- Pemasangan bingkai roda logam pada pedati dan kereta api
Roda pedati dan roda kereta api memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran bingkainya. Untuk dapat memasang roda logam tersebut , maka
dengan cara pemanasan. Hal ini mengakibatkan roda logam akan mengalami pemuaian. Kemudian roda logam tersebut dipasang pada bingkainya, setelah
dingin roda akan menyusut dan terpasang pada bingkainya dengan kuat.
2.5 Kerangka Berpikir
Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang yang didambakan dalam pelaksanaan pendidikan. Agar pembelajaran berhasil guru harus
membimbing siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat menggembangkan pengetahuan sesuai dengan struktur pengetahuan yang dipelajarinya. Salah satu
kemampuan yang harus dimiliki siswa agar dapat memperoleh hasil belajar yang optimal adalah kemampuan memecahkan sebuah masalah. Kemampuan
pemecahan masalah berarti kecakapan menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang belum dikenal.
Kemampuan pemacahan masalah siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mengelompokkan siswa dengan tingkat pengetahuan yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran tersebut
dapat diterapkan oleh guru sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika sekaligus meningkatkan aktifitas siswa, serta memberikan iklim yang
kondusif dalam mengembangkan daya nalar dan kreatifitas siswa. Dengan
penerapan pembelajaran kooperatif siswa termotifasi untuk belajar menyampaikan pendapat dan bersosialisasi dengan teman.
Model pembelajaran kooeperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mengikutsertakan siswa secara langsung dalam pembelajaran.
Saat pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, masing-masing siswa mempunyai kelompok belajar, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Dalam kelompok asal
terjadi saling bertukar pengetahuan dan tanya jawab sesama anggota tentang materi yang telah dibahas pada kelompok ahli oleh masing-masing anggota
sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Di dalam pelaksanaan pembelajaran kooeperatif tipe Jigsaw, siswa dilatih
untuk memecahkan beberapa masalah. Caranya adalah dengan memberi tugas yang berisi soal-soal yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Soal-soal tersebut mencakup materi zat dan wujudnya serta pemuaian. Soal yang berisi pemecahan masalah diberikan untuk dikerjakan saat pekerjaan
rumah, diskusi kelompok dan pada setiap akhir siklus. Keseluruhan proses yang dilaksanakan pada pembelajaran koperatif tipe Jigsaw bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diukur dari hasil belajar siswa.
39
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah di SMP Negeri 38 Semarang yang beralamat di Jalan Bubakan No. 29 Semarang. Sekolah tersebut dipilih karena guru pengajar
mata pelajaran IPA Fisika hanya menggunakan metode ekspositori dengan ceramah dalam pembelajaran fisika.
3.2 Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 38 Semarang tahun ajaran 20082009, dengan jumlah seluruh siswa 38. Kelas
tersebut dipilih karena kemampuan memecahkan masalah di dalam soal-soal sangat kurang.
3.3 Faktor yang Diteliti
Faktor-faktor yang diteliti meliputi: -
Proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw -
Kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. -
Aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
- Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan hasil belajar
siswa.
3.4 Rancangan Penelitian
Di dalam penelitian ini digunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam beberapa siklus, dan masing-masing siklus
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi tindakan. Setiap siklus disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai.
Perencanaan siklus pertama disusun berdasarkan hasil observasi awal yang menunjukkan kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Pelaksanaan
kegiatan pada siklus selanjutnya bisa dikatakan hampir sama dengan siklus pertama, tetapi sub pokok bahasannya berbeda. Materi pada siklus I adalah zat
dan wujudnya. Materi pada siklus II adalah adhesi, kohesi, kapilaritas, dan massa jenis zat. Materi pada siklus III adalah pemuaian. Pelaksanaan siklus II dan III
disertai dengan perbaikan berdasarkan siklus sebelumnya. Perbaikan tersebut didasarkan pada kegiatan refleksi siklus sebelumnya.
Perencanaan
Sebelum pada tahap perencanaan perlu dilakukan
identifikasi permasalahan yang terjadi. Hasil dari observasi awal di kelas VII A SMP Negeri
38 Semarang dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA Fisika menunjukkan kemampuan pemecahan masalah pada kelas tersebut masih rendah.
Setelah merumuskan permasalah yang ada kemudian peneliti merencanakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal yang perlu