BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Naskah klasik keagamaan yang ada di Nusantara merupakan warisan intelektual yang sangat berharga. Oleh karena
itu upaya pelestarian, konservasi dan dan penggalian materi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan sesuatu yang
diperlukan. Bahasa Arab tidak dapat dipisahkan dari Islam, bahkan bahasa ini sering disebut sebagai bahasa Islam. Penyebaran agama
Islam ke berbagai penjuru dunia juga disertai dengan penyebaran bahasa Arab. Demikian pula yang terjadi di Nusantara. Penyebaran
agama Islam di kawasan ini telah memengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakat, termasuk di bidang bahasa.
Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa di Nusantara, menulis dengan huruf Arab oleh masyarakat Melayu sudah
berkembang pesat. Penggunaan tulisan Arab Melayu atau Jawi sudah berkembang jauh sebelum orang-orang pribumi mengenal
huruf Latin. Penulisan bahasa Melayu dengan menggunakan abjad Arab dikenal dengan tulisan Jawi. Seni tulisan Jawi sudah dikenal
berabad-abad lamanya di wilayah Nusantara. Kemunculannya terkait secara langsung dengan kedatangan agama Islam di
Nusantara pada awal abad ke-13.
Penggunaan huruf Arab dalam penulisan bahasa Melayu telah digunakan secara luas di sejumlah wilayah di Tanah Air. Para
di Nusantara pun kerap menggunakan Aksara Arab Melayu ini pada surat-surat mereka, termasuk Sultan Deli yang menuliskan
surat tanah dengan aksara ini. Begitu juga dengan buku-buku pelajaran
–terutama yang berkaitan dengan pelajaran agama Islam- juga dituliskan dengan akasra ini. Aksara Arab Melayu ini tidak
hanya digunakan untuk menulis karya asli masyarakat Islam di Nusantara, tetapi juga untuk menulis terjemahan kitab yang
berbahasa Arab. Salah satu kitab yang diterjemahkan adalah Bi Kifāyat al-Muƻtāj fi al-Isrā’ wa al-Mi’rāj, kitab ini ditulis oleh
Najm ad-D īn al-GaiIJi dan diterjemahkan oleh Dāud bin ’Abdullah
Fa IJānī pada tahun 1224 H. Mengingat buku ini telah berumur lebih
dari dua abad, maka penting kiranya menelaah isi kitab tersebut.
B. Rumusan Masalah