NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI SAPARAN DI DUKUH WARAK KELURAHAN DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI SAPARAN DI DUKUH WARAK KELURAHAN DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : FIA NUR RAHAYU NIM: 111-14-070 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

  

MOTTO

ِراَجْلاَو ِني ِكاَسَمْلاَو ىَماَتَيْلاَو ىَبْرُقْلا يِذِبَو ًاناَسْحِإ ِنْيَدِلاَوْلاِبَو ًائْيَش ِهِب ْاوُكِرْشُت َلاَو َهّللا ْاوُدُبْعاَو َلا َهّل لا َّنِإ ْمُكُناَمْيَأ ْتَكَلَم اَمَو ِليِبَّسلا ِنْباَو ِبنَجلاِب ِبِحاَّصلاَو ِبُنُجْلا ِراَجْلاَو ىَبْرُقْلا يِذ

  

ًاروُخَف ًلااَتْخُم َناَك نَم ُّبِحُي

  “Sembahlah Allah danjanganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

  

sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan

tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan

membangga- banggakan diri” (Q.S. An-Nisa :36)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1.

  Bapak Ibuku yang tercinta Bapak Ahmad (alm) dan Ibu Rahyuni yang selalu memberi nasihat, kasih sayang, bimbingan dan do’a yang tak pernah putus untuk anak-anaknya.

  2. Kakakku tersayang mbak Nafisatuz Zumroh dan suaminya mas Miftahul Qomari yang selalu memberikan dorongan motivasi dan nasehat yang membangun.

  3. Segenap keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan teguran ketika aku berbuat salah.

KATA PENGANTAR

  Segenap puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang dengan rahmat, taufiq, dan hidayahNya, skripsi dengan judul Nilai-Nilai

  

Pendidikan Saparan di Dukuh Warak Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti

Salatiga Tahun 2017 ini bisa terselesaikan.

  Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan syafa’atnya di hari kiamat. Tidak lupa shalawat dan salam juga disampaikan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istikomah di jalan kebaikan.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

  4. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

  5. Bapak Drs. H. Nasafi, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang dengan kesabarannya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.

  6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.

  7. Teman-teman IMADISA, tetaplah semangat dalam nafas perjuangan.

  8. Teman-teman PAI angkatan 2014 khususnya kelas B. Merekalah teman dalam merintis perjuangan ini dan telah memberi motivasi dalam penulisan ini.

  9. Teman inspiratif di masa senang dan sedih yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis.

  10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima kasih atas dorongan, semangat, motivasi, dan inspirasinya.

  Terima kasih atas kebersamaan selama ini, penulis hanya bisa turut do’a semoga Allah Swt meridloi setiap langkah dan mencatatnya sebagai amal sholeh.

  Jazakumullahu bi ahsanil jaza’.

  Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik secara substantif ataupun teknis. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan untuk ke depannya. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca semua khususnya kepada pribadi penulis.

  Salatiga, 15 September 2018 Penulis

  

ABSTRAK

  Rahayu, Fia Nur. 2018. The Values of Character Education in the Saparan Tradition in Warak Hamlet, Dukuh Village, Sidomukti District, Salatiga, 2017. Thesis. Islamic Education Department. Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. Salatiga State Islamic Institute.

  Supervisor; Prof. Dr. H. Budihardjo,M.Ag.

  Keywords: Character Education Values, and Saparan Traditions.

  In the human lives, there is behaviour, customs, culture and traditions that are different from the other. Tradition is a habit and values that are passed on from one generation to the next generation. In the tradition usually uses principles and values that can be used as learning and knowledge. The values of tradition will have a positive influence on people who apply well in human lives. In the implementation of tradition, there is special ritual or ceremonies performed by the local community. The ritual contains the meaning and values of the character education that are still obeyed and lived by certain communities. One of them is the traditional of tradition in Warak Hamlet, Dukuh Village, Sidomukti District, Salatiga.

  The tradition of saparan in Warak Hamlet is a form of gratitude and respect for the ancestors. The formulation of the problem in this study are: 1) What is the meaning of the tradition of saparan in Warak Hamlet, Dukuh Village, Sidomukti District, Salatiga?; 2) How is the traditional procession in Warak Hamlet, Dukuh Village, Sidomukti District, Salatiga?; 3) What are the values of character education contained in the tradition of saparan in Warak Hamlet, Dukuh Village, Sidomukti District, Salatiga?

  The methodology in this study used qualitative descriptive methods in the form of observations, interviews, and documentation with data analysis techniques in the form of data, data reduction, data presentation and deduction of conclusions. The results of the study showed that: 1) The meaning of tradition of saparan is an expression of gratitude for rizki, pleasure, blessings, and blessings received. In addition, saparan also means commemorating the village so that the village will safe and the citizens got welfare. 2) The tradition of saparan in Dukuh Warak was carried out for a day with a variety of traditional customs, namely:

  

slametan/kenduri ; grooming Kali; besik tomb and Tahlil; tap bethek (fence)

pundhen ; and all-night wayang art performances. 3) The values of character

  education in tradition of saparan is religion, income, creative, patriotism, communicative, environmental care, social care, and responsibility.

  

ABSTRAK

  Rahayu, Fia Nur. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Saparan

  di Dukuh Warak Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Salatiga Tahun 2017 . Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing; Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag.

  Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter, dan Tradisi Saparan.

  Dalam kehidupan masyarakat, terdapat kebiasaan, adat-istiadat, budaya, dan tradisi yang berbeda satu dengan lainnya. Tradisi merupakan kebiasaan dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Di dalam tradisi biasanya mengandung serangkaian unsur kebiasaan dan nilai-nilai yang dapat dijadikan pembelajaran dan pengetahuan. Nilai-nilai pada suatu tradisi akan memberikan dampak positif bagi masyarakat apabila diterapkan dengan baik dalam kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi tentu ada ritual atau upacara khusus yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat. Ritual tersebut mengandung makna serta nilai-nilai pendidikan karakter yang sampai sekarang masih dipatuhi dan dijalani oleh masyarakat tertentu. Salah satunya tradisi saparan di Dukuh Warak Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Salatiga.

  Tradisi saparan di Dukuh Warak merupakan wujud rasa syukur serta penghormatan para leluhur. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apa makna tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga?; 2) Bagaimana prosesi tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga?; 3) Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga?.

  Metodologi dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif berupa pengamatan (observasi), wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tradisi saparan bermakna sebagai ungkapan rasa syukur atas rizki, nikmat, berkah, dan keselamatan yang diterima. Selain itu, saparan juga bermakna memperingati desa agar desanya senantiasa aman dan warganya mendapat keselamatan. 2) Tradisi saparan di Dukuh Warak dilakukan selama sehari semalam dengan berbagai rangkaian upacara adat yang ada, yaitu: slametan/kenduri; dandan kali; besik makam dan tahlil; mengganti bethek (pagar) pundhen; dan pagelaran kesenian wayang semalam suntuk. 3) Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam saparan adalah religius, toleransi, kreatif, cinta tanah air, komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab.

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL i

  PERSETUJUAN PEMBIMBING ii PENGESAHAN KELULUSAN iii

  PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN v KATA PENGANTAR vi

  ABSTRAK ix

  DAFTAR ISI x

  DAFTAR TABEL xiii

  DAFTAR LAMPIRAN xiv

  BAB I PENDAHULUAN

  1 A.

  1 Latar Belakang Masalah B.

  4 Fokus Penelitian C.

  4 Tujuan Penelitian D.

  5 Manfaat Penelitian E.

  5 Penegasan Istilah F.

  7 SistematikaPenulisan

  BAB II KAJIAN PUSTAKA

  9 A.

  9 Landasan Teori B.

  33 Kajian Pustaka

  BAB III METODE PENELITIAN

  37 A.

  37 Jenis Penelitian B.

  37 Lokasi Penelitian C.

  38 Sumber Data D.

  38 Prosedur Pengumpulan Data E.

  39 Analisis Data F.

  41 Pengecekan Keabsahan Data

  BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

  43 A.

  43 Paparan Data 1.

  43 Gambaran Umum a.

  43 Visi dan Misi b.

  44 Letak Geografis c.

  44 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin d.

  45 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan e.

  46 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan f.

  47 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama g.

  48 Sarana dan Prasarana 2.

  49 Temuan Data B.

  65 Analisis Data 1. Makna tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan

  Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga

  65 2. Prosesi tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan

  Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga

  67 3. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga

  71 BAB V PENUTUP

  77 A.

  77 Kesimpulan B.

  77 Saran DAFTAR PUSTAKA

  79 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Nilai-nilai karakter program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) versi (Mendikbud) Muhadjir Effendy

  30 Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

  45 Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

  45 Tabel 4 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

  46 Tabel 5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

  48 Tabel 6 : Jumlah Sarana dan Prasarana

  48

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Nota Pembimbing Skripsi 2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 3. Daftar SKK (Surat Keterangan Kegiatan) 4. Lembar Konsultasi 5. Pedoman Wawancara 6. Hasil Wawancara 7. Triangulasi Data 8. Dokumentasi 9. Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

  dasarnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya. Allah SWT telah memberikan potensi-potensi kepada manusia untuk digali, dimanfaatkan, dan dikembangkan agar menjadi manusia yang berkualitas sehingga tercipta generasi penerus bangsa yang bermartabat.

  Pendidikan dipahami sebagai suatu proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradap (Muslich, 2011:75).Di samping itu, Syahidin mengemukakan bahwa pendidikan sebagai institusi sosial memiliki fungsi sebagai proses perubahan sosial yang mampu mengakomodir karakter sosial yang dimiliki masyarakat, yang bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didiknya, melainkan suatu proses pembentukan karakter yang memiliki tiga misi utama yaitu; pewarisan pengetahuan (transfer of knowledge), pewarisan budaya (transfer of culture), dan pewarisan nilai (transfer of value). Oleh karena itu, pendidikan dipahami sebagai proses transformasi nilai-nilai dalam rangka membentuk kepribadian individu (Nugroho, 2016:33).Namun yang terjadi pada pendidikan di era sekarang sungguh memprihatinkan, banyak sekali kasus kekerasan, bullying, menyontek, bahkan tindakan asusila menjadi suatu hal yang dianggap biasa.

  Sehubungan dengan itu, karakter dimaknai sebagai nilai-nilai yang unik-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang (Mulyasa, 2014: 235). Karakter tidak selamanya mencerminkan perilaku baik, karena setiap orang memiliki cara pandang dan kebiasaan hidup yang berbeda- beda. Dibutuhkan waktu yang lama untuk membangun karakter dan harus dilakukan secara berkesinambungan.

  Pendidikan karakter harus berkelanjutan dan tak pernah berakhir guna menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas. Pendidikan karakter berkaitan tentangbagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal baik dalam kehidupan, sehingga seseorang memiliki kesadaran, kepekaan, pemahaman, kepedulian, serta komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman kebiasaan itu tidak hanya dilakukan dalam lingkungan sekolah saja, lingkungan keluarga dan masyarakat juga memiliki andil yang cukup besar.

  Dalam kehidupan masyarakat, terdapat kebiasaan, adat-istiadat, budaya, dan tradisi yang berbeda satu dengan lainnya. Tradisi merupakan kebiasaan dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Di dalam tradisi biasanya mengandung serangkaian unsur kebiasaan dan nilai-nilai yang dapat dijadikan pembelajaran dan pengetahuan. Nilai-nilai pada suatu tradisi akan memberikan dampak positif bagi masyarakat apabila diterapkan dengan baik dalam kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi tentu ada ritual atau upacara khusus yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat.Dari kebiasaan itulah kemudian tercipta suatu sikap atau perilaku yang semakin lama akan membentuk suatu karakter.

  Di Jawa tengah khususnya di Salatiga terdapat beragam tradisi, salah satunya tradisi saparan. Namun hanya beberapa daerah yang masih melestarikan tradisi saparan, seperti masyarakat di Dukuh Warak Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Salatiga. Saparan berasal dari kata

  “Sapar” yang merupakan nama bulan kedua dalam penanggalan

  Jawa. Oleh sebab itu, saparan hanya dilakukan sekali dalam setahun yaitu pada bulan Sapar. Hari pelaksaan saparan ditentukan dari kesepakan masyarakat menurut pasaran jawa yaitu pada Jum’at wage.

  Rangkaian upacara atau ritual tradisi saparan di Dukuh Warak diantaranya kerja bakti, besik (bersih) kubur, dandan kali, penggantian pagar pundhen (sebuah petilasan yang dianggap keramat), kirab budaya, kenduri dan do’a bersama, serta penampilan kesenian reog dan wayang.

  Ketika kenduri, masyarakat membawa nasi beserta ubo rampene (pelengkap). Yang tidak boleh ketinggalan ialah iwak (ikan) kuthuk dan apem. Selain itu, kesenian wayang merupakan hal yang wajib ada.

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi Saparan di Dukuh Warak Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Salatiga dan menuangkan hasil penelitian tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul

  “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Saparan di Dukuh Warak Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Salatiga Tahun 2017”.

B. Fokus Penelitian 1.

  Apa makna tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga? 2. Bagaimana prosesi tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh,

  Kecamatan Sidomukti, Salatiga? 3. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti,

  Salatiga? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui makna tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

2. Untuk mengetahui prosesi tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

  3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat teoritis a.

  Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat khususnya bagi golongan akademis.

  b.

  Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk memperdalam keilmuan di bidang pendidikan khususnya pendidikan sosial dan budaya.

  2. Manfaat praktis a.

  Diharapkan masyarakat dapat memperoleh pemahaman mengenai makna yang terkandung pada setiap prosesi upacara tradisi saparan sehingga dapat menumbuhkan sikap dan karakter positif.

  b.

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pentingnya tradisi saparan dalam menjaga kearifan dan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian di atas, penulis akan menjelaskan arti istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

  1. Nilai Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan suatu hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan (Sjarkawi, 2009: 29).Nilai juga diartikan sebagai sifat- sifat penting dan berguna bagi kemanusiaan. Sesuatu yang dianggap bernilai sudah pasti akan hal tersebut akan dianggap lebih berharga dari hal-hal lainnya. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal yang luar biasa hebat, maka sudah menjadi hal yang wajar sekali jika manusia akan memilih sesuatu yang lebih berharga atau bernilai untuk kehidupannya (Poerdaminta, 2006: 677).

  2. Pendidikan Karakter Pendidikan menurut Hamalik (2003:79) didefinisikan sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang melalui serangkaian proses.

  Sedangkankarakter menurut Suyanto yang dikutip dari Muslich (2011:70) diartikan sebagai cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi, pendidikan karakter merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang menjadi ciri khas dari individu tersebut.

  3. Tradisi Saparan Mujib (2006:42) mengatakan bahwa tradisi atau

  ‘urf/adat adalah

  kebiasaan masyarakat, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan merupakan hukum tersendiri, sehingga jiwa merasa tenang dalam melakukannya karena sejalan dengan akal dan diterima oleh tabiat yang sejahtera.

  Tradisi saparan merupakan sebuah ritual untuk menolak balak yang sudah menjadi kebiasaan rutin di masyarakat. Tradisi ini dianggap sangat penting oleh masyarakat, khususnya masyarakat jawa karena mereka percaya bahwa tradisi saparan merupakan warisan turun- temurun dari nenek moyang. sesuai namanya, tradisi saparan dilaksanakan pada bulan Sapar (bulan jawa) yang menurut sejarah merupakan ungkapan rasa syukur terhadap desa agar senantiasa makmur dan sejahtera, juga untuk mengirim do’a kepada nenek moyang serta keluarga mereka yang telah meninggal dunia.

F. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan tersebut sebagai berikut:

  BAB IPendahuluan, menjelaskan secara umum tentang arah penelitian yang dilakukan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, serta sistematika penulisan.

  BAB IIKajian Pustaka, menjelaskan tentang landasan teori dari nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi saparan di Dukuh Warak dan kajian penelitian terdahulu.

  BAB IIIMetode Penelitian, menjelaskan mengenai jenis penelitian yang dilakukan, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data terkait tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

  BAB IVPaparan dan Analisis Data, membahas paparan dan analisis data tentang makna, prosesi, dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi saparan di Dukuh Warak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

  BAB VPenutup, pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai bahan masukan dalam tradisi saparan di Dukuh Warak dan nilai- nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya.

  Diakhiri dengan daftar pustaka, dan lampiran-lampiran lain yang mendukung laporan penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Pendidikan Karakter a. Nilai Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia (Koentjaraningrat, 2004: 12). Nilai diartikan sebagai kumpulan dari ukuran-ukuran, orientasi,

  dan teladan luhur yang selaras dengan akidah yang diyakini seseorang dan tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat, dimana ukuran-ukuran itu menjadi moral bagi seseorang yang tercermin dalam perilaku, aktivitas, usaha, dan pengalaman- pengalamannya, baik secara eksplisit maupun implisit (Murshafi, 2006: 96).

  Dari pengertian nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang berharga dan diyakini oleh masyarakat serta tidak bertentangan dengan nilai yang telah disepakati oleh masyarakat tersebut, dimana nilai itu tercermin dari perilaku sehari-hari.

  Pada hakikatnya, segala sesuatu itu bernilai, hanya saja yang membedakan adalah macam-macam nilai serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Terdapat banyak pendapat mengenai penggolongan nilai, diantaranya pendapat Notonegoro (dalam Herimanto dan Winarno, 2016: 128) yang membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: 1)

  Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.

  2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas atau kegiatan.

  3) Nilai kerohanian, dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

  a) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal pikir manusia (rasio, budi, cipta).

  b) Nilai estetik (keindahan) yang bersumber pada rasa manusia.

  c) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada kehendak keras, karsa hati, dan nurani manusia.

  d) Nilai religius (ketuhanan) yang bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan manusia.

  Sementara itu, Sjarkawi (2009: 31) membagi sifat-sifat nilai dalam kehidupan manusia adalah sebagai berikut: 1)

  Nilai sebagai suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanya objek yang bernilai. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi tidak bisa diindra.

  2) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan.

  Semua orang berharap, mendapatkan, dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.

  3) Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia sebagai pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

  Nilai merupakan bagian penting dalam kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah dan diterima secara moral jika selaras dengan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat tersebut. Nilai akan senantiasa berubah mengikuti kehidupan masyarakat yang terus berkembang. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang telah sampai pada masyarakat pedesaan, membuat pergeseran nilai semakin merambat cepat.

b. Pendidikan Karakter

  Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 263) merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Suwarno, 2006: 21-22).

  Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak hanya bertujuan membentuk peserta didik untuk pandai, pintar, berpengetahuan, dan cerdas tetapi juga berorientasi untuk membentuk manusia berbudi luhur, berpribadi, dan bersusila. Oleh karena itu, pendidikan juga harus memperhatikan kebudayaan sebagai hasil budi daya cipta, rasa, dan karsa manusia karena kebudayaan merangkum berbagai hasil karya luhur manusia tersebut (Wibowo, 2012: 18).

  Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yaitu sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetik (Muslich, 2011: 69).

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukan hanya sebatas sarana transfer ilmu, tetapi lebih dari itu yaitu sebagai proses pengubahan perilaku individu ke arah yang lebih baik. Proses pendidikan berkaitan erat dengan pembentukan karakter peserta didik. Muslich (2011: 2-3) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Menurut Rajasa, tiga hal prinsipal tersebut adalah sebagai berikut: 1)

  Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivasi karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter yang mencetak tatanan masyarakat maju, berbudaya dan berpengaruh. 2)

  Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa.

  3) Pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasi kedua aspek di atas yakni re-aktivasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetitif, ke dalam segenap sendi- sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah.

  Membangun karakter tidak bisa dilakukan secara cepat dan instan karena karakter bersifat abstrak dan tidak bisa secara langsung dipahami dalam waktu yang singkat (Ilahi, 2014: 25). Selain membutuhkan waktu yang lama, dalam membangun karakter harus dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita akhir-akhir ini bukan terjadi begitu saja secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui proses yang panjang. Potret kekerasan, pembunuhan, dan ketidakjujuran anak-anak bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik sekarang ini sudah melampaui batas kewajaran. Budaya seperti itu tidak hanya melanda rakyat yang berpendidikan rendah, tetapi sudah sampai pada masyarakat terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa bahkan para elite bangsa ini.

  Karakter dimaknai oleh Samani dan Hariyanto (2014: 41) sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Sedangkan Imam Ghozali menganggap karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak dipikirkan lagi.

  Karakter juga diartikan oleh Zaenal Fitri (2012: 20) sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

  Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti sehingga karakter bangsa sama dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti. Sebaliknya, bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik.

  Dikutip dari Kesuma, dkk (2012: 24), Hurlock dalam bukunya Personality Development, secara tidak langsung mengungkapkan bahwa karakter terdapat pada kepribadian. Karakter mengimplikasikan sebuah standar moral dan tingkah laku yang diatur oleh upaya dan keinginan. Hati nurani, sebuah unsur esensial dari karakter, adalah sebuah pola kebiasaan perlarangan yang mengontrol tingkah laku seseorang, membuatnya selaras dengan pola-pola kelompok yang diterima secara sosial.

  Dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat yang mantap, stabil, dan khusus yang melekat dalam diri seseorang yang membuatnya bersikap dan bertindak secara otomatis, tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan, dan tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu karena telah menyatu dalam jiwa/diri seseorang (tertanam kuat), dan secara spontanitas manusia akan bersikap.

  Pendidikan karakter terbentuk dari proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir, sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan, yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai- nilai budaya bangsa (Mulyasa, 2014: 1). Disamping itu, Ratna Megawangi mengatakan pendidikan karakter merupakan suatu bentuk usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, dkk., 2012: 5).

  Dalam pendidikan karakter, Lickona (dalam Muslich, 2011: 133) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (component of good character), yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan perbuatan moral (moral action).

  Moral knowing berkaitan dengan moral awareness

  (kesadaran moral), knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), perspective taking, moral reasoning (alasan moral),

  

decision making (mengambil keputusan), dan self knowledge

  (pengetahuan diri). Moral feeling berkaitan dengan conscience (nurani), self esteem (percaya diri), emphaty (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran),

  

self control (mampu mengontrol diri), dan humility (kerendahan

  hati). Sedangkan moral action merupakan perpaduan dari moral

  

knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk

kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

  Ketiga komponen tersebut perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter agar individu menyadari, memahami, merasakan, dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai kebajikan itu secara utuh dan menyeluruh.

  Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam pendidikan karakter yaitu ngerti-ngroso-nglakoni (menyadari, menginsyafi, dan melakukan). Pendidikan karakter menjadi semacam aksesoris atau perhiasan bagi manusia yang berupa hasil dari pengembangan dirinya.

c. Tujuan Pendidikan Karakter

  Pada hakikatnya, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zaman. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3:

  Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Muslich, 2011: 84).

  Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2014: 9). Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolag merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas (Muslich, 2011: 81).

  Pendidikan karakter juga bertujuan untuk mengatasi krisis karakter yang terjadi pada masyarakat global. Pendidikan karakter berperan dalam mengembangkan potensi manusia secara optimal. Pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan pola pikir dan perilaku individu yang bertanggungjawab dalam menjalankan peran sosial di keluarga, masyarakat, dan warga negara (Dwiningrum, 2014: 234).

  Zubaedi (2012: 18) menjelaskan ada lima tujuan diadakannya pendidikan karakter, yaitu: 1)

  Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 2)

  Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. 3)

  Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

  4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

  5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

  Pendidikan karakter memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah) (Kesuma, dkk., 2012: 9).

  Dalam konsep Islam, tujuan pendidikan karakter dimaksudkan agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Karakter seseorang dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-

  Qur’an (Fathurrohman, 2013: 98).

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.

d. Fungsi Pendidikan Karakter

  Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Muslich, 2011: 83).

  Kementrian Pendidikan Nasional (2011: 3) menjelaskan fungsi pendidikan karakter, yaitu: (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia, serta mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, berperilaku baik, dan keteladanan yang baik; (3) membangun sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.

  Selain itu, Mulyasa (2014: 231) mengungkapkan fungsi utama pendidikan karakter sesuai kebijakan nasional karakter bangsa, yaitu: 1) pembentukan dan pengembangan potensi.

  Fungsi Pembangunan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran, berhati dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.

  2) Fungsi perbaikan dan penguatan. Pembangunan karakter bangsa berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi serta bertanggungjawab dalam pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

  3) Fungsi penyaring. Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilih budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter yang bermartabat.

e. Macam-Macam Pendidikan Karakter

  Menurut Kemdiknas, Sebagaimana dikutip Wibowo, (2013: 14-15) menyatakan bahwa nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam adat dan budaya suku bangsa kita, telah dikaji dan dirangkum menjadi satu. Berdasarkan kajian tersebut telah teridentifikasi butir-butir nilai luhur yang diinternalisasikan terhadap generasi bangsa melalui pendidikan karakter.

  Nilai-nilai pendidikan karakter dikelompokkan menjadi lima macam yaitu; (1) nilai pendidikan karakter berkaitan dengan Tuhan; (2) nilai pendidikan karakter berkaitan dengan sesama; (3) nilai pendidikan karakter berkaitan dengan negara; (4) nilai pendidikan karakter berkaitan dengan diri sendiri; (5) nilai pendidikan karakter berkaitan dengan lingkungan.

  1) Nilai Pendidikan Karakter Berkaitan dengan Tuhan

  Nilai pendidikan karakter berkaitan dengan Tuhan adalah religius. Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Suparno, 2015: 35). 2)

  Nilai Pendidikan Karakter Berkaitan dengan Sesama

  a) Menghargai Prestasi

  Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain (Suparno, 2015: 36). Menghargai prestasi adalah menghargai karya orang lain dan menghormati hasil usaha, ciptaan, dan pemikiran. Karena dengan sikap seperti itu kehidupan akan berjalan dengan tenteram dan damai, sehingga setiap orang akan menyadari pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai.

  b) Demokratis

  Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Suparno, 2015: 36). Nilai demokratis ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena akan menghasilkan keseimbangan antara hak dan kewajiban seorang individu dengan individu lain. c) Peduli Sosial

  Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Suparno, 2015: 37). Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang senantiasa mengadakan hubungan dengan sesamanya. Kerja sama antara orang lain dapat terbina dengan baik apabila masing-masing pihak memiliki kepedulian sosial.

  d) Bersahabat/Komunikatif

  Tindakan yang memerlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Suparno, 2015: 37). Orang yang bersahabat/komunikatif akan membawa kedamaian dan kenyamanan bagi orang disekitarnya karena orang yang bersahabat akan menunjukkan sikap memahami perilaku, pikiran dan sikap orang lain. 3)

  Nilai Pendidikan Karakter Berkaitan dengan Negara

  a) Semangat Kebangsaan

  Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Suparno, 2015: 36). Nilai ini sangat menjunjung tinggi rasa semangat kebangsaan serta menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

  b) Cinta Tanah Air

  Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa (Suparno, 2015: 36). Rasa cinta tanah air berarti rela berkorban untuk tanah air dan membela dari segala macam ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun.

  c) Cinta Damai

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BOYONGAN RUMAH DI DESA NGENDEN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 4 119

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI YA QOWIYYU DI DESA JATINOM KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 132

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SURAT AL-AN’AM AYAT 151-153 DAN PENERAPANNYA DALAM PAI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 2 105

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 132

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ISLAM DI DESA KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 106

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SAPARAN KI AGENG WONOLELO DI DESA WIDODOMARTANI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

0 0 100

PEMBINAAN KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA KELURAHAN KECANDRAN KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 2 113

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI RELIGIUSITAS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN ISLAM DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 88