Dengan demikian, praanggapan presuposisi adalah dugaan atau anggapan tentang orang lain atau sesuatu hal, yang sudah dimiliki seseorang sebelum ia mengutarakan suatu
ujaran. Maksudnya kalau ada suatu pernyataan, maka selalu ada praanggapan presuposisi bahwa kalimat yang dipakai baik secara sederhana maupun majemuk mempunyai suatu
rujukan keterangan lanjutan. Jadi, praanggapan dapat diartikan sebagai suatu bentuk penggunaan bahasa pemahaman dalam suatu proses penggunaan bahasa.
2.2.3 Unsur Pemahaman Praanggapan
Yule 1996 menyebutkan adanya unsur-unsur penting yang mendukung pemahaman praanggapan yaitu, pengetahuan bersama, partisipan, dan konteks situasi
sehingga dengan adanya unsur pemahaman praaggapan ini dapat diketahui makna dari
sebuah ungkapan atau tuturan.
1. Pengetahuan Bersama
Salah satu unsur yang membangun munculnya praanggapan adalah pengetahuan bersama yang dimiliki oleh partisipan dan juga peneliti dalam memahami tuturan.
Pengetahuan bersama digunakan sebagai struktur yang membangun interpretasi yang tidak muncul dalam teks atau tuturan. Untuk menyampaikan pesan yang sesuai
dengan tujuan
penutur, pengetahuan
bersama berfungsi
untuk menghindari
kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Fungsi struktural ini berguna untuk melihat pola dalam tuturan sehingga pemahaman yang didapat sesuai dengan yang diinginkan penutur
Yule, 1996:85. Untuk menyampaikan pesan yang sesuai dengan tujuan penutur, pengetahuan
bersama menjadi sangat penting terutama untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Perhatikan contoh berikut ini:
1. SBY membantu korban banjir di Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Praanggapan yang terdapat pada tuturan diatas adalah a Presiden bersimpati pada korban banjir.
Untuk memahami tuturan di atas diperlukan pengetahuan bersama bahwa SBY adalah nama presiden Indonesia yang merupakan akronim dari Susilo Bambang
Yudhoyono, sehingga maksud dari tuturan di atas tepat maknanya. 2.
Partisipan Partisipan dapat diidentifikasi melalui ekspresi yang digunakan dalam tuturan.
Hubungan yang dimiliki antara nama atau sebutan yang sesuai dengan objek yang dibicarakan menunjukkan kaitan partisipan dengan tuturan. Dengan adanya penyebutan
tertentu oleh atau untuk partisipan, asumsi yang didapat dari sebuah tuturan jadi berbeda dan memiliki ciri khas satu sama lain Yule, 1996:19-21. Perhatikan contoh berikut ini:
2. Yang Mulia Ratu Elisabeth, saya telah memasuki istana Penggunaan kata yang Mulia pada sebuah tuturan yang terjadi dalam sebuah istana
atau kerajaan menunjukkan adanya praanggapan, yaitu partisipannya adalah keluarga kerajaan atau bersinggungan dengan keluarga kerajaan. Partisipan menjadi sangat penting
dalam sebuah tuturan karena dapat memberikan informasi tambahan mengenai tuturan dan membedakan konteks yang terjadi dalam tuturan tersebut.
3. Konteks Situasi
Konteks situasi merupakan bagian dari situasi dalam kajian linguistik yang mengacu pada penggunaan ungkapan dalam tuturan. Konteks dipercaya memiliki dampak
yang lebih besar terhadap tuturan karena lebih mudah dipahami. Untuk mendukung suatu analisis, dibutuhkan konteks dari situasi yang dapat membantu partisipan memaknai suatu
tuturan Yule 1996:22. Perhatikan contoh berikut ini: 3. Pintu teater tiga telah dibuka, kepada penonton yang telah memiliki karcis harap
segera masuk teater.
Universitas Sumatera Utara
Praangapan yang terkandung pada tuturan di atas antara lain: a Tuturan terjadi di gedung pertunjukan
b Tuturan terjadi di bioskop Praanggapan tersebut muncul dari tuturan yang dipahami konteks lokasi terjadinya.
Adanya penggunaan kata teater, penonton, dan karcis menentukan konteks situasi terjadinya tuturan tersebut.
Berdasarkan uraian yang disampaikan Yule di atas, dapat dilihat bagaimana kemunculan pemahaman praanggapan dari sebuah tuturan. Tiap tuturan dalam iklan sangat
mungkin memiliki unsur pemahaman praanggapan. Unsur pemahaman praanggapan tersebut disesuaikan dengan analisis praanggapan dalam iklan operator seluler.
2.2.4 Jenis Praanggapan