PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN KAJIAN PUSTAKA

6 lantai dasar digunakan sebagai ruang aula serbaguna untuk kegiatan pertemuan dan lantai atas digunakan untuk upacara keagamaan yang terdapat patung Sang Buddha Duduku. Vihara ini salah satu kebanggaan bagi warga Kota Semarang pada khususnya dan Jawa Tengah pada umummnya. Dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata. Pada mulanya Vihara Buddhagaya hanya digunakan sebagai tempat ibadah. Dengan melihat arsitektur bangunan yang sangat kental dengan etnik Tiongkok Cina dan Thailand. Semua ini merupakan potensi wisata yang dapat diandalkan dan dikembangkan menjadi dearah tujuan wisata. Melalui POTENSI WISATA RELIGIUS DI VIHARA BUDDHAGAYA WATUGONG SEMARANG.

B. PERUMUSAN MASALAH

Ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengapa Vihara Buddhagaya Watugong dibangun di Desa Pudak Payung Semarang? 2. Potensi apa saja yang dikembangkan untuk dijadikan obyek dan daya tarik wisata ? 3. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan obyek wisata di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang? 7

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui munculnya Vihara Buddhagaya Watugong dibangun di Desa Pudak Payung Semarang. 2. Untuk mengetahui potensi apa saja yang dapat dikembangkan untuk dijadikan obyek dan daya tarik wisata. 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengembangan obyek wisata di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Di dalam mengadakan suatu penelitian sudah pasti ingin mendapatkan sesuatu manfaat yang berguna bagi penulis bagi obyek itu sendiri maupun bagi akademik. 1. Manfaat Teoritis a. Untuk meningkatkan pengetahuan pembaca pada umumnya dan mahasiswa UPW pada khususnya serta menghasilkan lulusan yang professional di bidang pariwisata. b. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang berada di lapangan. 2. Manfaat Praktis Sebagai upaya pengenalan obyek wisata kepada pembaca dan usaha dalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang mengunjungi obyek wisata Vihara Buddhagaya Watugong serta 8 mengetahui sejarah perkembangan vihara tersebut sehingga dapat dikembangkan secara optimal sebagai potensi pariwisata.

E. KAJIAN PUSTAKA

Dalam buku Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdan a yang ditulis oleh Nyoman S. Pendit tahun 2003 telah dibahas berhubungan dengan istilah pariwisata yang terlahir dari bahasa Sanskerta dengan kompnen- komponennya yang terdiri dari, Pari : penuh, lengkap, komunitas. Wis man: rumah, property, kampung, komunitas. Ata: pergi, terus menerus, mengembara Kemudian yang dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata, berarti : pergi secara lengkap meninggalkan rumah kampung berkeliling terus menerus. Istilah pariwisata sebagai pengganti istilah asing “tourism” atau “travel” diberi nama oleh pemerintah Indonesia: “Mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah ditempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka. Nyoman S.Pendit, 2003:1 Dalam UU No.102009 kepariwisataan didefinisikan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta miltidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan masyarakat setampat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. Secara umum kepariwisataan adalah semua kegiatan dan urusan yang kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan dam pengawasan pariwisata baik 9 dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Secara khusus pariwisata adalah segala yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan obyek dan daya tariknya serta usaha dengan penyelenggaraan pariwisata Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal disuatu negara tanpa memandang kewarganegaraan, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut ini : a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, pendidikan, keagamaan, kesehatan dan olahraga. b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga Darmawisata adalah pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi. Pengertian “wisatawan” tercantum dalam instruksi Presiden RI No. 9 tahun 1969, yaitu setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Untuk tujuan praktisnya Departemen pariwisata menggunakan definisi “wisatawan” sebagai berikut wisatawan bisa saja adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap ditempat lain selain tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan, selain mencari pekerjaan Happy Marpaung, 2002:36-37 Menurut Nyoman S. Pendit dalam bukunya berjudul Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana tahun 2003 telah dibahas berkaitan dengan bentuk-bentuk pariwisata yang dapat dibedakan menjadi : 10 a. Menurut asal wisatawan Pertama-tama perlu diketahui apakah wisatawan berasal dari dalam atau luar negeri kalau asalnya dari dalam negeri berarti maka disebut pariwisata domestik, sedangkan kalau ia datang dari luar negeri disebut pariwisata internasional. b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayarannya Kategori wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya yang ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian orang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negerinya, disebut pariwisata pasif. c. Menurut jangka waktu Kedatangan seorang wisatawan disuatu tempatnegara diperhitungkan pula waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. d. Menurut jumlah wisatawan Perbedaan ini diperhitungkan dalam jumlah wisatawan yang datang sendiri rombongan. Maka timbulah istilah-istilah pariwisata tinggal dan rombongan. e. Menurut alat angkut yang digunakan Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan untuk seorang wisatawan. Maka dapat dikategorikan menjadi pariwisata udara, laut, atau darat. 11 Selain itu juga Nyoman S. Pendit membahas berkenaan dengan jenis pariwisata antara lain : a. Wisata Budaya Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seorang dengan jalan mengadakan kunjunganpeninjauan ke tempat lainkeluar negeri. Mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni mereka. b. Wisata kesehatan Hal ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tersebut untuk menemukan keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan kesehatan baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai ikllim udara menyehatkantempat yang menyediakan fasilitas- fasilitas kesehatan lainnya. c. Wisata konvensi Wisata yang dekat dengan wisata politik adalah wisata konvensi. Bagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan ruangan dan suatu konferensi, musyawarah, konvensi dan pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. 12 d. Wisata Pertanian Wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan keproyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembimbitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur mayur dan palawija disekitar perkebunan. e. Wisata Maritim Marina atau Bahari Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk, atau laut lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, berkeliling melihat- lihat taman laut dengan pemandangan indah dibawah permukaan air. f. Wisata Pilgrim Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan sejarah, agama, adat istiadat dan kepercayaan umatkelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh peroranganrombongan ke tempat-tempat suci, makam-makam orang besarpimpinan yang diagungkan , bukitgunung yang dianggap keramat. Tempat pemukiman tokohpimpinan sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ini banyak dihubungkan dengan niathasrat sang wisatawan. Untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk memperoleh berkah kekayaan melimpah. 13 g. Wisata Petualangan Seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi penuh binatang buas, mendaki tebing teramat terjal, terjun ke dalam sungai yang sangat curam, arum jeram disungai yang arusnya liar masuk goa penuh misteri dan sebagainya. Dalam buku Istilah-istilah dunia pariwisata oleh Damardjati tahun 2001 telah diuraikan pengertian potensi. Potensi pariwisata merupakan segala hal dan keadaan baik nyata dan dapat diraba maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaatdimanfaatkandiwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlukan menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan baik itun berupa suasana, kejadian, benda maupun layananjasa-jasa. Damardjati 2001:128 Dalam Kamus Pariwisata dan Perhotelan ditulis oleh Kodhya,Ramaini tahun 1992 analisis diartikan penguraian suatu pokok menjadi bagian- bagiannya dan penelaahan suatu bagian secara tersendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia edisi kedua tahun 1989, wihara diartikan biara yang didiami oleh para biksu umat budha. Vihara adalah tempat ibadah agama budha, kata vihara berasal dari bahasa Pali bahasa India Kuno yang berarti tempat tinggal atau tempat puja bhakti. Vihara juga dijabarkan sebagai kompleks yang terdiri dari : 14 1. Dhammasala adalah tempat puja bhakti, upacara keagamaan dan pembabaran Dhamma ajaran Sang Buddha. Di tempat ini umat budha melakukan puja bhakti, upacara keagamaan dan mendengarkan pembabran Dhamma yang disampaikan dan dipimpin oleh para bhiksu, pandita dan dhammaduta umat yang menyampaikan dhamma. Tempat ini merupakan tempat utama vihara yang bersifat umum. 2. Uposathagara adalah gedung tempat uposatha persamuan para bhiku, yang berfungsi sebagai tempat pentabisan bhikku, tempat upagara resmi keagamaan, pembacaan patimokka , yaitu 227 peraturan kebhikkuan yang dilakukan setiap bulan gelap tidak ada bulan dan bulan terang bulan purnama, penyelesaian pelanggaran bhikku dan penentuan hak kathina dan sebagai tempat meditasi bersama umat Budha. Tempat ini bersifat tidak untuk umum hanya untuk para bhikku, samanera dan pandita saja meskipun tidak ada larangan untuk umat secara langsung. 3. Kuthi adalah tempat tinggal para bhikku, bhikkuni bhikku wanita, samanera calon bhikku dan samneri calon bhikkuni. http:diglib.petra.ac.id 8 april 2010.

F. METODE PENELITIAN