41
Masih termasuk ke dalam pengertian bahan hukum primer ini adalah juga seluruh amar putusan badan yudisial.
85
Inilah produk berbagai badan peradilan dari yang tingkat pertama sampaipun ke tingkat-tingkat yang
lebih tinggi, dari yang berstatus sebagai pengadilan umum, sampaipun ke yang berstatus khusus seperti pengadilan agama, pengadilan tata usaha
negara, dan pula pengadilan militer.
86
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka bahan-bahan hukum
primer dalam penelitian hukum ini adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia. c.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. d.
Putusan MKRI Nomor 100PUU-X2012 tentang Pengujian Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 96.
2. Bahan Hukum Sekunder.
Bahan-bahan hukum sekunder adalah juga seluruh informasi tentang hukum yang berlaku atau yang pernah berlaku di suatu negeri. Namun,
berbeda dengan bahan-bahan hukum primer, bahan-bahan hukum yang sekunder ini, secara formal tidak dapat dibilangkan sebagai hukum
positif.
87
Dikatakan dalam kalimat negatif, termasuk ke dalam bilangan “bahan hukum sekunder” yang berfungsi sebagai sumber hukum yang
matriil ini tak lain dari semua saja informasi yang relevan dengan permasalahan hukum, namun yang tidak dapat dibilangkan sebagai
aturan-aturan hukum yang pernah diundangkan atau diumumkan sebagai produk badan-badan legislatif, yudisial, eksekutif, danatau administrasi
negara.
88
Diseranaikan secara lebih rinci, yang terbilang bahan hukum sekunder ini antara lain buku-buku teks, laporan penelitian hukum baik
yang doktrinal maupun yang non-doktrinal, berbagai jurnal hukum yang
85
Ibid, hlm. 68.
86
Ibid, hlm. 68.
87
Ibid, hlm. 69.
88
Ibid , hlm. 69.
42
memuat tulisan-tulisan kritik para ahli dan para akademisi terhadap berbagai produk hukum perundang-undangan dan putusan pengadilan,
notulen-notulen seminar hukum, memori-memori yang memuat opini hukum, monograp-monograp, buletin-buletin atau terbitan-terbitan lain
yang memuat debat-debat dan hasil dengar pendapat di parlemen, deklarasi-deklarasi, dan masih banyak ragam terbitan lain. Dalam era
elektronik dewasa ini, bahan-bahan hukum sekunder ini, dan tak jarang sebenarnya juga bahan-bahan hukum yang primer, acapkali tak cuma
diakses dalam bentuknya yang cetakan, akan tetapi juga dapat ditelusuri lewat situs-situs internet ke koleksinya yang berada di dunia maya.
89
Sebagai bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum
90
dan jurnal-jurnal hukum. Disamping itu juga, kamus-kamus hukum, dan komentar-
komentar atau putusan pengadilan. Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberi kepada peneliti semacam “petunjuk” ke arah mana
peneliti melangkah. Sudah barang tentu buku-buku dan artikel-artikel hukum yang dirujuk yang mempunyai relevansi dengan apa yang hendak
diteliti.
91
3. Bahan Hukum Tertier.