Wanprestasi Dalam Perjanjian Arisan Motor Plus

(1)

ABSTRAK

Wanprestasi Dalam Perjanjian Arisan Motor Plus

Oleh EKO TAMINA

Arisan Motor Plus ialah suatu perjanjian yang lahir karena adanya kesepakatan antara beberapa pihak, yang berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata yang mengandung makna kebebasan berkontrak. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam mekanisme Arisan Motor Plus ialah pihak pengelola arisan motor dan pihak peserta arisan motor. Perjanjian Arisan Motor Plus akan menimbulkan adanya hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuen yang telah disepakati bersama. Namun dalam perjanjian adakalanya salah satu pihak tidak melakukan kewajiban dengan baik atau disebut dengan wanprestasi. Pihak yang melakukan wanprestasi karena lalai atau karena sengaja harus bertanggung jawab berdasarkan ketentuan dalam perjanjian. Pada prinsipnya yang banyak melakukan wanprestasi adalah pihak peserta arisan motor. Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pengelola arisan motor sebagai pihak yang dirugikan untuk bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialaminya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif terapan dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif terapan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, studi dokumen, dan wawancara dengan pihak pengelola Arisan Motor Plus sebagai pendukung data sekunder. Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah melalui tahapan inventarisasi data, pemeriksaan data (editing), rekontruksi data, dan sistematisasi data (systematizing). Kemudian data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa hak dan kewajiban yang ada di dalam perjanjian Arisan Motor Plus yang dilaksanakan sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian Arisan Motor Plus. Bentuk wanprestasi yang sering terjadi pada Arisan Motor Plus ialah peserta arisan motor terlambat membayar uang arisan motor dan juga mengalihpakaikan sepeda


(2)

motor kepada pihak lain tanpa sepengetahuan pihak pengelola arisan motor. Penyelesaian masalah wanprestasi yang digunakan oleh pihak pengelola arisan motor dan pihak peserta arisan motor adalah penyelesaian secara damai yang memiliki beberapa tahapan. Penyelesaian wanprestasi secara damai bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya yang dikeluarkan pihak pengelole dan pihak peserta arisan motor. Namun tidak menutup kemungkinan penyelesaian wanprestasi dilakukan melalui Pengadilan Negeri apabila penyelesaian wanprestasi secara damai tidak tercapai. Berakhirnya perjanjian Arisan Motor Plus ialah dengan cara pembayaran. Peserta Arisan Motor Plus melakukan pembayaran uang arisan motor kepada pihak pengelola Arisan Motor sesuai dengan jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati sebelumnya dalam perjanjian.

Kata Kunci : Perjanjian, Arisan Motor Plus, Pasal 1338 KUHPerdata


(3)

34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus Hak ialah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi oleh pihak lain. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain dengan pembebanan sanksi jika lalai atau dilalaikan.

Hak dan kewajiban didukung oleh subjek hukum, artinya subyek hukum mempunyai peranan yang harus dilaksanakan dan yang tidak harus dilaksanakan. Peranan yang harus dilaksanakan itu disebut juga tugas atau kewajiban, sedangkan yang tidak harus dilaksanakan disebut wewenang atau hak.

Berdasarkan analisis terhadap substansi kontrak yang dibuat antara pengelola arisan dengan peserta arisan ditemukan beberapa hak dan kewajiban dari kedua belah pihak, yaitu :

1. Hak Pengelola arisan motor ialah sebagai berikut : a. Menerima uang arisan dari peserta arisan.

Pengelola berhak menerima uang arisan dari para peserta arisan selama 42 bulan, besarnya biaya arisan sesuai dengan apa yang di sepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. (Perjanjian Arisan Motor Plus,ketentuan Umum poin ke 2 dan juga dipertegas kembali pada ketentuan khusus poin ke 11).


(4)

35

b. Pengelola Arisan Motor Plus berhak untuk melakukan penyesuaian jumlah angsuran pokok arisan.

Penyesuaian jumlah angsuran pokok arisan ialah menentukan berapa besarnya biaya arisan untuk para peserta Arisan Motor Plus yang memenangkan arisannya, biasanya hal ini terjadi apabila peserta yang memenangkan arisan menginginkan sepeda motor yang harganya diatas harga normal, (Perjanjian Arisan Motor Plus poin ke 2 huruf (c) ketentuan khusus). c. Pengelola berhak untuk menetapkan jaminan para peserta arisan.

Menetapkan jaminan para peserta arisan ini merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pengelola arisan motor agar tidak terjadi atau mengurangi adanya wanprestasi. Berdasarkan ketentuan umum perjanjian Arisan Motor Plus poin ke (5), peserta arisan yang sudah mendapatkan sepeda motor hanya diberikan STNKnya saja sedangkan BPKB dipegang olah pengelola sampai saat berakhirnya perjanjian.

d. Pengelola dapat memindahkan sepeda motor tanpa adanya izin dari peserta dan berhak menahan sepeda motor tersebut.

Pengelola menahan atau memindahkan sepeda motor dari peserta arisan apabila peserta arisan lalai atau melakukan wanprestasi, contohnya seperti tidak membayar uang arisan selama 2 bulan berturut-turut, maka pengelola berhak menyita atau mengambil sepeda motor tersebut. Apabila peserta arisan tidak mengindahkan atau melakukan perlawanan dalam penyitaan tersebut, maka peserta arisan akan dikenakan Pasal 372 KUHAP tentang penggelapan (Ketentuan khusus poin ke 7 Perjanjian Arisan Motor Plus).


(5)

36

e. Pengelola berhak memberikan jaminan tambahan lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola Arisan Motor Plus yaitu Bapak Nasirwan, yang dimaksut dengan memberikan jaminan tambahan ialah apabila peserta arisan ingin melakukan pembayaran pajak sepeda motor tersebut. Pengelola akan menberikan BPKB sepeda motor tersebut kepada peserta apabila peserta membawa BPKB kendaraan lainya yang nantinya akan diserahkan kepada pengelola sebagai jaminan. Ketentuan ini tidak terdapat dalam perjanjian Arisan Motor Plus, akan tetapi berdasarkan pada ketentuan tambahan Arisan Motor Plus yaitu poin ke (5).

2. Kewajiban pengelola Arisan Motor Plus ialah sebagai berikut

Kewajiban dari pengelola Arisan Motor Plus ialah menyerahkan atau membelikan sepeda motor kepada peserta Arisan Motor Plus yang memenangkan Arisan Motor Plus. (Perjanjian Arisan Motor Plus ketentuan khusus poin ke 2 huruf b). Berdasarkan atas penjelasan di atas maka hak dari penglola arisan ialah menerima uang arisan motor dari peserta arisan, menentukan besarnya jumlah angsuran peserta arisan, menetapkan jaminan pada peserta arisan yaitu BPKB sepeda motor yang sudah didapat peserta Arisan Motor Plus, menyita atau mengambil sepeda motor dari peserta arisan yang melakukan wanprestasi seperti menunda-nunda pembayaran Arisan Motor Plus selama 2 bulan berturut-turut dan juga memberikan jaminan tambahan kepada peserta arisan bila ingin melakukan pembayaran pajak. Sedangkan kewajiban dari pengelola arisan ialah memberikan sepeda motor atau membelikan sepeda motor kepada peserta arisan yang memenangkan arisan.


(6)

37

3. Hak peserta Arisan Motor Plus diantaranya ialah : a. Menerima sepeda motor yang menjadi objek arisan

Peserta arisan motor berhak menerima atau mendapatkan sepeda motor dari pengelola arisan motor apabila memenangkan Arisan Motor Plus. (Perjanjian Arisan Motor Plus ketentuan khusus poin ke 2 huruf b).

b. Memakai sepeda motor sesuai dengan kontrak perjanjian Arisan Motor Plus yang dibuat antara pengelola arisan dengan peserta arisan.

Memakai sepeda motor sesuai dengan kontrak perjanjian Arisan Motor Plus yang disepakati, maksudnya ialah peserta mempunyai hak penuh atas sepeda motor yang didapatnya dengan catatan pemakayan harus sesuai dengan kontrak perjanjian Arisan Motor Plus tersebut. (Perjanjian Arisan Motor Plus ketentuan tambahan poin ke 1).

Berdasarkan atas penjelasan di atas maka hak peserta Arisan Motor Plus ialah menerima sepeda motor dari pengelola arisan dan juga berhak memakai sepeda motor seduai dengan kontrak perjanian Arisan Motor Plus.

4. Kewajiban dari peserta arisan diantaranya ialah :

a. Membayar uang arisan sampai batas waktu yang ditentukan.

Membayar uang arisan sampai batas waktu yang ditentukan dalam perjanjian Arisan Motor Plus yaitu selama 42 bulan. Peserta arisan motor setiap bulannya harus membayar uang arisan yang menjadi kewajiban pokok dari peserta arisan motor kepada pengelola arisan motor sampai berakhirnya perjanjian atau selesai kegiatan Arisan Motor Plus. Pembayaran uang arisan harus


(7)

38

dibayarkan sebelum pelaksanaan arisan lelang (ketentuan khusus, poin ke 11 perjanjian Arisan Motor Plus).

b. Membayar pajak.

Para peserta arisan motor yang sudah mendapatkan sepeda motor, keamanan dan hal-hal yang berkaitan dengan sepeda motor merupakan hak dan kewajiban sepenuhnya bagi yang bersangkutan yaitu peserta arisan (ketentuan tambahan, poin ke 1 perjanjian Arisan Motor Plus). contohnya pajak sepeda motor yang didapat peserta arisan motor menjadi tanggung jawab para peserta arisan motor bukan pengelola arisan motor, karena pengelola arisan motor hanya membelikan sepeda motor yang menjadi kewajibannya atas nama peserta Arisan Motor Plus yang bersangkutan dan juga pemakayan sepeda motor tersebut dilakukan oleh para peserta Arisan Motor Plus.

c. Memelihara dan memperbaiki sepeda motor apabila terjadi kerusakan.

Pemeliharaan dan perbaikan sepeda motor apabila terjadi kerusakan merupakan tanggung jawab para peserta Arisan Motor Plus karena para peserta motr plus yang menggunakan sepeda motor tersebut. (ketentuan tambahan, poin ke 1 perjanjian Arisan Motor Plus).

d. Menanggung biaya asuransi bila ingin mengasuransikan sepeda motor tersebut Pengelola tidak menyediakan jasa asuransi, sehingga apabila para peserta ingin mengasuransikan sepeda motornya maka biaya asuransi bukan tanggungan pengelola akan tetapi menjadi tanggungan para peserta arisan itu sendiri. (ketentuan tambahan, poin ke 1 perjanjian Arisan Motor Plus).


(8)

39

e. Menanggung biaya pengacara apabila terjadi sengketa.

Apabila terjadi sengketa dalam perjanjian Arisan Motor Plus, yang sampai melibatkan pihak yang berwajib, maka segala biaya yang dikeluarkan menjadi tanggung jawab para peserta arisan.

f. Menanggung biaya dan ongkos yang dikeluarkan oleh pengelola karena dirugikan, dilanggar atau diancam oleh pesera Arisan Motor Plus.

Peserta menanggung biaya dan ongkos yang dikeluarkan oleh pengelola maksutnya ialah apabila terjadi sengketa atau penarikan sepeda motor milik peserta arisan motor yang tidak membayar uang arisan selama 2 bulan berturut-turut tentu saja menggunakan biaya, biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi tanggung jawab pihak peserta Arisan Motor Plus.

(penjelasan huruf (e) dan (f) berdasarkan atas ketentuan tambahan poin 5 perjanjian Arisan Motor Plus)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kewajiban yang utama dibebankan kepada pihak peserta Arisan Motor Plus. Pihak peserta Arisan Moto Plusr berada pada posisi yang lemah karena tidak memiliki banyak modal untuk membeli sepeda motor yang menjadi objek arisan, oleh sebab itu pihak pengelola Arisan Motor Plus dengan mudah membuat syarat-syarat dalam kontrak perjanjian Arisan Motor Plus sebaik mungkin agar dapat mengantisipasi bila terjadinya wanprestasi.

B. Bentuk-Bentuk Wanprestasi dan Cara Penyelesaiannya dalam Perjanjian Arisan Motor Plus


(9)

40

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Berdasarkan uraian diatas, bentuk wanprestasi yang sering terjadi dalam perjanjian Arisan Motor Plus ialah melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat dan melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. (data yang diteliti oleh penulis ialah data pada perjanjian Arisan Motor Plus selama 2 tahun).

Bentuk wanprestasi dan cara penyelesaianya dalam perjanjian Arisan Motor Plus ialah sebagai berikut:

1. Bentuk-Bentuk Wanprestasi dalam Perjanjian Arisan Motor Plus

Perjanjian ialah suatu peristiwa dimana suatu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang lain atau lebih untuk melaksanakan sesuatu hal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Didalam perjanjian, dikenal dengan adanya prestasi. Prestasi ialah hal-hal atau ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perjanjian, apabila melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, hal ini yang dinamakan wanprestasi.

Prestasi ialah segala sesuatu yang diperjanjikan wajib untuk melaksanakan atau mewujudkan segala sesuatu yang diperjanjikan (prestasi) tersebut. Para pihak wajib dan harus melaksanakan sesuai yang diperjanjikan, apabila seseorang mengingkari janji yang telah disepakati di dalam perjanjian, maka ia dikatakan melakukan wanprestasi (alpa, lalai atau ingkar janji).


(10)

41

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wanprestasi ialah suatu perbuatan yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam suatu perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Di dalam perjanjian Arisan Motor Plus juga sama, apabila peserta arisan tidak melakukan atau mematuhi peraturan yang terdapat dalam perjanjian tersebut, maka dapat dikatakan peserta tersebut melakukan suatu wanprestasi.

Akibat adanya wanprestasi yang dilakukan oleh peserta arisan motor akan menimbulkan kerugian pada pihak pengelola arisan motor, akan tetapi berdasarkan pada Pasal 1267 KHUPerdata, pengelola arisan motor yang merasa dirugikan karena wanprestasi yang dilakukan oleh peserta arisan, dapat mengajukan tuntutan ganti rugi melalui hakim atau pengadilan atau juga memilih alternative tuntutan lainnya, seperti menuntut pembatalan perjanjian itu disertai penggantian biaya kerugian dan bunga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola arisan motor yaitu Bapak Nasirwan, menyatakan bahwa bentuk-bentuk wanprestasi yang pernah dilakukan oleh pihak peserta arisan bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:

a. Terlambat membayar uang arisan motor

Para peserta Arisan Motor Plus dikatakan terlambat membayar uang arisan apabila peserta arisan motor membayar uang arisan tetapi sudah lewat waktu yang ditentukan. Dijelaskan dalam surat perjanjian Arisan Motor Plus yaitu ketentuan khusus poin ke 4, bahwa pembayaran uang arisan dari stiap peserta arisan motor dilakukan mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 9 setiap bulannya, apabila pembayaran uang arisan motor dilakukan setelah tanggal 9


(11)

42

maka dinyatakan sebagai keterlambatan. (perjanjian Arisan Motor Plus, ketentuan khusus poin ke 6 huruf a).

b. Tidak membayar denda keterlambatan membayar uang arisan

Peserta Arisan Motor Plus dikenakan denda apabila pembayaran uang arisan motor dilakukan setelah tanggal 9. Dijelaskan dalam perjanjian Arisan Motor Plus poin ke (6) huruf (a) yaitu pembayaran uang arisan motor dilakukan setelah tanggal 9 maka dinyatakan sebagai keterlambatan dan dijelaskan kembali pada perjanjian Arisan Motor Plus poin ke (6) huruf (b) yaitu keterlambatan pembayaran uang arisan motor dikenakan denda sebesar Rp 30.000,- per bulan atau Rp 2.000,- per hari

c. Menjual sepeda motor atau mengalihpakaikan sepeda motor kepada pihak lain tanpa sepengetahuan pihak pengelola

Pada perjanjian Arisan Motor Plus ketentuan tambahan poin ke (2) menjelaskan tentang larangan peserta Arisan Motor Plus mengalihkan hak atau keanggotaannya tanpa persetujuan dari pihak pengelola arisan motor, dengan demikian apabila peserta arisan motor mengalihpakaikan ataupun sampai menjual motor tersebut tampa sepengetahuan pihak pengelola merupakan tindakan wanprestasi karena tidak menjalankan perjanjian dengan baik.

Dari uraian di atas dalam Arisan Motor Plus bentuk wanprestasi yang sering terjadi ialah terlambat membayar uang arisan motor dan juga mengalihpakaikan sepeda motor kepada pihak lain tampa sepengetahuan pengelola. Terjadinya wanprestasi pasti karena adanya faktor penyebab, akan tetapi dari hasil wawancara dengan pihak pengelola arisan yaitu dengan Bapak Nasirwan, faktor


(12)

43

penyebab peserta arisan motor melakukan wanprestasi tidak dapat mengurangi kewajiban peserta arisan motor. Dari hasil wawancara, didapat beberapa faktor peserta arisan motor melakukan wanprestasi yaitu sebagai berikut :

a. Pihak peserta arisan motor mengalami kebangkrutan

Peserta arisan motor mengalami kebangkrutan merupakan faktor terbanyak yang menyebabkan terjadinya wanprestasi. Karena kebangkrutan dari suatu usaha mengakibatkan perekonomian seseorang menurun. Para peserta arisan yang mengalami kebangkrutan biasanya menunda-nunda pembayaran arisan, sehingga merugikan pihak pengelola Arisan Motor Plus.

b. Pihak peserta arisan motor mempunyai itikad tidak baik untuk memiliki sepeda motor tersebut tanpa membayar uang arisan

Peserta arisan motor yang mempunyai itikat tidak baik atau berdasarkan pengamatan pihak pengelola arisan motor dan pihak ketiga yang dapat dipercaya melihat keterlambatan pembayaran uang Arisan Motor Plus tidak wajar atau tidak dapat ditanggulangi maka pengelola dapat mengalihkan keanggotaanya kepada pihak lain sebelum sampai 2 bulan. Apabila peserta arisan motor sudah mendapatkan sepeda motornya maka sepeda motor akan ditarik atau diambil kembali oleh pengelola arisan.

c. Pihak peserta arisan motor tidak mengikuti peraturan dalam surat perjanjian Pihak peserta arisan yang tidak mengikuti peraturan Arisan Motor Plus dengan benar maka pihak pengelola arisan akan mengalihkan keanggotaannya kepada pihak lain. Apabila peserta yang bersangkutan ingin memperoleh haknya kembali yaitu uang arisan yang sudah disetorkan, akan dikembalikan pengelola arisan kepadapeserta arisan setelah semua peserta


(13)

44

arisan memperoleh atau endapatkan sepeda motor. (Perjanjian Arisan Motor Plus, poin ke (8)).

Peserta Arisan Motor Plus harus memenuhi kewajiban yang telah diperjanjikan walaupun peserta arisan motor telah melakukan wanprestasi. Bahkan dalam keadaan force majeur pihak peserta arisan harus tetap memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya. Force majeur yang dimaksudkan disini adalah suatu keadaan dimana keadaan tersebut tideak dapat diduga kejadiannya misalnya kebakaran dan kemalingan.

Ada beberapa kasus yang pernah terjadi pada perjanjian Arisan Motor Plus, diantaranya ialah kasus Bapak Usman Soleh. Kasus ini terjadi di tahun 2006, pada saat itu uang arisan masih sebesar Rp 298.000,- per bulan dan denda Rp 20.000,- per hari. Kasusnya ialah tidak membayar uang arisan selama 6 (enam) bulan berturut-turut yang merupakan kewajibab pokok peserta arisan.

Diuraikan dengan tabel :

Jumlah Tunggakan Rp 298.000 X 6 bulan Rp 1.788.000

Denda Rp 20.000 X 5 Rp 100.000

Jumlah yang harus dibayar

Angsuran dan denda Rp 1.888.000

Dari uraian di atas, Bapak Usman Soleh melanggar peraturan perjanjian Arisan Motor Plus khususnya bagian ke II Ketentuan khusus poin ke 7 dan 8 yang berbunya sebagai berikut :


(14)

45

Bunyi poin ke 7 :

a. Apabila pembayaran dilakukan setelah tanggal 7 (setelah pelaksanaan lelang), maka dinyatakan sebagai suatu keterlambatan.

b. Keterlambatan pembayaran (secara langsung, yang tidak melewati bendahara) dikenakan denda sebesar Rp 20.000,00 per bulannya atau Rp 1.000,00 per hari.

Bunyi poin ke 8 :

a. Apabila peserta arisan (yang setor langsung maupun lewat bendahara, karena kelalaian yang bersangkutan, bukan bendahara atau orang lain) terlambat selama 2 (dua) bulan berturut-turut sedangkan ia sudah mendapatkan sepeda motor, maka pengelola berhak mengambil atau menyita kendaraan tersebut. Peserta yang bersangkutan hanya berhak mendapatkan setengah dari jumlah total arisannya yang terkumpul sebelum ia mendapatkan sepeda motor.

b. Apabila peserta tersebut pada poin 8.a melunasi semua keterlambatan pembayarannya, maka ia berhak mendapatkan kembali sepeda motor tersebut. c. Apabila peserta poin 8.a mengambil motor dibawah setandar karisma cakram maka ia berkewajiban mengembalikan selisih harga antara motor yang diambil dengan motor Karisma Cakram (seperti contoh pada pak Ahmad dengan pilihan Supra Fit-nya di brosur)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa Bapak Usman Soleh telah melakukan suatu wanprestasi yaitu tidak membayar uang arisan selama 6 (enam) bulan berturut-turut. Akibat dari wanprestasi tersebut pihak pengelola mengalami kerugian, karena harus menggantikan uang arisan yang tidak dibayar oleh Bapak


(15)

46

Usman Soleh selama kegiatan arisan berlangsung agar tetap berjalannya kegiatan Arisan Motor Plus, sedangkan sepeda motor yang sudah didapat bapak Usman Soleh akan diambil kembali oleh pihak pengelola beserta STNK nya.

Dari kasus di atas faktor penyebab peserta Arisan Motor Plus yaitu Bapak Usman Soleh melakukan wanprestasi ialah usaha yang ditekuni Bapak Usman Soleh sebagai pengusaha sayuran mengalami kebangkrutan, sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya ialah membayar uang Arisan Motor Plus dan mengakibatkan peserta arisan motor menunda-nunda pembayaran Arisan Motor Plus.

2. Cara Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Arisan Motor Plus

Penyelesaian wanprestasi yang timbul dalam perjanjian Arisan Motor Plus merupakan masalah tersendiri karena akan berhadapan dengan proses peradilan yang berlangsung lama dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, di samping itu, penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian Arisan Motor Plus diharapkan sedapat mungkin tidak merusak hubungan antara pihak pengelola arisan motor dan pihak peserta Arisan Motor Plus. Hal ini tentu sulit ditemukan apabila pihak yang bersangkutan membawa sengketanya ke Pengadilan karena proses penyelesaian sengketa melalui Pengadilan (litigasi) akan berakhir dengan kekalahan salah satu pihak dan kemenangan pihak lainnya, hal ini yang menjadikan alasan bagi pihak pengelola arisan motor dan pihak peserta arisan motor yang melakukan wanprestasi untuk menghindari penyelesaian masalah wanprestasi di Pengadilan.


(16)

47

Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola Arisan Motor Plus yaitu Bapak Nasirwan, ditemukan jawaban yaitu memilih penyelesaian wanprestasi melalui jalur di luar pengadilan atau dengan perdamaian. Alasan mereka memilih penyelesaian wanprestasi dengan perdamaian adalah karena tidak menghabiskan banyak waktu serta tidak mengeluarkan banyak biaya karena mereka hanya diminta secara sukarela memenuhi kewajiban dan memperoleh hak masing-masing, pihak sebagimana mestinya.

Menurut pengelola Arisan Motor Plus yaitu Bapak Nasirwan, banyak kebijakan yang diberikan oleh Arisan Motor Plus kepada pihak peserta arisan motor. Penyelesaian masalah wanprestasi dengan jalan damai memiliki beberapa tahapan contohnya pada penyelesaian masalah wanprestasi yang terjadi pada Bapak Usman Soleh. Berikut adalah tahapan-tahapan mekanisme penyelesaiannya: 1. Pada saat telah diketahui terjadi wanprestasi yaitu adanya keterlambatan

membayar uang arisan maka pihak pengelola memberikan surat peringatan 1 (SP 1) kepada pihak peserta yang bersangkutan, yang berisi peringatan agar segera membayar uang arisaya.

2. Setelah SP 1 tidak diindahkan oleh peserta arisan yang bersangkutan maka pihak pengelola arisan mengirimkan SP 2 dan SP 3.

3. Apabila peserta arisan motor yang bersangkutan tetap tidak mengindahkan SP yang diberikan maka pihak pengelola arisan motor meminta agar peserta arisan yang bersangkutan segera datang ke tempat arisan motor itu berlangsung.

4. Setelah kedua belah pihak bertemu dan melibatkan pihak ketiga sebagai mediasi dalam penyelesaian masalah. Para pihak tersebut menganalisa


(17)

48

masalah yang terjadi maka pihak pengelola arisan dan peserta arisan yang bersangkutan membuat kesepakatan penyelesaian masalah yang sesuai dengan wanprestasi yang dilakukan.

Pada penyelesaian kasus wanprestasi yang terjadi pada Bapak Usman Soleh, setelah diketahui bahwa kondisi perekonomiannya mengalami pailit dan tidak sanggup lagi untuk meneruskan perjanjian antara kedua belah pihak, maka pihak pengelola memberikan kebijakan kepada bapak Usman Soleh untuk mengembalikan sepeda motor dalam kondisi yang baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa, penyelesaian yang banyak dipakai oleh pihak pesera arisan motor jika terjadi wanprestasi adalah secara damai. Penyelesaian secara damai ditempuh karena dapat menghemat waktu dan biaya. Pihak pengelola arisan motor dapat memahami kesulitan yang dihadapi oleh pihak peserta arisan motor karena dalam kehidupan manusia merupakan hal yang sangat lazim jika pasang surut dalam keuangannya. Tidak terlepas juga berbagai usaha yang dimiliki oleh para peserta arisan, yang kemudian mungkin akan menimbulkan wanprestasi, namun tidak menutup kemungkinan penyelesaian wanprestasi dilakukan melalui Pengadilan Negeri apabila penyelesaian wanprestasi secara damai tidak tercapai.

C. Berakhirnya Perjanjian Arisan Motor Plus

Berakhirnya suatu perjanjian merupakan aplikasi hubungan antara kedua belah pihak, karena berakhirnya suatu perjanjian berarti putusnya hubungan antara kedua belah pihak tentang suatu perjanjian atau perikatan.


(18)

49

Pasal 1381 KUHPerdata menjelaskan bagaimana suatu perjanjian itu berakhir, diantaranya ialah :

a. Karena pembayaran

b. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpangan atau penitipan.

c. Karena pembaharuan utang.

d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi e. Karena percampuran utang.

f. Karena pembebasan utangnya

g. Karena musnahnya barang yang terutang. h. Karena kebatalan atau pembatasan

i. Karena berlakunya suatu syarat-syarat batal yang diatur dalam bab ke satu buku ini.

j. Karena lewatnya waktu.

Berdasarkan pengertian di atas, berakhirnya suatu perjanjian ialah apabila telah terpenuhinya semua apa yang menjadi tujuan dari perjanjian, sehingga tidak ada lagi hak dan kewajiban yang timbul, serta terlepasnya hubungan hukum antara pihak-pihak yang melakukan perjanjian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pegelola Arisan Motor Plus yaitu Bapak Nasirwan, ada beberapa jenis bentuk berakhirnya perjanjian Arisan Motor Plus yaitu antara lain :


(19)

50

1. Dengan dilakukannya pembayaran oleh peserta Arisan Motor Plus dengan jangka waktu dan cara pembayaran yang telah disepakati dalam perjanjian Arisan Motor Plus;

2. Dengan cara peserta Arisan Motor Plus membayar atau melunasi seluruh hutangnya kepada pihak pengelola arisan motor walaupun tidak sesuai dengan jangka waktu dan cara pembayaran yang telah disepakati dalam perjanjian Arisan Motor Plus;

3. Atau dengan cara diberlakukannya bentuk-bentuk wanprestasi kepada pihak peserta arisan motor yang melanggar perjanjian Arisan Motor Plus merupakan juga suatu bentuk berakhirnya perjanjian Arisan Motor Plus.

Pada Arisan Motor Plus bentuk penyelesaian yang sering atau banyak terjadi untuk menggakhiri perjanjian Arisan Motor Plus ialah para peserta arisan motor melakukan pembayaran sesuai dengan jangka waktu dan cara pembayaran yang telah disepakati dalam perjanjian Arisan Motor Plus.

Salah satu bentuk dari berakhirnya perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 1381 KUHPerdata ialah pembayaran, dengan adanya pembayaran atau pelunasan uang arisan motor oleh peserta arisan motor, maka tercapailah tujuan dari perjanjian Arisan Motor Plus yang menyebabkan terhentinya suatu hubungan hukum diantara kedua belah pihak yaitu pihak pengelola arisan motor dan pihak peserta Arisan Motor Plus.


(20)

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN ARISAN MOTOR PLUS

Oleh EKO TAMINA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(21)

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN ARISAN MOTOR PLUS

Oleh EKO TAMINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(22)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Kegunaan Penelitian ... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perjanjian ... 7 1. Perjanjian dan Unsur-Unsur Perjanjian ... 7 2. Pengertian Perjanjian Kredit ... 10 3. Syarat Sah Perjanjian ... 13 4. Azas Perjanjian ... 15 5. Pengertian Hak dan Kewajiban ... 16 6. Pengertia Jaminan ... 16 7. Wanprestasi ... 22 a. Pengertian Wanprestasi ... 22 b. Bentuk-bentuk Wanprestasi ... 22 8. Berakhirnya Perjanjian ... 23 B. Arisan ... 24 1. Sejarah Arisan ... 24 2. Pengertian Arisan ... 24 3. Pengertian Arisan Motor Plus ... 25 C. Gambaran Umum Arisan Motor Plus ... 26 D. Kerangka Pikir ... 27


(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian ... 30 1. Jenis Penelitian ... 30 2. Tipe Penelitian ... 30 B. Pendekatan Masalah ... 31 C. Data dan Sumber Data ... 31 D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 32 E. Analisis Data ... 33 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus ... 34 B. Bentuk-Bentuk Wanprestasi dan Cara Penyelesaiannya

dalam Perjanjian Arisan Motor Plus ... 39 C. Berakhirnya Perjanjian Arisan Motor Plus ... 48 V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 51 DAFTAR PUSTAKA


(24)

Judul Skripsi : WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN ARISAN MOTOR PLUS

Nama Mahasiswa : EKO TAMINA

No. Pokok Mahasiswa : 0642011162

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Hj. Marindowati, S.H., M.H. Hj. Rosida, S.H.

NIP 19491114 198003 2 001 NIP 19500109 197803 2 001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata, S.H., M.H. NIP 19621109 198811 1001


(25)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Hj. Marindowati, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Hj. Rosida, S.H. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Hj. Nilla Nargis, S.H., M.Hum. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Hi. Adius Semenguk, S.H., M.S. NIP 19560901 198103 1 003


(26)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 22 April 1988, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Hi. Jumeno, S.H. dan Ibu Hj. Anizar.

Pada tahun 1992 penulis bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) Ikal Bulog Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 1994. Tahun 1994 penulis bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sumur Batu yang diselesaikan pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negri (SLTPN) 23 Bandar Lampung pada Tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003. Pada Tahun 2003 penulis bersekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2006. Dan pada tahun yang sama yaitu tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(27)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bukti hormat dan cintaku kepada kedua orang tuaku Hi. Jumeno, S.H. dan Hj. Anizar, adik-adikku Intan Nyimas Ganda sari, Khansa Abila Shalasati dan Zalfa Juneta Arbaini,

saudara-saudaraku yang telah memberikan semua cinta, kasih sayang, perhatian, serta selalu mendoakan tiap langkah hidupku. Terima kasih atas segala motivasi,


(28)

MOTTO

Jangan mengeluh, karena tidak akan merubah keadaan.

Ayo bangkit, siapa yang akan merubah keadaan ini jika bukan diri kita sendiri. yakin tidak ada yang tidak bisa di lalui bila di jalankan dengan ikhtiar yang

tulus.

Di dalam satu kesulitan di apit dua kemudahan..

Kita semua pasti pernah terjatuh, itu hal yang biasa Tetapi bangkit kembali setelah jatuh itu baru luar biasa


(29)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’ aalamin

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat dan hidayahnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul ”Wanprestasi Dalam Perjanjian Arisan Motor Plus” Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Hi. Adius Semenguk, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Marindowati, S.H., M.H., Pembimbing Utama, atas segala waktu, perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan;

4. Ibu Rosida, S.H., Pembimbing Kedua, atas segala waktu, perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan;

5. Ibu Nilla Nargis, S.H., M.Hum Pembahas I, atas seluruh masukan, saran, serta kritikan-kritikan yang sangat membangun;


(30)

6. Ibu Elly Nurlaili, S.H., M.H., Pembahas II, yang telah memberikan kritik dan sarannya;

7. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum., Pembimbing Akademik atas segala motivasi dan dukungannya;

8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membuka cakrawala ilmu dan memberikan pemikiran ilmu yang bermanfaat dan berguna;

9. Bapak Nasirwan, S.Pd., pengelola arisan motor plus yang telah banyak membantu dan memberikan informasi selama penulis melakukan penelitian; 10.Atry Yesa Metana, yang memberikan semangat, dukungan dan nasihat disaat

penulis kesulitan dalam membuat skripsi ini;

11.Saudaraku tersayang, Mamak Andah, Kak Sep, Babang, Wo Meli, Minan Om, mamah Endut, Ngah Nopi, Bang Iwan, Fitra, Buyung, Adenan dan lainnya yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, yang tidak henti-hentinya memberi semangat serta dukungannya;

12. Sahabat sekaligus saudara dalam hidupku, Zaldi Afrianto, Doni Siregar, Tryan Desta Rizal, Randi Elfajar, Sempai Inal, Sempai Devi, Jumi;

13. Teman-teman kampus seperjuangan 06’ yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya: Gerry Pratiara, Dwi Nurahman, Alto Antonio, Hengki Kurniawan, Guto Arpianto, Desi Susanti, Hamami, Crisman Natanael Napitu, Erwin, Tetra dan teman-teman lain yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu;


(31)

14. Teman-teman seperjuangan di bagian Hukum Perdata: Andrian Taslim, Andrian Caesar, Tobroni, Ramal, Merlia Antika, Riva, Angga Purnama, Lisa, Leo Bakaranto Manalu, Herniyanti Fitri, Hawani, Decta, Rommy, Iqbal, Septian, Abi, Vivi, Filoni, Wina, Enggar, Ayu, Raden, Siti, Titiek, Yulia, Suci, Cahya, Chita, Teresia, Nova, Dendi, Maliki, Efendi, Shinta, Rossi, Ridhwan, Hendi, Lastianto Prabowo, Indra Cipta dan teman-teman lain yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan penulis semoga skripsi ini dapat menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca umumnya.

Bandar Lampung, 2010 Penulis,


(32)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Perikatan ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban subjek hukum dalam tindakan hukum kekayaan. Hukum perdata Eropa mengenal adanya perikatan yang ditimbulkan karena undang-undang dan perikatan yang ditimbulkan karena perjanjian. Perikatan yang ditimbulkan karena undang-undang lazim disebut perikatan dari undang-undang. Adanya hak dan kewajiban timbul diluar kehendak subjek hukumnya. Perikatan ini dapat disebabkan oleh tindakan tidak melawan hukum dan tindakan melawan hukum. Sedangkan perikatan yang

ditimbulkan karena perjanjian lazim disebut “perjanjian”, hak dan kewajiban yang

timbul dikehendaki oleh subjek-subjek hukum. Bahkan, terkadang hak dan kewajiban itu sering merupakan tujuan dalam menjalankan tindakannya. Pasal

1338 KUHPerdata menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya”. Maksudnya, semua perjanjian mengikat mereka yang tersangkut bagi yang membuatnya, mempunyai hak yang oleh perjanjian itu diberikan kepadanya dan berkewajiban melakukan hal-hal yang ditentukan dalam perjanjian. Setiap orang dapat mengadakan perjanjian, asalkan memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata. (R. Abdoel Djamali,2005:147). Berdasarkan uraian di atas bahwa perikatan ada dua macam, yaitu perikatan yang lahir karena undang-undang dan perikatan yang lahir karena perjanjian. Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata setiap orang bebas mengadakan perjanjian. Salah satu contoh dari perjanjian ialah arisan. Arisan merupakan perjanjian yang


(33)

2

lahir karena kesepakatan antara beberapa pihak dan tumbuh berkembang di tegah-tengah masyarakat karena adanya ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, arisan ialah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan cara pengundian, lelang dan ada juga kelompok arisan yang menentukan pemenang dengan perjanjian. Dalam budaya arisan, pemenang memiliki kewajiban untuk menggelar pertemuan pada periode berikutnya arisan akan diadakan. Arisan beroperasi di luar ekonomi formal sebagai sistem lain untuk menyimpan uang, namun kegiatan ini juga dimaksudkan untuk kegiatan pertemuan yang memiliki unsur "paksa" karena anggota diharuskan membayar dan datang setiap kali undian akan dilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas, lahirlah sebuah kegiatan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan tersebut dikenal dengan nama Arisan Motor Plus. Arisan Motor Plus ialah suatu bentuk dari kesepakatan antara beberapa pihak yaitu pihak pengelola arisan motor dan pihak peserta arisan motor yang didalamnya terdapat perjanjian yang mengikat antara keduabelah pihak sehingga melahirkan hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawab dari masing-masing pihak.

Arisan Motor Plus melibatkan beberapa pihak didalamnya yaitu pengelola arisan motor, wakil pengelola arisan motor, bendahara arisan motor dan peserta arisan


(34)

3

motor. Pengelola arisan motor merupakan pihak yang bertanggung jawab atas adanya Arisan Motor Plus, pengelola arisan motor memberikan sepeda motor kepada setiap peserta arisan motor yang memenangkan arisan motor. Wakil pengelola dan bendahara arisan motor plus ialah seseorang yang membantu pengelola arisan motor untuk menjalankan kegiatan Arisan Motor Plus. Peserta arisan motor ialah seseorang yang melakukan perjanjian dengan pihak pengelola arisan motor.

Kehadiran Arisan Motor Plus menjadikannya sebagai salah satu alternatif yang banyak dipilih oleh masyarakat karena syarat dan prosedur yang tidak terlalu rumit. Arisan Motor Plus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu sepeda motor, dengan biaya angsuran yang tidak terlalu mahal.

Perjanjian Arisan Motor Plus akan menimbulkan adanya hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian Arisan Motor Plus yang telah di sepakati bersama. Terpenuhinya segala hak dan kewajiban sesuai dengan yang telah diperjanjikan antara pihak-pihak sampai perjanjian tersebut berakhir dikenal dengan istilah prestasi. Namun dalam perjanjian adakalanya salah satu pihak tidak melakukan kewajiban dengan baik atau tidak memperoleh haknya, hal ini disebut dengan wanprestasi.

Wanprestasi yang terjadi bisa karena lalai atau karena sengaja. Wanprestasi karena lalai ialah ketika dalam masa kegiatan Arisan Motor Plus salah satu pihak tidak melakukan apa yang diperjanjikan, melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat atau melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Sedangkan wanprestasi karena sengaja adalah ketika dalam masa


(35)

4

kegiatan Arisan Motor Plus salah satu pihak mempunyai itikad tidak baik seperti ingin memiliki sepeda motor tampa membayar uang arisan motor. Pihak yang melakukan wanprestasi karena lalai atau karena sengaja harus bertanggung jawab berdasarkan ketentuan dalam perjanjian.

Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbul hak pengelola arisan motor sebagai pihak yang dirugikan untuk menuntut peserta arisan sebagai pihak yang melakukan wanprestasi agar bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialaminya, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.

Untuk memenuhi pelaksanaan suatu perjanjian Arisan Motor Plus, serta tanggung jawab para pihak arisan jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian Arisan Motor Plus, peneliti menentukan salah satu objek penelitian yang berada di Jalan Sukardi Hamdani Gg. Sabri Said No.62 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan mengkaji pelaksanaan perjanjian Arisan Motor Plus dan tanggung jawab para pihak arisan jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian, dengan judul skripsi adalah Wanprestasi Dalam Perjanjian Arisan Motor Plus.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas maka yang menjadi masalah adalah ”Bagaimanakah cara penyelesaian dalam perjanjian Arisan Motor Plus jika terjadi wanprestasi?” Pokok bahasan meliputi:


(36)

5

2. Bentuk wanprestasi dan cara penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian Arisan Motor Plus;

3. Berakhirnya perjanjian arisan motor plus.

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup pembahasan, yaitu mengenai bagaimana cara penyelesaian dalam perjanjian Arisan Motor Plus jika terjadi wanprestasi. Lingkup bidang ilmu, yaitu Hukum keperdataan khususnya terkait dengan Hukum Perjanjian.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara jelas, lengkap dan terinci tentang:

1. Hak dan kewajiban dari pihak-pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus; 2. Bentuk wanprestasi dan cara penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian

arisan motor plus;

3. Berakhirnya perjanjian arisan motor plus. D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan lingkup penelitian, maka kegunaan penelitian ini meliputi:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan kajian untuk mengembangkan wawasan mengenai hukum khususnya hukum Perjanjian. 2. Kegunaan Praktis


(37)

6

Penelitian diharapkan berguna sebagai:

a. Upaya perluasan pengetahuan bagi penulis dalam bidang Hukum khususnya tentang tanggung jawab pihak peserta arisan dalam perjanjian Arisan Motor Plus jika terjadi wanprestasi;

b. Sumbangan pemikiran, bahan bacaan dan sumber informasi serta sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi yang memerlukannya;

c. Sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(38)

Judul Skripsi : WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN ARISAN MOTOR PLUS

Nama Mahasiswa : EKO TAMINA

No. Pokok Mahasiswa : 0642011162

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Hj. Marindowati, S.H., M.H. Hj. Rosida, S.H.

NIP 19491114 198003 2 001 NIP 19500109 197803 2 001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata, S.H., M.H. NIP 19621109 198811 1001


(39)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Hj. Marindowati, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Hj. Rosida, S.H. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Hj. Nilla Nargis, S.H., M.Hum. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Hi. Adius Semenguk, S.H., M.S. NIP 19560901 198103 1 003


(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 22 April 1988, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Hi. Jumeno, S.H. dan Ibu Hj. Anizar.

Pada tahun 1992 penulis bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) Ikal Bulog Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 1994. Tahun 1994 penulis bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sumur Batu yang diselesaikan pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negri (SLTPN) 23 Bandar Lampung pada Tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003. Pada Tahun 2003 penulis bersekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2006. Dan pada tahun yang sama yaitu tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(41)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bukti hormat dan cintaku kepada kedua orang tuaku Hi. Jumeno, S.H. dan Hj. Anizar, adik-adikku Intan Nyimas Ganda sari, Khansa Abila Shalasati dan Zalfa Juneta Arbaini,

saudara-saudaraku yang telah memberikan semua cinta, kasih sayang, perhatian, serta selalu mendoakan tiap langkah hidupku. Terima kasih atas segala motivasi,


(42)

MOTTO

Jangan mengeluh, karena tidak akan merubah keadaan.

Ayo bangkit, siapa yang akan merubah keadaan ini jika bukan diri kita sendiri. yakin tidak ada yang tidak bisa di lalui bila di jalankan dengan ikhtiar yang

tulus.

Di dalam satu kesulitan di apit dua kemudahan..

Kita semua pasti pernah terjatuh, itu hal yang biasa Tetapi bangkit kembali setelah jatuh itu baru luar biasa


(43)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’ aalamin

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat dan hidayahnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul ”Wanprestasi Dalam Perjanjian Arisan Motor Plus” Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Hi. Adius Semenguk, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Marindowati, S.H., M.H., Pembimbing Utama, atas segala waktu, perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan;

4. Ibu Rosida, S.H., Pembimbing Kedua, atas segala waktu, perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan;

5. Ibu Nilla Nargis, S.H., M.Hum Pembahas I, atas seluruh masukan, saran, serta kritikan-kritikan yang sangat membangun;


(44)

6. Ibu Elly Nurlaili, S.H., M.H., Pembahas II, yang telah memberikan kritik dan sarannya;

7. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum., Pembimbing Akademik atas segala motivasi dan dukungannya;

8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membuka cakrawala ilmu dan memberikan pemikiran ilmu yang bermanfaat dan berguna;

9. Bapak Nasirwan, S.Pd., pengelola arisan motor plus yang telah banyak membantu dan memberikan informasi selama penulis melakukan penelitian; 10.Atry Yesa Metana, yang memberikan semangat, dukungan dan nasihat disaat

penulis kesulitan dalam membuat skripsi ini;

11.Saudaraku tersayang, Mamak Andah, Kak Sep, Babang, Wo Meli, Minan Om, mamah Endut, Ngah Nopi, Bang Iwan, Fitra, Buyung, Adenan dan lainnya yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, yang tidak henti-hentinya memberi semangat serta dukungannya;

12. Sahabat sekaligus saudara dalam hidupku, Zaldi Afrianto, Doni Siregar, Tryan Desta Rizal, Randi Elfajar, Sempai Inal, Sempai Devi, Jumi;

13. Teman-teman kampus seperjuangan 06’ yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya: Gerry Pratiara, Dwi Nurahman, Alto Antonio, Hengki Kurniawan, Guto Arpianto, Desi Susanti, Hamami, Crisman Natanael Napitu, Erwin, Tetra dan teman-teman lain yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu;


(45)

14. Teman-teman seperjuangan di bagian Hukum Perdata: Andrian Taslim, Andrian Caesar, Tobroni, Ramal, Merlia Antika, Riva, Angga Purnama, Lisa, Leo Bakaranto Manalu, Herniyanti Fitri, Hawani, Decta, Rommy, Iqbal, Septian, Abi, Vivi, Filoni, Wina, Enggar, Ayu, Raden, Siti, Titiek, Yulia, Suci, Cahya, Chita, Teresia, Nova, Dendi, Maliki, Efendi, Shinta, Rossi, Ridhwan, Hendi, Lastianto Prabowo, Indra Cipta dan teman-teman lain yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan penulis semoga skripsi ini dapat menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca umumnya.

Bandar Lampung, 2010 Penulis,


(46)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perjanjian

Secara umum pengertian perjanjian terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata yaitu perjanjian ialah merupakan suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya. Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata semua perjanjian yang dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Berdasarkan keterangan di atas, setiap orang berhak melakukan kontrak atau perjanjian dengan memenuhi syarat sahnya perjanjian.

1. Perjanjian dan Unsur-Unsur Perjanjian

Menurut Wirjono Prodjodikoro (1979 : 9) “Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua belah pihak, dimana satu pihak berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan, sedangkan pihak lain


(47)

8

memberikan batasan “Perjanjian sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu berjanji untuk melakukan suatu

hal”.

Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata, yang menjelaskan bahwa perjanjian ialah merupakan suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya. Menurut Abdulkadir Muhammad (1982, hlm. 77-78), ketentuan pasal tersebut kurang begitu memuaskan karena ada beberapa kelemahan, sebagai berikut :

a. Hanya menyangkut sepihak saja;

b. Kata perbuatan mencakup juga tampa konsensus; c. Pengertian perjanjian terlalu luas;

d. Tampa menyebut tujuan.

Berdasarkan alasan tersebut, perjanjian adalah persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan darinya untuk melakukan suatu hal dalam bidang harta kekayaan, sehingga dapat diketahui bahwa unsure-unsur perjanjian sebagai berikut :

a. Ada pihak-pihak.

Para pihak dalam suatu perjanjian disebut subjek perjanjian, subyek perjanjian dapat berupa manusia pribadi dan badan hukum. Subjek perjanjian ini harus mampu atau wenang melakukan perbuatan yang ditetapkan dalam undang-undang.

b. Ada persetujuan antara pihak-pihak.

Persetujuan disini bersifat sedang berunding, perundingan itu ada tindakan- tindakan pendahuluan untuk menuju kepada adanya persetujuan.


(48)

9

c. Ada tujuan yang akan dicapai.

Tujuan mengadakan perjanjian terutama untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak, kebutuhan mana hanya dapat dipenuhi jika mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Tujuan sifatnya tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan larangan oleh undang-undang. Pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian dapat melaksanakannya dengan baik tampa melanggar apa yang ditetapkan dalam isi perjanjian sesuai dengan tujuan perjanjian Arisan Motor Plus.

d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan.

Dengan adanya persetujuan maka timbullah kewajiban untuk melaksanakan suatu prestasi. Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak- pihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian.

e. Ada bentuk tertentu lisan/tulisan.

Bentuk ini perlu ditentukan, karena ada ketentuan undang-undang bahwa hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan kekuatan bukti, bentuk tertentu biasanya berbentuk akta. Perjanjian itu biasanya bisa dibuat secara lisan, artinya dengan kata-kata yang jelas maksut dan tujuannya yang dipahami oleh pihak-pihak, itu sudah cukup, kecuali jika pihak-pihak menghendaki supaya dibuat secara tertulis (akta).

f. Ada syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat tertentu ini sebenarnya sebagai isi perjanjian karena dari syarat-syarat itulah dapat diketahui hak dan kewajiban pihak-pihak yang melakukan perjanjian Arisan Motor Plus.


(49)

10

Berdasarkan uraian diatas, unsur-unsur perjanjian diantaranya ialah adanya pihak-pihak, adanya persetujuan pihak-pihak-pihak, adanya tujuan yang akan dicapai, adanya prestasi yang akan dilaksanakan, ada bentuk tertentu lisan atau tulisan dan ada syarat-syarat tertentu.

2. Pengertian Perjanjian Kredit

Sebelum menerangkan megenai pengertian perjanjian kredit, hal pertama yang akan dibahas mengenai pengertian kredit. Kredit berasal dari bahasa Yunani

Creder” yang berarti kepercayaan (trust atau faith), oleh sebab itu dasar dari kredit adalah kepercayaan, dengan demikian seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan, hal tersebut timbul bila telah ada pendekatan antara pemberi dan penerima kredit, untuk menimbulkan kepercayaan maka pemberi kredit perlu meneliti terlebih dahulu calon peminjam kredit. (Muchdarsyah Sinungan, 1989:2).

Selanjutnya menurut Muchdarsyah Sinungan (1989:3) kredit adalah pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi tersebut akan dikembalikan lagi pada satu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontrak prestasi berupa bunga.

Pemberian kredit berarti memberikan kepercayaan kepada debitur oleh kreditur, meskipun kepercayaan tersebut mengandung resiko yang tinggi. Karena itu dalam pemberian kredit terdapat beberapa unsur yang sering disebut sebagai unsur-unsur kredit yaitu :


(50)

11

a. Kepercayaan

Yaitu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikannya akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu dikemudian hari.

b. Waktu

Yaitu jangka waktu antara masa pemberian kredit dan masa pengembalian kredit ( nilai agio ) adalah lebih tinggi dari pada nilai uang yang akan diterima pada waktu pengembalian kredit dikemudian hari.

c. Degree of risk

Yaitu adanya tingkat resiko yang dihadapi sebagai akibat jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dan pengembalian kredit di kemudian hari. Makin lama jangka pengembalian waktu kredit berarti makin tinggi pula tingkat resikonya. Karena ada unsur resiko ini maka suatu perjanjian kredit perlu suatu jaminan.

d Prestasi

Yang diberiakan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa atau uang dalam perkembangan perkreditan di alam modern maka yang dimaksud dengan prestasi dalam pemberian kredit adalah uang.

Secara teori kredit dapat diberikan dalam bentuk uang ataupun barang, tetapi dalam kehidupan ekonomi modern selalu didasarkan pada uang maka kredit dalam bentuk uang ini yang banyak dilakukan. (Djuhaendah Hasan 1996,hlm 148)

Sebelum dilakukannya pemberian kredit oleh kreditur kepada debitur, hal pertama yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak ialah mengadakan perjanjian kredit. Menurut hukum perdata Indonesia Perjanjian Kredit (PK) merupakan salah satu


(51)

12

bentuk perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam buku ketiga KUHPerdata. Dalam bentuk apapun juga perjanjian kredit itu diadakan pada hakekatnya merupakan salah satu perjanjian pinjam meminjam, sebagaimana diatur dalam Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUHPerdata. Namun demikian dalam praktek perbankan modern hubungan hukum dalam kredit tidak lagi semata-mata berbentuk hanya perjanjian pinjam meminjam saja, melainkan adanya campuran dengn bentuk perjanjian lainnya seperti perjanjian pemberian kuasa dan perjanjian lainnya.

Selanjutnya menurut Djuhaendah Hasan (1996:135) yang dimaksut dengan perjanjian kredit ialah perjanjian yang antara bank dengan debitur untuk memberikan pinjaman sejumlah dana kepada debitur yang sebelumnya telah dilakukan penilaian oleh pihak bank dari berbagai aspek.

Dalam prakteknya bentuk perjanjian kredit antara satu bank dengan yang lainnya tidaklah sama, hal tersebut terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhannya masing-masing. Dengan demikian perjanjian kredit tersebut tidak mempunyai bentuk yang berlaku umum untuk

Menurut R. Subekti (1995:52), Perjanjian Kredit atau Sewa-beli sebenarnya adalah suatu macam jual-beli, setidak-tidaknya ia lebih mendekati jual-beli dari pada sewa-menyewa, meskipun ia merupakan suatu campuran dari kedua-duanya

dan diberikan judul “sewa-menyewa”. Dalam Hire-purchase Act 1965 ia

dikonstruksikan sebagai suatu perjanjian “sewa-menyewadengan hak opsi dari si


(52)

13

adalah tertuju pada perolehan hak milik atas suatu barang disatu pihak dan perolehan sejumlah uang sebagai imbalannya (harga) dilain pihak.

Berdasarkan penjelasan di atas maka perjanjian kredit ialah perjanjian yang lahir karena adanya unsur kepercaraan antara Keritur dan Debitur, dimana dalam waktu tertentu Debitur akan mengembalikan apa yang diberikan Kreditur kepadanya. Pemberian kredit akan diberikan Kreditur kepada Debitur yang sudah dikenalnya terlebih dahulu.

3. Syarat Sah Perjanjian

Didalam Pasal 1320 KUHPerdata terdapat beberapa hal untuk syarat sahnya suatu perjanjian, antara lain yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

Dengan sepakat atau juga dinamakan perizinan dimaksudkan bahwa kedua subyek yang melakukan perjanjian itu harus sepakat, setuju atau seika-sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu adalah juga dikehendaki oleh pihak yang lainnya. Mereka menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik.

b. Kecakapan untuk membuat sesuatu perjanjian

Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada azasnya setiap orang yang sudah dewasa atau akilbalig dan sehat pikirannya, adalah cakap menurut hukum. Memang, dari sudut rasa keadilan, perlulah bahwa orang yang melakukan suatu perjanjian yang nantinya akan terikat oleh perjanjian itu, mempunyai cukup kemampuan untuk menginsyafi benar-benar akan tanggung jawab yang dipikulnya dengan perbuatan itu sedangkan dari


(53)

14

sudut ketertiban hukum, oleh karena seorang yang membuat suatu perjanjian itu berarti mempertaruhkan kekayaannya, orang tersebut harus orang yang sungguh-sungguh berhak berbuat bebas dengan harga kekayaannya.

c. Suatu hal tertentu

Sebagai syarat ketiga disebutkan bahwa suatu perjanjian harus memahami suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan. Barang yang dimaksud dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya, bahwa barang itu sudah ada pada saat perjanjian itu dibuat, tidak diharuskan oleh undang-undang juga jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan.

d. Suatu sebab yang halal

Dengan sebab ini dimaksudkan tidak lain dari pada isi perjanjian dengan segera harus dihilangkan suatu kemungkinan salah sangka, bahwa sebab itu adalah sesuatu yang membuat orang melakukan suatu perjanjian yang dimaksud. Bukan itulah yang oleh undang-undang dimaksudkan dengan sebab hal halal itu. Sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian atau dorongan jiwa untuk membuat suatu perjanjian pada azasnya tidak diperdulikan oleh undang-undang. Hukum pada azasnya tidak menghiraukan apa yang ada dalam gagasan orang atas apa yang dicita-citakan seseorang, yang diperhatikan oleh hukum atau undang-undang hanyalah tindakan orang-orang dalam masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas maka syarat sah perjanjian ialah adanya kata sepakat, sudah cakap hukum, ada suatu hal tertentu, dan sesuatu yang halal.


(54)

15

4. Azas Perjanjian

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan. Menurut Abdulkadir Muhammad (1982, hal.84), asas-asas tersebut, adalah:

a. Sistem Terbuka (open system)

Asas ini mempunyai arti bahwa setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja walaupun belum atau tidak diatur dalam undang-undang. Asas ini sering

juga disebut “asas kebebasan berkontrak (freedom of making contract). Walaupun berlaku asas ini, kebebasan berkontrak tersebut dibatasi oleh tiga hal, yaitu tidak dilarang oleh undang-undang tidak bertentangan dengan kesusilaan, dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

b. Bersifat Pelengkap (optimal)

Artinya pihak-pihak membuat perjanjian menghendaki dan memuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan pasal-pasal dalam undang-undang, tetapi apabila dalam perjanjian yang mereka buat tidak ditentukan, maka berlakulah ketentuan undang-undang.

c. Bersifat Konsensual

Artinya perjanjian itu terjadi itu terjadi (ada) sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak, dengan kata lain prjanjian itu sudah sah dan mempunyai akibat hukum sejak saat tercapai kata sepakat antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian.

d. Bersifat Obligator (obligatory)

Artinya perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik


(55)

16

(ownership). Hak milik baru berpindah, apabila diperjanjikan sendiri yang disebut perjanjian yang bersifat kebendaan (zakelijke overeenkomst).

Berdasaran penjelasan di atas maka azaz perjanjian ialah system terbuka, bersifat pelengkap, bersifat konsensual dan bersifat obligator.

5. Pengertian Hak dan Kewajiban

Menurut Abdulkadir Muhammad (1992:10) hak adalah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi oleh pihak lain. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain dengan pembebanan sanksi jika lalai atau dilalaikan.

Menurut Soerjono Soekanto (1985: 11), hak dan kewajiban didukung oleh subjek hukum, artinya subyek hukum mempunyai peranan yang harus dilaksanakan dan yang tidak harus dilaksanakan. Peranan yang harus dilaksanakan itu disebut juga tugas atau kewajiban, sedangkan yang tidak harus dilaksanakan disebut wewenang atau hak.

Berdasarkan pengertian diatas maka hak dan kewajiban ialah segala sesuatu yang harus dipenuhi dalam suatu perjanjian, yaitu hak adalah sesuatu yang kita dapatkan dan kewajiban adalah sesuatu yang harus kita laksanakan.

6. Pengertian Jaminan

Berdasarkan ketentuan Pasal 1131 yaitu segala kebendaan si berhutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru


(56)

17

akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.

Ketentuan yang ada dalam Pasal di atas merupakan pengertian dari jaminan secara umum atau jaminan yang timbul atau lahir dari undang-undang, artinya disini undang-undang memberikan perlindungan bagi semua kreditur dalam kedudukan yang sama. Adapun pembayaran atau pelunasan hutang kepada kreditur dilakukan secara berimbang, kecuali apabila ada alasan yang memberikan kedudukan preferen (droit de pre ference) kepada para kreditur tersebut.

Dalam KUHPerdata disebutkan bahwa kedudukan preferen diberikan kepada para kreditur pemegang gadai dan hipotik atau dalam kata lain kreditu yang mempunyai hak kebendaan, yang mengikat perjanjian jaminan kebendaan terhadap benda tertentu pemilik debitur yang bersifat hak mutlak atas benda yang di ikat. Sehingga apabila debitur melakukan, kreditur mempunyai hak atas benda yang diikat tersebut untuk mendapat pelunasan terlebih dahulu dari pada kreditur lainnya. Kemudian jaminan terbagi lagi sesuai dengan sifat benda yang di jaminkanapabila benda tersebut benda bergerak maka jaminannya berupa gadai dan apabila benda tersebut tidak bergerak maka jaminannya ialah hak tanggungan, jaminan-jaminan tersebut dapat disebut juga sebagai jaminan khusus.

Berdasarkan dari pasal di atas maka yang di maksud jaminan adalah sarana perlidungan bagi keamanan kreditur yaitu kepastian hutang debitur atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitur. Undang-undang dalam hal ini KUHPerdata telah memberikan sarana perlindungan bagi para kreditur.


(57)

18

Secara yuridis materil jaminan (collateral) berarti sesuatu benda atau kesanggupan pihak ketiga yang dapat menjadi pegangan kreditur untuk adanya kepastian hukum pelaksanaan prestasi oleh debitur. Dengan demikian jaminan akan mempunyai fungsi tindakan preventif bagi pelunasan hutang.

Seperti diketahui dalam dunia perbankan dikenal denga istilah jaminan pokok dan jaminan tambahan. Yang dimaksut dengan jaminan pokok ialah jaminan yang berupa sesuatu atau benda yang berkaitan langsung dengan kredit yang dimohon. Sesuatu yang berkaitan dengan kredit yang dimohon dapat berarti suatu proyek atau prospek usaha debitur yang dibiayai oleh kredit tersebut, sedangkan yang dimaksut dengan benda yang berkaitan dengan kredit yang dimohon biasanya adalah benda yang dibiayai atau yang dibeli dengan kredit. Sedangkan yang dimaksut dengan jaminan tambahan ialah jaminan yang tidak bersangkutan langsung dengan kredit yang dimohon, jaminan tambahan dapat berupa jaminan kebendaan yang objeknya adalah harta benda milik debitur, maupun perorangan yaitu kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban debitur. (Djuhaendah Hasan, 1996:202).

Selanjutnya benda yang dapat dijadikan sebagai jaminan adalah benda dalam perdagangan atau memiliki sifat ekonomis, sedangkan benda diluar perdagangan atau tidak memiliki sifat ekonomis tidak dapat dijadikan sebagai objek jaminan. Benda dalam perdagangan atau yang bersifat ekonomis itu dapat berupa, benda tanah dan benda bukan tanah baik yang tetap maupun yang bergerak. Tujuannya ialah apabila terjadi ingkar janji atau kredit macet, maka benda tersebut sewaktu-waktu dapat dicairkan. Demikian juga halnya dengan jaminan perorangan,


(58)

19

meskipun yang diperjanjikan adalah kesanggupan pihak ketiga untuk melunasi hutang debitur dan tidak ada benda tertentu yang diikat dalam perjanjian jaminan, namun pada dasarnya yang dijadikan acuan jaminan itu adalah harta kekayaan pihak ketiga tersebut.

Salah satu harta kekayaan yang dapat dijadikan jaminan ialah hak atas tanah. Disebutkan dalam Pasal 16 ayat 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (yang selanjutnya disebut UUPA) ada beberapa jenis hak atas tanah yaitu :

a. Hak milik; b. Hak guna-usaha; c. Hak guna-bangunan; d. Hak pakai;

e. Hak sewa;

f. Hak membuka tanah; g. Hak memungut hasil hutan.

Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara seperti yang disebutkan diatas.

Dari beberapa macamhak atas tanah di atas, terdapat hak-hak yang bukan merupakan pemilikan atas hak atas tanah secara langsung seperti hak membuka tanah dan hak memungut hasil hutan. Dan dilain pihak terdapat hak-hak atas tanah yang betul-betul dalam arti pemilikan hak atas tanahnya secara langsug atau secara fisik yaitu Hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai


(59)

20

dan hak sewa. Hak-hak ini diperoleh berdasarkan atas suatu alas hak yang kuat serta mem;punyai nilai ekonomis yang kuat bagi pemiliknya.

Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kj, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.

Menurut Muhamad Djumhana (2003: 411) dari karakteristiknya Hak Tanggungan mempunyai ciri-ciri yaitu:

a. Tidak dapat dibagi-bagi kecuali jika diperjanjikan lain. Maksudnya ialah hak tanggungan membebani secara utuh objek hak tanggungan dan setiap bbagian darinya. Sehingga walaupun telah dilunasi sebagian dari hutang yang dijamin tidak berarti terbebasnnya sebagian objek hak tanggungan dari beban hak tanggungan, melainkan hak tanggungan itu membebani seluruh objek hak tanggungan untuk sisa hutang yang belum dilunasi (Pasal 2 Ayat 1) namun hal tersebut dapat dikesampingkan apabila diperjanjikan lain (Pasal 2 ayat 2). b. Tetap mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada (droit

de suit) maksudnya walaupun objek hak tanggungan sudah berpindah tangan melakukan eksekusi jika debitur wanprestasi (Pasal 7).


(60)

21

c. Accessoir artinya merupakan ikutan dari perjanjian pokok, maksudnya bahwa perjanjian hak tanggungan tersebut ada apabila telah ada perjanjian pokoknya yang berupa perjanjian yang menimbulkan hubungan hutang piutang (Pasal 10 ayat 1).

d. Asas spesialitas yaitu bahwa unsur-unsur dari hak tanggungan wajib ada untuk sahnya. Akta pemberian Hak Tanggungan, misalnya mengenai subjek, objek, maupun hutang yang dijamin (Pasal 1 ayat 1) dan apabila tidak dicantumkan maka mengakibatkan akta tersebut batal demi hukum.

e. Asas publisitas yaitu perbuatan mengenai hak tanggungan ini perlu diketahui pula olehy pihak ketiga, yaitu dengan mendaftarkan pemberian hak tanggungan tersebut (Pasal 13 ayat)

Disebutkan dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, objek yang dapat dibebani hak tanggungan pada dasarnya dibebankan pada Hak atas tanah yang meliputi:

a. Hak Milik b. Hak Guna Usaha c. Hak Guna Bangunan

Selain hak atas tanah tersebut di atas Objek hak tanggungan yang lain, ialah hak pakai atas tanah Negara asalkan telah memenuhi ketentuan pendaftaran dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan. Hak tanggungan dapat juga dibebankan kepada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya


(61)

22

yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut.

7. Wanprestasi

a. Pengertian Wanprestasi

Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi adalah segala sesuatu yang diperjanjikan wajib untuk melaksanakan atau mewujudkan segala sesuatu yang diperjanjikan (prestasi) tersebut. Para pihak wajib dan harus melaksanakan sesuai yang diperjanjikan, apabila seseorang mengingkari janji yang telah disanggupinya di dalam perjanjian atau apabila si pemilik utang atau (Debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikannya atau ia melanggar perjanjian dengan melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukannya, maka ia dikatakan melakukan wanprestasi (alpa, lalai atau ingkar janji).

b. Bentuk-bentuk Wanprestasi

Menurut R. Subekti (1984: 45), dilihat dari bentuknya wanprestasi ada 4 (empat) macam yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Akibat adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam suatu perjanjian akan menimbulkan kerugian pada pihak lain, dalam pembahasan ini


(62)

23

pihak yang melakukan wanprestasi adalah pihak peserta arisan dan pihak yang mengalami kerugian adalah pihak pengelola arisan.

Berdasarkan penjelasan di atas, wanprestasi ialah suatu kealpaan atau tidak dipenuhinya prestasi dalam suatu perjanjian.

8. Berakhirnya Perjanjian

Berakhirnya suatu perjanjian merupakan aplikasi hubungan antara kedua belah pihak, karena berakhirnya suatu perjanjian berarti putusnya hubungan antara kedua belah pihak tentang suatu perjanjian atau perikatan selanjutnya diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata:

a. Karena pembayaran

b. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpangan atau penitipan.

c. Karena pembaharuan utang.

d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi e. Karena percampuran utang.

f. Karena pembebasan utangnya

g. Karena musnahnya barang yang terutang. h. Karena kebatalan atau pembatasan

i. Karena berlakunya suatu syarat-syarat batal yang diatur dalam bab ke satu buku ini.

j. Karena lewatnya waktu.

Berdasarkan pengertian di atas, berakhirnya suatu perjanjian ialah apabila telah terpenuhinya semua apa yang menjadi tujuan dari perjanjian, sehingga tidak ada


(63)

24

lagi hak dan kewajiban yang timbul, serta terlepasnya hubungan hukum antara pihak-pihak yang melakukan perjanjian.

B. Arisan

1. Sejarah Arisan

Arisan memiliki sejarah panjang, memperoleh populasi besar di tahun 1970. Pada tahun 1980, arisan dalam perbankan menjadi resmi diakui dengan istilah baru yakni Keuangan Mikro yang merupakan jenis pertukaran moneter swasta. Secara khusus, arisan adalah contoh dari “asosiasi kredit berputar”

Arisan adalah kata yang umum di Indonesia yang mengacu kepada sebuah pertemuan sosial yang unik dimana sekelompok teman-teman dan keluarga bertemu setiap bulan untuk pribadi undian mirip dengan kolam taruhan. Setiap anggota grup mendepositokan jumlah tetap sebesar uang ke pot, lalu pengundian dimulai dan nama yang keluar adalah pemenangnya dan mendapatkan uang yg telah terkumpul. Nama pemenang akan dihapus dari pot sampai setiap anggota telah memenangkan dan kemudian siklus selesai, hal ini disebut lotere tetap karena adil bagi semua peserta yakni memenangkan jumlah yang sama selama siklus lengkap.

2. Pengertian Arisan

Arisan adalah sekelompok orang yang mengumpulkan uang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu. Setelah uang terkumpul, salah satu dari anggota kelompok akan keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang biasanya


(64)

25

dilakukan dengan jalan pengundian, namun ada juga kelompok arisan yang menentukan pemenang dengan perjanjian.

Di Indonesia, dalam budaya arisan, setiap kali salah satu anggota memenangkan uang pada pengundian, pemenang tersebut memiliki kewajiban untuk menggelar pertemuan pada periode berikutnya arisan akan diadakan.

Arisan beroperasi di luar ekonomi formal sebagai sistem lain untuk menyimpan uang, namun kegiatan ini juga dimaksudkan untuk kegiatan pertemuan yang memiliki unsur "paksa" karena anggota diharuskan membayar dan datang setiap kali undian akan dilaksanakan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan arisan merupakan kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan cara pengundian, lelang dan ada juga kelompok arisan yang menentukan pemenang dengan perjanjian.

3. Pengertian Arisan Motor Plus

Arisan motor plus adalah sekelompok orang yang mengumpulkan uang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu. Setelah uang terkumpul, salah satu dari anggota kelompok akan keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan jalan pengundian, namun ada juga kelompok arisan yang menentukan pemenang dengan perjanjian, dalam arisan ini telah terjadi


(1)

31

jawab pihak peserta arisan jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian Arisan Motor Plus dalam bentuk penyusunan skripsi sebagai karya ilmiah.

B. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sumber hukum yang menjadi dasar rumusan masalah; 2. Mengidentifikasi pokok bahasan yang bersumber dari rumusan masalah; 3. Mengidentifikasi dan menginventarisasi ketentuan-ketentuan normatif bahan

hukum primer dan sekunder dari pokok bahasan;

4. Mengkaji secara komprehensif bahan hukum primer dan sekunder guna menjawab masalah yang dirumuskan;

5. Kemudian hasil kajian sebagai jawaban permasalahan dideskripsikan secara lengkap, rinci, sistematis dalam bentuk skripsi.

C. Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis penelitian yang dikemukakan di atas maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang berasal dari bahan pustaka yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, literatur dan sumber data sekunder lainnya:

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat berupa undang-undang, dokumen, yurisprudensi dan ketentuan yang berasal dari:


(2)

32

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b) Dokumen perjanjian kontrak antara pengelola arisan motor dan peserta arisan motor dalam perjanjian Arisan Motor Plus.

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang menunjang bahan hukum primer, yang membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer, yaitu berbagai literatur atau buku-buku tentang perjanjian yang berkaitan dengan pokok bahasan

3. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu :

a) Kamus hukum;

b) Kamus Besar Bahasa Indonesia; c) Data-data internet.

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Studi Pustaka

Studi kepustakaan ini dilakukan dengan membaca, menginventarisasi, menelaah dan memahami sebagian referensi dan literature yang berupa peraturan-peraturan dan beberapa pendapat dari para sarjana yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

2. Studi Dokumen

Studi Dokumen dilakukan dengan cara menelaah dokumen perjanjian Arisan Motor Plus antara pihak Peserta Arisan dengan pihak Pengelola. Teknik yang


(3)

33

digunakan yaitu membaca dan memahami isi dokumen tersebut sehingga akan memudahkan dalam proses pengolahan data.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan terstruktur yang telah disusun oleh peneliti dan diajukan secara lisan pada Pimpinan atau Pengelola Arisan Motor Plus yaitu Bapak Nasirwan, S.Pd. Pimpinan Arisan Motor Plus. Metode pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Inventarisasi data, pada tahap ini seluruh data hasil studi dikumpulkan;

2. Pemeriksaan data (editing), yaitu mengoreksi data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar dan relevan dengan permasalahan;

3. Rekontruksi data yaitu menyusun data secara tertentu, beruntun, logis hingga mudah dipahami dan dipersentasikan;

4. Sitematisasi data (systematizing), yaitu menempatkan data yang telah diolah tersebut menurut kerangka sistematika pokok bahasan dan sub pokok bahasan berdasarkan urutan masalah yang diteliti. Setelah cukup lengkap maka selanjutnya akan diadakan persiapan analisis data.

E. Analisis Data

Tindak lanjut dari pengolahan data adalah dilakukannya analisis terhadap data. Berdasarkan data yang telah diolah secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptis kualitatif, yaitu analisis yang diwujudkan dalam bentuk penjabaran atau uraian dalam bentuk kalimat secara terperinci berdasarkan interprestasi data sehingga dapat diambil kesimpulan secara umum mengenai Wanprestasi Dalam Perjanjian Arisan Motor Plus.


(4)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hak dan kewajiban yang ada di dalam perjanjian Arisan Motor Plus yang dilaksanakan sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian Arisan Motor Plus .

2. Bentuk wanprestasi yang sering terjadi pada Arisan Motor Plus ialah peserta arisan motor terlambat membyar uang arisan motor dan juga mengalihpakaikan sepeda motor kepada pihak lain tanpa sepengetahuan piha pengelola arisan motor. Penyelesaian wanprestasi biasanya dilakukan dengan cara perdamaiyan, akan tetapi jika dengan cara perdamaiyan tidak terjadi kesepakatan maka penyelesaian wanprestasi dilakukan melalui Pengadilan Negeri, tetapi sampai sekarang belum pernah terjadi penyelesaian wanprestasi dilakukan melalui Pengadilan Negeri dalam Arisan Motor Plus.

3. Berakhrnya perjanjian Arisan Motor Plus ialah dengan cara pembayaran. Peserta arisan motor melakukan pembayaran uang arisan motor kepada pihak pengelola arisan motor sesuai dengan jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati sebelumnya dalam perjanjian Arisan Motor Plus.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Djamali, R. Abdoel, 2005. Pengantar Hukum Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Djumhana, Muhamad. 2003. Hukum Perbankan di Indonesia. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hasan, Djuhaendah. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lainnya Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Muhammad, Abdulkadir, 1982. Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung.

___________________, 1992. Hukum Perdata Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

___________________, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Prodjodikoro, Wirjono, 1979. Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Penerbit Sumur Bandung.

Sinungan, Muchdarsyah. 1989. Dasar-Dasar dan Teknik Managemen Kredit. Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1985. Penelitian Hukum Normatif. Raja Grafindo, Jakarta. Subekti,R. 1984. Hukum Perjanjian. Penerbit PT. Intermasa, Jakarta.

Subekti,R. 1995. Aneka Perjanjian. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.

Undang-Undang dan Kamus

R, Subekti dan R. Tjiptosudibjo, 1992. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata PT. Pradnya Paramita, Jakarta


(6)

Data Internet

http://indonetasia.com/definisionline/?tag=arisan. Diakses tanggal 4 Januari 2010 pukul 19.30 WIB.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedi a.org/wiki/Arisan. Diakses tanggal 5 april 2010 pukul 20.22 WIB.