Prinsip dasar manajemen aset

xxxix Mahsun 2003 mengatakan bahwa manajemen aset sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan properti di lingkungan Pemda untuk mencerminkan ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Permasalahan klasik yang sering dijumpai dalam pengelolaan aset properti adalah status hukum properti yang tidak jelas. Artinya, siapa sebenarnya yang mempunyai hak kepemilikan atas aset tersebut sering menjadi sengketa di antara unit-unit yang ada. Kurangnya kebudayaan efisiensi untuk manajemen aset ini mengakibatkan berbagai hubungan perjanjian menjadi tidak optimal serta tidak adanya hubungan yang relevan antara Pemda sebagai pemilik dengan para penyewa dan manajer. Properti selain sebagai investasi juga merupakan aset. Pengertian asset dapat dilihat dalam kamus Barron yang berjudul Dictionary of real estate terms, dapat diartikan sebagai ‘Suatu yang Memiliki Nilai”. Pengertian tersebut bila dikaitkan dengan properti maka dapat dijabarkan melalui beberapa aspek sebagi berikut. 1. Memiliki nilai ekonomi yang terkait dengan nilai pemanfaatan tertinggi dan terbaik highest and best use. 2. Menghasilkan pendapatan dari pengoperasian properti 3. Memiliki fisik, fungsi dan hak penguasaan yang baik. 4. Economical life-time yang panjang.

3. Prinsip dasar manajemen aset

Real estate sebagai komponen utama dari aset daerah, oleh Pemerintah Daerah selanjutnya harus dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan berguna sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan xl kesejahteraan masyarakat. Dalam neraca keuangan daerah aset dapat menjadi modal bila dapat menghasilkan pendapatan. Namun masih banyak daerah yang belum menyadari peran dan potensi pengelolaan aset secara cermat. Beberapa model manajemen aset yang dapat dijadikan rekomendasi bagi pemerintah daerah adalah Bertovic et al. 2002. 1. Mengembangkan sistem data base yang baik; 2. Memahami isu-isu transisi; 3. Pengklasifikasian terhadap properti; 4. Adanya penilaian real estate dan penilaian bisnis; 5. Membuat aturan untuk properti yang menghasilkan pendapatan; 6. Analisis finansial secara intensif terhadap proyek, properti dan portofolio; 7. Adanya deregulasi bisnis persewaan; 8. Sistem pelaporan properti; 9. Konsolidasi manajemen; dan 10. Perencanaan strategis. Harus dipahami oleh Pemerintah Daerah bahwa sasaran akhir atau tujuan utama pengelolaan aset adalah terjadinya optimalisasi dalam pemanfaatan aset daerah. Kenyataan sampai saat ini aset daerah masih dikelolah seadanya, sebatas inventarisasi belaka pencatatan akuntansi. Aset daerah masih dikonsultasikan dengan arus kas negatif, dibanding sebagai aset yang produktif dan memberikan pendapatan. Kondisi pemanfaatan terhadap aset daerah tersebut membuktikan bahwa aset daerah sebagai sumber daya lokal daerah menunjukan utilitasnya yang masih rendah, hal ini terjadi karena dihampir seluruh pemerintah daerah di xli Indonesia belum ada pemahaman pengelolaan aset daerah secara utuh dalam kerangka manajemen aset public corporate real properti management. Britton et al. 1989 dalam Siregar 2004 , mengatakan “define good asset management in terms of measuring the value of properties assets in monetary terms and employing the minimum amount of expenditure on its management”.. Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat bermula dengan orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis, inisiatif, dan strategis. Tabel 3 memberikan penjelasan proses transformasi manajemen aset dalam perspektif substansial. Setelah Perang Dunia II, manajemen aset memiliki ruang lingkup utama untuk mengontrol biaya pemanfaatan ataupun penggunaan asset dalam mendukung operasionalisasi Pemerintah Daerah. Selain itu, ada upaya pula untuk melakukan inventarisasi aset-aset Pemda yang tidak digunakan. Namun dalam perkembangan ke depan, ruang lingkup manajemen aset lebih berkembang dengan memasukan nilai aset, akuntabilitas pengelolaan aset, land audit yaitu audit atas pemanfaatan tanah, property survey dalam kaitan memonitor perkembangan pasar properti, aplikasi sistem informasi dalam pengelolaan asset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Perkembangan yang terbaru, manajemen aset bertambah ruang lingkupnya hingga mampu memantau kinerja operasionalisasi aset dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset Siregar, 2004. Tabel 3 Perkembangan Manajemen Aset Post War-Static Mgmt Dynamic Mgmt Strategic Mgmt xlii 1. Kontrol Biaya 1. Proactive management 1. Economic, eficient Efective management 2. Kontrol properti yang tak digunakan 2. Nilai aset 2. Monitoring Operasionalisasi aset 3. Akuntabilitas pengelolaan aset 3. Monitoring kerja operasional dan investasi 4. Land audit 4. Corporation or privatisation 5. Propertyreviewsurvey 6. Aplikasi IT dalam aplikasi pengelolaan 7. Optimalisasi pemanfaatan aset Sumber : Siregar, 2004:517 Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan aset dan barang daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang meliputi perencanaan dan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, inventarisasi, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya, pengendalian dan pengawasan. Barang daerah atau aset daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dimiliki maupun yang dikuasai yang berwujud, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian–bagiannya ataupun merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dan surat-surat berharga lainnya Berdasarkan Himpunan Peraturan-peraturan tentang Inventarisasi Kekayaan Negara Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Akuntansi Keuangan Negara 1995 pasal 2, barang-barang milik negarakekayaan negara yang termasuk jenis barang-barang tidak bergerak antara lain berikut ini: 1. Tanah-tanah kehutanan, pertanian, perkebunan, lapangan olahraga dan tanahtanah yang belum dipergunakan, jalan-jalan tidak termasuk jalan xliii daerah, jalan kereta api, jembatan, waduk, lapangan terbang, bangunan- bangunan irigasi, tanah pelabuhan dan lain-lain tanah seperti itu; 2. Gedung-gedung yang dipergunakan untuk kantor, pabrik-pabrik, bengkel, sekolah, rumah sakit, studio, laboratorium dan lain-lain gedung seperti itu; 3. Gedung-gedung tempat tinggal tetap atau sementara seperti rumah-rumah tempat tinggal, tempat istirahat, asrama, pesanggrahan, bungalow dan lain- lain gedung seperti itu; 4. Monumen-monumen seperti: monumen purbakala candi-candi, monumen alam, monumen peringatan sejarah, dan monumen purbakala lainnya.

4. Inventarisasi