA
TIDAK F
F 1
Mengalami kesulitan tidur dirumah sakit 78
78 22 22
2 Lebih banyak tidur di rumah dari pada di rumah
sakit 65
65 35 35
3 Merasa kelelahan dan lemah saat terbangun
dirumah sakit 55
55 45 45
4 Membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk
tidur lelap di rumah sakit 74
74 26 26
5 Sering terbangun dimalam hari sejak masuk
rumah sakit 80
80 20 20
Universitas Sumatera Utara
6 Bila terbangun dimalam hari, membutuhkan
waktu 30 menit untuk bisa tertidur kembali 62
62 38 38
7 Merasa terganggu karena jam tidur yang berbeda
sekarang dari yang sering diakukan sebelumnya 53
53 47 47
8 Merasa terganggu dengan jam bangun yang
berbeda dipagi hari 40
40 60 60
9 Petugas rumah sakit membangun pada saat tidur
55 55 45
45 10
Dibangunkan di malam hari unruk keperluan pengobatan
86 86 14
14 11
Disiang hari sedikit waktu untuk istirihat 47
47 53 53
12 Terbangun dimalam karena suara bising
75 75 25
25 13
Terbangun karena cahaya dimalam hari 51
51 49 49
14 Aktivitas dirumah sakit mengagungu tidur
80 80 20
20 15
Bantal rumah sakit mengganggu tidur 27
27 73 73
16 Mempunyai teman sekamar dirumah sakit
mempengaruhi tidur 68
68 32 32
17 Tidur diruangan yang cukup panas
75 75 25
25 18
Merasakan nyeri pada malam hari 80
80 20 20
19 Tidak bebas bergerak karena ada infus yang
terpasang di tangan 97
97 3 3
20 Penyakit yang diderita membuat tidak bisa tidur
dimalam hari 94
94 6 6
Pada Tabel ini menunjukkan jawaban atas kuesioner yang dibagikan Oleh Peneliti kepada 100 orang pasien yang ada dirumah sakit daerah Dr. Pirngadi Medan
2016. Didapat 97 orang responden 97,0 menyatakan bahwa tidak bebas bergerak karena terpasangnnya infuse dibagian tangan, 94 orang responden 94,0
menyatakan bahwa penyakit yang dideritanya membuat tidak bisa tidur dimalam hari dan 86 orang responden 86,0 menyatakan bahwa dibangunkan pada malam hari
karena keperluan pengobatan.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang makna hasil penelitian dan membandingkan dengan penelitian sebelumnya atau dengan literatur yang
ada.Pembahasan hasil penelitian menjelaskan tentang karakteristik demografi dan pola tidur pasien yang terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi
Medan.
5.2.1. Pola Tidur Pasien Yang Terpasang infus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan
Pola tidur merupakan kebutuhan dan kecukupan tidur yang dialami seseorang tiap hari yaitu durasi tidur dan kualitas tidur dan reaksi pasien dalam pemenuhan
kebutuhan pola tidur berbeda setiap orang Potter Perry, 2005. Gangguan pola tidur juga diartikan dengan adanya keluhan verbal dari kesulitan untuk tidur,
terbangun lebih cepat atau lebih lama dari keinginan, menunda tidur, keluhan verbal akan tidak merasakan tidur yang baik., perubahan sikap dan penampilan Bellack
Edlund, 1992. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasilnya dengan pola tidur pasien yang
dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan sebanyak 89 orang responden 89,0 memiliki Pola tidur yang buruk dan 11 orang responden 11,0
pola tidur yang baik dari total jumlah responden 100 orang. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Febriana dan Wahyuningsih 2011 di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara
Baptis Kediri didapatkan 85 pasien mengalami stress hospitalisasi dan 62 pasien mengalami gangguan pola tidur. Menurut Bellack Edlund 1992, faktor yang
berhubungan dengan gangguan pola tidur adalah perubahan sensori; internal penyakit dan stress psikologi; eksternal perubahan lingkungan dan isyarat sosial.
Berarti rawat inap dirumah sakit sangat mempengaruhi pada pemenuhan tidur pasien tersebut. Didukung oleh data demografinya bawa hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berada pada usia 26-35 tahun yaitu 41 orang 41.0. Dalam Suherman 2000 menyatakan bahwa semakin bertambah umur maka
waktu yang digunakan untuk tidur semakin berkurang karena kegiatan fisiknya meningkat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah
laki-laki yaitu 59 responden 59,0. Pada penelitian Sadeh, Reviv Gruber 2000 juga didapatkan bahwa responden juga lebih banyak laki-laki dibanding perempuan
yaitu 72 orang laki-laki dan 68 perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas pemasangan infus yang berulang ada sebanyak 67 orang 67 dan
penyakit yang diderita secara akut ada sebanyak 71 orang 71 . Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden dirawat selama 0-7 hari yaitu 35
orang 35,0. Pola tidur pasien terganggu ketika dirawat inap karena hadirnya suatu tempat yang
tidak biasanya ditempati yang mengakibatkan adanya ketidaknyamanan di tempat tersebut dan juga semakin banyak waktu untuk hari rawat maka pasien akan
beradaptasi terhadap lingkungan tersebut. Adanya alat yang terpasang pada tubuh
Universitas Sumatera Utara
seperti infus juga dapat mengerungi rasa nyaman pasien sewaktu tidur baik tidur malam maupun siang hari. Sesuai dengan tabel 5.3 bahwa 97 orang responden
97,0 menyatakan bahwa tidak bebas bergerak karena terpasangnnya infuse dibagian tangan. Itu membuktikan bahwa posisi pemsangan abocat pada tubuh harus
diperhitungkan supaya tidak menggangu kenyamana tidur pasien. Sesuai teori maslow yaitu rasa aman dan nyaman juga peneliti mendapatkan 94 orang responden
94,0 menyatakan bahwa penyakit yang dideritanya membuat tidak bisa tidur dimalam hari. Ini berarti penyakit yang diderita pasien merasa kesakitan atau terasa
perih sehingga membuat pasien tidak tidur dengan nyaman dan juga peneliti mendapatkan 86 orang responden 86,0 menyatakan bahwa dibangunkan pada
malam hari karena keperluan pengobatan. Aktivitas yang ada di rumah sakit juga membuat pola tidur pasien terganggu seperti pemberian obat suntikan pada malam
hari. Artinya bahwa yang paling besar mempengaruhi pola tidur pasien yang sedang dirwat dirumah sakit adalah ketiga pernyataan yang ada dikuesioner penelitian.
Sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Yusnesia 2013 meyatakan bahwa penyakit yang diderita pasien mengakibatkan pola tidur pasien terganggu dan dia juga
mengatakan bahwa lingkungan rumah sakit seperti pemberian obat pada saat istirahat sangat mempengaruhi pola tidur pasien yang menyebakan pasien sulit tidur kembali.
Tetapi bukan hanya itu masih banyak lagi penyebab lain yang mengakibatkan pola tidur pasien mengalami gangguan yaitu keadaan lingkungan yang sangat ribut karena
bukan hanya satu pasian yang ada dirungan tersebut, aktivitas rumah sakit yang membuat kebisingan setiap hari karena melayani pasien yang lain dan juga keaadaan
Universitas Sumatera Utara
yang sangat panas dengan fasiitas yang minim. Hanya ada satu kipas satu rungan yang. Ini semua mempengaruhi pola tidur pasien yang dirawat di rumah sakit dan
juga memperlambat tingkat penyembuhan pasien yang ada di rumah sakit umum daerah Dr.Pingadi medan. Bukan hanya itu peneliti juga mendapatkan keluhan lain
yang membuat pola tidur pasien terganggu yaitu seperti pasien sering merasa nyeri pada malam hari dan juga lingkungan tempat tidur yang berubah.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai pola tidur pasien yang terpasang infus yang dirawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan.
1. Kesimpulan
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien dengan pemasangan infus mengalami gangguan tidur selama dilakukan perwatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan disebabkan babrapa faktor yaitu: 1.
Karena adanya alat invasife Infus yang terpasang dibagian tubuh 2.
Keadaan lingkungan yang berubah 3.
Penyakit yang diderita membuat suli tidur 4.
Aktivitas yang ada di rumah sakit seperti pemberian obat pada saat tidur
2. Saran
2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan Disarankan agar hasil penelitian ini menjadi suatu bahan referensi dalam
pelayanan kesehatan yaitu memperhatikan tempat-tempat penesukan abocat di bagian tubuh yang tidak menggangu mobilisasi pada saat tidur pasien yang sedang
dirawat.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Bagi Publik Bagi publik penelitian ini menjadi informasi supaya memperhatikan posisi
infus supaya elastis agar tidak menggangu mobilsasi pada saat tidur dan tidak terbangun pada malam hari
2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi sumber untuk penelitian selanjutnya. Penelitian
lebih lanjut dapat dilakukan bagaimana tipe-tipe pemasangan infus supaya tidak mengganggu pola tidur pasien yang sedang dirawat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pola Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur
Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan kesejahteraan Potter Perry, 2005. Tidur adalah proses yang diperlukan manusia
untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak natural healing mechanism, memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun
untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun Mubarak Chayatin, 2008. Tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang
terjadi ketika tubuh direstorasi diperbaiki yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita
memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh
Lumbantobing, 2004. Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan
kembali aktifitas normal pada bagian jaringan otak Kozier, 2004. Potter 2005 berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalam
memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM tahap IV tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Selain itu, tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju metaboli kbasal menyimpan persediaan energi
tubuh.
2.1.2 Fisiologi Tidur
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24
jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan
binatang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari Harsono, 1996. Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating systemRAS dan bulbar synchronizing regionalBSR yang terletak pada batang otak Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan
bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR Potter Perry, 2005
2.1.3 Tahapan Tidur
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement REM dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye
Movement NREM. Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur
stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM Patlak, 2005. Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam Potter Perry, 2005
a. Tidur stadium satu
Sesuai dengan keadaan seorang yang baru saja terlena. Seluruh otot skeletal menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan kedua bola mata bergerak bolak-
balik ke kedua sisi. EEG yang direkam selama tahap tidur pertama itu memperlihatkan penurunan voltase dengan gelombang-gelombang alfa yang makin
menurun frekuensinya Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996.Pada
Universitas Sumatera Utara
tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan
bergerak peralahan-lahan, dan aktivitasotot melambat Patlak, 2005.
b.Tidur stadium dua
Keadaan tidur masuk tahap tidur kedua apabila timbul sekelompok gelombang yang berfrekuensi 14-18 siklus per detik pada aktivitas dasar yang
berfrekuensi 3-6 per detik. Gelombang-gelombang 14-18 siklus per detik itu dinamakan gelombang tidur atau sleep spindles. Dalam tahap tidur kedua itu kedua
bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996. Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit.
Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun Smith Segal, 2010. Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti Patlak, 2005.
c.Tidur Stadium Tiga
Pada tahap tidur yang ketiga EEG memperlihatkanperubahan gelombang dasar berfrekuensi 3-6 siklus per detik menjadi 1-2 siklus per detik, yang sekali-sekali
diselingi oleh timbulnya gelombang tidur. Keadaan fisik pada tahap tidur ketiga dicirikan oleh lemahlunglai karena tonus muscular lenyap sama sekali Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996.Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya Ganong, 1998. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun,
individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit Smith Segal, 2010.
Universitas Sumatera Utara
d. Tidur stadium empat
Pada tahap tidur keempat ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang yang berfrekuensi 1-2 per detik tanpa penyelingan dengan gelombang tidur. Dalam
tahap tidur keempat badan lemahseperti pada tahap tidur ketiga Perhimpunan DokterSpesialis Saraf Indonesia, 1996. Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling
dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik Smith Segal, 2010. Kecepatan
jantung dan pernafasan turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 –8 jam Kozier,2004.
Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat restorative karena merupakan bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa
cukup istirahat dan energik di siang hari Patlak, 2005. Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke
fase REM. Tahap tidur REM terjadi setelah 90–110 menit tertidur ditandai dengan peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot –otot
relaksasi Maas, 2002 serta peningkatan sekresi gaster Hidayat, 2006. Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih
nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang Potter Perry, 2005. Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler,
mata cepat tertutup dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat, metabolisme meningkat dan biasanya disertai mimpi aktif Hidayat, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh masuk tidur dan bangun, irama tidur,
frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur Depkes dalam Siallagan,2010. Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup
termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang
medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6
kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan
emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit Mardjono, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1.4 Tahap-tahap Pola tidur Potter Perry, 2005 Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus
dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis
dapat terganggu Potter Perry, 2005. Pada tahap REM aktivitas korteks cukup intensif, sedangkan non-REM adalah dengan hilangnya aktifitas korteksyang
digambarkan dengan amplitudo yang besar berfrekuensi rendah pada osilasi elektroensefalografi EEG. Satu siklus tidur yang lengkap pada orang dewasa
Non REM tahap I
Non REM tahap II
Non REM
tahap II Tidur
REM Non
REM tahap III
Non REM
tahap III Non
REM tahp IV
Universitas Sumatera Utara
berlangsung sekitar 90 menit, tetapi pada anak, terlebih bayi berlangsung lebih singkat lagiTanjung Sekartini, 2004.
2.1.5. Jenis- Jenis atau Pola Tidur
Tidur dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. NREM non rapid eye movement atau Pola Tidur Biasa
Tidur NREM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang
lambat slow wape sleep karena gelombang otak bergerak sangat lambat Hidayat, 2004. Tidur NREM juga diartikan sebagai periode tidur dimana tidak ada gerakan
mata yang dapat diamati.
2. REM rapid eye movement atau Pola Tidur Paradoksikal
Tidur REM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun otak mungkin tidak tertekan secara berarti
Hidayat, 2006.Tidur NREM mempunyai 4 tahapan yang maasing- masing tahap ditandai dengan pola gelombang otak.
2.1.6
Kebutuhan tidur dan pola tidur normal sesuai umur
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat tidur dengan 4 jam tidur,
sementara yang lain membutuhkan 10 jam.
Universitas Sumatera Utara
1. Neonatus
Neonatus sampai usia 3 bulan,rata rata tidur sekitar 16 jam sehari. Bayi yang lahir tanpa medikasi lahir keadaan terjaga mata terbuka lebar dan mengisap
kencang. Setelah sekitar 1 jam bayi baru lahir menjadi diam dan kuarng responsif terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit
sampai 2 sampai 4 jam setelah kemudian bayi terbagun lagi dan seringkali menyebabkan tangisan karena terlalu responsif terhadap stimulus. Stimulus
lapar,nyeri,dan dingin. Pada minggu pertama bayi baru lahir tidur degan konstan. Kira-kira 50 dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak
tertinggi, hal ini di anggap esensia l bagi perkembagan karena neonatus tidak tejaga cukup lama untuk menstimulasi eksternal yang yang bermakna.
2. Bayi
Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam sampai 14 jam perhari. Sekitar 20-30 tidur adalah tidur REM. Pertama- pertama bayi terbangun
setiap 3 sampai 4 jam,makan dan kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh mengalami peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama. Pada
bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan menetap -kan pola tidur siang yang bervariasi pada setiap individu. Namun mereka umum nya terbagun lebih
awal di pagi hari. Diakhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak 1 atau 2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam.
Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap tidur ringan. Selama tidur ringan,bayi melakukan sebagian besar aktivitas seperti bergerak,
Universitas Sumatera Utara
berdeguk dan batuk. Orang orang tua perlu memastikan bahwa bayi benar-benar terbangun sebelum mengangkat mereka untuk di beri makan dan di ganti pakaian.
Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia antara 5 sampai 9 bulan.
3. Todler