Kerangka Teori Itsbat Nikah untuk melegalisasi Perkawinan (Studi Putusan PA. Stabat Nomor : 219/PDT.G/2011/PA.STB)

17

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proposisi-proposisi yang telah diuji kebenarannya, perpedoman pada teori maka akan dapat menjelaskan, aneka macam gejala sosial yang dihadapi, walau hal ini tidak selalu berarti adanya pemecahan terhadap masalah yang dihadapi, suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan dan memberikan taraf pemahaman tertentu. 20 Menurut J.J.H Bruggink, Teori merupakan Keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan, yang dikemukan untuk menjelaskan tentang adanya sesuatu, maka teori hukum dapat ditentukan dengan lebih lanjut sebagai suatu keseluruhan Pernyataan-Pernyataan yang saling berkaitan dan berkenaan dengan Hukum, dengan itu harus cukup menguraikan tentang apa yang diartikan dengan unsur teori dan harus mengarahkan diri kepada unsur hukum. 21 Keberadaan Teori dalam dunia ilmu sangat penting karena teori merupakan konsep yang akan menjawab suatu masalah, teori oleh kebanyakan ahli dianggap sebagai sarana yang memberikan rangkuman bagaimana memahami suatu masalah dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. 22 20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia UI-Press, hlm. 6 21 J.J.H Bruggink, Refleksi tentang Hukum, Alih Bahasa Arief Sidharta, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 2 22 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 113 Universitas Sumatera Utara 18 Sedangkan Kerangka Teori menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasi dan menginterprestasi hasil-hasil Penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu. 23 Menurut M. Solly Lubis Kerangka teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berfikir dalam penulisan. 24 Adapun teori yang dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian adalah Teori Maqasid Al-Syari’ah, dikemukan dan dikembangkan oleh Abu Ishaq al-Syatibi, yaitu tujuan akhir hukum adalah Maslahah atau kebaikan dan kesejahtraan manusia, tidak satupun hukum Allah yang tidak mempunyai tujuan Hukum yang tidak mempunyai tujuan sama dengan membebankan suatu yang tidak dapat dilaksanakan, Hukum-hukum Allah dalam Alquran mengandung kemaslahatan. 25 Teori Maqasid Al-Syari’ah hanya dapat dilaksanakan oleh Pihak Pemerintah dan masyarakat yang mengetahui dan memahami, bahwa yang menciptakan manusia adalah Allah SWT, demikian juga hukum-hukum yang termuat dalam Al-Qur’an. berdasarkan pemahaman tersebut, akan muncul kesadaran bahwa Allah SWT, yang paling mengetahui berkenaan hukum yang dibutuhkan oleh manusia, baik yang berhubungan dengan kehidupannya didunia maupun diakhirat, kesadaran hukum 23 Burhan Ashshofa , Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta,1996, hlm. 19 24 M. Solly Lubis, Filsafat ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 80 25 Asfari Jaya Bakri, Konsep Maqasid Al-Syariah, Jakarta: Disertasi Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 1994, hlm. 96 Universitas Sumatera Utara 19 pihak pemerintah dan masyarakat tersebut, akan melahirkan keyakinan untuk menerapkan hukum Allah SWT, bila menginginkan terwujudnya kemaslahatan bagi kehidupan manusia. 26 Kemaslahatan harus sejalan dengan tujuan syarak, sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia, 27 Maslahah yang berkaitan dengan Itsbat nikah adalah Maslahah Mursalah, disyari’atkan maslahah tersebut berpengaruh kepada hukum, artinya terdapat ayat, hadist, atau ijma’ yang menunjukkan bahwa sifat tersebut merupakan illat motivasi hukum dalam penerapan suatu hukum, atau jenis sifat yang menjadi motivasi hukum tersebut digunakan oleh nash sebagai motivasi hukum. 28 Teori lain yang digunakan adalah Teori Kepastian Hukum, dimana teori ini merupakan salah satu penganut aliran Positivisme hukum yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis, artinya karena hukum itu otonom, sehingga tujuan hukum semata-mata untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang, Van Kant berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya. 29

2. Konsepsi