TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP TANGGUNG JAWAB MUTLAK PADA KLAUSULA BAKU DI PERTOKOAN PASAR KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh G

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

  

08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP TANGGUNG JAWAB MUTLAK PADA KLAUSULA

BAKU DI PERTOKOAN PASAR KARANGGEDE KABUPATEN

BOYOLALI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

  

INTAN PRATIWI

NIM: 21414067

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTTO

MENGETAHUI TUJUAN ANDA DAN KEINGINAN

UNTUK MENCAPAINYA, TIDAK AKAN MEMBAWA

ANDA DEKAT KEPADANYA, HANYA TINDAKAN

  

YANG MAMPU BERBUAT DEMIKIAN

(GEORGE ELD)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini dipersembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku tercinta sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas semua pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.

2. Ketiga adik-adiku yang telah memberikan dukungan yang berunsur bullyan untuk segera menyelesaikan skripsiku.

  

Kata Pengantar

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

  • – Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yag di harapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh – Nya, sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

  Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi, kekasih, spirit perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat

  • – sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan.

  Penulisan Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Progam Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah, Fakultas Syari‟ah, yang berjudul : “Tinjauan Hukum Islam Dan Undang- Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Tanggung Jawab Mutlak Pada Klausula Baku Di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali” Penulis mengakui bahwa dalam menyususn penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi

  • – tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata
  • – kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. A, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

  3. Ibu Evi Ariyani, M. H, selaku Ketua Progam Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah IAIN Salatiga.

  4. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H. Selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

  5. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi Fakulta s Syari‟ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

  6. Para informan di Pasar Karanggede yang telah berkenenan saya wawancarai.

  7. Sahabat – sahabatku Jama‟ah Rasan-Rasan yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

  8. Teman – temanku yang budiman Nurcahyo Andri S. Pd., Fuad S. Pd., dan Ario Hermawan yang telah membantuku banyak dalam menyelesaikan skripsi.

  9. Teman – teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2014 di IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  10. Bapak Lurah dan Bapak Ibu Perangkat Desa Bandung yang telah memberikan pengertian kepada saya dispensasi waktu dan tenaga dalam bekerja guna menyelesaiakan skripsi.

11. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun memberikan kontribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balsan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.

  Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini maaih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini, sehingga mudah dipahami.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan u mumnya bagi pembaca.

  Salatiga, 24 September 2018 Penulis.

  INTAN PRATIWI NIM.2141406

  ABSTRAK

  Pratiwi, Intan. 2018. Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang

  Perlindungan Konsumen Terhadap Tanggung Jawab Mutlak Pada Klausula Baku Di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali. S

  kripsi. Fakultas Syari‟ah. Progam Studi Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Lutfiana Zahriani, SH.MH Kata Kunci: Hukum Islam, Klausula baku, Perlindungan Konsumen.

  Perkembangan ekonomi bisnis membuat perubahan pranata hukum terutama terkait dengan keberadaan konsumen. Dalam pembuatan perjanjian konsumen pada posisi tawar yang rendah sehingga adanya suatu perlindungan hukum. Pada saat konsumen berhadapan dengan pelaku usaha dalam kontek penandatangan perjanjian baku yang mengandung klausula baku maka posisinya menjadi lemah. Pencantuman klausula baku dalam perjanjian baku yang mengalihkan tanggung jawab pelaku usaha kepada konsumen yang tentunya berimplikasi pada perlindungan konsumen membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana aturan klausula baku yang diberlakukan di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali dan bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang- Undang No.08 Th.1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap klausula baku di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana aturan klausula baku yang diberlakukan di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali dan bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang No.08 Th.1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap klausula baku di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan metode pengumpulan data wawancara. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, artinya suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta yang kemudian menuju pada identifikasi dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah, dengan jenis penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang.

  Berdasarkan penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan beberapa pertokoan di Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali telah memberlakukan aturan klausula baku yang berbunyi “Memecahkan Berarti Membeli”, “Membuka Segel Berarti Membeli”, dan “Barang Yang Sudah

  Dibeli Tidak Dapat Dikembalikan”.Tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 08 Tahun

  1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap klausula baku di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali ada yang telah sesuai dan ada yang belum sesuai, Dari lima toko yang telah diteliti, hanya ada dua toko yang telah sesuai baik itu menurut hukum Islam maupun UUPK, yaitu Toko PAS dan Toko Buku Pepak, karena dalam bertransaksi telah ada unsur sukarela antara pelaku usaha dan konsumen, dan dalam penempatan tulisan klausula baku cukup jelas. Dan yang telah sesuai dengan hukum Islam tetapi belum sesuai menurut UUPK adalah Toko A3 dan Toko Salwa, telah sesuai karena telah ada unsur sukarela tetapi dalam segi penulisan klausula baku kurang jelas.

  Sedangkan pada Toko KN Jaya belum sesuai baik itu secara hukum Islam maupun UUPK, karena tidak ada tulisan yang menyebutkan bahwa apabila ada kerusakan barang dagangan yang disebabkan konsumen maka konsumen harus membelinya.

  DAFTAR ISI COVER ..................................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING ............................................................................ ii

PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Tujuan Penleitian ........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7 F. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9 G. Metode Penelitian........................................................................... 13 H. Sistematika Penulisan..................................................................... 17 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Hak dan Kewajiban Konsumen.................................... 18 B. Pengertian Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ............................... 21 C. Pengertian Klausula Baku .............................................................. 25 D. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Terhadap Produk ............................................................................ 26

  E.

  Dasar Hukum Islam dan UUPK Tentang Prinsip Tanggung Jawab Mutlak Pada Klausula Baku ................................................ 32 F. Tujuan dan Asas Undang-Undang No.08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ................................................... 42

  

BAB III ATURAN KLAUSULA BAKU YANG DIBERLAKUKAN DI

PERTOKOAN PASAR KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI A. Wawancara dengan Pelaku Usaha Berkaitan Aturan Klausula Baku yang Diberlakukan di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali .......................................... 51 B. Respon Konsumen Terhadap Aturan klausula Baku

  di Pertokoan Pasar Karanggede ..................................................... 55

  BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN U NDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP TANGGUNG JAWAB MUTLAK PADA KLAUSULA BAKU DI PERTOKOAN PASAR KARANGGEDE

KABUPATEN BOYOLALI ................................................................... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 64 B. Saran ............................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Nota Pembimbing Skripsi 2. Surat Penunjukkan Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Surat Keterangan Lulus Ujian Komperehensif 5. Foto Penulis Bersama Informan 6. Daftar Nilai SKK 7. Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin banyaknya jumlah pertumbuhan penduduk, tentu menjadikan kebutuhan semakin meningkat, terutama dalam hal kebutuhan ekonomi. Kebutuhan ini bisa dikatakan kebutuhan wajib yang harus dipenuhi guna

  bertahan hidup karena tidak bisa dipungkiri bahwasannya kebutuhan ini harus dipenuhi setiap harinya.

  Kemudian didukung pula dengan adanya perkembangan perekonomian, khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan yang mana telah menghasilkan berbagai variasi barang atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa untuk melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan menjadi bervariasi, baik produksi luar negeri maupun produksi dalam negeri.

  Kondisi tersebut memang menguntungkan bagi para konsumen karena kebutuhan akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen.

  Namun di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi obyek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.

  Salah satu bentuknya yaitu pelaku usaha dalam menerapkan adanya klausula baku, Keberadaan klausula baku ini memang dianggap sebagai media untuk mempermudah transaksi jual beli yang dilakukan antara produsen dengan konsumen, akan tetapi ternyata klausula ini disalah gunakan produsen dengan memberikan persyaratan yang sangat merugikan bagi konsumen antara lain dalam perjanjian kredit perbankan, perjanjian asuransi, perjanjian penitipan barang, maupun perjanjian jula beli secara konvensional dan melalui e-commerce (Agus dkk, 2015: 123).

  Para pelaku usaha kebanyakan dalam meminimalisir kerugian, mereka menerapkan klausula baku tersebut, seperti halnya di toko-toko sekitar Pasar Karanggede, beberapa toko di sana yang menjual barang-barang yang mudah rapuh/ pecah sudah pasti ada klausul seperti tulisan

  “Memecahkan Berarti

  Membeli ” dan “Membuka Segel Berarti Membeli” .

  Pada kasus klausula baku yang berbunyi “Membuka Segel Berarti

  Membeli

  ” merupakan tindakan pelaku usaha yang membatasi hak konsumen, padahal konsumen berhak mengetahui kualitas dan kuantitas suatu barang yang akan dibelinya, sedangkan dalam kasus klausula baku yang berbunyi “Memecahkan Berarti Membeli” dan melimpahkan seluruh kerugiannya kepada konsumen merupakan suatu yang tidak adil, apalagi konsumen tersebut merusakkan barang tanpa di sengaja.

  Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada aturan yang mengatur mengenai masalah klausula baku, akan tetapi beberapa pelaku usaha tidak menerapkan peraturan tersebut dalam membuat klausula baku, bahkan diantara mereka tidak tahu kalau ada peraturan yang mengatur klausula baku, kemudian dipengaruhi lagi dengan minimnya pengetahuan konsumen akan hal-hal tersebut, kebanyakan konsumen mereka tidak mengetahui adanya hak- hak konsumen, didukung dengan keadaan yang seperti itu membuat pelaku usaha tidak perlu repot memperhatikan peraturan.

  Namun ada juga beberapa konsumen yang merasa dirinya dirugikan akan adanya klausula-klausula tersebut, dan mereka tidak bisa menuntut apa- apa karena memang tulisan klausula tadi sudah tertera di sana, maka dari itu perlunya ditegaskan adanya penerapan undang-undang, agar pelaku usaha mengetahui penerapan peraturan dalam tokonya yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan peraturan undang-undang.

  Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang biasanya disingkat dengan UUPK merupakan upanya pemerintah untuk memberikan jaminan perlindungan kepada para konsumen, namun Jauh sebelum diberlakukannya UUPK, secara yuridis formal prinsip product liability sebenarnya telah diatur dalam beberapa pasal dalam KUH Perdata, walaupun dengan catatan, ruang lingkup materinya tidak se-ekstensif ketentuan yang diatur dalam UUPK.

  Pada KUHPerdata secara umum apabila ada seorang yang melakukan perbuatan melawan hukum (PMH) maka seseorang tersebut diwajibkan untuk memberikan ganti kerugian. Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan lima syarat suatu perbuatan dapat masuk dalam kategori perbuatan melawan hukum, yaitu: 1.

  Adanya perbuatan, 2. Perbuatan tersebut melawan hukum, 3. Adanya kerugian, 4. Adanya kesalahan, dan 5. Adanya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara perbuatan melawan hukum dengan akibat yang ditimbulkannya.

  Jadi apabila seseorang melakukan sesuatu tindakan perbuatan melawan hukum, maka seseorang tersebut harus mengganti kerugian, dalam hal ini bisa di kaitkan dengan penerapan klausula baku karena dalam klausula baku ditegaskan seakan-akan semua kerugian atas barang di limpahkan kepada konsumen dengan membelinya, baik kesalahan tersebut dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis akan meneliti lebih lanjut mengenai ketentuan-ketentuan klausula baku yang sesuai dan boleh diberlakukan baik itu menurut hukum Islam maupun peraturan perundang-undangan.

  Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

  08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP TANGGUNG JAWAB MUTLAK PADA KLAUSULA BAKU DI PERTOKOAN PASAR KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI ” B.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada analisa latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aturan klausula baku yang diberlakukan di Pertokoan

  Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 08

  Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap klausula baku di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui bagaimana aturan klausula baku yang diberlakukan di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang

  Nomor 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap klausula baku di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain: 1.

  Manfaat Teoritis a.

  Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah agar bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan dan keilmuan tertentu.

  Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini diharapkan memberikan pengembangan terhadap studi hukum tentang perlindungan konsumen di Indonesia khususnya terkait dengan klausula baku.

  b.

  Sebagai sarana dalam rangka meningkatkan kreatifitas dalam membuat tulisan ilmiah.

  c.

  Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di IAIN Salatiga.

2. Manfaat Praktis a.

  Manfaat praktis ditujukan sebagai pemberian manfaat atau sumbangsih yang akan diperoleh dari penelitian ini bagi masyarakat ataupun komunitas publik secara keseluruhan atau stakeholder tertentu secara khusus.

  b.

  Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan pengetahuan terhadap klausula baku, hak dan kewajiban konsumen maupun pelaku usaha dan penyelesaian penyelesaian sengketa.

  c.

  Mengembangkan penalaran,membentuk pola pikir dinamis dan untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

  d.

  Mencari kesesuaian antara teori yang telah didapatkan selama di bangku perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.

E. Penegasan Istilah

  Untuk membatasi dan menghindari kesalahfahaman arti pada judul penelitian ini, maka penulis akan menegaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok arti judul dalam penelitian ini yang berjudul

  “TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP TANGGUNG JAWAB MUTLAK PADA KLAUSULA BAKU DI PERTOKOAN PASAR KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI ” sebagai berikut:

  1. Hukum Islam (syari'at Islam) adalah rangkaian dari kata “hukum” dan kata “Islam” untuk mengetahui arti hukum Islam perlu diketahui lebih dahulu arti kata “Hukum”. Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat itu dan mengikat seluruh anggotanya. Hukum Islam artinya seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini serta mengikat untuk semua yang beragama Islam (Syarifuddin, 1997:4-5).

  2. Undang-Undang No 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang akan digunakan sebagai dasar penelitian ini, yang mana menjelaskan mengenai hak-hak dan jaminan konsumen.

3. Tanggung Jawab Mutlak adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi.

  ( UU NO.32 Th. 2009).

  4. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat atau wajib dipenuhi oleh konsumen. (UU NO.8 Th. 1999).

F. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka atau kajian pustaka berkedudukan sangat penting dalam sebuah penelitian, karena penggunaan teori untuk dijadikan kerangka pemikiran tidak akan dapat dilakukan jika tidak ada tinjauan pustaka. Hanya perlu diperhatikan bahwa dalam tinjauan pustaka tidak perlu menguraikan penjelasan yang panjang lebar, sehingga tampak seperti memindahkan pendapat orang secara keseluruhan ke dalam tinjauan pustaka, tanpa sedikit pun pemilihan substansi uraian-uraiannya (Saebani, 2008: 160).

  Berikut adalah penelitian terdahulu yang membahas tentang perlindungan konsumen:

1. SKRIPSI tahun 2017 yang di tulis oleh Rokhana Puji Astuti ( Institut

  Agama Islam Negeri Salatiga) dengan judul “TINJAUAN HUKUM

  ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SYSTEM PROMO (STUDI KASUS TOKO JAKARTA PONSEL, SAL

  ATIGA)”. Dengan rumusan masalah bagaimana penerapan sistem promo di Toko Jakarta Ponsel Salatiga, kemudian bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem promo di Toko Jakarta Ponsel Salatiga, serta bagaimana tinjauan Undang-Undang No.8 Th 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap sistem promo di Toko Jakarta Ponsel Salatiga. Dalam penelitian tersebut di simpulkan bahwa dalam penerapan sistem promo di Toko Jakarta Ponsel Salatiga menggunakan media brosur yaitu yang pertama dengan melakukan promosi besar-besaran dengan harga yang sangat murah, yang kedua dengan penurunan harga secara temporer yaitu dengan cara di lakukan menurunkan harga barang tertentu dalam jangka waktu tertentu atau waktu yang telah ditentukan. Yang ketiga, pemberian hadiah yaitu yang pembeli membeli barang tertentu di Toko Jakarta Ponsel dan mendapatkan hadiah secara cuma-cuma. Adapun tinjauan hukum Islam terhadap bisnis yang dilakukan toko tersebut boleh, akan tetapi bertentangan dengan syariat Islam, karena ada pihak yang terdzolimi. Sedangkan tinjauan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap system promo tersebut, konsumen berhak mendapatkan perlindungan konsumen yang menjamin adanya kepastian hukum.

2. SKRIPSI tahun 2015 yang tulis oleh Anur Janatin Na‟im (Institut Agama

  Islam Negeri Tulungagung ) dengan judul “PERLINDUNGAN

  KONSUMEN DALAM JUAL-BELI PERUMAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 DAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO.06/DSN-MUI/IV/2000 (STUDI KASUS DI PERUM TAMAN NIRWANA KEDIRI)

  ”. Dengan rumusan masalah bagaimana pelaksanaan jual-beli di Perum Taman Nirwana Kediri dan bagaimana hubungan perlindungan konsumen dalam jual-beli di Perum Taman Nirwana dengan Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 dan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.06/DSN-MUI/IV/2000. Hasil penelitian ini di simpulkan bahwa, pertama dalam pelaksanaan jual-beli di Perum Taman Nirwana Kediri, pembeli di beri kebebasan untuk memilih objeknya dan pembayaran boleh dilakukan baik secara tunai maupun kredit. Yang kedua ketentuan Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 belum sepenuhnya terlaksana. Yang ketiga pelaku usaha di Perum Taman Nirwana Kediri dalam transaksi jual-beli rumah telah melanggar ketentuan Undang-Undang No. 08 Tahun 1999, sehingga pelaku usaha harus dikenakan sanksi yang tegas. Dan juga melanggar ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.06/DSN-MUI/IV/2000, karena hak-hak konsumen yang belum terpenuhi terutama dalam fasilitas umum dan kontruksi bangunan yang kurang bagus.

3. Jurnal Privat Law tahun 2015 yang tulis oleh Danty Listiawati

  (Universitas Sebelas Maret Surakarta) dengan judul

  KLAUSULA

  EKSONERASI DALAM PERJANJIAN STANDARD DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN ”. Yang rumusan masalahnya mengenai kedudukan klausula eksonerasi dalam perjanjian standart serta kaitannya dengan hukum perlindungan konsumen. Yang disimpulkan bahwa keberadaan klausula eksonerasi dalam perjanjian tidak lepas dari asas kebebasan berkontrak. Artinya para pihak bebas membuat perjanjian apa saja, termasuk bebas menentukan isi, luas dan bentuk perjanjian(Listiawati akses 12 Januari 2018).

4. Jurnal Hukum Forum Akademika tahun 2014, yang ditulis oleh Taufik Yahya, Dwi Suryahartati, dan Firya Oktaviarni (dosen Universitas Jambi).

  dengan judul “PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS KLAUSULA

  EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JASA PERPARKIRAN DI KOTA JAMBI ” dan dengan rumusan masalah Bagaimana Pelaksanaan

  Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 3 Tahun 2010 tentang Retribusi pelayanan parkir di Kota Jambi serta Bagaimanakah Model Perjanjian Jasa Perparkiran yang memenuhi konsep-konsep Keseimbangan dan Kepastian Hukum. Dalam jurnal ini disimpulkan bahwa Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor. 3 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum belum diterapkan dengan maksimal.

  Dibuktikannya masih ada titik parkir yang disinyalir merupakan titik parkir tidak terdaftar di kantor pengelolaan parkir pasar Jambi. mengenai nilai retribusi yang diharapkan menjadi kekuatan peningkatan PAD Kota Jambi tidak begitu mendapat perhatian khususnya dari para juru parkir yang berkewajiban menyetorkan dana parkir, karena masih terjadi tunggakan-tunggakan pembayaran parkir oleh juru parkir di tiap titik parkir, dan juga Klausula Baku yang terdapat dalam karcis Parkir di Kota Jambi masih menyandang klausula eksonerasi yang merugikan konsumen. klausula tersebut bertentangan dengan konsep penitipan barang menurut KUHPerdata. Dengan demikian klausula tersebut adalah cacat hukum, dan dapat dinyatakan bahwa sedari awal tidak pernah ada hubungan hukum antara pihak-pihak yang berkaitan terhadap kontrak tersebut (Yahya dkk, diakses 12 Januari 2018).

  Dari penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi perbedaan dalam penelitian adalah pada fokus masalah bagaimana pelaksanaan klausula baku di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali dan bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang- Undang Nomor 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap klausula baku di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali.

G. Metode Penelitian

  Metode Penelitian adalah faktor yang sangat penting dalam sebuah penulisan penelitian dan harus di tulis secara rinci. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1) Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Pendekatan yang digunakan adalah yuridis sosiologis, artinya suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta yang kemudian menuju pada identifikasi dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah ( Soekanto, 1982: 10).

  Dan jenis penelitiannya adalah kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 1998: 4).

  2) Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data, yang mana penulis hanya berperan sebagai pengamat partisipan, dan kehadiran peneliti tidak ketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan dan juga tempat objek penelitian. 3)

  Lokasi Penelitian Penulis memilih lokasi penelitian di Pasar Karanggede, dikarenakan lokasi tersebut merupakan Pasar terbesar dan pusat kegiatan ekonomi utama di daerah Jalan Raya Sruwen-Wonosegoro. 4)

  Sumber Data Adapun dalam penelitian ini, sumber data yang diperlukan penulis sebagai berikut:

  1. Data Primer Data yang diperoleh peneliti dengan cara melakukan wawancara terhadap informan yaitu pelaku usaha dan konsumen di

  Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali.

  2. Data Sekunder Sumber data sekunder, atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. (Azwar, 1998:91).

  Adapun data tersebut adalah Kitab suci Al-Quran, Hadist, kitab undang-undang hukum Perdata, kitab undang-undang hukum Dagang, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, buku-buku tentang klausula baku, buku-buku tentang perlindungan konsumen, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum yang dituangkan dalam majalah ataupun jurnal hukum.

  5) Prosedur Pengumpulan Data

  Untuk mengumpulkan data dari lapangan dalam penelitian ini penulis menggunakan pedoman wawancara secara langsung kepada informan yaitu pelaku usaha dan konsumen. Tujuannya agar data yang diperoleh tidak jauh menyimpang dari yang diharapkan dalam penelitian ini serta untuk memperoleh data secara lengkap.

  6) Analisis Data

  Kemudian penulis mengolah data yang didapat dari hasil penelitian lapangan sehingga penulis dapat mengetahui apakah prinsip klausula baku yang diterapkan di Pertokoan Pasar Karanggede telah sesuai dengan hukum Islam serta ketentuan-ketentuan sebagaimana di atur dalam Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

  7) Pengecekan Keabsahan Temuan

  Adapun dalam pengecekan keabsahan penelitian ini, penulis berusaha sesering mungkin mendatangi lokasi penelitian agar menghasilkan penelitian dengan maksimal.

H. Sistematika Penulisan

  Agar pembaca mudah memahami kerangka penulisan ini, maka penulis memberi gambaran yang lebih jelas sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

  tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II KAJIAN TEORI meliputi pengertian konsumen dan pelaku usaha,

  hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, prinsip-prinsip tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap produk, dasar hukum Islam dan UUPK tentang prinsip tanggung jawab mutlak, tujuan, asas dan manfaat Undang- Undang No 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

  BAB III HASIL PENELITIAN meliputi aturan klausula baku yang

  diberlakukan di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali

  BAB IV PEMBAHASAN meliputi tinjauan hukum Islam dan Undang- Undang No 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengenai klausula baku di Pertokoan Pasar Karanggede Kabupaten Boyolali. BAB V PENUTUP meliputi kesimpulan dan penyampaian saran saran.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian, Hak dan Kewajiban Konsumen 1. Pengertian Konsumen Konsumen merupakan pemakai barang/ jasa, yang dibedakan menjadi dua

  yaitu konsumen perantara dan konsumen akhir. Konsumen perantara adalah konsumen yang membeli produk/barang tidak untuk dikonsumsi sendiri, tetapi untuk dijual lagi. Sedangkan pengertian konsumen akhir dijelaskan dalam Undang

  • – Undang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa: “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan ”.

2. Hak Konsumen

  Dalam sejarahnya, pada tahun 1962 hak-hak konsumen telah dicetuskan oleh presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, yang disampaikan dalam Kongres Gabungan Negara-Negara Bagian di Amerika Serikat, kemudian di masukan dalam progam konsumen European Economic Community (EEC) di mana hak-hak konsumen meliputi: a.

  Hak perlindungan kesehatan dan keamanan b. Hak perlindungan kepentingan ekonomi c.

  Hak untuk memperoleh ganti rugi d. Hak atas penerangan e. Hak untuk didengar

  Menurut Ernes Barker, agar hak-hak konsumen itu sempurna harus memenuhi tiga syarat, yakni hak itu dibutuhkan untuk perkembangan manusia, hak itu diakui oleh masyarakat, dan hak itu dinyatakan demikian, dan arena itu dilindungi dan dijamin oleh lembaga Negara. Jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut, maka hak-hak itu bukanlah hak yang sempurna, tetapi merupakan hak yang semu (quasright) (Sutedi, 2008:50).

  Sedangkan di Indonesia, hak-hak konsumen telah terkandung dalam

  pasal 4 undang-undang perlindungan konsumen, yaitu: a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan / atau jasa; b.

  Hak untuk memilih barang dan / atau jasa serta mendapatkan barang dan / atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa; d.

  Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa yang digunakan; e.

  Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian konsumen secara patut; f.

  Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g.

  Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak deskriminatif; h.

  Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi atau penggantian, apabila barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya; i. Hak – hak yang diatur dalam peraturan perundang – undangan lainnya.

  Selain hak-hak konsumen diatas, ada dua hak konsumen yang berhubungan dengan pertanggungjawaban produk, yaitu hak untuk mendapatkan barang yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik serta aman, dan hak untuk mendapatkan ganti kerugian, jika barang yang dibelinya itu cacat, rusak atau telah membahayakan konsumen, ia berhak mendapatkan ganti kerugian yang pantas.

3. Kewajiban Konsumen

  Konsumen memiliki hak yang dapat diberikan apabila kewajibannya sebagai konsumen telah terpenuhi, adapun mengenai kewajiban konsumen dijelaskan dalam pasal 5 UUPK, yakni sebagai berikut: a.

  Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa; c.

  Membayar dengan nilai tukar yang telah disepakati; d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

B. Pengertian, Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha 1.

  Pengertian Pelaku Usaha Secara umum pelaku usaha dapat diartikan sebagai orang yang melakukan usaha bisnis yang tujuan utamanya mencari untung. Istilah pelaku usaha dipakai dalam Undang-Undang No.08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 1 butir 3 menyatakan pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan badan usaha dalam berbagai bidang ekonomi (Mansyur, 2007:33).

2. Hak Pelaku Usaha

  Undang

  • – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen merupakan landasan hukum paling pertama dan utama dalam penyelesaian permasalahan konsumen yang menderita kerugian akibat pelaku usaha yang kurang menyadari hak dan kewajiban mereka dalam menjalankan usahanya. Pelaku usaha sudah sepantasnya mengerti dan memahami apa yang menjadi hak dan kewajiban yang dimiliki dalam menjalankan usahanya, sehingga tidak ada pihak lain yang menderita kerugian akibat kelalaian dan itikad tidak baik yang sering mereka lakukan. Sebagaimana tercantum di dalam Pasal 6 antara lain sebagai berikut : e.

  Hak Untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang di perdagangkan; f. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; g.

  Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; h.

  Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/jasa yang diperdagangkan; i.

  Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang – undangan lainnya.

3. Kewajiban Pelaku Usaha

  Pelaku usaha dalam UUPK memiliki kewajiban untuk beritikad baik didalam melakukan atau menjalankan kegiatan usahanya. Sedangkan bagi konsumen diwajibkan beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal tersebut tentu saja disebabkan oleh karena kemungkinan akan terjadi kerugian bagi konsumen yang dimulai sejak barang dirancang atau diproduksi oleh produsen (pelaku usaha), sedangkan bagi konsumen kemungkinan untuk dapat merugikan produsen adalah saat melakukan transaksi dengan produsen (Dewi, 2015:58).

  Dalam hal ini, pelaku usaha memiliki kewajiban untuk untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur karena ketiadaan informasi yang tidak memadai dari pelaku usaha merupakan salah satu cacat informasi yang akan sangat merugikan konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dapat dikatakan sebagai pelaku usaha itu tidak hanya terbatas pada produsen yang memproduksi dan menghasilkan barang, melainkan seorang distributor, dan juga pedagang dapat juga disebut seorang pelaku usaha.

  Kewajiban pelaku usaha sebagimana tercantum di dalam Pasal 7 Undang

  • –Undang Nomor 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen antara lain adalah: a.

  Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

  

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

  kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

  

c. Memperlakukan atau melayani konsummen secara benar dan

  jujur serta tidak diskriminatif;

  

d. Menjamin mutu barang dan jasa yang diproduksi dan/ atau di

  perdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan jasa yang berlaku;

  

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan

  mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta memberikan jaminan dan garansi atas barang yang dibuat dan diperdagangkan; f. Memberikan kompensasi, ganti-rugi dan penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa yang diperdagangkan; g. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan penggantian apabila barang dan jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai perjanjian.

C. Pengertian Klausula Baku

  Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan defenisi klausula baku dalam Pasal 1 ayat 10 yaitu: Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

  Berdasarkan pengertian klausula baku menurut UUPK, dapat disimpulkan bahwa klausula baku terdiri atas 2 (dua) bentuk, yaitu:

1. Dalam bentuk perjanjian

  Dalam hal ini, suatu perjanjian telah disiapkan terlebih dahulu konsepnya oleh salah satu pihak, umumnya produsen. Perjanjian ini selain memuat aturan-aturan umum yang tercantum dalam suatu perjanjian, memuat pula persayaratan-persyaratan khusus baik berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian, menyangkut hal-hal tertentu dan/atau berakhirnya perjanjian itu.

  Dalam bentuk suatu perjanjian tertentu ia memang merupakan suatu perjanjian, dalam bentuk formulir atau lain-lain, dengan materi (syarat- syarat) tertentu dalam perjanjian tersebut. Misalnya memuat ketentuan tentang syarat berlakunya kontrak baku, syarat syarat berakhirnya, syarat- syarat tentang resiko tertentu, hal-hal tertentu yang tidak ditangggung dan atau berbagai persyaratan lain yang pada umumnya menyimpang dari ketentuan yang umumnya berlaku. Berkaitan dengan masalah berlakunya ketentuan syarat-syarat umum yang telah ditentukan atau ditunjuk oleh perusahaan tertentu, termuat pula ketentuan tentang ganti rugi, dan jaminan- jaminan tertentu dari suatu produk (Fuady, 2007: 76).

2. Dalam bentuk persyaratan-persyaratan

  Perjanjian ini dapat pula dalam bentuk bentuk lain, yaitu syaratsyarat khusus yang termuat dalam berbagai kuitansi, tanda penerimaan atau tanda penjualan, kartu-kartu tertentu, pada papan-papan pengumuman yang diletakkan di ruang penerimaan tamu atau di lapangan, atau secarik kertas tertentu yang termuat di dalam kemasan atau pada wadah produk yang bersangkutan (Nasution, 2007:99-100).

  D.

  

Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Terhadap

Produk

  Tanggung jawab produk dan tanggung gugat produk merupakan dua istilah yang mempunyai arti hampir sama, perbedaannya terletak pada darimana datangnya tuntutan atau gugatan dan pihak mana yang harus tanggung jawab.

  Tanggung jawab dan tanggung gugat produk dalam kontek perlindungan konsumen merupakan hubungan yang bersifat kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kerugian yang timbul, artinya tanggung jawab pelaku usaha timbul jika produk yang ditawarkan pelaku usaha tersebut merugikan konsumen.

  Secara theoritik prinsip-prinsip yang ada dalam mewujudkan tanggung gugat produk antara lain ( Mansyur, 2007:60-61): a.

  Pertanggungjawaban Kontraktual (Contractual Liability) Artinya hubungan yang timbul dari pelaku usaha dengan konsumen adalah berdasarkan hubungan perjanjian(contract), karenanya pertanggungjawaban pelaku usaha terhadap produk yang dipasarkan juga berdasarkan kontrak, artinya tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian/ kontrak dari pelaku usaha, atas kerugian yang dialamikonsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkannya atau memanfaatkan jasa yang diberikannya. Dalam konteks ini, dasar gugatan konsumen/pembeli mendasarkan pada wanprestasi dari suatu perjanjian.

  b.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG (Studi Kasus di BMT Anda Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

0 2 121

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP PENGATURAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN (Studi Analisis di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

0 0 113

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN FATWA DSN MUI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG HKI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh G

0 0 125

PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Me

0 0 107

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TANGGUNG JAWAB IKUT SERTA MENANGGUNG KERUGIAN AKIBAT KESALAHAN KERJA (Studi Kasus Toko Lancar Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

1 1 79

PENGUPAHAN DI TOKO PINTAR 3 PASAR BANDARJO UNGARAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum

0 0 93

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SISTEM PROMO (Studi Kasus Toko Jakarta Ponsel Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 105

PERLINDUNGAN HUKUM BATIK SELOTIGO PASCA BELAKUNYA PP NOMOR 51 TAHUN 20017 TENTANG INDIKASI GEOGRAFIS, UU NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN FATWA DSN MUI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG HKI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh G

0 0 125