Suatu fakta sosial adalah fakta historik, sejarah perjalanan kelembagaan merupakan pintu masuk yang baik untuk mengenali secara cepat aspek-aspek
kelembagaan yang lain. Tiga, kapasitas kelembagaan institutional capacity. Pada bagian ini
dipelajari bagaimana kemampuan kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuannya sendiri. Kemampuan tersebut diukur dari lima aspek, yaitu: strategi
kepemimpinan yang
dipakai, perencanaan
program, manajemen
dan pelaksanaannya, alokasi sumberdaya yang dimiliki, dan hubungan dengan pihak
luar yaitu terhadap klien, mitra danpembuat kebijakan pemerintah. Empat, kinerja kelembagaan institutional performance. Terdapat tiga hal
pokok yang harus diperhatikan yaitu keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan-tujuannya, efisiensi penggunaan sumber daya, dan keberlanjutan
kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di luarnya. Terkesan di sini bahwa kalkulasi secara ekonomi merupakan prinsip yang menjadi
latar belakangnya. Untuk mengukur keefektifan dan efisiensi misalnya dapat digunakan analisis kuantitatif sederhana misalnya dengan membuat rasio antara
perolehan yang seharusnya dengan yang aktual tercapai, serta rasio biaya dengan produktivitas.
2.3.3 Retribusi Daerah
Pungutan yang diberlakukan oleh pemerintah merupakan penarikan sumber daya ekonomi secara umum dalam bentuk uang oleh pemerintah kepada
masyarakat guna membiayai pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk melakukan tugas pemerintahan atau melayani kepentingan masyarakat. Dalam
penelitian ini hasil pemungutan retribusi dari masyarakat diberikan kepada pemerintah daerah dan pengelola yang dalam penelitian ini adalah Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dimana hasil dari retribusi sebagian besar diberikan untuk memberdayakan masyarakat. Untuk membantu masyarakat berdaya
sangatlah diperlukan dana yang cukup dan hasil dari pengelolaan parkir ini disebut dengan retribusi daerah.
Retribusi Siahaan 2010:5 adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi
penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara. Salah satu
contohnya adalah retribusi pelayanan parkir. Setiap orang yang ingin mendapatkan pelayanan dan tempat untuk pemberhentian kendaraannya harus
membayar retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan dan tempat parkir yang telah disediakan oleh pemerintah.
Akan tetapi, tidak ada paksaan secara yuridis kepada masyarakat. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini
penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah
dilaksanakan berdasarkan undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, selanjutnya untuk
pelaksanaannya di masing-masing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkan
dalam bentuk peraturan daerah yang mengacu kepada peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Menurut Peraturan Daerah Nomor. 66 Tahun 2001 Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini
dipungut di Indonesia yaitu, retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan. Kedua, hasil
penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah. Ketiga, pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra presentasi balas jasa secara langsung
dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya. Keempat, retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang
dinikmati oleh orang atau badan. Dan kelima, sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak
akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 1 menentukan
bahwa objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah
dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi.
Retribusi daerah dikelompokkan dalam retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas
jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat disediakan oleh sektor swasta. Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Objek retribusi jasa umum adalah palayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Penelitian ini mengangkat tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum yang termasuk dalam retribusi jasa umum. Pelayanan parkir di tepi jalan
umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah. Karena jalan menyangkut kepentingan umum, maka
penetapan jalan umum sebagai tempat parkir mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Subjek dari retribusi jasa umum adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Sedangkan yang menjadi wajib retribusi jasa umum adalah orang
pribadi atau badan yang menurut keteentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut
atau pemotong retribusi jasa umum.
Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perijinan tertentu dihitung dengan cara mengalihkan tarif
retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tariff retribusi jasa umum didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan
memerhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemapuan masyarakat, dan aspek keadilan. Dengan demikian, prinsip dan sasaran dalam penetapan
retribusi jasa umum dapat berbeda menurut jenis pelayanan dalam jasa yang bersangkutan dan golongan pengguna jasa.
2.3.4 Pemberdayaan Masyarakat