Wisata Vihara Avalokitesvara (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kota Pematangsiantar)

(1)

Daftar Pertanyaan Penelitian Skripsi Mahasiswa Antropologi Sosial Mengenai Wisata Vihara Avalokitesvara (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kota

Pematangsiantar)

Nama : Fitria Anggina Siregar

Nim : 120905019

I. Identitas Informan

Nama :

Pekerjaan :

Usia :

Agama :

Daerah asal :

II. Informan I (Bhiksu Dhityadaya)

1. Bagaimana sejarah Vihara Avalokitesvara dan patung Dewi Kwan Im di Kota Pematangsiantar ?

2. Siapakah patung Dewi Kwan Im bagi umat Buddha ? 3. Apa arti patung shio menurut umat Buddha ?

4. Patung Dewi Kwan Im menghadap ke arah mana dan adakah artinya ? 5. Mengapa patung Dewi Kwan Im berada di Pematangsiantar ?

6. Darimanakah berasal patung Dewi Kwan Im ? 7. Siapakah pembuat patung Dewi Kwan Im ?


(2)

8. Apakah benar patung Dewi Kwan Im ini yang terbesar se-Asia Tenggara ? 9. Apakah jenis kelamin Dewi Kwan Im ?

10. Mengapa patung Dewi Kwan Im dibangun setinggi 22,8 meter ? 11. Atas saran siapakah pembangunan patung Dewi Kwan Im ini ? 12. Apakah ada larangan jika beribadah ke Vihara Avalokitesvara ? 13. Kapan saja waktu untuk beribadah di Vihara Avalokitesvara ? 14. Perayaan apa saja yang dilakukan di Vihara Avalokitesvara ?

15. Umumnya berasal darimanakah yang beribadah ke Vihara Avalokitesvara ? 16. Apakah umat Buddha dari luar Kota Pematangsiantar sering beribadah ke Vihara

Avalokitesvara ?

17. Berapakah jumlah jemaat yang beribadah ke Vihara Avalokitesvara ? 18. Berasal darimanakah biaya pengelolaan Vihara Avalokitesvara ?

19. Kapan saja waktu berkunjung untuk wisatawan ke Vihara Avalokitesvara ? 20. Bagaimana struktur organisasi di Vihara Avalokitesvara ?

III. Informan II (Wisatawan Kelompok Anak-anak)

1. Apa tujuan mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?

2. Bersama siapa anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ? 3. Bagaimana pendapat anda tentang Vihara Avalokitesvara ? 4. Bagaimana perasaan anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?

IV. Informan III (Wisatawan Kelompok Remaja/dewasa)

1. Apa alasan/motivasi anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?


(3)

V. Informan IV (Wisatawan Kelompok Orangtua)

1. Bersama siapa anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ? 2. Apakah tujuan anda hanya ke Vihara Avalokitesvara saja ?

3. Bagaimana menurut anda tentang perubahan fungsi Vihara Avalokitesvara ini yang sekaligus menjadi tempat wisata ?

VI. Informan V (Wisatawan Kelompok Remaja)

1. Bagaimana pendapat anda tentang Vihara Avalokitesvara ? 2. Bagaimana perasaan anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?

3. Apa yang biasanya dilakukan ketika berkunjung di Vihara Avalokitesvara ? 4. Mengapa memilih Vihara Avalokitesvara ini ketika sedang merasakan bosan ?

VII. Informan VI (Wisatawan Kelompok Dewasa)

1. Apa tujuan anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?

2. Selain beribadah, apa yang anda lakukan di Vihara Avalokitesvara ?

VIII. Informan VII (Wisatawan Kelompok Dewasa)

1. Bagaimana pendapat anda tentang Vihara Avalokitesvara ? 2. Apa saran anda untuk memajukan tempat wisata ini ?


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Berutu, Lister dkk. 2001. Metode Penyusunan Proposal Penelitian Ilmu – Ilmu Sosial. Medan: Monora.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Ginting, Paham. 2005. Pemasaran Pariwisata: studi Empiris tentang

Kepuasan dan Kunjungan Berkelanjutan pariwisata Sumatera Utara. Medan: USU Press.

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Detinasi Pariwisata. Jakarta: UI- Press.

Koentjaraningrat(1990); Pengantar Ilmu Antropologi Cetakan ke delapan.Jakarta : Rineka Cipta, (1998); Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas Indonesia.

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Praditya Paramita.

Prasiasa, Dewa Putu Oka. 2011. Wacana Kontemporer Pariwisata. Jakarta: Salemba Humanika.

Ross, Glenn F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Spradley, James. (1979); The Ethnographic Interview. New York: Holt,

Rinehartand Winston.

Yoeti, Oka A. 1994. Tours and Travel management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.


(5)

Sumber-sumber dari internet :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19181/3/Chapter%20II.pdf diakses pada (10 Januari 2012)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43407/4/Chapter%20I.pdf diakses pada (23 Mei 2010)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43407/3/Chapter%20II.pdf diakses pada (2 juni 2013)

http://prihatno.blogspot.co.id/ diakses pada (4 Desember 2008)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26220/5/Chapter%20I.pdf diakses pada (9 september 2013)

http://repository.unand.ac.id/2256/1/8._Artikel_Syaiful_Anwar_hal_115-124 diakses pada (17 April 2007)

http://madebayu.blogspot.com/search/label/definisi pariwisata dan wisatawan diakses pada (6 Mei 2016)

http://eprints.uns.ac.id/6722/1/143661308201007181.pdf diakses pada (29 November 2009)

http://prihatno.blogspot.co.id/ diakses pada (24 Juli 2014)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kwan_Im diakses pada (19 Agustus 2006) https://astroshiopedia.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-dan-legenda-shio.html diakses pada (24 Januari 2004)

http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/10/motivasi-perjalanan-wisata.html diakses pada (1 April 2012)

https://id.wikipedia.org/wiki/Wihara diakses pada (14 Maret 2001

http://www.pematangsiantarkota.go.id/profil-daerah?showall=1&limitstart= diakses pada (1 Januari 2010)

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121 BAGJA_WALUYA/SOSIOLOGI_PARIWISATA/HO_Sosantroppar.pdf disakses pada (21 september 2012)

http://www.sandywarman.com/2015/01/pembelajaran-2-motivasi-tujuan.html diakses pada (23 Juni 2010)


(6)

BAB III

MOTIVASI WISATAWAN MENGUNJUNGI VIHARA AVALOKITESVARA

3.1. Karakterisitik Pengunjung Vihara Avalokitesvara

Pengunjung atau wisatawan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kegiatan wisata. Sebuah usaha wisata bisa dikatakan sukses apabila banyak wisatawan yang datang mengunjunginya. Objek wisata Vihara Avalokitesvara merupakan objek wisata yang didatangi pengunjung tiap harinya. Pengunjung yang datang ke Vihara Avalokitesvara merupakan orang-orang dari latar belakang dan kehidupan ekonomi yang berbeda. Pengunjung Vihara Avalokitesvara didominasi orang-orang dewasa, baik itu yang datang secara pribadi, kelompok ataupun rombongan. Pengelompokan pengunjung dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Pengunjung pribadi, terdiri dari 1-2 orang, biasanya datang menggunakan kendaraaan roda dua ataupun angkutan umum.

b. Kelompok kecil, terdiri dari 4-8 orang, biasanya menggunakan mobil mini bus maupun angkutan umum.

c. Rombongan kecil, biasanya tediri dari 8-15 orang, kelompok ini pada umumnya didominasi oleh satu keluarga.

d. Rombongan besar, terdiri dari 20 orang sampai lebih, biasanya datang dari luar kota dan menggunakan bus besar.

Jumlah pengunjung Vihara Avalokitesvara tiap bulannya berbeda beda, bisa mengalami peningkatan dan bisa pula mengalami penurunan. Pada umumnya


(7)

kunjungan terbesar yang datang mengunjungi Vihara Avalokitesvara yakni pada hari minggu maupun pada hari-hari libur. Hal ini diungkapkan oleh pimpinan Vihara Avalokitesvara :

“Dalam soal kunjungan wisatawan Vihara Avalokitesvara ini sama halnya dengan objek-objek wisata yang lain, biasanya pengunjung yang paling banyak itu datang pada hari minggu dan hari libur, apa lagi pada waktu hari waisak umat Buddha melakukan kebaktian, amal, dan bakti sosial. Hal ini karena Vihara Avalokitesvara ini kan merupakan objek wisata rohani, jadi pada waktu libur-libur hari raya Buddha banyak yang mengunjungi

sekaligus mengikuti kebaktian”.

Pengunjung yang datang mengunjugi Vihara Avalokitesvara tidak hanya orang-orang yang tinggal di daerah Pematangsiantar saja, melainkan ada yang datang dari luar kota bahkan ada yang dari luar negeri. Faktor sejarah dan kebesaran Vihara dan patung Dewi Kwan Im menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang datang mengunjungi Vihara Avalokitesvara.

3.2. Pengunjung

Pengunjung yang datang ke suatu tempat wisata pada umumnya akan mendapat kesan tertentu. Kesan yang didapat merupakan suatu hasil dari cara pandang seseorang terhadap nilai dari objek wisata tersebut. Penilaian yang diberikan setiap pengunjung biasanya ada yang bersifat negatif maupun positif. Hal ini dikarenakan setiap pengunjung pastinya mempunyai cara pandang tersendiri dalam menilai suatu objek wisata yang dikunjunginya.

3.2.1. Pengunjung Kelompok Anak-Anak

Beragamnya pengunjung yang mengunjungi Vihara Avalokitesvara tak terlepas dari kelompok anak-anak. Anak-anak yang mengunjungi Vihara


(8)

Avalokitesvara pada umumnya datang bersama orang tua mereka. Tak sedikit pula anak-anak yang merasa bosan terhadap fasilitas yang disediakan pihak pengelola Vihara Avalokitesvara, seperti yang dikatakan oleh salah satu pengunjung yang datang bersama orangtuanya :

“kalau menurutku kak, tempatnya bagus. Cantik kali untuk foto-foto, bersih juga tempatnya. Tapi kok gak ada tempat main-mainnya. Soalnya bosan kali cuma ngawani. Terus gak ada juga orang jualan disini”.

Arena bermain tidak tersedia di Vihara Avalokitesvara. Mungkin saat ini belum tersedianya arena bermain, karena Vihara masih dalam proses pembangunan. Namun berbeda dengan informan berikut :

“tempatnya bagus kak, luas kali disini bisa main-main, lari-lari, ada kolam ikannya juga, ikannya bagus-bagus suka kali liat ikannya”.

3.2.2. Pengunjung Kelompok Remaja/Dewasa

Pengunjung Vihara Avalokitesvara tak terlepas dari kelompok remaja dan orang dewasa. Pengunjung remaja pada umumnya berusia antara 13-20, sedangkan orang dewasa merupakan orang-orang yang belum berumah tangga dan berusia 21 sampai dengan keatas. Pada umumnya kelompok ini mengunjugi Vihara Avalokitesvara secara pribadi-pribadi dan ada pula yang datang secara berkelompok dengan teman-temannya, biasanya satu kumpulan berjumlah antara 5-8 orang. Selain itu tidak sedikit pula yang datang bersama dengan keluarga masing-masing. Pengunjung dalam kelompok ini biasanya akan memiliki pandangan yang berbeda dengan kelompok anak, jika pada kelompok anak-anak pandangannya terhadap Vihara Avalokitesvara hanya sebatas arena bermain,


(9)

maka pengunjung pada kelompok ini akan melihat Vihara Avalokitesvara secara berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengunjung remaja berikut:

“saya datang kesini ini karena saya pengen tau dan sangat penasaran dengan tempat ini, apalagi patung Dewi Kwan Im, karena jarang-jarang tempat wisata seperti ini yang merupakan wisata agama Buddha. Selain itu saya juga sekalian ingin refresing. Banyak teman-teman saya yang sudah kesini dan banyak yang memuji tempat ini makanya saya kesini karena penasaran. Ternyata

tempatnya benar-benar bagus kok”.

Ada juga pengunjung remaja berusia 17 tahun yang mengunjungi Vihara Avalokitesvara hanya untuk menenangkan diri :

“Aku suka kak kesini, sering kali aku kesini sama kawan -kawanku, duduk-duduk aja kami disini, seperti yang kakak lihat lah adem kali kan duduk di samping lonceng besar ini. Kadang kalau kami bosan les, kami kesini lah duduk-duduk kak. Tidak ada tempat lain seperti di Vihara ini. Disini kami bebas, lama-lama duduk disini tidak bosan kak”.

Berbeda dengan yang diungkapkan oleh pengunjung lainnya, dia memandang Vihara Avalokitesvara melalui perawatan dan yang dilakukan pihak pengelola:

“kalau menurut saya, Vihara Avalokitesvara ini perawatan disini lumayan lah, kebersihannya terjaga, baik itu di ruang-ruang doa sampai dengan toiletnya. Gak ada yang buang sampah sembarangan kok bersih kali, sejuk kali disini. Semua itu harus terus diperhatikan baik dari pihak pengelola maupun pengunjung, agar Vihara Avalokitesvara ini nantinya bisa dikenal banyak orang luar dan menjadi wisata yang go internasional”.

3.2.3. Pengunjung Kelompok Orang Tua

Sebagai salah satu objek wisata yang umum, Vihara Avalokitesvara juga menjadi tujuan wisata bagi para orang tua. Kelompok orang tua ini pada


(10)

umumnya mengunjungi Vihara Avalokitesvara pada hari-hari libur dan juga hari minggu. Biasanya para orang tua mengunjungi Vihara Avalokitesvara bersama dengan keluarga mereka. Vihara Avalokitesvara juga menjadi salah satu sarana dalam mengurangi kepenatan para orang tua dari pekerjaan sehari-hari. Hal ini juga diungkapkan oleh pengunjung yang merupakan karyawan pabrik rokok di Pematangsiantar :

“Saya mengunjungi Vihara Avalokitesvara ini karena saya ingin meringankan beban. Bagi saya datang ke Vihara Avalokitesvara ini merupakan pemecahan masalah terakhirlah. Kalau saya dan teman-teman saya beribadah kesini, sekalian foto-foto juga. Walaupun gak terhitung lagi udah berapa kali kesini pasti foto-foto selesai ibadah”.

Selain pengunjung dalam kota yang beribadah, ada juga pengunjung dari luar kota yang hendak beribadah ke Vihara Avalokitesvara berikut ini :

“saya sudah sangat sering beribadah ke Vihara ini. Sebelum saya menikah dan pindah ke Medan saya selalu beribadah disini, sudah tidak terhitung lagi lah berapa kali saya datang kesini. Setelah saya menikah, saya sudah jarang beribadah kesini, kadang saya rindu beribadah disini. Kadang kalau saya tidak sibuk, sebulan sekali saya berkunjung ke Siantar karena rumah orangtua saya disini. Kalau saya sudah di Siantar, saya selalu menyempatkan diri buat beribadah di Vihara ini”.

Akan tetapi tak sedikit pula pengunjung dalam kelompok ini yang merasa kurang puas akan fasilitas yang ada di Vihara Avalokitesvara baik itu dari segi perawatan ataupun kekurangan sarana dan prasarana. Seperti yang diungkapkan oleh pengunjung yang berasal dari Jakarta:

“saya mengunjungi Vihara Avalokitesvara ini sekalian pulang kampung, menurut saya Vihara ini sudah bagus, tapi masih kurang informasinya, harusnya sih harus ada


(11)

fasilitas yang ada disini agar kita tidak bingung untuk apa fasilitas tersebut dibuat. Apalagi ornamen-ornamennya ada tulisan-tulisan cina, kan kita tidak tau maknanya apa”.

Masyarakat yang berkunjung dari luar kota Siantar tidak hanya berwisata ke Vihara Avalokitesvara saja, tetapi ada juga yang berkunjung ke tempat wisata lainnya yang ada di Siantar. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sitepu yang berasal dari Berastagi :

“Saya dan keluarga ke Siantar ingin berlibur ke kebun binatang saja. Tapi katanya di Siantar ini ada patung tinggi yang katanya tempat wisata. Makanya kami singgah kesini. Pas aku lihat memang mantap krina (bagus sekali) tempat ini.”

3.3. Kegiatan Pengunjung

3.3.1. Kegiatan Pengunjung Non Buddha

Sebagai sebuah objek wisata religi, Vihara Avalokitesvara ini terbuka untuk umum baik itu yang beragama Buddha maupun non Buddha. Biasanya kegiatan pengunjung ketika mengunjungi Vihara Avalokitesvara ini hanya untuk berfoto saja. seperti yang diungkapkan Riska. Pengunjung dilarang memasuki ruangan ibadah kecuali ada urusan penting. Walaupun pengunjung non Buddha hanya bisa berfoto-foto saja, tidak membuat mereka jera untuk balik ke Vihara Avalokitesvara.

3.3.2. Kegiatan Pengunjung Agama Buddha

Tujuan utama pengunjung yang beragama Buddha mengunjungi Vihara Avalokitesvara adalah untuk beribadah. Agama Buddha melangsungkan ibadah pada tanggal 1 (Ce It) & 15 (Cap Go) saja atau di sebut juga Lunar (tanggal agama Buddha) sesuai kalender Cina. Sebagian orang Tionghoa sembahyang


(12)

kepada Tuhan bisa dilakukan setiap hari dirumah masing-masing, misalnya pada pagi hari sebelum melakukan aktivitas atau malam sebelum tidur. Pada hari biasa agama Buddha yang di Vihara Avalokitesvara juga melangsungkan ibadah pada jam 5 pagi dan jam 5 sore, dan itu dilakukan oleh orang dalam saja yang ada di Vihara Avalokitesvara. Pada saat waisak, banyak pengunjung yang berasal dari luar kota memilih untuk melangsungkan beribadah di Vihara Avalokitesvara, dan itu juga mereka manfaatkan untuk berwisata di Vihara Avalokitesvara tersebut.

Adapun syarat jamaat beribadah di Vihara Avalokitesvara adalah para jemaat harus bersih, berpakaian rapi, sopan, dan vegetarian, dan larangan untuk non Buddha harus tau diri dan tidak melakukan hal-hal aneh di tempat ibadah umat Buddha tersebut.

Hal ini di ungkapkan oleh Bhiksu Dhityadaya selaku Pimpinan Vihara Avalokitesvara :

“ Tidak ada larangan untuk para agama Buddha untuk beribadah kesini. Hanya saja jemaat yang beribadah harus bersih, rapi, sopan, dan vegetarian. Tidak ada larangan kepada jemaat wanita untuk tidak bisa beribadah karena mengalami menstruasi seperti di agama Islam. Dan larangan untuk para pengunjung non Buddha bebas-bebas saja, yang penting tidak aneh-aneh tingkahnya, misalnya berbuat hal seronoh bersama pasangan, dan merusak tanaman atau benda-benda di lingkungan Vihara Avalokitesvara, yang penting tau diri saja.”

3.4. Motivasi Wisatawan

Menurut Cohen motivasi wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat (terapi sosial). Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa


(13)

hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985) mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu sebagai berikut:

1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya.

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (banggunan bersejarah).

3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya.

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.

Cohen dalam perspektif fungsionalisme mengatakan motivasi wisatawan untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat (terapi sosial)14. Seperti halnya salah satu informan yang berkunjung ke Vihara Avalokitesvara, ia adalah seorang yang bekerja sebagai

14

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA/SOSIOLOGI_PARIWISATA/HO_Sosantroppar.pdf


(14)

wirausaha yang terbilang sangat sibuk. Tetapi meskipun begitu ia meluangkan waktunya untuk berwisata.

“Saya selalu membuat jadwal untuk berwisata sebulan sekali, karena menurut saya berwisata itu salah satu cara untuk mengembalikan energi saya yang telah terbuang saat bekerja. Saya memiliki usaha menjual bahan-bahan bangunan dan sangat menyita banyak waktu. Jadi saya menyempatkan diri dengan keluarga untuk berwisata. Saya tau tempat ini dari saudara saya yang tinggal disini. Jadi saya datang ke Vihara ini karena saya penasaran. Menurut saya bisa dibilang bagus lah”. (Bapak Satya) 15

Ada motivasi yang kuat dari seseorang ketika melakukan perjalanan wisata, bagi seorang wisatawan, perjalanan tersebut memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Perjalanan wisata adalah wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental. 2. Perjalanan wisata berkaitan dengan kompensasi terhadap berbagai hal yang

melelahkan, dan hal itu juga berfungsi sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa terkena teralienasi.

3. Perjalanan wisata mempunyai manfaat dalam pelarian dari situasi keseharian yang penuh dengan ketegangan, rutinitas yang menjemukan dan berbagai macam kejenuhan-kejenuhan karena beban dari pekerjaan yang berat.

4. Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang agar bisa mengeluarkan perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk dengan masyarakat lokal yang ada di daerah tujuan wisata.

5. Perjalanan wisata adalah salah satu wahana yang berfungsi untuk mengembangkan wawasan pariwisata.


(15)

6. Perjalanan wisata adalah wahana yang mempunyai fungsi untuk mendapatkan kebebasan.

7. Perjalanan wisata adalah wahana yang bisa digunakan untuk realisasi diri. 8. Perjalanan wisata adalah sesuatu yang menyenangkan, dan bisa membuat hidup

lebih bahagia.

Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan/atau keinginan manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan tersebut dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi kerja yang terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis. Motivasi wisatawan untuk melepaskn diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutinuntuk mengembalikan harmoni di masyarakat, sehingga pariwisata dapat dipandang sebagai salah satu bentuk terapi sosial.

Motivasi merupakan faktor penting bagi calan wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya dan informasi yang didapatkannya.


(16)

Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka bagi seorang wisatawan perjalanan tersebut akan mempunyai beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

a. Perjalanan wisata merupakan wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental.

b. Perjalanan wisata merupakan kompensasi terhadap berbagai hal yang melelahkan, sekaligus juga sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa teralienasi.

c. Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan, rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja.

d. Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang untuk dapat mengeluarkan perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk dengan masyarakat lokal.

e. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mengembangkan wawasan. f. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mendapatkan kebebasan. g. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk realisasi diri.

h. Perjalanan wisata memang merupakan sesuatu yang menyenagkan, membuat hidup lebih bahagia.16


(17)

BAB IV

PENAMBAHAN FUNGSI VIHARA AVALOKITESVARA MENURUT PANDANGAN BHIKKSU DAN PENGUNJUNG

Bronislaw Malinowski (1884 – 1942) merupakan salah satu tokoh antropologi yang menggagas dan berhasil mengembangkan teori fungsionalisme dalam ilmu antropologi. Dan yang paling penting untuk dicatat adalah bahwa teorinya ia kembangkan dengan menekuni penelitian lapangan. Kepulauan Trobriand diwilayah pasifik dipilihnya menjadi objek penelitian dan dari daerah itu pula dari tangan Malinowski lahir berbagai karya tulisan yang sangat dikagumi dikalangan antropologi, salah satu adalah “Argonauts Of The Western Pacific”. Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori untuk menganalisis fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya sutu teori fungsional tentang kebudayaan atau “A Functional Theory of Culuture”.

Melalui teori ini banyak antropolog yang sering menggunakan teori tersebut sebagai landasan teoritis hingga dekade tahun 1990-an, bahkan dikalangan mahasiswa menggunakan teori ini untuk menganalisis data penelitian untuk keperluan skripsi dan sebagainya. Tulisan “Argonauts of the Western Pacific” (1922) melukiskan tentang sistem Kula yakni berdagang yang disertai upacara ritual yang dilakoni oleh penduduk di kepulauan Trobriand dan kepulauan sekitarnya. Perdagangan tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu kecil bercadik menuju pulau lainnya yang jaraknya cukup jauh. Benda-benda yang diperdagangkan dilakukan dengan tukar menukar (barter) berupa berbagai macam bahan makanan, barang-barang kerajinan, alat-alat perikanan, selain daripada itu


(18)

yang paling menonjol dan menarik perhatian adalah bentuk pertukaran perhiasan yang oleh penduduk Trobriand sangat berharga dan bernialai tinggi. Yakni kalung kerang (sulava) yang beradar satu arah mengikuti arah jarum jam, dan sebaliknya gelang-gelang kerang (mwali) yang beredar berlawanan dari arah kalung kerang dipertukarkan.

Karangan etnografi dari hasil penelitian lapangan tersebut tidak lain adalah bentuk perkeonomian masyarakat di kepulauan Trobriand dengan kepulauan sekitarnya. Hanya dengan menggunakan teknologi sederhana dalam mengarungi topografi lautan pasifik, namun disisi lain tidak hanya itu, tetapi yang menraik dalam karangan tersebut ialah keterkaitan sistem perdagangan atau ekonomi yang saling terkait dengan unsur kebudayaan lainnya seperti kepercayaan, sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang berlaku pada masyarakat Trobriand. Dari berbagai aspek tersebut terbentuk kerangka etnografi yang saling berhubungan satu sama lain melalui fungsi dari aktifitas tersebut.

Pokok dari tulisan tersebut oleh Malinowski ditegaskan sebagai bentuk Etnografi yang berintegrasi secara fungsional. Selain dari hasil karya etnografinya, tentunya harus diperhatikan pula upaya-upaya Malinowski dalam mengembangkan konsep teknik dan metode penelitian, dan sangat lugas ditekankan pentingnya penelitian yang turun langsung ketengah-tengah objek masyarakat yang diteliti, menguasai bahasa mereka agar dapat memahami apa yang objek lakukan sesuai dengan konsep yang berlaku pada masyarakat itu sendiri dan kebiasaan yang dikembangkan menjadi metode adalah pencatatan. Mencatat seluruh aktivitas dan kegiatan atau suatu kasus yang konkret dari unsur


(19)

kehidupan. Selain dari pada itu yang patut untuk para peneliti menurut Malinowski adalah kemampuan keterampilan analitik agar dapat memahami latar dan fungsi dari aspek yang diteliti, adat dan pranata sosial dalam masyarakat. Konsep tersebut dirumuskan kedalam tingkatan abstraksi mengenai fungsi aspek kebudayaan, yakni :

1. Saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek lainnya.

2. Konsep oleh masyarakat yang bersangkutan.

3. Knsur-unsur dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara fungsional.

4. Esensi atau inti dari kegiatan/aktivitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk

pemenuhan kebutuhan dasar “biologis” manusia.

Melalui tingkatan abstraksi tersebut Malinowski kemudian mempertegas inti dari teorinya dengan mengasumsikan bahwa segala kegiatan/aktivitas manusia dalam unsur-unsur kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.

Jadi ketika kita berbicara mengenai perubahan fungsi budaya di penelitian saya tentang Vihara Avalokitesvara, alangkah baiknya kita melihat dari 4 aspek yang diterangkan Malinowski :

1. Saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek lainnya : maksudnya adalah dahulu Vihara Avalokitesvara difungsikan sebagai tempat ibadah saja namun sekarang Vihara avalokitesvara bertambah


(20)

fungsinya menjadi sebuah objek wisata. Keberadaan Vihara Avalokitesvara inilah yang menjadi multifungsi.

2. Konsep oleh masyarakat yang bersangkutan : perubahan konsep masyarakat tentang keberadaan Vihara Avalokitesvara, dahulu keberadaan Vihara dalam perspektif masyarakat di Pematangsiantar hanya tempat beribadah namun sekarang selain tempat ibadah menjadi tempat wisata.

3. Unsur-unsur dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara fungsional. Di Vihara Avalokitesvara proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Dikatakan demikian karena setelah dijadikan tempat wisata, Vihara ini banyak non Buddha datang ke tempat ibadah umat Buddha. Ini menjadikan umat Buddha menyesuaikan diri dengan terjadi penambahan fungsi di Vihara Avalokitesvara. Umat Buddha menerima baik pengunjung non Buddha yang berkunjung ke tempat ibadah mereka, dengan ini terjadi keserasian fungsi. 4. Esensi atau inti dari kegiatan/aktivitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk

pemenuhan kebutuhan dasar “biologis” manusia. Maksudnya berwisata religi di Vihara Avalokitesvara baik umat Buddha maupun non Buddha dapat mempengaruhi biologis. Seperti halnya umat Buddha yang beribadah ke Vihara, mereka merasakan perubahan pada biologis mereka setelah beribadah. Ketika beribadah mereka menggunakan Dupa yang memiliki bermacam efek pada biologis mereka. Seperti Dupa yang tidak begagang


(21)

berbentuk piramida atau serbuk berguna untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.

4.1. Pandangan Bhikksu

Rumah ibadah adalah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-masing.17

Vihara Avalokitesvara mengalami penambahan fungsi, karena adanya objek yang menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjungi Vihara Avalokitesvara yaitu patung Dewi Kwan Im yang membuat Vihara ini menjadi tempat wisata religi.

Banyak rumah-rumah ibadah yang mengalami penambahan fungsi menjadi tempat wisata, salah satunya yaitu Vihara Avalokitesvara yang terletak di kota Pematangsiantar. Vihara Avalokitesvara adalah rumah ibadah bagi umat Buddha yang memiliki patung terbesar se-Asia Tenggara, yaitu patung Dewi Kwan Im. Patung Dewi Kwan Im adalah salah satu ikon kota Pematangsiantar, yang karena kemegahan patungnya lah Vihara Avalokitesvara menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjungi Vihara Avalokitesvara. dan menjadi salah satu tempat berwisata religi di kota Pematangsiantar. Seperti yang dikatakan oleh Bhiksu Dhityadaya selaku pimpinan mengenai perubahan fungsi Vihara Avalokitesvara adalah sebagai berikut :

“Saya senang dengan penambahan fungsi Vihara ini

menjadi tempat wisata dan saya sama sekali tidak keberatan kalau Vihara ini di kunjungi banyak orang dari berbagai agama. Memang Vihara ini sudah di sahkan

17


(22)

oleh Dinas Pariwisata menjadi tempat wisata jadi siapa saja bisa berkunjung. Saya berharap yang berkunjung tidak menyalahgunakan Vihara ini, karena Vihara ini

adalah tempat ibadah sekaligus tempat berwisata”.

4.2. Pandangan Pengunjung

Pengunjung yang datang ke suatu tempat wisata pada umumnya akan mendapat kesan tertentu. Kesan yang didapat merupakan suatu hasil dari cara pandang seseorang terhadap nilai dari objek wisata tersebut. Penilaian yang diberikan setiap pengunjung biasanya ada yang bersifat negatif maupun positif. Hal ini dikarenakan setiap pengunjung pastinya mempunyai cara pandang tersendiri dalam menilai suatu objek wisata yang dikunjunginya.

4.2.1. Pandangan Pengunjung (Remaja/Dewasa)

Pengunjung Vihara Avalokitesvara tak terlepas dari kelompok remaja dan orang dewasa. Pengunjung remaja pada umumnya berusia antara 13-20, sedangkan orang dewasa merupakan orang-orang yang belum berumah tangga dan berusia 21 sampai dengan keatas. Pada umumnya kelompok ini mengunjugi Vihara Avalokitesvara secara pribadi-pribadi dan ada pula yang datang secara berkelompok dengan teman-temannya, biasanya satu kumpulan berjumlah antara 5-8 orang. Selain itu tidak sedikit pula yang datang bersama dengan keluarga masing-masing. Pengunjung dalam kelompok ini biasanya akan memiliki pandangan yang berbeda dengan kelompok anak, jika pada kelompok anak-anak pandangannya terhadap Vihara Avalokitesvara hanya sebatas arena bermain, maka pengunjung pada kelompok ini akan melihat Vihara Avalokitesvara secara luas, bagaimana sejarah Vihara Avalokitesvara, dan apa yang menjadi tujuan


(23)

Vihara Avalokitesvara. Selain itu pengunjung dalam kelompok ini akan melihat bagaimana perubahan fungsi terhadap Vihara Avalokitesvara. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengunjung remaja berikut:

“ Awalnya aku ragu berkunjung ke Vihara ini kak. Karena ini kan tempat ibadah, tempat yang sakral menurut umat Buddha. Cuma sebelum kesini aku udah dapat informasi dari kawanku yang udah pernah kesini. Rupanya boleh-boleh aja kok masuk kesini. Gak bayar juga rupanya. Aku gak nyangka kak kalau Vihara ini yang ku tau tempat ibadah agama Buddha bakalan jadi tempat wisata. Terus yang ku tau kalau Vihara ini sudah terkenal diluar kota Siantar ”.

4.2.2. Pandangan Pengunjung (Orang Tua)

Sebagai salah satu objek wisata yang umum, Vihara Avalokitesvara juga menjadi tujuan wisata bagi para orang tua. Kelompok orang tua ini pada umumnya mengunjungi Vihara Avalokitesvara pada hari-hari libur dan juga hari minggu. Biasanya para orang tua mengunjungi Vihara Avalokitesvara bersama dengan keluarga mereka. Vihara Avalokitesvara juga menjadi salah satu sarana dalam mengurangi kepenatan para orang tua dari pekerjaan sehari-hari. Hal ini juga diungkapkan oleh pengunjung yang merupakan guru di salah satu SMP di luar kota Pematangsiantar :

“Jarang memang tempat ibadah bisa jadi tempat wisata. Tapi memang Vihara ini bagus kali, memang pantas dijadikan tempat wisata karena patungnya yang tinggi memang menjadi daya tarik orang untuk berkunjung. Kalau soal penambahan fungsi, itu kan udah ada persetujuan dari pihak Vihara dan Dinas Pariwisata, dan Vihara ini juga tidak merugikan orang lain”.


(24)

BAB V

HUBUNGAN PANDANGAN DENGAN MOTIVASI WISATAWAN TERHADAP VIHARA AVALOKITESVARA SEBAGAI

TEMPAT WISATA RELIGI

Menurut Robbins (2003:97) yang mendeskripsikan bahwa persepsi atau pandangan merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna.

Persepsi atau pandangan mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi atau pandangan merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.

Menurut Cohen motivasi wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat (terapi sosial). Dalam melakukan perjalanan wisata dapat di pengaruhi beberapa faktor seperti menurut Mclntosh dan Murphy, seseorang sering dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan dan faktor eksternal. Motivasi adalah salah satu faktor penting untuk calon wisatawan dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, calon wisatawan akan mempunyai persepsi pada daerah tujuan wisata yang memungkinkan, dimana persepsi ini mampu dihasilkan


(25)

oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang bisa didapatkan.18

Pandangan dan motivasi saling berpengaruh terhadap kegiatan yang dilakukan manusia seperti melakukan suatu pekerjaan yang dapat memberikan nilai positif terhadap individu yang melakukan pekerjaan tersebut. Dikatakan dapat memberikan nilai, karena pekerjaan tersebut merupakan dari pandangannya sendiri. Dari pandangannya tersebut memberikan motivasi terhadap individu yang melakukan kegiatan yang memberikan dampak positif terhadap individu yang melakukannya. Seperti halnya dalam berwisata, seseorang yang berwisata pastinya mencari tahu terlebih dahulu tempat yang akan dikunjungi. Dari pengetahuannya tersebut maka seorang tersebut akan memiliki pandangan bahwasanya tempat yang akan dikunjungi memiliki daya tarik tersendiri yang membuat ia termotivasi untuk mengunjungi. Seperti bapak Edi, ia termotivasi datang ke Vihara Avalokitesvara karena sebelumnya ia telah mencari tahu terlebih dahulu informasi tentang Vihara Avalokitesvara, ini yang menyebabkan bapak Edi datang berkunjung ke Vihara Avalokitesvara.

“Saya sebelumnya sudah mencari tahu lah Vihara ini.

Kalau tidak begitu nanti menyesal. karena sebelumnya saya sudah mengalami. Saya pernah pergi berwisata tanpa mencari tahu terlebih dahulu tempat tersebut. Kalau Vihara ini saya sudah mencari tahu di media sosial dan memang kelihatan sangat bagus, walaupun saya sudah mencari tahu di media sosial, saya juga menanyakan kepada teman saya yang sudah pernah berkunjung ke Vihara ini apakah tempatnya benar-benar bagus atau tidak. Ternyata setelah saya berkunjung ke Vihara ini, tempat ini menurut saya bagus dan tidak menyesal berkunjung kesini, karena patung Dewi Kwan Im sangat

18


(26)

mengagumkan dan lebih bagus dari yang saya lihat di media sosial karena patungnya yang tertinggi di Asia

Tenggara dan ini membuat saya terkesan”.

Dilihat dari hasil wawancara dengan informan, menurut saya pandangan dan motivasi saling berkaitan karena memberikan pengaruh terhadap individu yang ingin melakukan kegiatan pariwisata.

5.1. Analisis Wisata Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar

Menurut Koentjaraningrat, Kebudayaan (culture) adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Dengan demikian, kebudayaan memiliki pengertian yang luas dibandingkan dengan peradaban yang merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri, sehingga kebudayaan memiliki pengertian beberapa hal yang menyangkut tingkah laku, hasil-hasil tingkah laku, dan aturan-aturan tingkah laku yang terpola dalam kehidupan masyarakat.

Sebelum menjadi tempat wisata,Vihara Avalokitesvara merupakan tempat ibadah bagi masyarakat Siantar yang beragama Buddha. Dalam tujuh unsur kebudayaan terdapat sistem pengetahun, seperti halnya penambahan yang terjadi pada Vihara Avalokitesvara di kota Pematangsiantar yang menjadi tempat wisata karena adanya suatu ketertarikan di Vihara Avalokitesvara, yaitu patung Dewi Kwan Im. Adanya patung Dewi Kwan Im di Vihara Avalokitesvara karena masyarakat beragama Buddha menganggap patung Dewi Kwan Im dahulunya memberikan dampak positif, seperti banyak memberikan dharma atau perbuatannya sehingga masyarakat Buddha menganggap patung Dewi Kwan Im sebagai Dewi mereka atau dalam kepercayaan Agama Islam seperti Nabi. Patung


(27)

Dewi Kwan Im memang sudah ada di Vihara ini, tetapi berukuran kecil yang terletak di ruangan ibadah, karena adanya pemikiran serta pengetahuan yang dimiliki masyarakat beragama Buddha yang ada di Siantar serta kuatnya jiwa sosial, maka mereka berantusias untuk membuat patung Dewi Kwan Im berukuran lebih besar.

Menurut hasil pengamatan di lapangan yang saya lakukan, berwisata bagi manusia untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya. Berwisata juga merupakan keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya. Menurut Cohen, motivasi wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat (terapi sosial). Jadi menurut saya motivasi wisatawan adalah sebuah kebudayaan karena kebudayaan merupakan tingkah laku, hasil-hasil tingkah laku yang dimiliki manusia menjadikan banyak perubahan yang menjadikan suatu kebiasaan.

Setiap masyarakat sebagai pendukung suatu kebudayaan telah menciptakan kebudayaan, karena adanya dorongan dan tuntutan berbagai kebutuhan, meliputi :

1. Kebutuhan jasmaniah, yang terdiri dari oksigen, minuman, makanan, dan pakaian

2. Kebutuhan Sosial, yang meliputi komunikasi dengan anggota suku-suku lain, kerjasama, organisasi, dan lain-lain


(28)

3. Kebutuhan kejiwaan, terdiri dari keteraturan, kehormatan, kebanggan, dan lain-lain

Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut, menjadikan manusia terikat dengan kebudayaannya. Dengan demikian, untuk melihat peranan masyarakat dalam pembentukan kebudayaan, maka baik langsung atau tidak langsung kebudayaan menentukan tindakan dan gagasan masyarakat itu sendiri yang menentukan tindakan dan gagasannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, dirinci kembali menjadi kebutuhan dasar yang kemudian ditanggapi secara budaya, seperti yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski.

Kebutuhan dasar merupakan fungsi-fungsi organ tubuh manusia dan kebutuhan-kebutuhan lain yang diikutinya, sedangkan respon cultural atau tanggapan kebudayaan adalah kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya yang nantinya akan menghasilkan benda-benda dan tindakan kebudayaan dengan mengembangkan teknik-tekniknya, seperti keteraturan gerakan fisik/jasmani, nilai dan bentuk-bentuk organisasi sosial. Adanya kebutuhan ini tentu saja akan berhubungan dengan lingkungan sekitar, dimana lingkungan juga menyediakan berbagai macam kebutuhan manusia yang terdapat didalamnya. Hubungan manusia dengan lingkungan menurut Adimiharja (1993 : 2) sebagai berikut : Sejalan dengan pandangan diatas, lingkungan alam tempat manusia hidup memberikan daya dukung kehidupan dalam berbagai bentuk kemungkinan yang dapat dipilih manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Pengembangan pilihan-pilihan itu sangat tergantung pada potensi kebudayaan manusia yang menurut kenyataan sejarah dapat berkembang secara pesat karena


(29)

kemampuan akalnya. Dengan demikian, bahwa kebutuhan manusia untuk terus hidup, dalam hal tertentu dapat diperoleh dari lingkungan dimana mereka berada, tetapi lingkungan hanya menyediakan untuk dipilih sesuai dengan kebudayaannya.

Berwisata menjadi suatu kebutuhan bagi individu karena banyaknya kegiatan yang dilakukan individu yang banyak menyita banyak waktu, mengeluarkan tenaga dan pikiran sehingga individu tersebut membutuhkan istirahat untuk mengebalikan energi mereka. Berwisata menjadi salah satu cara individu untuk mengembalikan energi mereka seperti yang diungkapkan oleh Cohen.

Dalam melakukan perjalanan wisata dapat di pengaruhi beberapa faktor seperti menurut Mclntosh dan Murphy, seseorang sering dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan dan faktor eksternal. Motivasi adalah salah satu faktor penting untuk calon wisatawan dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, calon wisatawan akan mempunyai persepsi pada daerah tujuan wisata yang memungkinkan, dimana persepsi ini mampu dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang bisa didapatkan. Seperti hasil dari wawancara yang saya lakukan terhadap informan pada saat di lapangan, hampir semuanya yang datang berwisata ke Vihara Avalokitesvara mencari informasi terlebih dahulu sebelum berkunjung.

Rumah ibadah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-masing. Vihara Avalokitesvara merupakan tempat ibadah bagi umat Buddha di


(30)

Pematangsiantar. Tetapi setelah dibangunnya patung Dewi Kwan Im terjadi penambahan fungsi menjadi tempat wisata yang menimbulkan daya tarik pada Vihara Avalokitesvara. Terjadinya penambahan fungsi terhadap Vihara Avalokitesvara diterima baik oleh pemimpin Vihara serta masyarakat Buddha yang tinggal di Pematangsiantar. Meskipun dijadikan sekaligus tempat wisata, Vihara ini tetap bisa melangsungkan ibadah bagi umat Buddha, dan umat Buddha tidak merasa terganggu dengan hal itu, malah umat Buddha merasa senang karena banyak orang dari berbagai agama ingin mengetahui agama, kepercayaan, serta kebudayaan mereka. Seperti yang saya ketahui, bahwa kota Pematangsiantar adalah kota yang memiliki toleransi agama yang tinggi. Maka menurut saya, karena itulah umat Buddha di kota Pematangsiantar menerima agama non Buddha mengunjungi Vihara Avalokitesvara.

Di dalam tujuh unsur kebudayaan terdapat sistem religi. Antropologi Religi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya. Vihara Avalokitesvara merupakan tempat ibadah bagi umat yang beragama Buddha. Vihara Avalokitesvara sekarang telah menjadi tempat wisata. Pariwisata terdapat beberapa macam jenis wisata, diantaranya adalah wisata budaya, wisata alam, wisata religi. Vihara Avalokitesvara merupakan tempat wisata religi. Mengapa dikatakan wisata religi, karena saya melihat tempat ibadah ini tidak hanya tempat beribadah, melainkan juga tempat wisata, karena terdapat objek yang menjadikan Vihara Avalokitesvara tersebut menjadi tempat wisata religi. Yang saya lihat dari tempat ini adalah bahwa setelah Vihara Avalokitesvara ini menjadi tempat wisata,


(31)

yang berkunjung bukan hanya yang beragama Buddha saja, tetapi dari agama lain juga berkunjung ke Vihara Avalokitesvara ini seperti, agama Islam dan agama Kristen. Disini dapat dilihat bahwasanya meskipun bukan agama Buddha saja yang datang ke Vihara Avalokitesvara, umat Buddha yang beribadah di Vihara Avalokitesvara menerima baik pengunjung yang non Buddha untuk datang ke tempat ibadah mereka. Ini karena mereka memiliki toleransi agama yang tinggi. Selain itu masyarakat yang berkunjung bukan hanya dari kota Pematangsiantar saja, tetapi dari luar kota juga berkunjung ke Vihara Avalokitesvara ini, seperti dari Kisaran, Perdagangan, Medan, Jakarta, dan Palembang.


(32)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Objek Wisata Vihara Avalokitesvara merupakan objek wisata rohani yang terletak di Jalan Pane, Kecamatan Siantar Selatan, Kota Pematangsiantar. Vihara Avalokitesvara ini sudah ada hampir 100 tahun yang di dalam Vihara hanya ada ruang untuk melangsungkan ibadah saja. Selanjutnya pada tahun 2005 didirikan sebuah patung setinggi 22,8 meter di Vihara tersebut, yaitu patung Dewi Kwan Im.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa alasan atau motivasi pengunjung Wisata Vihara Avalokitesvara adalah untuk beribadah. Dari banyaknya pengunjung adalah untuk berwisata karena ingin mengabadikan foto bersama patung tertinggi di Asia Tenggara tersebut. 3. Pandangan masyarakat mengenai penambahan fungsi Vihara menjadi

sekaligus tempat wisata, mereka berpendapat bahwa Vihara Avalokitesvara pantas dijadikan tempat wisata religi karena kemegahan patungnya. Begitu juga dengan Bhikksu di Vihara Avalokitesvara, dia merasa sangat senang dan tidak keberatan apabila banyak masyarakat dari berbagai agama berkunjung ke Vihara Avalokitesvara.

4. Pandangan dan motivasi saling berpengaruh terhadap kegiatan yang dilakukan manusia seperti melakukan suatu pekerjaan yang dapat memberikan nilai positif terhadap individu yang melakukan pekerjaan tersebut. Dikatakan dapat memberikan nilai, karena pekerjaan tersebut


(33)

merupakan dari pandangannya sendiri. Dari pandangannya tersebut memberikan motivasi terhadap individu yang melakukan kegiatan yang memberikan dampak positif terhadap individu yang melakukannya.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penjelasan dari bab-bab serta kesimpulan sebelumnya, maka saran yang bisa disampaikan penulis yakni sebagai berikut:

1. Kepada pihak pengelola objek wisata Vihara Avalokitesvara agar dapat membuat buku panduan. Karena fasilitas dan ornamen-ornamen yang di pajang terdapat tulisan cina. Agar wisatawan yang berkunjung tahu apa arti-arti dari fasilitas dan ornamen-ornamen tersebut.

2. Kepada para wisatawan, hendaknya menjaga dan memaknai arti hadirnya objek wisata Vihara Avalokitesvara, serta ikut mempromosikan keberadaan objek wisata Vihara Avalokitesvara agar semakin terkenal dan semakin berkembang.

3. Kepada para wisatawan, sebaiknya mencari informasi terlebih dahulu sebelum melaukan perjalanan wisata, agar tidak ada penyesalan.


(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Daftar Kecamatan di Kota Pematangsiantar

Tabel 1

Daftar Kecamatan di Kota Pematangsiantar9

Kecamatan Luas Wilayah (km²) Ratio Terhadap Total (%) Desa/Kelurahan Siantar Barat Siantar Marihat Siantar Marimbun Siantar Martoba Siantar Selatan Siantar Sitalasari Siantar Timur Siantar Utara 3,205 7,825 18,006 18,022 2,020 22,723 4,520 3,650 4,01 9,78 22,52 22,54 2,53 28,41 5,65 4,56 8 7 6 7 6 5 7 7

Jumlah 79,971 100 53

2.2. Demografi 2.2.1. Penduduk

Pada tahun 2012 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 236.947 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.963 jiwa per km2. Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2012 penduduk


(35)

Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 115.488 jiwa dan penduduk perempuan 121.459 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,08.

Tabel 2

Penduduk kota Pematangsiantar

Kecamatan Laki-Laki Perempuan

Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (per km²) Siantar Barat Siantar Marihat Siantar Marimbun Siantar Martoba Siantar Selatan Siantar Sitalasari Siantar Timur Siantar Utara 17.378 8.950 7.219 19.368 8.116 13.514 18.419 22.515 18.089 9.232 7.665 19.382 9.034 13.765 20.194 24.098 35.467 18.191 14.884 38.750 17.150 27.279 38.613 46.613 11.066 2.325 827 2.150 8.490 1.200 8.543 12.771

Jumlah 236.947 115.488 121.459 2.963

Terdapat berbagai suku-bangsa yang mendiami Kota Pematangsiantar, antara lain Simalungun (61,43%), Toba, Mandailing (9,6%), Jawa (14,2%), Tionghoa, Melayu.10

10


(36)

2.3. Letak Geografis Vihara Avalokitesvara

Hampir setiap orang di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara telah mengetahui tentang salah satu kota administratif yang terletak di Sumatera Utara ini, apalagi kota ini mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam sektor pariwisata. Apabila kita berbicara tentang sektor pariwisata yang terdapat di kota Pematangsiantar, tentunya kota ini memiliki beberapa objek wisata yang wajib kita kunjungi. Beberapa diantara objek wisata tersebut telah begitu populer di Sumatera Utara bahkan di Indonesia, karena mempunyai eksotika yang menarik. Apalagi kota ini merupakan gerbang pariwisata Danau Toba, dimana para wisatawan yang akan berwisata menuju Danau Toba selalu melintasi ataupun sekedar singgah di kota yang populer dengan durian dan roti gandanya ini.

Selain itu, kota yang terletak di dataran tinggi Sumatera Utara ini juga merupakan kota multi-etnis seperti halnya kota Medan yang di dalamnya tidak hanya terdapat etnis Batak saja, tetapi etnis lainnya pun juga terdapat di kota ini seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minangkabau, etnis Nias serta etnis Tionghoa dan etnis Tamil. Semua etnis tersebut hidup dengan rukun dalam satu kesatuan khas Indonesia, bahkan keragaman etnis tersebut memberikan nilai tambah tersendiri akan kebudayaan di Sumatera Utara yang menjadi semakin beragam. Seperti halnya etnis Tionghoa, etnis Tionghoa adalah jumlahnya cukup besar di kota Pematangsiantar. Keberadaan etnis Tionghoa ini dapat terlihat dari beberapa bangunan tempat ibadah seperti vihara yang terletak di kota Pematangsiantar. Salah satunya adalah vihara yang bernama Vihara Avalokitesvara. Vihara Avalokitesvara ini terletak di jantung kota


(37)

Pematangsiantar, dan sangat mudah sekali dijangkau karena letaknya yang sangat strategis. Vihara ini merupakan salah satu bangunan tempat ibadah terpopuler di Sumatera Utara, sebab Vihara yang sangat megah ini mempunyai eksotika yang luar biasa indahnya.

Vihara Avalokitesvara yang terletak di kota Pematangsiantar ini tidak hanya populer di kalangan masyarakat kota Pematang Siantar saja, sebab Vihara yang berdiri pada tahun 2005 ini juga menarik perhatian para wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia maupun wisatawan mancanegara. Sehingga Vihara ini tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Buddha saja, tetapi juga menjadi lokasi wisata religi bagi para wisatawan. Vihara Avalokitesvara ini mempunyai beberapa hal yang sangat menarik. Salah satunya adalah patung Dewi Kwan Im yang tampak begitu megah menghiasi halaman Vihara. Menurut informasi, patung Dewi Kwan Im yang terdapat di halaman Vihara Avalokitesvara ini merupakan patung Dewi Kwan Im terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Kemegahan patung ini terpancar dari arsitektur bangunannya yang sangat besar dan megah dengan ketinggian sekitar 22,8 meter. Sehingga, dengan ketinggian tersebut tentu saja Patung Dewi Kwan Im yang terletak di Vihara Avalokitesvara ini lebih tinggi dibandingkan bangunan-bangunan lainnya. Bahkan dari salah satu titik di pusat Kota Pematangsiantar saja, kemegahan patung Dewi Kwan Im ini sudah terlihat dari kejauhan.

Selain patung Dewi Kwan Im, di sekitar halaman Vihara Avalokitesvara ini juga berdiri beberapa patung-patung lainnya, seperti patung dari beberapa shio yang letaknya berurutan sesuai urutan shio. Patung-patung shio tersebut terdiri


(38)

dari patung babi, anjing, ayam, monyet, kambing, kuda, ular, naga, kelinci, harimau, kerbau, tikus. Patung-patung shio tersebut memberikan eksotika tersendiri yang menambah keindahan bangunan vihara ini sehingga siapapun yang berkunjung ke Vihara Avalokitesvara akan terpesona dengan arsitektur patung-patung shio tersebut. Kemudian, terdapat juga sebuah bangunan lonceng yang ukurannya sangat besar. Lonceng tersebut letaknya sangat dekat dengan patung Dewi Kwan Im.

Tak hanya itu, kemegahan Patung Dewi Kwan Im yang terdapat di Vihara Avalokitesvara ini ternyata juga pernah meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) karena kemegahannya yang luar biasa. Menurut informasi, patung Dewi Kwan Im tersebut terbuat dari bebatuan yang dipahat, dan proses pemahatan patung Dewi Kwan Im tersebut dikerjakan langsung di Negara China dengan waktu sekitar 3 tahun dan mengeluarkan biaya hingga sembilan milyar. Hingga kemudian setelah selesai dipahat di Negara China, proses perakitan patung Dewi Kwan Im ini dilakukan di Sumatera Utara. Kini, patung Dewi Kwan Im tersebut menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Vihara Avalokitesvara, bahkan beberapa wisatawan mancanegara pun sangat kagum akan kemegahan arsitekturnya yang tampak begitu menarik. Selain itu, kemegahan Patung Dewi Kwan Im ini juga sering dijadikan objek potret kamera para fotografer. Tercatat beberapa fotografer profesional pernah berkunjung ke lokasi Vihara Avalokitesvara ini untuk memotret kemegahan Patung Dewi Kwan Im menjadi objek potret yang sangat menarik.


(39)

Vihara Avalokitesvara ini berlokasi di Jalan Pane, Kecamatan Siantar Selatan, kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. Dalam perjalanan menuju Parapat, akan melalui kota Pematang Siantar dan melihat patung Bodhisatva Avalokitesvara (Dewi Kwan Im) yang menjulang tinggi, ini adalah tujuan wisata religi di kota Pematangsiantar bagi umat Buddha. Di Vihara Avalokitesvara ini dapat bersembahyang atau berfoto di dekat patung-patung yang tersebar di Vihara Avalokitesvara. Bagi penganut agama lain bisa melihat patung Bodhisatva Avalokitesvara yang tertinggi di Asia tenggara dan masuk dalam MURI (Museum Rekor Indonesia). Patung Kwan Im di Siantar ini selesai dibangun dalam waktu tiga tahun dan diresmikan pada 15 November 2005. Patung setinggi 22,8 meter ini dipesan langsung dari RRC dan dibuat dari batu granit. Bagi pemeluk Buddha, Dewi Kwan Im adalah dewi kasih sayang yang selalu dipuja. Kwan Im dikenal sebagai Bodhisattva atau calon Buddha, yakni manusia yang hampir mencapai kesucian atau kesempurnaan. Posisi Kwan Im di Siantar ini bernama Kwan Im Pemegang Sutra atau kitab ajaran Buddha. Posisi ini adalah satu dari 33 julukan Kwan Im. Kwan Im ini disebut pula Avalokitesvara, serupa dengan nama vihara di mana patung ini dibangun. Aval berarti mendengar, lokite artinya dunia dan svara berarti suara. Avalokitesvara berarti mendengar suara dunia. "Avalokitesvara sesuai kepercayaan Buddhis berarti kasih sayangnya akan datang, dan mereka yang kesusahan akan didengar," kata Bikkhu Dhyanavira, pimpinan Vihara Avalokitesvara. Patung Kwan Im ini dikelilingi catur mahadewa raja atau malaikat pencatat kebaikan dan keburukan. Di kompleks patung terdapat sebuah lonceng besar dan sebuah roda doa (praying whell). Di halaman bawah, 33 patung


(40)

Kwan Im ukuran kecil mengelilingi patung raksasa ini. Vihara ini letaknya tepat di jantung kota Pematangsiantar, dan dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Bahkan kemegahan Vihara Avalokitesvara ini sudah terlihat dari bangunan Patung Dewi Kwan Im dari kejauhan ketika melintas di salah satu sudut kota Pematangsiantar.

2.4. Jenis-jenis Tempat Wisata di Kota Pematangsiantar

Selain Vihara Avalokitesvara, di kota Pematangsiantar terdapat beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi oleh masyarakat yang ingin berlibur, diantaranya adalah :

1. Taman Bunga

Taman bunga terletak di Jalan Merdeka. Biasanya kawasan ini paling ramai dikunjungi pada saat jam 13.00 dan pada saat hari libur dan akhir pekan. Kawasan ini paling banyak dikunjungi oleh para kaum muda-mudi sekedar untuk berkumpul maupun berkencan. Alasan orang-orang banyak mengunjungi taman bunga karena memang kawasan ini merupakan paru-paru Kota Pematangsiantar yang terletak di pusat kota dan dipenuhi oleh pepohonan yang rimbun yang membuatnya sangat asri dan sejuk. Selain itu, ditambah banyaknya pedagang-pedagang seperti penjual makanan, jagung bakar, dsb menambah daya tarik tempat ini.

2. Lapangan Adam Malik

Lapangan adam malik merupakan lapangan Kota Pematangsiantar karena di tempat inilah diselanggarakan acara-acara resmi seperti Upacara HUT RI, tempat bazar, dan ditempat inilah dirayakan perayaan keagamaan dan pesta


(41)

kembang api tahun baru. Letaknya yang terletak di pusat kota membuat lapangan ini ramai dikunjungi baik itu siang hari maupun malam hari. Di lapangan ini selain sebagai lapangan upacara, merupakan kawasan yang banyak hiburan-hiburan dan pedagang-pedagang seperti kereta-keretaan, mandi bola bagi anak-anak, pedagang-pedagang makanan dan tempat nongkrong yang nyaman. Selain itu, Lapangan Adam Malik pada pagi harinya banyak dikunjungi antara jam 04.30-07.00 untuk berolahraga dan jogging tertuatama pada hari Minggu.

3. Taman Hewan Pematangsiantar (Kebun Binatang Pematangsiantar) Taman Hewan Pematang Siantar (THPS) atau sebelumnya dikenal juga sebagai Kebun Binatang Siantar. Kebun binatang ini resmi dibuka untuk umum pada tanggal 27 November 1936 dengan luas areal sekitar 4.5 hektare. THPS berlokasi di Jl. Kapt. MH. Sitorus No. 10, Kota Pematang Siantar, Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini THPS masih mempertahankan statusnya sebagai kebun binatang yang terlengkap dan terbaik di wilayah Sumatera Utara. Koleksi satwa dan popularitasnya bahkan mengalahkan Kebun Binatang Medan dengan luas yang berpuluh kali lebih besar. Meskipun dengan berbagai keterbatasan seperti sempitnya ruang yang tersedia, kurangnya pendanaan serta pemahaman untuk proyek peremajaan eksibisi hewan, namun melalui usaha perawatan hewan yang cukup baik, THPS cukup berhasil dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga konservasi serta dapat digolongkan sebagai salah satu kebun binatang yang terbaik di antara kebun binatang yang ada di Indonesia.


(42)

4. Museum Simalungun

Museum ini terletak di jalan Sudirman dan dihapit oleh GKPS Sudirman dan Polresta Pematangsiantar. Museum Simalungun memiliki koleksi etnografi dan arkeologi mencapai 866 buah. Ketika memasukinya kita akan takjub akan keindahan koleksinya Terletak di Jalan Sudirman No. 20, Pematang Siantar, Kelurahan Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Pembangunan museum ini dimulai pada April 1939 dan selesai pada Desember 1939. Semula museum ini disebut Rumah Pusaka Simalungun, diresmikan pada 30 April 1940.

5. Kolam Renang Tirta Yudha

Kolam ini diresmikan oleh Pangdam I/BB Mayjen TNI Lodewijk F.Paulus melaksanakan pengguntingan pita dan penanda tanganan prasasti oleh Danrindam I/BB Kol. Inf Teguh Arif Ndratmoko dalam rangka meresmikan Kolam Renang Tirta Wira Yudha Rindam I/BB dijalan Sisingamangaraja P.Siantar, sabtu (23/3/2013). Danrindam I/BB dalam sambutannya mengatakan, kolam renang Tirta Yudha Rindam I/BB mempunyai sejarah dimana pembangunannya dimulai pada tahun 1980 lalu dengan nama kolam renang Bah Sorma. Pada tahun 1999 kolam tersebut tidak beroperasi lagi sehingga mengalami kerusakan yang cukup parah dan tidak dapat beroperasional. Situasi tersebut berjalan hingga kurun waktu 13 (tiga belas) tahun. Atas izin dan dorongan Pangdam I/BB serta donator, maka pada 29 November 2012 lalu dilaksanakan pembangunan kembali sehingga pada sabtu 23 Maret 2012 yakni dalam kurun waktu 4 (empat) bulan secara resmi


(43)

kolam renang dapat dioperasionalkan. Kolam renang tersebut merupakan salah satu sarana fasilitas yang dapat memberikan satu kontribusi kepada Pemko Siantar dan Pemkab Simalungun dalam pembinaan atlit renang sekaligus masyarakat Siantar-Simalungun sehingga terbentuk suatu wadah prestasi renang yang bernaung pada Tirta Wira Yudha Club. Dari segi prasarana kolam renang ini merupakan kolam renang terbaik di Pematangsiantar. Kolam ini memiliki 3 kolam. Kedalamannya hampir sama dengan Kolam Detis. Bedanya, Kolam untuk anak-anak memiliki beberapa permainan air yang mengasyikan. Tirta Yudha juga memiliki prasarana yang masih baik, tempat terbuka hijau yang sangat cocok untuk bersantai selepas lelah berenang.

6. Karang Anyar

Dari namanya itu adalah nama sebuah tempat di pulau Jawa sana, tapi di Pematang Siantar, nama Karang Anyar sudah tidak asing lagi karena menjadi nama sebuah tempat wisata Pemandian Alam. Untuk menuju kesana sangatlah mudah. Bila ditempuh dari kota Medan menuju Pemandian Alam Karang Anyar Kec. Gunung Maligas Kabupaten Simalungun sekitar 128 Km atau kira-kira 2 km setelah memasuki Kota Pematangsiantar. Jalan yang dilalui tergolong bagus karena sudah aspal, walau ada sedikit bolong disana-sini dan sedikit sempit namun untuk kendaraan roda empat tidak menjadi masalah berarti. Sampai di gapura atau pos selamat datang kita akan dikenai retribusi masuk Rp 2.500,-/orang. Dari gapura untuk sampai ke lokasi pemandian berjarak sekitar 300 meter dan disana telah disediakan parkiran


(44)

sepeda motor dan mobil. Untuk parkiran mobil dikenakan biaya Rp 10.000,- sedangkan untuk sepeda motor Rp3.000,-. Selanjutnya kita tinggal menuruni anak tangga ke bawah dan langsung bisa melihat jernihnya air pemandian Karang Anyar. Disekitar pinggirannya kita bisa melihat deretan gubuk-gubuk yang tersedia sebagai tempat bersantai. Dahulu Karang Anyar masih hutan yang ditumbuhi pohon-pohon besar. Lalu warga berinisiatif mengelolanya dan kemudian pemerintah mengembangkan tempat itu menjadi lokasi wisata sampai sekarang ini.

7. Kedai Kopi Kok Tong

Kopi Kok Tong berdiri sejak 1925. Orang Siantar lebih mengenal tempat ini dengan nama kopi Kok Tong, kopi paling terkenal di Sumatera Utara. Awalnya Kok Tong merupakan usaha perkopian yang dirintis oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Lim Tee Kee pada tahun 1925. Saat itu dinamai kedai kopi Hang Seng. Kemudian diturunkan kepada anaknya (generasi kedua) yang bernama Lim Kok Tong yang mengubah nama kedai ini menjadi Kok Tong pada 1978, dan kini diteruskan kepada A Min. Di tangan generasi ketiga inilah Kopi Kok Tong melebarkan sayapnya dengan membuka cabang hingga ke mal-mal di kota Medan.

8. Toko Ganda

Biasanya wisatawan yang datang berkunjung ke Pematangsiantar, pasti membeli Roti Ganda yang sudah khas di kalangan masyarakat. Bukan hanya kelezatannya, roti ini terkenal dengan lembut nya. Banyak orang yang mengira, Roti Ganda itu adalah Roti yang di oleskan selai srikaya tersebut.


(45)

Namun bukan, Roti Ganda adalah Kue Bolu yang di lapisi cream atau coklat. Namun masyarakat sudah mengenal Roti Ganda sebagai Roti yang di olesi dengan selai srikaya. Sebenarnya sama saja kelezatan nya. Namun, kebanyakan orang menganggap Roti Ganda adalah Roti Srikaya. Karena Harga nya yang cukup murah. Cukup mengeluarkan uang Rp. 17.000,- untuk satu bungkus besar roti ganda yang sudah di potong-potong.

9. Maha Vihara Vidya Maitreya

Vihara ini merupakan tempat bagi umat Buddha. Vihara ini terletak di jalan Ade Irma Suryani Pematangsiantar. Vihara ini juga di kunjungi oleh wisatawan, karena Vihara ini memiliki lokasi yang bagus, bersih dan patung Buddha Julai yang unik berwarna keemasan dan juga memiliki ukuran yang cukup besar yaitu ± 225cm yang menjadi daya tarik wisatawan.

2.5. Sejarah Avalokitesvara dan Patung Dewi Kwan Im 2.5.1. Sejarah Berdirinya Vihara Avalokitesvara

Dalam catatan sejarah, keberadaan Vihara Avalokitesvara ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Syarif Hidayatullah (1450-1568 M), atau yang lebih populer dengan nama Sunan Gunung Djati, salah seorang wali dari Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Beliau terpantik mendirikan sebuah vihara di Serang karena melihat banyaknya perantau dari Tiongkok beragama Buddha yang membutuhkan tempat ibadah.

Menurut versi lain, ide mendirikan vihara muncul setelah beliau menikah dengan salah seorang putri Tiongkok bernama Putri Ong Tien. Karena banyak di antara pengikut putri tersebut yang masuk Islam, Sunan Gunung Djati kemudian


(46)

membangun sebuah masjid bernama Masjid Pecinan, yang kini tinggal puingnya saja. Sedangkan bagi mereka yang tetap bertahan dengan keyakinannya semula, dibuatkan sebuah vihara.

Vihara yang termasuk dalam Kawasan Situs Banten Lama dan konon dibangun sekitar tahun 1652 M ini diberi nama Vihara Avalokitesvara. Nama vihara tersebut diambil dari nama salah seorang penganut Buddha, yaitu

Bodhisattva Avalokitesvara, yang artinya “mendengar suara dunia.”

2.5.2. Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar

Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar ini berdiri sudah hampir 100 tahun dan sudah dipimpin empat generasi. Generasi pertama bernama Bhiksu Batama, kedua Bhiksu Kau Chan, ketiga Bhiksu Dhyanavira, dan generasi keempat Bhiksu Dhityadaya yang saat ini sedang memimpin di Vihara Avalokitesvara. Pembangunan Vihara Avalokitesvara ini masih dalam proses perkembangan. Pada saat generasi pertama dan kedua memimpin, Vihara Avalokitesvara ini masih kecil. Ketika generasi ketiga memimpin pembangunan Vihara Avalokitesvara mulai di lakukan hingga saat ini.

Pimpinan Vihara Avalokitesvara mengungkapkan bahwa biaya pengelolaan Vihara tidak ada dari pemerintah. Biaya pengelolaan Vihara dari para umat. Biaya pengelolaan tidak di tetapkan, para umat sukarela memberikan sumbangan untuk biaya pengelolaan Vihara Avalokitesvara.


(47)

2.6. Sejarah Dewi Kwan Im

Nama lengkap dari Kwan Im adalah Kwan She Im Phosat yang merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Sanskerta, Avalokitesvara. Avalokitesvara sendiri asalnya digambarkan berwujud laki-laki di India, begitu pula pada masa menjelang dan selama Dinasti Tang (tahun 618-907). Namun pada awal Dinasti Song (960-1279), berkisar pada abad ke-11, beberapa dari pengikut melihatnya sebagai sosok wanita yang kemudian digambarkan dalam para seniman. Perwujudan Kwan Im sebagai sosok wanita lebih jelas pada masa Dinasti Yuan (1206-1368). Sejak masa Dinasti Ming, atau berkisar pada abad ke 15, Kwan Im secara menyeluruh dikenal sebagai wanita.

Ada beberapa teori mengenai perubahan ini : 1. Pengaruh budaya maternalistik Tiongkok purba.

2. Dipengaruhi oleh figur Wu Zetian , kaisar wanita yang beragama Buddha. 3. Tekanan budaya paternalistik sehingga kaum perempuan memerlukan satu figur dewi perempuan yang bisa melindungi dan mengayomi mereka. 11

Dewi Kwan Im bukanlah tuhan umat Buddha. Umat Buddha menyebut tuhannya adalah Lao Mu (pencipta alam semesta) atau Thi Kong (Tuhan Yang Maha Esa).

2.6.1. Dewi Kwan Im di Kota Pematangsiantar

Dewi Kwan Im yang selesai di bangun pada 15 November 2005 di dalam Vihara Avalokitesvara kota Pematangsiantar ini disebut pula Avalokitesvara, serupa dengan nama vihara dimana patung ini dibangun. Aval berarti mendengar,

11


(48)

lokite artinya dunia dan svara berarti suara. Avalokitesvara berarti mendengar suara dunia. Avalokitesvara sesuai kepercayaan Buddhis berarti kasih sayangnya akan datang, dan mereka yang kesusahan akan didengar. Dewi Kwan Im adalah dewi maha pengasih dan maha penyayang. Patung Dewi Kwan Im ini berjenis kelamin laki-laki, karena Dewi Kwan Im dikenal sebagai Dewi Cinta Kasih yang berparas seperti wanita dan disebut juga sebagai Bodhisattva, karena selalu menolong setiap umat yang membutuhkan dia. Patung Kwan Im ini dikelilingi catur mahadewa raja atau malaikat pencatat kebaikan dan keburukan. Di kompleks patung terdapat sebuah lonceng besar dan sebuah roda doa (praying whell). Di halaman bawah, 33 patung Kwan Im ukuran kecil mengelilingi patung raksasa ini.

Patung Dewi Kwan Im yang terdapat di Vihara Avalokitesvara ini merupakan patung Dewi Kwan Im terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Patung Dewi Kwan Im ada dimana-mana. Patung Dewi Kwan Im terbesar di Asia Tenggara ini di bangun di kota Pematangsiantar karena lokasi pembangunannya lebih memadai di banding negara lain dan masyarakat di kota Pematangsiantar lebih memiliki jiwa sosial dan lebih berantusias. Patung Dewi Kwan Im ini menghadap ke arah barat. Tidak ada ketentuan patung tersebut menghadap ke arah mana dan tidak ada permasalahan dengan arah patung Dewi Kwan Im tersebut. Kemegahan patung ini terpancar dari arsitektur bangunannya yang sangat besar dan megah dengan ketinggian 22,8 meter. Patung Dewi Kwan Im yang dibuat oleh seniman dari Cina tersebut terbuat dari batu granit yang dipahat, dan proses pemahatan patung Dewi Kwan Im tersebut dikerjakan langsung di Negara China


(49)

dengan waktu sekitar 3 tahun dan mengeluarkan biaya hingga sembilan milyar. Hingga kemudian setelah selesai dipahat di Negara China, proses perakitan patung Dewi Kwan Im ini dilakukan di Pematangsiantar.

Bhikksu Dhityadaya selaku pimpinan di Vihara Avalokitesvara menjelaskan bahwa mereka bukanlah menyembah patung. Mereka hanya menghormati simbol-simbol, sebagaimana kita menghormati bendera. Jadi, patung atau simbol-simbol adalah sebagai objek, objek guru mereka yang sudah tiada dan mereka hanya menjalankan dharmanya atau perbuatannya.

2.6.2 Fasilitas

Objek wisata Vihara Avalokitesvara memiliki beragam fasilitas, baik itu fasilitas pendukung wisata maupun sebagai objek utama wisata Vihara Avalokitesvara. Objek wisata Vihara Avalokitesvara memiliki fasilitas-fasilitas berupa bangunan-bangunan yang mendukung dalam perkembangan Vihara Avalokitesvara. Berikut beberapa fasilitas serta bangunan yang ada di Vihara Avalokitesvara :

1. Patung Dewi Kwan Im setinggi 22,8 meter, didirikan pada tahun 2005 a. Lebar 8,4 meter

b. Tinggi 3,5 meter

c. Total ketinggian patung 22,8 meter

Spesifikasi data teknis rupang Arca Buddha Avalokitesvara : - Teratai :

a. Ketinggian teratai = 3 meter b. Jumlah daun teratai = 108 lembar


(50)

- Rupang Buddha :

a. Ketinggian Rupang Buddha = 19,8 meter b. Jumlah Batu Granit = 238 lembar

- Berat total batu granit = 388 buah - Berat total batu coran = 502 ton - Berat total besi = 70 ton

- Ukuran keseluruhan : Lebar 8,4 meter, tinggi total 22,8 meter dengan berat 1500 ton.

Foto 2

Patung Dewi Kwan Im setinggi 22,8 meter

Dokumentasi pribadi 2. Patung Shio

Tikus, Kerbau, Harimau, Naga, Kelinci, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi adalah Simbol Binatang dalam 12 Shio Tradisi Tionghoa. Setiap Binatang menandakan 1 tahunan, terdapat 12 binatang yang melambangkan 12 tahunan dalam kalender Imlek. Pada tahun ke-13, lambang binatang akan kembali lagi pada nomor urutan. Jadi Tikus merupakan binatang yang menduduki nomor


(51)

Pada zaman dahulu kala di China, masyarakat saat itu tidak mengetahui bagaimana caranya untuk menghitung Tahun, bulan, hari, dan waktu. Oleh sebab itu, masyarakat saat itu memohon dan berdoa kepada Kaisar Langit (Yu Huang Da Di) untuk mengharapakan cara perhitungan tersebut. Kaisar Langit (Yu Huang Da Di) kemudian berpikir bahwa binatang dan manusia mempunyai hubungan yang sangat dekat. Jika menggunakan nama binatang sebagai nama tahun, maka manusia akan mudah mengingatnya.12

Foto 3

12 Patung Shio di Vihara Avalokitesvara

Dokumentasi pribadi a. Shio Tikus

Meskipun Tikus dikenal sebagai pembawa penyakit, binatang ini sama sekali beda jika dibandingkan di Cina. Cina dikenal sebagai penghibur yang baik dan kemampuannya dalam menggali dan menjaga nilai-nilai yang ada. Tikus dikenal sebagai symbol keberuntungan dan kesejahteraan di Cina dan Jepang. Pintar dan gerak cepat, Shio Tikus sangat luar biasa. Sangat menyukai rasa enak, Shio ini selalu meninggikan dirinya disetiap kesempatan. Adalah sifat alaminya yang menyenangkan dan tajam, lucu dan menjadi teman yang baik untuk semua

12


(52)

orang. Tikus suka ingin tahu siapa yang menjadi temannya dan akan memperlakukan semua teman yang setia dengan perlindungan dan kemurahan yang luar biasa.

Dibalik senyum manisnya, Tikus sering memiliki agenda sendiri. Shio ini dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri, yang sering kali jika berhubungan dengan uang; kerakusan menjadi masalah utama jika Tikus tidak berhati-hati menjaga prioritasnya. Sifat alami shio ini yang menyenangkan dan persuasive dapat berguna! Tikus sangat murah hati terhadap komplotannya seperti teman-teman atau keluarga yang sudah membuktikan kesetiannya. Orang lain mungkin menganggap mereka mudah marah dan bermulut tajam. Kepuasan verbal sangat berarti bagi Tikus, Shio yang mudah dikenal orang lain untuk di cintai atau dibenci.

Tikus sering menyukai melihat dari luar, karena dari sana dia bisa melihat bagaimana cara kerja suatu system atau situasi. Tikus selalu mencari pengetahuan yang baru, untuk disimpan atau dibuang. Shio yang selamanya ingin tahu ini juga mempersilahkan penantang yang ingin berkompetisi dengannya. Tikus juga tahu bagaimana caranya menyenangkan diri sendiri. Pelajaran berharga untuk para Tikus adalah belajar untuk mempertimbangkan orang lain di atas segalanya. Jika mereka dapat meningkatkan nilai diri dan menyadari untuk memberikan ruang bagi orang lain, Tikus akan menemukan kebahagiaan sejati.


(53)

b. Shio Kerbau

Kerbau dalam zodiak Cina bukanlah banteng. Berdedikasi dan solid, Shio yang kuat ini dilahirkan sebagai pemimpin, sangat tergantung untuk meraih dan memiliki kemampuan untuk mencapai hal-hal luar biasa. Kerbau cenderung sangat metodikal dan lambat; mereka mendekati projek dengan langkah demi langkah yang menurut mereka terbaik, dan mereka tidak pernah kehilangan focus terhadap tujuannya. Mereka adalah pekerja yang tidak mengenal lelah yang sangat perhatian terhadap hal-hal kecil dan percaya untuk mengawali segala sesuatu dengan benar.

Dunia mungkin menganggap Kerbau sebagai orang yang terlalu serius atau tidak mampu untuk santai. Mereka memang sedikit kurang social secara alami dan cenderung menjadi introvert dalam keramaian. Yang memperburuk lagi, mereka tidak khawatir mengenai apa kata orang terhadap dirinya dan lebih memilih melakukan apa yang menurut mereke terbaik. Dibalik ketenangan itu, hidup sebagai Kerbau dapat merasa tertekan, kesepian dan tidak dapat berhubungan dengan baik dengan orang lain. Keluarga dan teman adalah sumber terbaik untuk menenangkan Kerbau, meskipun mereka tidak mengerti bagaimana membuat si Kerbau tenang. Sebagai pecinta, teman, keluarga, Kerbau menjadi teman yang penyayang, penyabar yang sangat melindungi dan dapat dipercaya.

Di luar dunia, Kerbau cenderung menjadi keras kepala, dogmatis, jenis orang yang memilih jalan sendiri yang tidak mengenal konsep untuk mengalah.Kerbau tidak peduli jika ditekan, karena mereka menganggap


(54)

merekalah yang terbaik dalam Shio Cina. Ada kebenaran dari teori tersebut, karena Kerbau sangat pandai, dapat dipercaya, peduli dan dihormati. Jika kamu membutuhkan kejujuran, tegar dan nasihat yang terbuka, carilah si Kerbau.

Pelajaran terbaik untuk si hebat Kerbau adalah untuk berjuang mengalahkan sifat alami yang membuat mereka tidak dapat dekat dengan orang lain. Jika mereka dapat belajar untuk menghargai kualitas diri, mereka akan memiliki ruang di hati orang lain.

c. Shio Macan

Macan mungkin tidak menjadi raja hutan, tapi kucing loreng ini sangat tidak lembut! Pusat perhatian dan mementingkan diri sendiri, Macan dilahirkan sebagai pemimpin. Mereka memiliki otoritas untuk menegur orang lain untuk mengikuti caranya. Meskipun mereka menyenangkan dan suka bergaul, macan terkadang suka menyendiri juga. Kepentingan utama dari Macan adalah mengikuti ambisinya dan menjaga agar tetap mengontrol.

Macan sangat berani jika dibandingkan dengan yang lain dan biasanya memenangkan pertandingan, baik itu di bidang pekerjaan atau urusan ranjang. Tipu daya adalah salah satu keunggulan dari Macan. Mulia dan berhati hangat, Macan memiliki daya tarik tersendiri untuk Shio lainnya. Bukan hanya karena atraksi, Macan seringkali bertarung demi kebaikan jika hasilnya itu berguna. Lawan harus berhati-hati terhadap Shio yang satu ini.

Sedikit berhati-hati adalah hal yang baik untuk si Macan, karena mereka dapat mencakar tanpa peringatan terlebih dahulu. Mereka sangat moody dan sering merasa tegang dibandingkan yang lain. Mereka dapat bertindak buruk jika


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan dan penyusunan penelitian ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada bidang antropologi dari departemen

antropologi. Skripsi ini berjudul “Wisata Vihara Avalokiresvara (Studi Etnografi

Mengenai Wisata Religi di Kota Pematangsiantar).

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis kepustakaan dan materi penulisan. Namun, berkat pertolongan Allah SWT yang memberikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan sehingga kesulitan tersebut dapat dihadapi.

Dalam penulisan skripsi ini dilakukan pembahasan mengenai sejarah, motivasi, serta pandangan terhadap Wisata Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsianntar. Adapun penguraian yang dilakukan oleh penulis pada skripsi ini adalah :

Bab I penelitian yang dilakukan merupakan deskripsi mengenai Vihara Avalokitesvara dan patung Dewi Kwan Im, adapun Vihara Avalokitesvara adalah salah satu tempat wisata religi di kota Pematangsiantar.


(2)

vi

Bab III memuat deskripsi mengenai alasan atau motivasi wisatan berkunjung ke Vihara Avalokitesvara, serta karakteristik pengunjung, dan kegiatan pengunjung.

Bab IV memuat deskripsi mengenai penambahan fungsi Vihara Avalokitesvara menurut pandangan Bhikksu dan pengunjung.

Bab V memuat deskripsi mengenai hubungan pandangan dan motivasi wisatawan Vihara Avalokitesvara, serta analisis dari keseluruhan rumusan masalah.

Bab VI memuat kesimpulan dan saran penelitian mengenai wisata religi Vihara Avalokitesvara, di kota Pematangsiantar.

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan termasuk juga sumber-sumber lainnya, serta daftar pertanyaan penelitian.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, serta waktu dalam penyelesaian skripsi ini. Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari pembaca. Harapan dari penulis, agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya.


(3)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 4

1.2.1. Konsep Pariwisata ... 4

1.2.2. Pariwisata dan Ilmu Antropologi ... 8

1.2.3. Pengertian Objek Pariwisata ... 16

1.2.4. Jenis Objek Pariwisata ... 18

1.2.5. Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata ... 21

1.2.6. Dampak Pariwisata ... 22

1.2.7. Daya Dukung Objek Wisata ... 23

1.2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pariwisata .. 24

1.2.9. Motovasi Wisatawan ... 26

1.2.10. Pengertian Wisata Religi ... 27

1.2.11. Pelayanan Pariwisata ... 28

1.3. Perumusan Masalah ... 32

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 32

1.5. Metode Penelitian ... 33

1.5.1. Tipe Penelitian... 33

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data ... 33

1.6. Rangkaian Pengalaman di Lapangan ... 36

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 39

2.1. Daftar Kecamatan di Kota Pematangsiantar ... 39


(4)

viii

2.6.1. Dewi Kwan Im di Kota Pematangsiantar ... 52

2.7. Fasilitas ... 54

2.8. Struktur Organisasi ... 76

2.9. Dukungan Aksesibilitas Sarana dan Prasarana ... 77

BAB III MOTIVASI WISATA VIHARA AVALOKITESVARA ... 78

3.1. Karakteristik Pengunjung Vihara Avalokitesvara ... 78

3.2. Pengunjung ... 79

3.2.1. Pengunjung Kelompok Anak-Anak ... 79

3.2.2. Pengunjung Kelompok Remaja/Dewasa ... 80

3.2.3. Pengunjung Kelompok Orangtua ... 81

3.3. Kegiatan Pengunjung ... 83

3.3.1. Kegiatan Pengunjung Non Buddha ... 83

3.3.2. Kegiatan Pengunjung Agama Buddha ... 83

3.4. Motivasi Wisatawan ... 84

BAB IV PENAMBAHAN FUNGSI VIHARA AVALOKITESVARA ... 89

4.1. Pandangan Bhikksu ... 93

4.2. Pandangan Pengunjung ... 94

4.2.1. Pandangan Pengunjung (Remaja/Dewasa) ... 94

4.2.2. Pandangan Pengunjung (Orangtua) ... 95

BAB V HUBUNGAN PANDANGAN DENGAN MOTIVASI TERHADAP VIHARA AVALOKITESVARA SEBAGAI TEMPAT WISATA RELIGI ... 96

5.1. Analisis Wisata Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar ... 98

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

6.1. Kesimpulan ... 104

6.2. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

Gambar 1 Suasana Renovasi Vihara Avalokitesvara 40 Gambar 2 Patung Dewi Kwan Im Setinggi 22,8 meter 58 Gambar 3 12 Patung Shio di Vihara Avalokitesvara 59

Gambar 4 Urutan Patung Shio 60

Gambar 5 Lonceng Raksasa 60

Gambar 6 Mantra 61

Gambar 7 Ruangan Ibadah 62

Gambar 8 Gapura 63


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

Tabel 1 Daftar Kecamatan di Kota Pematangsiantar 46