Gambaran Persaingan Dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL Dan AS (Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)
GAMBARAN PERSAINGAN DALAM IKLAN TELEVISI KARTU SELULER XL DAN AS
(Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan Oleh: VERONIKA TARIGAN
090922002
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
NAMA : VERONIKA TARIGAN
NIM : 090922002
JUDUL : GAMBARAN PERSAINGAN DALAM IKLAN TELEVISI
KARTU SELULER XL DAN AS
(Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)
Medan, Juli 2011
Pembimbing, Ketua Departemen,
Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 197711062005011001 NIP. 196208281987012001
Dekan,
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002
(3)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Gambaran Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL dan AS (Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)”. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari gambaran persaingan dan makna tanda yang ada dalam kedua iklan televisi tersebut. Dalam kedua iklan tersebut muncul kode-kode komunikasi yang membentuk suatu tanda yang dapat dimaknai secara denotatif dan konotatif.
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan perangkat analisis semiologi Roland Barthes yaitu signifikasi dua tahap (two order signification); denotasi dan konotasi. Dari peta Roland Barthes terlihat bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Penanda merupakan tanda yang kita persepsi (objek fisik) yang dapat ditunjukkan dengan warna atau rangkaian gambar yang ada dalam iklan televisi yang sedang diteliti yaitu iklan XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”. Pada saat yang bersamaan, makna denotatif yang didapatkan dari penanda dan petanda adalah juga petanda konotatif yaitu makna tersirat yang memunculkan nilai-nilai dari penanda dan petanda. Sementara itu petanda konotatif menurut Barthes adalah mitos atau operasi ideologi yang berada di balik sebuah penanda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa Iklan AS versi “Sule – Baim” merupakan versi saingan dari iklan XL versi “Sule – Cek 123”, yang intinya adalah ingin menyatakan bahwa Kartu AS lebih baik dari XL. Gambaran persaingan yang terjadi dalam iklan XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123” terlihat dari tanda-tanda yang ditunjukkan, yaitu melalui dialog, lirik lagu atau jingle, subjek yang mirip, dan bahasa tubuh (gesture).
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih, anugerah dan berkat-Nya kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, terutama kedua orang tua peneliti, T. Tarigan dan M. Barus yang selama ini telah memberikan kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat peneliti kerjakan dengan baik. Untuk saudara-saudari terkasih, Evi Agustin Tarigan dan Firdaus Tarigan, peneliti ucapkan terima kasih atas dukungan yang besar dari mereka berdua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk nenek tercinta (Iting), peneliti ucapkan terima kasih banyak karena kasih sayang yang besar kepada peneliti. Untuk yang terkasih Hubert P. Butarbutar, peneliti ucapkan terima kasih atas perhatian, kasih sayang serta kesediaannya mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat kepada peneliti saat jenuh dan hampir putus asa.
Skripsi yang berjudul “Gambaran Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL dan AS (Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)” ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, motivasi, nasehat dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm selaku Dosen Pembimbing peneliti yang banyak memberi masukan dan bimbingan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Bapak Amir Purba, M.A., Ph.D selaku Dosen Wali peneliti selama dua tahun masa perkuliahan
5. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah membagikan ilmunya kepada peneliti
6. Seluruh Staf Departemen Ilmu Komunikasi, terutama Kak Ros, Kak Maya dan Kak Icut, yang telah banyak membantu dalam proses administrasi
7. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan canda tawa serta dukungan kepada peneliti: Indra Vera, Eni, Desy, Kak Ayu dan Riris
8. Teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi Ekstensi 2009 yang telah selesai maupun yang sedang berjuang (Ira, Kak Verra, Hera, Tetty, Dwi, Benget, Lamhot, Hendra, Bang Hardman, Bang Sihar, Maya, Nuke, Imam, Bang Oka dan Bang Wan)
(5)
10. Teman-teman peneliti di Permata (Sarah, Kak Rani dan Ita)
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menerima saran dan masukan yang dapat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.
Medan, Juli 2011
Peneliti, Veronika Tarigan
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 5
I.3 Pembatasan Masalah ... 5
I.4 Tujuan Penelitian ... 6
I.5 Manfaat Penelitian ... 6
I.6 Kerangka Teori ... 7
I.6.1 Komunikasi ... 7
I.6.1.1 Pengertian Komunikasi ... 7
I.6.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 8
I.6.2 Komunikasi Massa ... 12
I.6.3 Komunikasi Pemasaran... 14
I.6.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 15
I.6.4 Iklan ... 17
I.6.4.1 Pengertian Iklan ... 17
I.6.4.2 Fungsi Iklan ... 18
I.6.4.3 Jenis Iklan ... 19
I.6.4.4 Jenis-jenis Media Iklan ... 20
I.6.4.5 Iklan Televisi ... 21
I.6.4.6 Etika Periklanan ... 22
I.6.5 Semiotika ... 23
I.6.6 Analisis Semiotika Iklan ... 25
I.7 Kerangka Konsep... 26
I.8 Operasional Konsep ... 27
BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi ... 29
II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 29
II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 30
II.2 Komunikasi Massa ... 33
II.3 Komunikasi Pemasaran ... 36
II.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 36
II.4 Iklan ... 38
II.4.1 Pengertian Iklan ... 39
(7)
II.4.4 Jenis-jenis Media Iklan ... 43
II.4.5 Iklan Televisi ... 43
II.4.6 Desain Iklan Televisi (Desain Komunikasi Visual) ... 45
II.4.7 Etika Periklanan ... 58
II.5 Semiotika ... 58
II.6 Analisis Semiotika Iklan ... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metodologi Penelitian ... 67
III.1.1 Tipe Penelitian... 67
III.1.2 Operasionalisasi Konsep ... 68
III.2 Subjek Penelitian ... 70
III.3 Metode Pengumpulan Data ... 71
III.4 Teknik Analisis Data... 72
III.5 Kelemahan Penelitian ... 75
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA IV.1 Penyajian Data ... 77
IV.1.1 Penyajian Data Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ... 77
IV.1.2 Penyajian Data Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123”... 78
IV.2 Analisis Data ... 79
IV.2.1 Analisis Data Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ... 79
IV.2.1.1 Analisis Scene Pertama Iklan XL Versi ”Sule – Baim... 79
IV.2.1.2 Analisis Scene Kedua Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ... 85
IV.2.1.3 Analisis Scene Penutup Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ... 90
IV.2.2 Analisis Data Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ... 92
IV.2.2.1 Analisis Scene Pertama Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ... 92
IV.2.2.2 Analisis Scene Kedua Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ... 97
IV.2.2.3 Analisis Scene Penutup Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ... 107
IV.2.3 Analisis Data Iklan XL Versi ”Sule – Baim” dan Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” Secara Keseluruhan ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 116
V.2 Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Elemen-elemen Bahasa Gambar ...54
Tabel 2.2 Kerja Kamera dan Teknik Penyuntingan ...57
Tabel 4.1 Identifikasi Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ...77
Tabel 4.2 Teknik-teknik dalam Menyunting Gambar Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ...77
Tabel 4.3 Identifikasi Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ...78
Tabel 4.4 Teknik-teknik dalam Menyunting Gambar Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123”...78
Tabel 4.5 Ikon Scene Pertama Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ...81
Tabel 4.6 Ikon Scene Kedua Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ...86
Tabel 4.7 Ikon Scene Pertama Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ...93
Tabel 4.8 Ikon Scene Kedua Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ... 100
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes ...62
Gambar 4.1 Scene Pertama Iklan XL Versi “Sule – Baim” ...79
Gambar 4.2 Scene Kedua Iklan XL Versi “Sule – Baim” ...85
Gambar 4.3 Scene Penutup Iklan XL Versi ”Sule – Baim” ...90
Gambar 4.4 Scene Pertama Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ...92
Gambar 4.5 Scene Kedua Iklan AS Versi ”Sule – Cek 123” ...97
(10)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Gambaran Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL dan AS (Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)”. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari gambaran persaingan dan makna tanda yang ada dalam kedua iklan televisi tersebut. Dalam kedua iklan tersebut muncul kode-kode komunikasi yang membentuk suatu tanda yang dapat dimaknai secara denotatif dan konotatif.
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan perangkat analisis semiologi Roland Barthes yaitu signifikasi dua tahap (two order signification); denotasi dan konotasi. Dari peta Roland Barthes terlihat bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Penanda merupakan tanda yang kita persepsi (objek fisik) yang dapat ditunjukkan dengan warna atau rangkaian gambar yang ada dalam iklan televisi yang sedang diteliti yaitu iklan XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”. Pada saat yang bersamaan, makna denotatif yang didapatkan dari penanda dan petanda adalah juga petanda konotatif yaitu makna tersirat yang memunculkan nilai-nilai dari penanda dan petanda. Sementara itu petanda konotatif menurut Barthes adalah mitos atau operasi ideologi yang berada di balik sebuah penanda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa Iklan AS versi “Sule – Baim” merupakan versi saingan dari iklan XL versi “Sule – Cek 123”, yang intinya adalah ingin menyatakan bahwa Kartu AS lebih baik dari XL. Gambaran persaingan yang terjadi dalam iklan XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123” terlihat dari tanda-tanda yang ditunjukkan, yaitu melalui dialog, lirik lagu atau jingle, subjek yang mirip, dan bahasa tubuh (gesture).
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Informasi yang persuasif dalam proses komunikasi yang diwakili oleh
iklan menunjukkan adanya garis hubungan antara seseorang atau sekelompok
orang yang ingin menjual produknya kepada seseorang atau sekelompok orang
yang membutuhkan produk itu, dimana dalam proses komunikasi itu juga harus
mengandung daya tarik dan menggugah suatu perasaan tertentu dengan cara
menggunakan teknik persuasi yang bisa menggoda dan bisa meluluhkan hati
konsumennya (Liliweri, 2001: 20).
Periklanan memasuki masa dimana persaingan di pasar semakin
meningkat terutama pada produk-produk atau jasa yang sejenis, sehingga
diperlukan teknik dan bentuk periklanan yang mendasarkan diri pada strategi
periklanan yang pas. Strategi periklanan yang berkualitas akan membantu setiap
perusahaan memperkenalkan kepada masyarakat masa depan produknya lalu
memberikan gambaran bahwa produknya tidak akan kalah bersaing dengan
produk yang sejenis. Perancangan iklan mulai memperhatikan aktualitas, daya
tarik pesan, khalayak sasaran yang dituju, efek yang benar-benar efektif, biaya
yang murah serta pemilihan media yang dapat menjangkau konsumen.
Pemilihan media yang sesuai merupakan salah satu kegiatan dari
perancangan iklan. Kegiatan periklanan, bila ditilik dari pemilihan media,
mengandung unsur penyewaan ruang atau waktu dari suatu media massa untuk
(12)
periklanan memang bisa menelan biaya yang sangat mahal, namun selama itu
didasarkan pada tujuan dan perhitungan yang serba jelas maka semuanya bisa
dibenarkan. Semua kegiatan itu tetap efektif dan ekonomis, dalam pengertian
dapat mencapai sasaran dan tetap menjamin keuntungan perusahaan.
Kegiatan periklanan akan semakin gencar dilakukan sebuah perusahaan
apabila sebuah produk baru keluaran perusahaan lain yang sejenis dengan produk
mereka muncul di pasaran. Pertarungan antara dua produk yang sejenis, dalam hal
ini dianggap sah-sah saja untuk dilakukan dalam penyajian iklan, asalkan tidak
melanggar kode etik periklanan.
Industri telepon seluler mengalami perkembangan yang pesat dalam dua
dekade terakhir ini, baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Di
Indonesia pun telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi secara
radikal. Dimana telepon yang dulunya merupakan barang mewah, sehingga hanya
kelompok tertentu yang bisa menikmatinya, sekarang dengan mudah
mendapatkannya, bahkan sekarang dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Semua lapisan masyarakat memiliki akses untuk dapat menggunakan sarana
telekomunikasi untuk berbagai keperluan, baik untuk urusan bisnis, keluarga
ataupun keperluan lainnya. Demikian juga semua lapisan masyarakat dari lapisan
elit sampai pembantu rumah tangga dari kota besar ataupun pelosok-pelosok di
seluruh Indonesia dapat mengakses sarana telekomunikasi yang ada. Apalagi
program universal service obligation (USO) sudah menjadi program pemerintah
dalam beberapa tahun terakhir ini. Sehingga pelayanan jasa telekomunikasi
(13)
Akhir-akhir ini kita melihat persaingan yang semakin ketat antar operator
dalam menarik konsumen supaya tertarik untuk menggunakan produknya,
khususnya untuk telepon seluler. Bahkan dalam beberapa media kita saksikan
perang harga untuk menarik pelanggan dilakukan oleh berbagai operator,
sampai-sampai ada yang menawarkan sms gratis ataupun percakapan gratis guna menarik
konsumen. Sehingga masyarakat ataupun konsumen pun yang mulai cerdas juga
banyak memanfaatkan perang harga tersebut untuk mendapatkan harga termurah
dengan sering berganti operator ataupun memiliki beberapa jasa pelayanan dari
beberapa operator. Oleh karena itu, pasar telepon seluler di Indonesia diperkirakan
memiliki tingkat perputaran pelanggan bulanan tertinggi di dunia. Pelanggan
telepon seluler di Indonesia begitu mudah untuk berganti nomor telepon ke
operator lain. Hal ini tidak terlepas dari persaingan antar operator telekomunikasi
di Indonesia. Angka perputaran pelanggan telepon seluler di Indonesia
diperkirakan mencapai 8,6 persen dalam sebulan. Sementara angka perputaran
pelanggan di India mencapai 4 persen per bulan, Malaysia 3,7 persen per bulan,
Philipina 3,1 persen per bulan, Thailand 2,9 persen per bulan, Cina 2,7 persen per
bulan, dan Bangladesh 2,1 persen per bulan (Tempo, 2007).
Perang provider seluler paling seru saat ini adalah antara XL dan
Telkomsel. Berkali-kali kita dapat melihat iklan-iklan kartu XL dan kartu
AS/Simpati (Telkomsel) saling menjatuhkan dengan cara saling memurahkan tarif
sendiri. Kini perang dua kartu yang sudah ternama ini kian meruncing dan
langsung tak tanggung-tanggung menyindir satu sama lain secara vulgar.
Bintang iklan yang jadi kontroversi adalah Sule, komedian yang sekarang
(14)
satu frame dengan bintang cilik Baim dan Putri Titian. Dalam iklan tersebut, Baim
diminta Sule untuk mengatakan, “Om Sule ganteng”, tapi dengan kepolosan dan
kejujuran (yang tentu saja sudah direkayasa oleh sutradara), si Baim malah
mengatakan, “Om Sule jelek”. Setelah itu, Sule kemudian membujuk Baim lagi
untuk mengatakan, “Om Sule ganteng” tapi kali ini Baim diberikan permen oleh
Sule. Tapi tetap saja Baim mengatakan, “Om Sule jelek”. XL membuat sebuah
slogan, “Sejujur Baim, sejujur XL”.
Iklan ini dibalas oleh Telkomsel dengan meluncurkan iklan kartu AS.
Awalnya, bintang iklannya bukan Sule, tapi di iklan tersebut sudah membalas
iklan XL tersebut dengan kata-katanya yang berbunyi seperti ini, “Jangan mau
dibohongin anak kecil”.
Tidak lama setelah itu, kartu AS meluncurkan iklan dengan bintang Sule.
Di iklan tersebut, Sule menyatakan kepada pers bahwa dia sudah tobat. Sule
sekarang memakai kartu AS yang katanya paling murah langsung dari menit
pertama. Sule juga berkata bahwa dia kapok dibohongin anak kecil sambil tertawa
dengan nada mengejek.
Tidak cukup sampai di sana, kartu AS kembali meluncurkan iklan dengan
bintang Sule. Masih menampilkan Sule yang didampingi oleh kelompok musik
pemenang Indonesia Mencari Bakat (IMB), Klantink, tampilan awal langsung
menggunakan kalimat "Ngapain sih pake cek-cek 123? Kelamaan", lalu di sesi
akhir iklan tersebut langsung menghadirkan seorang anak kecil berbaju biru, yang
merepresentasikan Baim di iklan XL, dengan mengucapkan kalimat "Kartu AS
(15)
Perang iklan antar operator sebenarnya sudah lama terjadi. Namun pada
perang iklan kali ini, tergolong parah. Biasanya, tidak ada bintang iklan yang
pindah ke produk kompetitor selama jangka waktu kurang dari 6 bulan. Namun
pada kasus ini, saat penayangan iklan XL masih diputar di televisi, sudah ada
iklan lain yang “menjatuhkan” iklan lain dengan menggunakan bintang iklan yang
sama.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai “Gambaran Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL dan AS
(Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler
XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)”
I.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
gambaran persaingan yang terjadi dalam iklan kartu seluler XL versi “Sule –
Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”?”
I.3 Pembatasan Masalah
Ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang dapat mengaburkan
penelitian dapat dihindari peneliti dengan cara melakukan pembatasan masalah.
Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika, dilakukan untuk melihat
pertarungan wacana yang terjadi dalam iklan dua produk yang sejenis (kartu
(16)
2. Objek penelitian adalah iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan iklan
kartu seluler AS versi “Sule – Cek 123” yang ditayangkan di televisi pada
akhir tahun 2010. Alasan peneliti menggunakan kedua iklan dengan versi di
atas adalah karena keduanya memakai pelaku iklan yang sama yaitu komedian
Sule.
I.4 Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persaingan yang terjadi
dalam iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan iklan kartu seluler AS
versi “Sule – Cek 123”.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tanda termasuk hal-hal yang
tersembunyi di balik iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan iklan
kartu seluler AS versi “Sule – Cek 123”.
I.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian serta menambah bahan referensi dan sumber bacaan di lingkungan
FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.
b. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perkembangan ilmu komunikasi, khususnya mengenai studi analisis
(17)
c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat
untuk menambah pengetahuan mengenai gambaran persaingan yang terjadi
dalam iklan kartu seluler.
I.6 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39).
Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi
dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
I.6.1 Komunikasi
I.6.1.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahasa Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat
dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum
(18)
belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa
percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila keduanya,
selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan. (Effendy, 2006: 9)
Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who says what in which
channel to whom with what effect? Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan itu, yakni: komunikator (communicator, source, sender), pesan
(message), media (channel, media), komunikan (communicant, receiver,
recipient), efek (effect, impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2006: 10).
I.6.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,
penerima dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen
komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi.
Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut
(19)
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi,
atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source atau sender.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris, pesan
biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa
bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera
dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran
komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media
komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan
antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat
(20)
dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak
seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, poster, spanduk
dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi,
video recording, audio cassette dan sebagainya. 4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang
menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima,
akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan atau media.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan
pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
(21)
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan.
Hal-hal seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis
dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses
komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya
geografis. Komunikasi sering sekali sulit dilakukan karena faktor jarak yang
begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos
atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi politik
yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah
pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya
menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi
yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi
yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi
tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui
karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.
Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung satu
(22)
I.6.2 Komunikasi Massa
Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa yang
menyampaikan informasi, ide, gagasan kepada komunikan yang jumlahnya
banyak dan menggunakan media. Aneka pesan melalui sejumlah media massa
dengan menyajikan beragam peristiwa baik itu yang sifatnya sederhana
menunjukkan bahwa komunikasi massa telah menjadi bagian kehidupan manusia.
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada
khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti
radio, televisi dan film (Cangara, 2006: 36).
Definisi lainnya, komunikasi massa merupakan pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi
massa memiliki faktor utama yaitu menggunakan alat bantu (media) yang meliputi
media elektronik ataupun non elektronik.
Komunikasi massa diartikan juga sebagai proses penyebaran pesan dengan
menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah
orang yang tidak tampak oleh si pengirim pesan.
Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Joseph R. Dominick
terdiri atas (Effendy, 2006: 29-31):
1. Pengawasan peringatan (Surveillance).
Fungsi pengawasan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada
(23)
yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi atau serangan militer.
Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak (program televisi
diinterupsi untuk memberitakan peringatan bahaya tornado), dapat pula
diinformasikan ancaman dalam jangka waktu lama atau ancaman kronis
(berita surat kabar atau majalah secara bersambung mengenai polusi udara
atau masalah pengangguran.
b. Pengawasan instrumental (instrumental surveillance).
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi
kehidupan sehari-hari. Juga fungsi pengawasan dapat dijumpai pada isi
media yang dimaksudkan untuk menghibur.
2. Interpretasi (Interpretation)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi
beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling
nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau
televisi siaran. Pada kenyataannya fungsi interpretasi ini tidak selalu
berbentuk tulisan, adakalanya juga berbentuk kartun atau gambar lucu yang
bersifat sindiran.
3. Hubungan (Linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam
masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran
perseorangan. Misalnya kegiatan periklanan yang menghubungkan kebutuhan
(24)
4. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang
mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan
nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran
masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka
seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa
yang penting.
5. Hiburan (Entertainment)
Fungsi ini jelas tampak pada televisi dan radio, dimana sebahagian besar
programnya bersifat menghibur (to entertain).
I.6.3 Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana
pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu, atau antara organisasi
dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan
organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan
pelanggannya. Tentu saja, pemasaran lebih umum pengertiannya daripada
komunikasi pemasaran, namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas
komunikasi. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran merepresentasikan
gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran mereka yang memfasilitasi
terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
(25)
I.6.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran
modern. Bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang dapat
dikendalikan yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan
yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu
yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
Dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai
“empat P”: Product, price, place dan promotion (produk, harga, distribusi dan
promosi).
1. Product (Produk)
Product (produk) berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Yang mencerminkan kombinasi barang dan
jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.
Produk-produk seringkali diklasifikasikan dalam:
a) Barang-barang industrial (barang-barang instalasi, bahan-bahan mentah
dan bahan-bahan yang diproses, suku-suku cadang, alat-alat untuk
pengoperasian)
b) Barang-barang konsumsi yang terbagi lagi dalam apa yang dinamakan
convenience goods, shopping goods, speciality goods.
2. Price (Harga)
Price (harga) adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh/mendapatkan produk. Keputusan harga harus dihubungkan
(26)
membentuk program pemasaran yang efektif. Harga merupakan faktor
penempatan produk yang amat penting yang menentukan pasaran produk,
persaingan dan rancangan produk. Perusahaan harus bisa menegosiasikan
harga dengan setiap pelanggan, menawarkan diskon, melakukan penjualan
tukar-tambah dan menawarkan kredit untuk menyesuaikan dengan situasi
persaingan yang berlangsung dan mempertimbangkan harga sesuai dengan
persepsi pembeli.
3. Place (Distribusi)
Place (distribusi) mencakup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk bagi konsumen sasaran. Saluran distribusi menggerakkan barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen, tidak terbatas pada pendistribusian produk nyata
(tangible), dimana para penyalur mendemonstrasikan produk kepada para
pembeli terkhusus pembeli potensial, menegosiasikan harga, melakukan
layanan purna-jual.
4. Promotion (Promosi)
Promotion (promosi) berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Konsep yang
secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang
disebut sebagai bauran promosi (promotion mix). Disebut bauran promosi
karena biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi secara
simultan dan terintegrasi dalam suatu rencana promosi produk. Terdapat 5
jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran promosi yaitu iklan
(27)
(sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (publicity and public
relation) serta pemasaran langsung (direct marketing).
I.6.4 Iklan
I.6.4.1 Pengertian Iklan
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan
lewat media kepada sebagian/seluruh masyarakat. Sedangkan periklanan adalah
keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan penyampaian iklan.
Wright mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi
yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemesaran yang membantu
menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Definisi iklan menurut AMA
(The American Marketing Association), bahwa iklan adalah “setiap bentuk
pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan
layanan yang bersifat non personal atas tanggungan sponsor tertentu” (Liliweri,
2001: 20-21). Baik definisi Wright maupun AMA iklan tetap dipandang dari dua
sisi, alat marketing dan komunikasi.
Pengertian iklan dipandang sebagai alat pemasaran adalah
(Liliweri, 2001: 21):
1. Bentuk pembayaran
2. Penyampaian bersifat non personal
(28)
4. Dibiayai oleh sponsor
Pengertian iklan dipandang sebagai komunikasi adalah
(Liliweri, 2001: 23):
1. Informasi dan persuasi
2. Informasi dikontrol
3. Teridentifikasinya informasi
4. Media komunikasi massa
I.6.4.2 Fungsi Iklan
Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bidang bisnis yang sifatnya
non personal secara teoritik melaksanakan fungsi-fungsi seperti yang dimuat di
media massa lainnya (Liliweri, 2001: 47).
a. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai
ataupun pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang
diperlukannya.
b. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi adalah semua bentuk iklan memang mengkomunikasikan
melalui media berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang
terdiri atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya. Sebagai fungsi
komunikasi, iklan berisi cerita mengenai suatu produk sehingga harus
(29)
c. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan merupakan sebagian fungsi komunikasi. Secara khusus
sebenarnya dalam setiap ulasan efek komunikasi maka efek pendidikan lebih
diutamakan. Hal ini disebabkan karena semua orang ingin menghindari
terbentuknya suatu sikap yang negatif. Dalam periklanan hal ini demikian
sangat diperhatikan dan melalui fungsi pendidikan untuk membentuk sikap
setiap orang dapat meningkatkan aspek-aspek kognisinya, kemudian aspek
afeksinya dan aspek psikomotor. Fungsi pendidikan dalam komunikasi harus
memberikan pilihan yang bebas dari khalayak untuk mengambil keputusan.
d. Fungsi Ekonomi
Iklan mengakibatkan orang semakin tahu tentang produk-produk tertentu,
bentuk pelayanan jasa, maupun kebutuhan serta memperluas ide-ide yang
mendatangkan keuntungan finansial.
e. Fungsi Sosial
Iklan juga mempunyai fungsi sosial membantu menggerakkan suatu
perubahan standar hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di seluruh
dunia. Misalnya melalui iklan dapat digerakkan bantuan keuangan,
bahan-bahan makanan. Melalui publikasi iklan mampu menggugah pandangan orang
tentang suatu peristiwa, kemudian meningkatkan sikap, afeksi yang positif dan
(30)
I.6.4.3 Jenis Iklan
Menurut Bittner dalam bukunya Mass Communication an Introduction,
secara umum iklan terdiri dari dua jenis, yaitu (Liliweri, 2001: 31-32):
1. Iklan Standar (Komersil)
Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan
mengenal barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media.
Tujuan iklan standar adalah merangsang motif dan minat para pembeli atau
para pemakai.
2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non profit, jadi iklan ini
tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Hal ini
berbeda dengan iklan standar yang mengharapkan dari pemasangan iklannya
mendapat keuntungan atas penjualan barang produksinya. Umumnya iklan
layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta
pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.
I.6.4.4 Jenis-jenis Media Iklan
Adapun jenis-jenis media iklan adalah sebagai berikut:
1. Iklan media cetak: surat kabar, majalah, jurnal, tabloid dan lain-lain
(31)
3. Iklan media online: internet
4. Poster, papan reklame dan media ruang lainnya
5. Brosur, booklet, katalog dan lain-lain
6. Surat penawaran melalui direct mail
7. Pemberian sponsor dengan penekanan pada tujuan pemasaran dan periklanan
8. Bentuk-bentuk iklan khusus, seperti tas belanja, balon udara dan lain-lain
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis iklan media elektronik
televisi yaitu iklan televisi kartu seluler XL dan AS.
I.6.4.5 Iklan Televisi
Salah satu bagian dari industri periklanan selain pengiklan dan agen
periklanan, adalah media massa. Media berperan sebagai penghubung antara
perusahaan dengan konsumennya. Media untuk pengiklan antara lain adalah radio,
televisi, koran, majalah, internet, direct mail, billboard dan sebagainya.
Dari seluruh media massa yang memungkinkan untuk menjadi media
massa periklanan, televisi seringkali difavoritkan menjadi media periklanan yang
utama karena efektivitas dan efisiensi dalam penyampaian pesan dan
pembentukan citra di dalamnya. Televisi menjadi pilihan utama oleh banyak
pemasar karena karakteristiknya yang unik dan mampu menampilkan imajinasi
nyata dari iklan tersebut dalam bentuk gambar dan suara.
Televisi sudah merupakan barang umum yang mudah dijumpai dimana
(32)
menjangkau begitu banyak masyarakat atau calon konsumen. Seperti yang kita
ketahui, pada umumnya masyarakat Indonesia mengenal televisi dan
menjadikannya sebagai alat hiburan utama. Hal ini menjadikan para pemasar
sangat menyukai media ini untuk menjadi alat periklanan mereka.
Bentuk periklanan yang paling kuat dalam membuat selera dan mitos
adalah iklan televisi (Pelfrey, 1985: 301). Wilmhurst mendefinisikan iklan televisi
sebagai sebuah istilah yang secara umum digunakan untuk menjelaskan film
periklanan melalui transmisi televisi. Spot iklan dalam banyak hal merupakan
intisari televisi. Ini adalah sebuah bagian dari sekitar tiga puluh detik, terdiri dari
sejumlah banyak gambar dan suara yang diatur dengan sangat teliti. Iklan televisi
telah menciptakan karakteristiknya sendiri dan memiliki opera sabunnya sendiri.
Semuanya itu menambah daya pengulangan dan kesinambungan pengaruhnya
sebagai suatu bentuk media iklan (Jefkins, 1996: 109).
Makna yang dibawa televisi makin lengkap dan kompleks selain karena
menampilkan audio visual tersebut, dari sisi visual selain memang membawa
makna tersendiri dalam setiap gambar dan gerakan, cara pengambilan kamera pun
menjadi penanda (signifier) tersendiri yang menghasilkan makna yang terjadi
menjadi makin kompleks dan makin kuat.
I.6.4.6 Etika Periklanan
Peran iklan dalam masyarakat telah diperdebatkan selama berabad-abad.
(33)
baik di dalam hidup dan dikritik oleh lawan mereka sebagai penyebab sebagian
besar hal yang buruk (Shimp, 2003: 99).
Pertarungan yang terjadi pada iklan, pada dasarnya berangkat dari kode
etik periklanan. Artinya ketika sebuah perusahaan dengan bantuan sebuah rumah
produksi (Production House) dalam membuat iklan yang dalam hal ini adalah
iklan untuk bersaing dengan iklan produk sejenis lainnya harus tetap berpegang
pada kode etik periklanan. Apabila kode etik periklanan itu dilanggar maka
kemungkinan besar perusahaan tersebut akan dihadapkan pada hukum.
I.6.5 Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani “seme”, seperti pada
“semeiotikos”, yang berarti penafsir tanda. Sebagai suatu disiplin, semiotika
berarti ilmu analisis data atau studi tentang bagaimana sistem penandaan
berfungsi (Cobley, 2002: 4).
Secara terminologi, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas obyek, peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda
(Eco, 1979: 6). Semiotika biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang
berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari
sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotika
meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda
atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita
miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis
menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku
(34)
Semiotika adalah salah satu teori yang memfokuskan kajiannya pada
analisis pesan dan teks. Semiotika terfokus pada bagaimana cara seseorang atau
kelompok memproduksi tanda dan bagaimana orang lain memaknai tanda itu
(Littlejohn, 1992: 345). Dalam konteks media, semiotika berarti sebuah proses
bagaimana produsen media memproduksi tanda dan mengemasnya dalam bentuk
pesan serta bagaimana khalayak media memaknai tanda dalam pesan tersebut.
John Fiske mengatakan bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi
utama, yaitu (Sobur, 2004: 94):
1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan
cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda
adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia
yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengoperasikan tanda. Studi ini mencakup cara
berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat
atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia
untuk mentransmisikannya.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung
pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan
bentuknya sendiri.
Umumnya ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam analisis
semiotika, yaitu (Littlejohn dalam Sobur, 2004: 148):
1. Masalah makna (the problem of meaning), yaitu bagaimana orang memahami
(35)
2. Masalah tindakan (the problem of action) atau pengetahuan tentang bagaimana
memperoleh sesuatu melalui pembicaraan.
3. Masalah kohernsi (the problem of coherence), yang menggambarkan
bagaimana membentuk suatu pola pembicaraan masuk akal (logic) dan dapat
dimengerti (sensible).
Pada dasarnya, analisis semiotika memang sebuah ikhtiar untuk merasakan
sesuatu yang “aneh”, sesuatu yang dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca
atau mendengar suatu narasi atau naskah. Analisisnya bersifat paradigmatik,
dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi
di balik sebuah teks (Berger dalam Sobur, 2004: 117). Teks yang dimaksud tidak
hanya berarti berkaitan dengan aspek linguistik. Semiotika dapat meneliti teks
dimana tanda-tanda terkodifikasi dalam sebuah sistem. Dengan demikian
semiotika dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan,
fashion, fiksi, puisi dan drama.
I.6.6 Analisis Semiotika Iklan
Iklan dalam prosesnya menyangkut nilai-nilai tertentu sampai hampir
mencapai status religius, yang kemudian dihubungkan dengan upaya
meningkatkan kekayaan dan mengkonsumsi barang. Iklan juga mempromosikan
sebuah cara memandang dunia atau worldview yang menekankan pada individu
atau kehidupan pribadi, serta mengabaikan nilai-nilai kolektif dan wilayah dunia
publik.
Komunikasi periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alat
(36)
disampaikan melalui media massa, yaitu media cetak (surat kabar, majalah, brosur
dan billboard), media elektronik (radio, televisi, film) dan media online (internet).
Proses penerapan semiotika iklan pada televisi perlu memperhatikan
aspek-aspek dari medium yang berfungsi sebagai tanda, untuk membedakan
sebagai pembawa tanda. Iklan televisi memiliki hal yang menarik dilihat dari sisi
pengambilan gambar dari kamera yang dilakukan.
I.7 Kerangka Konsep
Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang
diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan
berbagai fenomena yang sama (Kriyantono, 2007: 149).
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah memakai analisis
semiologi Roland Barthes signifikasi dua tahap (two order signification); denotasi
dan konotasi. Semiologi Roland Barthes dipilih karena mampu memaknai tanda
pada media visual seperti iklan televisi. Unsur-unsur visual yang terdapat di dalam
iklan tidak bisa secara gamblang “bercerita” melainkan harus dimaknai oleh
pembacanya. Semiologi Roland Barthes menekankan pada peran pembaca
(reader), peran di sini berarti walaupun sebuah tanda telah memiliki makna
denotasi ataupun konotasi, tetapi tetap saja dibutuhkan keaktifan pembaca agar
dapat berfungsi. Dalam semiologi Roland Barthes, kode-kode komunikasi yang
(37)
kemudian hubungan antara satu tanda dengan tanda lainnya akan dicari makna
tersirat di dalamnya (konotasi).
I.8 Operasional Konsep
1. Tanda
Tanda dapat berupa apa saja, misalnya suara, huruf, bentuk, gambar, warna,
gerak dan lainnya. Tanda adalah gabungan konsep dan citra. Secara khusus
penelitian ini akan melihat tanda-tanda yang membentuk teks pada iklan kartu
seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
2. Denotasi
Denotasi secara umum dikenal sebagai makna yang sebenarnya, makna apa
saja yang tampak. Makna yang dihasilkan bersifat eksplisit, langsung dan
pasti. Pesan langsung ini sampai pada kita tanpa harus melakukan penafsiran.
Denotasi dalam penelitian ini adalah makna sebenarnya dalam teks (tulisan
dan gambar) yang tampak pada subjek penelitian, yakni iklan kartu seluler XL
versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”.
3. Konotasi
Konotasi sering diartikan sebagai makna yang tersirat, konotasi menjelaskan
hubungan penanda dan petanda yang ada di dalamnya beroprasi makna yang
tidak eksplisit, tidak secara langsung dan tidak pasti (terbuka terhadap
berbagai kemungkinan). Inilah saatnya konotasi tersebut dimaknai sesuai
dengan konsep budaya, nilai dan sejarah, ketika penanda dikaitkan dengan
(38)
makna konotasi dari teks iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS
versi “Sule – Cek 123”.
4. Mitos dan Ideologi
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang
disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu (Budiman dalam Sobur, 2004:71). Teori Barthes tentang
mitos diterangkan dengan mengetengahkan konsep konotasi, yakni
pengembangan segi signifie (petanda, makna) oleh pemakai bahasa. Pada saat
konotasi menjadi mantap, ia menjadi mitos, dan ketika mitos menjadi mantap,
ia menjadi ideologi. Jadi, banyak sekali fenomena budaya dimaknai dengan
konotasi, dan jika ia menjadi mantap maka fenomena itu menjadi mitos, dan
kemudian menjadi ideologi. Akibatnya, suatu makna tidak lagi dirasakan oleh
masyarakat sebagai hasil konotasi (Hoed, 2008:153). Mitos dan ideologi yang
diteliti dalam penelitian ini adalah kode dan makna yang terkandung dalam
(39)
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahasa Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat
dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum
tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja
belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa
percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila keduanya,
selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan. (Effendy, 2006: 9)
Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who says what in which
channel to whom with what effect? Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan itu, yakni: komunikator (communicator, source, sender), pesan
(message), media (channel, media), komunikan (communicant, receiver,
(40)
tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2006: 10).
II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,
penerima dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen
komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi.
Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut (Cangara, 2006:
24):
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi
atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source atau sender.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris, pesan
(41)
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa
bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera
dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran
komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media
komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan
antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat
melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat
dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak
seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, poster, spanduk
dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi,
video recording, audio cassette dan sebagainya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang
(42)
akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan atau media.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini
bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
memerlukan perubahan sebelum dikirim atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan.
Hal-hal seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis
dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses
komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya
(43)
begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos
atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi politik
yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah
pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya
menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi
yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi
yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi
tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui
karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.
Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung satu
sama lainnya.
II.2 Komunikasi Massa
Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa yang
menyampaikan informasi, ide, gagasan kepada komunikan yang jumlahnya
banyak dan menggunakan media. Aneka pesan melalui sejumlah media massa
dengan menyajikan beragam peristiwa baik itu yang sifatnya sederhana
menunjukkan bahwa komunikasi massa telah menjadi bagian kehidupan manusia.
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang
(44)
khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti
radio, televisi dan film (Cangara, 2006: 36).
Definisi lainnya, komunikasi massa merupakan pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi
massa memiliki faktor utama yaitu menggunakan alat bantu (media) yang meliputi
media elektronik ataupun non elektronik. Komunikasi massa diartikan juga
sebagai proses penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan
kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si
pengirim pesan.
Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Joseph R. Dominick
terdiri atas (Effendy, 2006: 29-31):
3. Pengawasan peringatan (Surveillance).
Fungsi pengawasan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada
kita mengenai ancaman taufan, letusan gunung berapi, kondisi ekonomi
yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi atau serangan militer.
Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak (program televisi
diinterupsi untuk memberitakan peringatan bahaya tornado), dapat pula
diinformasikan ancaman dalam jangka waktu lama atau ancaman kronis
(berita surat kabar atau majalah secara bersambung mengenai polusi udara
(45)
b. Pengawasan instrumental (instrumental surveillance).
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi
kehidupan sehari-hari. Juga fungsi pengawasan dapat dijumpai pada isi
media yang dimaksudkan untuk menghibur.
2. Interpretasi (Interpretation)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi
beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling
nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau
televisi siaran. Pada kenyataannya fungsi interpretasi ini tidak selalu
berbentuk tulisan, adakalanya juga berbentuk kartun atau gambar lucu yang
bersifat sindiran.
3. Hubungan (Linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam
masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran
perseorangan. Misalnya kegiatan periklanan yang menghubungkan kebutuhan
dengan produk-produk penjual.
4. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang
mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan
nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran
masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka
seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa
(46)
5. Hiburan (Entertainment)
Fungsi ini jelas tampak pada televisi dan radio, dimana sebahagian besar
programnya bersifat menghibur (to entertain).
II.3 Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana
pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu, atau antara organisasi
dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan
organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan
pelanggannya. Tentu saja, pemasaran lebih umum pengertiannya daripada
komunikasi pemasaran, namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas
komunikasi. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran merepresentasikan
gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran mereka yang memfasilitasi
terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
pelanggan atau kliennya (Shimp, 2003: 4).
II.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran
modern. Bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang dapat
dikendalikan yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan
yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu
yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
(47)
“empat P”: Product, price, place dan promotion (produk, harga, distribusi dan
promosi).
1. Product (Produk)
Product (produk) berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Yang mencerminkan kombinasi barang dan
jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.
Produk-produk seringkali diklasifikasikan dalam:
a) Barang-barang industrial (barang-barang instalasi, bahan-bahan mentah
dan bahan-bahan yang diproses, suku-suku cadang, alat-alat untuk
pengoperasian)
b) Barang-barang konsumsi yang terbagi lagi dalam apa yang dinamakan
convenience goods, shopping goods, speciality goods.
2. Price (Harga)
Price (harga) adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh/mendapatkan produk. Keputusan harga harus dihubungkan
dengan keputusan rancangan produk, distribusi dan promosi untuk
membentuk program pemasaran yang efektif. Harga merupakan faktor
penempatan produk yang amat penting yang menentukan pasaran produk,
persaingan dan rancangan produk. Perusahaan harus bisa menegosiasikan
harga dengan setiap pelanggan, menawarkan diskon, melakukan penjualan
tukar-tambah dan menawarkan kredit untuk menyesuaikan dengan situasi
persaingan yang berlangsung dan mempertimbangkan harga sesuai dengan
(48)
3. Place (Distribusi)
Place (distribusi) mencakup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk bagi konsumen sasaran. Saluran distribusi menggerakkan barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen, tidak terbatas pada pendistribusian produk nyata
(tangible), dimana para penyalur mendemonstrasikan produk kepada para
pembeli terkhusus pembeli potensial, menegosiasikan harga, melakukan
layanan purna-jual.
4. Promotion (Promosi)
Promotion (promosi) berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Konsep yang
secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang
disebut sebagai bauran promosi (promotion mix). Disebut bauran promosi
karena biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi secara
simultan dan terintegrasi dalam suatu rencana promosi produk. Terdapat 5
jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran promosi yaitu iklan
(advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan
(sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (publicity and public
relation) serta pemasaran langsung (direct marketing).
II.4 Iklan
Pesan para pengiklan ada dimana-mana. Semua ini muncul dalam bentuk
billboard, di radio, di televisi, di bus dan kereta api, di majalah dan surat kabar, di poster, di pakaian, sepatu, topi dan pena – daftar ini bisa diperpanjang terus. Bila
(49)
mana di dalam ‘budaya global’ masa kini adalah pernyataan yang terlalu
mengecilkan – sekarang diperkirakan bahwa rata-rata orang Amerika Serikat
melihat lebih dari 3000 iklan setiap harinya dan menonton iklan televisi selama
tiga tahun sepanjang hidup mereka (Kilbourne dalam Danesi, 2010: 221).
Penggunaan teknik-teknik verbal dan nonverbal untuk membuat pesan-pesannya
menjadi sepersuasif mungkin, iklan sudah masuk dalam kategori penintegrasi
dalam tatanan signifikasi zaman modern yang dirancang untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku gaya hidup dengan secara sembunyi-sembunyi menganjurkan
bagaimana kita bisa memuaskan dorongan dan aspirasi terdalam melalui
konsumsi. Karena begitu pentingnya iklan ini dalam upaya memahami tatanan
signifikasi modern, maka tidak heran bahwa iklan menjadi sangat menarik bagi
para pakar semiotika.
II.4.1 Pengertian Iklan
Iklan berasal dari bahasa Arab iqlama, yang dalam bahasa Indonesia
artinya pemberitahuan, dalam bahasa Inggris advertising berasal dari kata Latin
abad pertengahan advertere, “mengarahkan perhatian kepada”, sedangkan
reklame berasal dari bahasa Perancis “re-klame” yang berarti berulang-ulang
(Danesi, 2010: 362). Sebenarnya semua istilah di atas mempunyai pengertian
yang sama yaitu memberi informasi tentang suatu barang/jasa kepada khalayak.
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan
lewat media kepada sebagian/seluruh masyarakat. Sedangkan periklanan adalah
keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan
(50)
Wright mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi
yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemesaran yang membantu
menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif (Liliweri, 2001: 20).
Definisi iklan menurut AMA (The American Marketing Association),
bahwa iklan adalah “setiap bentuk pembayaran terhadap suatu proses
penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan layanan yang bersifat non personal
atas tanggungan sponsor tertentu” (Liliweri, 2001: 21).
Baik definisi Wright maupun AMA iklan tetap dipandang dari dua sisi,
alat marketing dan komunikasi.
Pengertian iklan dipandang sebagai alat pemasaran adalah
(Liliweri, 2001: 21):
1. Bentuk pembayaran
2. Penyampaian bersifat non personal
3. Produk barang, jasa, layanan dan gagasan
4. Dibiayai oleh sponsor
Pengertian iklan dipandang sebagai komunikasi adalah
(Liliweri, 2001: 23):
1. Informasi dan persuasi
2. Informasi dikontrol
3. Teridentifikasinya informasi
(51)
II.4.2 Fungsi Iklan
Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bidang bisnis yang sifatnya
non personal secara teoritik melaksanakan fungsi-fungsi seperti yang dimuat di
media massa lainnya (Liliweri, 2001: 47).
a. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai
ataupun pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang
diperlukannya.
b. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi adalah semua bentuk iklan memang mengkomunikasikan
melalui media berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang terdiri
atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya. Sebagai fungsi komunikasi,
iklan berisi cerita mengenai suatu produk sehingga harus memenuhi
syarat-syarat pemberitaan.
c. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan merupakan sebagian fungsi komunikasi. Secara khusus
sebenarnya dalam setiap ulasan efek komunikasi maka efek pendidikan lebih
diutamakan. Hal ini disebabkan karena semua orang ingin menghindari
terbentuknya suatu sikap yang negatif. Dalam periklanan hal ini demikian
sangat diperhatikan dan melalui fungsi pendidikan untuk membentuk sikap
setiap orang dapat meningkatkan aspek-aspek kognisinya, kemudian aspek
afeksinya dan aspek psikomotor. Fungsi pendidikan dalam komunikasi harus
(52)
d. Fungsi Ekonomi
Iklan mengakibatkan orang semakin tahu tentang produk-produk tertentu,
bentuk pelayanan jasa, maupun kebutuhan serta memperluas ide-ide yang
mendatangkan keuntungan finansial.
e. Fungsi Sosial
Iklan juga mempunyai fungsi sosial membantu menggerakkan suatu
perubahan standar hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di seluruh
dunia. Misalnya melalui iklan dapat digerakkan bantuan keuangan,
bahan-bahan makanan. Melalui publikasi iklan mampu menggugah pandangan orang
tentang suatu peristiwa, kemudian meningkatkan sikap, afeksi yang positif dan
diikuti tindakan pelaksanaan nyata atau tindakan sosial.
II.4.3 Jenis Iklan
Menurut Bittner dalam bukunya Mass Communication an Introduction,
secara umum iklan terdiri dari dua jenis, yaitu (Liliweri, 2001: 31-32):
1. Iklan Standar (Komersil)
Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan mengenal
barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media. Tujuan iklan
standar adalah merangsang motif dan minat para pembeli atau para pemakai.
2. Iklan Layanan Masyarakat
(53)
berbeda dengan iklan standar yang mengharapkan dari pemasangan iklannya
mendapat keuntungan atas penjualan barang produksinya. Umumnya iklan
layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta
pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.
II.4.4 Jenis-jenis Media Iklan
Adapun jenis-jenis media iklan adalah sebagai berikut:
1. Iklan media cetak: surat kabar, majalah, jurnal, tabloid dan lain-lain
2. Iklan media elektronik: televisi, radio (jingle dan sound) dan lain-lain
3. Iklan media online: internet
4. Poster, papan reklame dan media ruang lainnya
5. Brosur, booklet, catalog dan lain-lain
6. Surat penawaran melalui direct mail
7. Pemberian sponsor dengan penekanan pada tujuan pemasaran dan periklanan
8. Bentuk-bentuk iklan khusus, seperti tas belanja, balon udara dan lain-lain
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis iklan media elektronik
televisi yaitu iklan televisi kartu seluler XL dan AS.
II.4.5 Iklan Televisi
Salah satu bagian dari industri periklanan selain pengiklan dan agen
(54)
perusahaan dengan konsumennya. Media untuk pengiklan antara lain adalah radio,
televisi, koran, majalah, internet, direct mail, billboard dan sebagainya.
Dari seluruh media massa yang memungkinkan untuk menjadi media
massa periklanan, televisi seringkali difavoritkan menjadi media periklanan yang
utama karena efektivitas dan efisiensi dalam penyampaian pesan dan
pembentukan citra di dalamnya. Televisi menjadi pilihan utama oleh banyak
pemasar karena karakteristiknya yang unik dan mampu menampilkan imajinasi
nyata dari iklan tersebut dalam bentuk gambar dan suara.
Televisi sudah merupakan barang umum yang mudah dijumpai dimana
saja. Karena itu, potensi sebagai wahana iklan sangat besar, karena ia mampu
menjangkau begitu banyak masyarakat atau calon konsumen. Seperti yang kita
ketahui, pada umumnya masyarakat Indonesia mengenal televisi dan
menjadikannya sebagai alat hiburan utama. Hal ini menjadikan para pemasar
sangat menyukai media ini untuk menjadi alat periklanan mereka.
Bentuk periklanan yang paling kuat dalam membuat selera dan mitos
adalah iklan televisi (Pelfrey, 1985: 301). Wilmhurst mendefinisikan iklan televisi
sebagai sebuah istilah yang secara umum digunakan untuk menjelaskan film
periklanan melalui transmisi televisi. Spot iklan dalam banyak hal merupakan
intisari televisi. Ini adalah sebuah bagian dari sekitar tiga puluh detik, terdiri dari
sejumlah banyak gambar dan suara yang diatur dengan sangat teliti. Iklan televisi
telah menciptakan karakteristiknya sendiri, dan memiliki opera sabunnya sendiri.
Semuanya itu menambah daya pengulangan dan kesinambungan pengaruhnya
(55)
Makna yang dibawa televisi makin lengkap dan kompleks selain karena
menampilkan audio visual tersebut, dari sisi visual selain memang membawa
makna tersendiri dalam setiap gambar dan gerakan, cara pengambilan kamera pun
menjadi penanda (signifier) tersendiri yang menghasilkan makna yang terjadi
menjadi makin kompleks dan makin kuat.
II.4.6 Desain Iklan Televisi (Desain Komunikasi Visual)
Desain komunikasi visual pada dasarnya merupakan bagian dari desain
grafis yang memiliki cakupan elemen yang luas, desain komunikasi visual hanya
terbatas sebagai ilmu yang mempelajari segala upaya untuk menciptakan suatu
rancangan (desain) yang bersifat kasat mata (visual) untuk mengkomunikasikan
maksud, meka itu sebenarnya hanya terbatas pada potongan kecil saja dari sebuah
tatanan estetika yang lebih luas. Misalnya poster, iklan media cetak dan foto.
Namun secara lebih luas kini sebuah rencana desain komunikasi visual dapat
berupa gambar bergerak (berdurasi) yang berupa iklan televisi.
Untuk mewujudkan suatu tampilan visual, ada beberapa unsur perlu
diperhatikan. Hal tersebut antara lain: garis (line), bentuk (form), ruang (space),
tekstur, keseimbangan, proposisi, keserasian, warna, irama, ukuran serta durasi
(jika dalam desain visual iklan).
1. Garis (Line)
Sebuah garis adalah unsur desain yang menghubungkan antara satu titik
poin dengan titik poin yang lain sehingga bisa berberntuk gambar, garis lengkung
(56)
bentuk atau konstruksi desain. Secara umum garis terdiri dari unsur-unsur titik
yang juga mempunyai peran tersendiri, unsur titik juga ikut mendukung suatu
keindahan. Sifat garis yang umum dikenal adalah lurus, lengkung dan bersudut.
Dalam penggunaan, mempunyai arah seperti horizontal, vertikal, diagonal atau
miring. Garis pun mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang dan pendek,
juga saling berhubungan dalam bentuk garis paralel atau sejajar, garis memancar
atau radiasi dan garis yang saling memberi aksen, sebagai pembatas dan kolom
(Kusmiati, 1999: 3).
2. Bentuk (Form)
Istilah bentuk (form) digunakan untuk menyatakan suatu bangun atau
shape yang tampak dari suatu benda. Bentuk adalah segala sesuatu hal yang memiliki diameter, tinggi dan lebar. Bentuk (form) adalah tubuh atau massa yang
berisi garis-garis. Sedangkan garis adalah bagian tepi atau garis pinggir bentuk
suatu benda atau biasa disebut “kontur benda”. Kontur memperlihatkan bangun
atau gerakan itu sendiri.
Garis lurus dan garis lengkung termasuk elemen benda; tanpa bentuk,
tetapi garis-garis tersebut dapat menjelaskan suatu bentuk; dengan menyusun garis
horizontal dan vertikal yang sama panjang akan terjadi suatu bentuk bangun bujur
sangkar. Semua bangun seperti bujur sangkar, lingkaran, dan segitiga sama sisi
merupakan sebagian dari bentuk dasar yang dipergunakan untuk mendesain.
Bentuk suatu benda bisa bersifat dua dimensional (lonjong, oval, polygon, persegi
panjang dan heksagon), yaitu datar tanpa ketebalan atau bersifat tiga dimensional
(57)
atau padat. Sementara pada kategori sifatnya, bentuk dapat dikategori menjadi
tiga, yaitu:
a. Huruf (character) yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang dapat
digunakan untuk membentuk tulisan sebagai wakil dari bahasa verbal
dengan bentuk visual langsung seperti A, B, C dan sebagainya.
b. Simbol (symbol) yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang mewakili
bentuk benda secara sederhana dan dapat dipahami secara umum sebagai
simbol atau lambing untuk menggambarkan suatu bentuk nyata, misalnya
gambar orang, bintang, matahari dalam bentuk sederhana (simbol), bukan
dalam bentuk nyata (dengan detail).
c. Bentuk nyata (form), bentuk ini betul-betul mencerminkan kondisi fisik dari
suatu objek. Seperti gambar manusia secara detail, hewan secara detail atau
benda lainnya.
3. Ruang (space)
Ruang terjadi karena adanya persepsi mengenai kedalaman sehingga terasa
jauh dan dekat, tinggi dan rendah, yang tampak melalui indera penglihatan. Ruang
merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang pada praktek
desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain. Sebagai contoh,
tanpa ruang kita tidak akan tahu yang mana kata dan mana kalimat atau paragraf.
Tanpa ruang kita tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus
membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya
pengidentifikasian, ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu objek (figure) dan
(1)
2. Makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik iklan kartu seluler XL versi “Sule – Baim” dan iklan kartu seluler AS versi “Sule – Cek 123” adalah sebagai berikut:
a. Dalam iklan XL versi “Sule – Baim”
1) Pakaian Baim yang berwana biru dan putih bermakna bahwa Baim merepresentasikan XL.
2) Baim mengenakan hiasan kepala berbentuk lingkaran putih. Makna hiasan kepala ini adalah bahwa Baim memiliki sifat yang baik, yaitu jujur.
3) Putri Titian mengenakan hiasan kepala yang berbentuk tanduk hitam. Makna hiasan kepala ini adalah bahwa Putri Titian memiliki sifat yang buruk, yaitu tidak jujur (berbohong).
b. Dalam iklan AS versi “Sule – Cek 123”
1) Pakaian Sule yang berwana merah, putih dan hitam bermakna bahwa Sule merepresentasikan Kartu AS.
2) Kata-kata “Cek cek 123 cek” yang kemudian disambung dengan “Cek-123 mulu, kelamaan, langsung aja” merupakan sindiran kepada XL yang mempunyai slogan “Cek 123”.
3) Slogan ”Paling murah ya Kartu AS” dan “KARTU AS Paling Murah!” bermakna bahwa tarif dari Kartu AS paling murah dari semua operator lainnya.
4) Kontak mata dan senyuman Sule yang diarahkan ke kamera pada scene terakhir bermakna mengejek, yaitu bahwa dia berhasil mempengaruhi anak tersebut.
(2)
V.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah diperoleh peneliti selama melakukan penelitian, ada beberapa saran yang penulis anggap perlu, yaitu:
1. Iklan yang diproduksi sebaiknya tidak merendahkan atau menjatuhkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung. Cara beriklan secara halus yaitu melalui pendekatan emosional akan lebih berkesan terhadap khalayak yang melihatnya
2. Iklan yang diproduksi sebaiknya lebih mementingkan nilai-nilai pendidikan moral dan kebudayaan Indonesia daripada persaingan antar produk sejenis yang saling menjelek-jelekkan (black campaign).
3. Masyarakat sebaiknya dapat lebih selektif dalam melihat iklan dan tidak mudah terpengaruh akan promosi dari suatu produk.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Cobley, Paul dan Litza Jansz. 2002. Mengenal Semiotika for Beginners. Bandung: Mizan.
Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotic. Bloomington, London: Indiana University Press.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hoed, Benny H. 2008. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Jefkins, Frank. 1996. Periklanan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kriyantono, Rahmat. 2007. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Liliweri, Alo. 2001. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Littlejohn, Stephen W. 1992. Theories of Human Communication. Belmont California: Wadsworth Publishing Company.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pelfrey, Robert H dan Mary Hall-Pelfrey. 1985. Art and Mass Media. New York: Harper and Row Publisher.
Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya
(4)
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Komunikasi Massa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
__________________. 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi dengan
Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Selby, Keith dan Ron Coedery. 1995. How to Study Television. London: Mc Millisan.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. __________. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber lain:
Dewan Periklanan Indonesia. 2007. Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan
Tata Cara Periklanan Indonesia). Jakarta: Gedung Dewan Pers.
Majalah Tempo, 2007
(5)
BIODATA
I. Data Pribadi
Nama : Veronika Tarigan
Tempat / Tanggal Lahir : Banda Aceh / 13 Februari 1986 Alamat : Jl. Setia Budi No. 460
Lingkungan XI, Tanjung Sari Medan
Agama : Kristen Protestan
II. Pendidikan
SD Karya Budi Banda Aceh 1991 – 1997
SLTP Negeri 2 Banda Aceh 1997 – 2000
SMU Negeri 4 Medan 2000 – 2003
Diploma III Politeknik Negeri Medan Jurusan Elektro 2003 – 2006 Program Studi Teknik Telekomunikasi
Strata 1 Ekstension Universitas Sumatera Utara 2009 – 2011 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
III. Nama Orang Tua
1. Ayah : Terima Tarigan
2. Ibu : Masta Mariani Br. Barus, S.Pd
IV. Nama Saudara
1. Evi Agustin Tarigan, A.Md 2. Firdaus Tarigan
(6)
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
Catatan:
Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing.
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm NIP. 197711062005011001
NO TGL. PERTEMUAN PEMBAHASAN
1 2-Feb-11 ACC Judul Skripsi
2 5-Feb-11 Bimbingan I
3 8-Feb-11 ACC Proposal Penelitian
4 19-Feb-11 Seminar Proposal Penelitian
5 23-Feb-11 Bimbingan II
6 10-Mar-11 Bimbingan III dan penyerahan Bab I
7 23-Mar-11 Bimbingan IV dan penyerahan Bab II
8 9-Apr-11 Bimbingan V dan penyerahan Bab III
9 4-Jun-11 Bimbingan VI dan penyerahan Bab IV-V
10 6-Jun-11 Penyerahan revisi Bab V
11 7-Jun-11 Bimbingan VIII dan ACC Bab V
12 11-Jun-11 Bimbingan IX
13 2-Jul-11 Bimbingan X dan pengembalian Bab I-IV untuk direvisi
14 15