2.1.5 Keahlian Auditor
Menurut Sabrina dan Indira 2011 keahlian audit adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional
maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain. Keahlian auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan
eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama Ashari, 2011. Trotter dalam Mayangsari 2003 mengartikan keahlian adalah mengerjakan
pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Prakteknya definsi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi
official recognition seperti kecerdasan partner dan penerimaan konsensus consensual acclamation seperti pengakuan terhadap seorang spesialis pada industri
tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari atribut-atribut keahlian Mayangsari, 2003.
Keahlian audit mencakup seluruh pengetahuan auditor akan dunia audit itu sendiri, tolak ukurnya adalah tingkat sertifikasi pendidikan dan jenjang pendidikan
sarjana formal Gusti dan Ali, 2008. Adapun secara umum ada 5 lima pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor Kusharyanti, 2003 dalam Yulian, 2012
menjelaskan bahwa pengetahuan tersebut terbagi menjadi sebagai berikut, pengetahuan pengauditan umum, pengetahuan area fungsional, pengetahuan
mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, pengetahuan mengenai industri khusus, dan pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu Gusti dan Ali 2008 serta Sabrina dan Indira 2011 menghubungkan antara keahlian audit dengan skeptisisme
profesional auditor maka dalam penelitian ini keahlian audit juga akan dijadikan sebagai salah satu variabel independen yang berhubungan dengan skeptisisme
profesional auditor
2.1.6 Skeptisisme Profesional Auditor
Standar Profesional Akuntan Publik SPAP tahun 2012 dalam
Kautsarrahmelia 2013 menyatakan skeptisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis terhadap bukti audit. Standar auditing menggambarkan skeptisisme profesional sebagai sikap yang mencakup pikiran pertanyaan dan kesadaran akan
kemungkinan penipuan Bowlin, et al., 2012. Nelson 2009: 4 mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai penilaian terhadap tingginya risiko bahwa pernyataan
manajemen tidak sepenuhnya benar. Skeptisisme profesional merupakan komponen penting dari pola pikir auditor dan pelatihan sesuai skeptisisme profesional
merupakan ciri mutlak dari auditor yang berkualitas Westermann, et al., 2014. Skeptisisme profesional menunjukkan auditor tidak mudah percaya dan puas
dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen adalah jujur Rusyanti, 2010. Shaub dan Lawrence 1996 mengartikan skeptisisme
profesional auditor sebagai berikut “professional scepticism is a choice to fulfill the
professional auditor’s duty to prevent or reduce or harmful consequences of another person’s behavior…”. Skeptisme profesional digabungkan ke dalam literatur
profesional yang membutuhkan auditor untuk mengevaluasi kemungkinan kecurangan material. Selain itu juga dapat diartikan sebagai pilihan untuk memenuhi
tugas audit profesionalnya untuk mencegah dan mengurangi konsekuensi bahaya dan prilaku orang lain Kautsarrahmelia 2013.
Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan
konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan Rusyanti, 2010. Tanpa menerapkan skeptisme profesional, hanya salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan
saja yang akan ditemukan oleh auditor dan akan sulit untuk menemukan salah saji yang yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya akan
disembunyikan oleh pelakunya.
2.1.7 Kualitas Audit