Perkembangan fisik remaja Citra tubuh pada remaja

berada diantara masa kanak-kanak dan orang dewasa dengan kondisi yang masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya secara maksimal sehingga mereka masih terus berusaha menemukan posisi yang tepat di masyarakat. Menurut Calon Monks dkk, 1988, masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa, tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak. Menurut Monks 2001, remaja adalah individu dengan batasan usia 12 tahun sampai 21 tahun yang dibagi dalam tiga fase, yaitu: a. Fase remaja awal : usia 12 tahun sampai 15 tahun b. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun c. Fase remaja akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai dari usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria yang dibagi ke dalam tiga fase, yaitu remaja awal, pertengahan, dan akhir dimana individu mengalami masa storm and stress serta belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya secara maksimal.

2. Perkembangan fisik remaja

Perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya suatu periode yang disebut pubertas. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon gonadotrophins atau gonadotrophic hormones yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: a. Follicle-Stimulating Hormone FSH Universitas Sumatera Utara b. Luteinizing Hormone LH Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang perkembangan dua jenis hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan progesteron. Pada anak laki-laki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone ICSH merangsang perkembangan testosteron. Perkembangan secara cepat dari hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sistem biologis seorang anak. Pada anak perempuan, peristiwa pertama yang terjadi adalah telarke, yaitu terbentuknya payudara, diikuti oleh pubarke, yaitu tumbuhnya rambut pubis dan ketiak, lalu menarke, yaitu periode haid pertama Ganong, 1997. Haid merupakan tanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga pertumbuhan otot yang cepat, tumbuhnya rambut pubis, dan suara yang semakin halus. Anak laki-laki juga mengalami perubahan fisik, seperti suara yang semakin berat, pertumbuhan otot, dan pertumbuhan rambut tubuh. Perkembangan fisik remaja akan berlangsung sangat cepat sejak awal terjadinya pubertas DaceyTravers, 2004. Perubahan dan perkembangan fisik yang pesat ini membuat remaja memperhatikan tubuhnya yang mempengaruhi interaksinya dengan orang lain di sekitarnya, terutama teman sebayanya.

3. Citra tubuh pada remaja

Stereotype mengenai citra tubuh sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak. Anak laki-laki dibentuk dengan pola pikir bahwa tubuh yang ideal bagi laki-laki adalah mesomorf. Pola pikir ini terus terbawa hingga memasuki masa remaja sehingga persepsi negatif terhadap citra tubuh cenderung terbentuk jika tidak Universitas Sumatera Utara memiliki bentuk tubuh ideal yang diharapkan. Sedangkan pada anak perempuan, sejak masa anak-anak, pola pikir individu sangat dipengaruhi oleh media. Hal ini terus terjadi hingga remaja sehingga individu melakukan identifikasi terhadap figur tubuh ideal yang selalu ditampilkan oleh media Ferron, 1997. Pubertas, jenis kelamin, dan usia mempengaruhi citra tubuh remaja. Pada kenyataannya, remaja putera cenderung merasa lebih puas dengan perubahan tubuhnya dibandingkan dengan remaja puteri. Remaja putera mengasosiasikan perubahan tubuhnya dengan peningkatan kemampuan fisik dan efisiensi tubuh Ferron, 1997. Remaja laki-laki yang telah mengalami pubertas cenderung memiliki self-esteem dan kepercayaan diri yang tinggi dalam mengendalikan diri mereka O’Dea Abraham, 2000. Berbeda dengan remaja putera, remaja puteri mengasosiasikan perubahan tubuhnya dengan attractiveness, apakah terlihat lebih menarik atau tidak Ferron, 1997. Remaja puteri yang telah mengalami pubertas cenderung merasa tidak puas dengan ukuran dan bentuk tubuh. Ketidakpuasan ini bisa menyebabkan munculnya perasaan tidak adekuat, kehilangan kendali diri, dan rendahnya self- esteem O’Dea Abraham, 2000. Heilbrun dan Friedberg Dacey Kenny, 2001 menyatakan bahwa remaja puteri pada awal pubertas atau pada tahap remaja awal belum bisa menerima perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Pada tahap remaja tengah dan akhir, remaja puteri sudah mulai bisa menerima perubahan tubuhnya, namun ketidakpuasan terhadap penampilan fisik masih umum terjadi. Universitas Sumatera Utara

4. Dinamika penyesuaian diri remaja