TESIS MODERNISASI PESANTREN “ANALISIS PRAKTIK-PRAKTIK MODERNISASI DI KALANGAN PONDOK PESANTREN KOTA SALATIGA TAHUN 2017”

  

TESIS

MODERNISASI PESANTREN

“ANALISIS PRAKTIK-PRAKTIK MODERNISASI DI

KALANGAN PONDOK PESANTREN KOTA

  SALATIGA TAHUN 201 7”

Oleh:

FANI FARIDA

  

12010150037

PROGRAM PASCASARJANA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

  

ABSTRAK

Modernisasi Pesantren: Analisis Praktik-Praktik Modernisasi di Kalangan

Pondok Pesantren Kota Salatiga Tahun 2017

  Oleh: Fani Farida

  Email: funnyfarida.ff@gmail.com

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik-praktik modernisasi di

kalangan Pondok Pesantren Kota Salatiga tahun 2017. Modernisasi merupakan

proses perombakan pola berpikir yang rasional sesuai tuntutan zaman. Agar dapat

memenuhi kebutuhan zaman, maka pesantren perlu melakukan perombakan sistem

pembelajaran sesuai kebutuhan santri. Oleh karena itu modernisasi pesantren

perlu dikembangkan agar fungsi pesantren sebagai proses pendidikan Islam tidak

tergerus oleh zaman. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara, observasi dan studi lapangan

ke tiga pondok pesantren Kota Salatiga yaitu Pondok Pesantren An Nida, Pondok

Pesantren Al Falah, dan Pondok Pesantren Sunan Giri. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa praktik-praktik modernisasi antara lain kurikulum yang

semakin berkembang, perilaku santri yang menganggap larangan dalam agama

menjadi wajar seperti pacaran, serta penerapan sistem peraturan yang tidak

berdasarkan hukum Islam. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya modernisasi

yaitu faktor internal (kurikulum pesantren yang mengalami perubahan, bebasnya

penggunaan alat komunikasi, diperbolehkannya membawa alat transportasi, serta

penerapan hukuman yang dinamis), faktor ekternal (interaksi santri dengan

lingkungan di luar pesantren dan membangun jaringan dengan pihak luar).

Dampak dari modernisasi terhadap eksistensi pesantren meliputi dampak positif

bagi pondok pesantren (pondok pesantren menjadi lebih dikenal masyarakat luas

dan kurikulum menjadi berkembang), bagi santri (menjadikan santri berwawasan

luas, santri lebih familiar terhadap teknologi, mobilitas santri menjadi lebih

mudah, dan santri menjadi lebih mandiri melalui wirausaha. Dampak negatif yang

ditimbulkan tidak serta merta kepada pesantren tetapi cenderung kepada santri

yang kemudian berimbas kepada pesantren, seperti; santri cenderung individual;

santri lebih mudah melanggar peraturan pondok pesantren, dan semakin

terkikisnya nilai-nilai moral santri.

  Kata kunci: Modernisasi; Pesantren; Faktor Internal; Faktor Eksternal. Keywords: Modernization; Pesantren; Internal Factor; External Factor.

  

ABSTRACT:

Modernization of Pesantren: The Analysis of Modernization Practices

Islamic Boarding Schools Among Salatiga Year 2017

  By: Fani Farida

  Email: funnyfarida.ff@gmail.com

  This study aimed to analyze the practices of modernization in the Islamic

boarding school in Salatiga 2017. Modernization is the reform process of rational

thinking patterns according to the demands of the times. In order to meet the needs

of the times, the schools need to revamp the learning system according to the needs

of students. Therefore modernization boarding schools should be developed in

order to function as an Islamic educational process is not eroded by age. In this

study, the authors used a qualitative descriptive research method by conducting

interviews, observation and field studies at three Islamic boarding schools in

Salatiga namely Pondok Pesantren An Nida, Pondok Pesantren Al Falah, and

Pondok Pesantren Sunan Giri. The results of this study stated that the practices of

modernization among other growing curriculum, behavior of students who consider

religious beliefs be reasonable like courtship, and the application of rules that are

not based on Islamic law. The factors caused of modernization is internal factor

(curriculum of schools undergoing change, free use of telecommunication, the

permissibility of carrying transportation, as well as the application of punishment

is dynamic), external factors (the interaction of students with the environment

outside the school and build a network with outsiders ). The impact of

modernization on the existence pesantren include positive impacts for boarding

schools (pesantren become more widely known and the curriculum becomes more

advanced), for students (make students knowledgeable, students more familiar with

the technology, the mobility of students becomes easier, and students become more

self through self-employment. the negative impact caused not necessarily to

pesantren but tend to students who then impact the pesantren, such as; students

tend to be individualized; students more easily to break the rules of boarding

school, and the erosion of moral values of students.

  Keywords: Modernisasi; Pesantren; Faktor Internal; Faktor Eksternal. Keywords: Modernization; pesantren; Internal Factor; External Factor.

  PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan segenap kemampuan yang ada. Adapun judul tesis ini adalah : “Sekularisme Pesantren: Analisis Praktik-Praktik Perilaku Sekular Di Kalangan Pondok Pesantren Kota Salatiga Tahun 2017”

  Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mencapai Gelar Magister Pendidikan pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

  1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga; 2. Dr. Zakiyuddin, M.Ag, Direktur Program Pascasarjana Institut Agama Islam

  Negeri Salatiga; 3. Hammam, Ph. D, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN

  Salatiga; 4. Prof. Dr. H. M. Zulfa, M. Ag. (Alm), selaku Pembimbing Proposal tesis yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

  5. Dr. Adang Kuswaya, M. Ag, selaku Pembimbing tesis yang selalu memberikan bimbingan dan evaluasi kepada penulis;

  6. Bapak Syarif, selaku pimpinan di Pondok Pesantren An Nida Kota Salatiga yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan seluruh dewan asatidz, pengurus dan para santri yang telah membantu peneliti selama proses penelitian.

  7. Ibu Nyai Hj. Latifah Zoemri, selaku pimpinan dan pengasuh di Pondok Pesantren Al Falah Kota Salatiga yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan seluruh dewan asatidz, pengurus dan para santri yang telah membantu peneliti selama proses penelitian.

  8. Bapak Maslikhudin Yazid, selaku pengasuh dan pimpinan di Pondok Pesantren Sunan Giri Kota Salatiga yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan seluruh dewan asatidz, pengurus dan para santri yang telah membantu peneliti selama proses penelitian.

  9. Seluruh Staf Pengajar Program Pascasarjana Magister Pendidikan Agama Islam

  IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal kepada penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam hidup dan berkarya dalam masyarakat.

  10. Suami saya Dr. (Candt) Amprianto, S.Pd.I., M.M, yang senantiasa memberikan dukungan serta arahan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

  11. Kedua orangtua penulis Bpk. Rohmat dan ibu Purwanti serta bapak/ibu mertua Bapak Satimin dan Ibu Krismiatun yang selalu memberikan doa serta dukungan sehingga tesis ini dapat terlaksana.

  12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya penulisan tesis ini.

  Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dimana nantinya akan dapat penulis pergunakan dan sebagai penyempurnaan dalam penyusunan tulisan selanjutnya.

  Akhirnya, penulis berharap semoga dengan adanya tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Salatiga, 26 Juli 2017 Penulis

  Fani Farida Nim. 12010150037

  MOTTO

Keraslah terhadap diri sendiri dan lemah lembutlah kepada orang lain,

jangan sebaliknya. (KH. Mustofa Bisri / Gus Mus)

  

Succes is not a destination but a journey, The first step in our life is to

decide where we want to go. (Iwan Sunito, Books of “From Borneo to

Bloomberg”)

The danger of the pas was that the people became slaves, and the danger

of the future is that the people become robots (Erich Fromm)

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv ABSTRAK ............................................................................................................. v ABSTRACK ......................................................................................................... vi PRAKATA ........................................................................................................... vii MOTTO................................................................................................................. ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................. 2 C. Signifikasi Penelitian ................................................................................ 3 D. Kajian Pustaka: 1. Penelitian Terdahulu ................................................... 4

  2. Kerangka Teori ............................................................ 6 E. Metode Penelitian ................................................................................... 10 F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 13

  BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN KOTA SALATIGA ................... 14 A. Pondok Pesantren Al Falah..................................................................... 14 B. Pondok Pesantren An Nida ..................................................................... 14 C. Pondok Pesantren Sunan Giri ................................................................. 15 BAB III PERILAKU DAN FAKTOR PENYEBAB ....................................... 17 A. Praktik-Praktik Modernisasi..................................................................... 17 1. Aspek Kurikulum ......................................................................... 17 2. Aspek Perilaku ............................................................................. 18

  3. Aspek Hukum............................................................................... 20 B. Faktor-Faktor Penyebab Modernisasi Pesantren .................................... 21 1.

  Faktor Internal .............................................................................. 21 a.

  Kurikulum Pesantren ........................................................ 21 b. Bebasnya Penggunaan Alat Komunikasi ......................... 22 c. Diperbolehkannya Membawa Alat Transportasi ............. 23 d. Penerapan Hukuman Yang Dinamis ................................ 24 2. Faktor Eksternal ........................................................................... 25 a.

  Interaksi Santri ................................................................. 25 b. Membangun Jaringan Dengan Pihak Luar ....................... 26

  

BAB IV DAMPAK MODERNISASI TERHADAP PESANTREN .............. 28

A. Dampak Positif ................................................................................... 28 B. Dampak Negatif ................................................................................ 34 BAB V PENUTUP ............................................................................................. 37 A. Simpulan ........................................................................................... 37 B. Saran .................................................................................................. 38 Daftar Pustaka ..................................................................................................... 39 Lampiran-lampiran .............................................................................................. 42

  Daftar Lampiran: Lampiran 1: Pedoman Wawancara ...................................................................... 42 Lampiran 2: Hasil Wawancara ............................................................................. 43 Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian ................................................................... 64

  Daftar Lampiran Gambar 3.1: Dokumentasi wawancara dengan Lurah PP Al Falah. 3.2: Dokumentasi selesai wawancara dengan para pengurus PP Al Falah. 3.3: Dokumentasi piala prestasi dan piagam kegiatan PP Al Falah. 3.4: Dokumentasi santri sedang menonton film dari laptopnya. 3.5: Dokumentasi para santri sedang bermain gadget. 3.6: Dokumentasi area parkir dan kendaraan bermotor beberapa santri. 3.7: Dokumentasi wawancara dengan santri PP. Al Falah. 3.8: Dokumentasi wawancara dengan lurah putra PP. Sunan Giri. 3.9: Dokumentasi wawancara dengan Bendahara putra PP. Sunan Giri. 3.10: Dokumentasi wawancara dengan lurah putri PP. Sunan Giri. 3.11: Dokumentasi wawancara dengan lurah PP. An Nida. 3.12: Dokumentasi wawancara dengan Keamanan PP. An Nida.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren yang lahir atas dasar kesadaran dakwah Islamiah, yakni menyebarkan

  1

  dan mengembangkan ajaran Islam, sekal igus mencetak kader ulama dan da’i. Pesantren memiliki karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dari sistem budaya

  2

  nusantara. Di mana interaksi sosial pesantren masih menganut cara-cara tradisional dengan menampakan kesederhanaan, gotong royong, rasa persaudaraaan, persamaan, kepercayaan diri dan keberania hidup, serta

  3 semangat keilmuan yang tidak diukur berdasarkan ijazah.

  Namun seiring berjalanya waktu dan sebagai akibat dari perkembangan zaman serta peradaban dunia yang menuntut manusia mengikuti perkembangan arus modernisasi membuat terjadinya perubahan pada semua aspek kehidupan, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu juga dalam tradisi-tradisi pesantren, di mana arus modernisasi juga telah mengubah arah dan

  4 perkembangan pesantren kearah yang lebih pragmatis.

  Penulis telah melakukan pre-observasi dan wawanara kepada beberapa santri dan pengurus pondok pesantren di kota Salatiga. Hasil wawancara penulis menyebutkan bahwa contoh modernisasi di kalangan pesantren antara lain; menganggap wajar hubungan pra nikah (pacaran), penerapan hukum pencurian yang tidak sesuai dengan hukum syariat melainkan dengan kesepakatan bersama dan para santri melakukan transaksi kegiatan ekonomi melalui bank

  5 konvensional. 1 Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, 115. 2 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam(Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia) , Jakarta: Kencana, 2011, 287-288. 3 4 Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam,.... 117.

  Franz Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta: Kanisius, 2001, 15. 5 Wawancara dilakukan kepada Pengurus dan Santri Pondok Pesantren (PP) Al Falah Salatiga, 10-02-2017.

  Dari berbagai fenomena diatas maka penulis merasa perlu untuk dilakukan sebuah penelitian tentang praktik modernisasi di kalangan pesantren. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berbagai kemungkinan apakah di pesantren terdapat praktik modernisasi, dan juga penelitian ini bertujuan untuk mengungkap praktik-praktik modernisasi yang tidak disadari atau tidak diketahui oleh para santri dan kyai disebabkan oleh ketidakpahaman mengenai konsep-konsep dan praktik-praktik modernisasi.

B. Rumusan Masalah

  Berkaitan dengan praktik-praktik modernisasi di kalangan pesantren, maka terdapat berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan. Pertama, kurangnya pemahaman para pengelola pesantren tentang konsep modernisasi.

  Kedua, orientasi karakter pesantren mayoritas bersifat ukhrowi oriented. Ketiga,

  adanya indikasi perilaku-perilaku di pesantren yang kontraditif dengan ciri khas tradisi klasik pesantren Indonesia. Keempat, terdapat korelasi antara kegiatan pesantren dengan teori modernisasi.

  Untuk memperjelas serta memberikan arah tepat dalam pembahasan ini, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

  1. Fokus penelitian diarahkan pada praktik-praktik modernisasi di kalangan pondok pesantren Kota Salatiga.

  2. Faktor-faktor yang mendasari praktik-praktik modernisasi di kalangan pondok pesantren Kota Salatiga.

  3. Dampak modernisasi pesantren terhadap eksistensi pondok pesantren Kota Salatiga.

  Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

  1. Bagaimana praktik-praktik modernisasi yang terjadi di kalangan pondok pesantren Kota Salatiga tahun 2017?

  2. Apa faktor-faktor yang mendasari praktik-praktik modernisasi di kalangan pondok pesantren Kota Salatiga tahun 2017?

3. Apa dampak dari modernisasi pesantren terhadap eksistensi pesantren Kota

  Salatiga tahun 2017? C.

   Signifikansi Penelitian

  Dalam menentukan tujuan dan manfaat, tanpa meninggalkan latar belakang masalah yang sudah penulis paparkan. Oleh karena itu, penulis mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut: 1.

  Tujuan a.

  Menganalisis praktik-praktik modernisasi pada kalangan pondok pesantren di Kota Salatiga tahun 2017.

  b.

  Menganalisis faktor-faktor yang mendasari praktik-praktik modernisasi pada pondok pesantren di Kota Salatiga tahun 2017.

  c.

  Menganalisis dampak modernisasi pesantren terhadap eksistensi pondok pesantren di Kota Salatiga tahun 2017.

2. Manfaat a.

  Manfaat Teoritik Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang praktik-praktik modernisasi yang sangat diperlukan untuk mengubah pola pikir peserta didik/santri untuk mengantisipasi terjadinya praktik-praktik modernisasi pada perubahan dan perkembangan zaman globalisasi ini.

  b.

  Manfaat praktis 1)

  Bagi santri, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan agar tidak salah faham dan berprasangka buruk terhadap pengertian modernisasi. Sehingga praktiknya dapat dilaksanakan demi terwujudnya generasi muslim yang memiliki intelektuaitas yang tinggi dan bermoral sebagaimana dalam karakteristik pesantren. 2)

  Bagi penyelenggara pendidikan sebagai bahan masukan untuk instansi terkait dalam mengantisipasi dan mengawasi perilaku santri di pesantren sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan serta meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di Indonesia. 3)

  Bagi guru dapat menambah khazanah keilmuan kependidikan terutama tentang filosofi dan teori sekular yang tidak dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan Islam Indonesia.

D. Kajian Pustaka 1.

  Penelitian Terdahulu Penulisan dan penelitian yang berkaitan dengan pesantren sudah mencakup banyak varian penekanan masing-masing. Di antara hasil penulisan dan penelitian mengenai pesantren yang banyak dijadikan tinjauan pustaka adalah penelitian Florian Pohl dalam Islamic Education and Civil

  Society: Reflections on the Pesantren Tradition in Contemporary Indonesia

  mengatakan bahwa Indonesia harus mencetak masyarakat modern baik

  6

  melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan pesantren. Pada penelitian tersebut membahas mengenai perlunya modernisasi pada pesantren, yang menjadi berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis difokuskan pada praktik-praktik modernisasi yang terjadi di kalangan pesantren.

  The Public Expression of Traditional Islam: the Pesantren

  Sirry dalam

  and Civil Society in Post-Suharto Indonesia mengatakan bahwa pesantren

  merupakan mini masyarakat Islam yang mana pemikiran-pemikiran modern perlu dikembangkan seperti ide demokrasi, kebebasan, dan kesamaan dalam

  7

  menyampaikan pemikiran untuk menciptakan muslim yang ideal. Pada penelitian tersebut dan penelitian yang akan dilakukan penulis sama-sama membahas mengenai modernisasi, akan tetapi yang menjadi berbeda adalah

  6 Florian Pohl, Islamic Education and Civil Society: Reflections on the Pesantren Tradition in Contemporary Indonesia, journal Comparative Educational Review, vol.50, no.3, (2006), 391. 7 Mun’im Sirry, The Public Expression of Traditional Islam: the Pesantren and Civil Society in Post-Suharto Indonesia, journal The Muslim World, vol.100, no.1, (2010), 60. penelitian yang akan dilakukan ini akan menganalisis mengenai praktik- praktik modernisasi pada pesantren.

  Dalam Modernisasi pesantren kritik Nurcholis Madjid terhadap

  pendidikan Islam Tradisional. Yang ditulis oleh Yasmadi mengemukakan

  beberapa aspek pemikiran Nurcholis Madjid mengenai pembaharuan pendidikan Islam dan perannya dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia dengan memadukan tiga unsur nilai, diantaranya nilai keislaman,

  8

  keindonesiaan, dan keilmuan. Sehingga dijadikan landasan filosofis dalam memodernisasi pendidikan Islam tradisional. Dalam buku tersebut sama membahas mengenai pembaharuan pesantren namun sebagai landasan modernisasi, akan tetapi dalam penelitian yang akan penulis lakukan ini mengantisipasi modernisasi yang mengarah pada perilaku sekularisme.

  Penelitian Adamson dalam jurnal Gendered Anxieties: Islam,

  Women’s Rights, and Moral Hierarchy in Java mengatakan bahwa moral

  merupakan hal utama yang akan membentuk kepribadian manusia. Akan tetapi pada penelitian tersebut dijelaskan pula mengenai hak asasi dan kesetaraan gender yang mana antara wanita dan laki-laki memiliki kesamaan

  9

  dalam pendidikan moral (akhlak) sesuai ajaran Islam. Pada penelitian tersebut dan penelitian yang akan penulis lakukan memiliki kesamaan dalam membentuk moral akan tetapi pada penelitian mendatang lebih dititik beratkan pada pembinaan moral oleh pondok pesantren terhadap santri- santrinya.

  Ide sekularisasi sebenarnya sudah ada sejak era kepemimpinan Sukarno-Hatta dengan memasukkan sistem pendidikan modern ke dalam kurikulum kita dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas intelektual masyarakat Indonesia. Dalam pendidikan Islam di Indonesia (pesantren) juga sudah mulai memadukan pendidikan tradisional dengan sistem pendidikan modern. Akan tetapi, pada kenyataannya pendidikan modern 8 Yasmadi, Modernisasi pesantren kritik Nurcholis Madjid terhadap pendidikan Islam Tradisional , Jakarta: Ciputat Press, 2002, 92. 9 Clarissa Adamson,

  Gendered Anxieties: Islam, Women’s Rights, and Moral Hierarchy in Java, journal Anthropological Quarterly, vol80,no.1, (2007), 5. lebih dominan daripada pendidikan tradisional. Sehingga pesantren yang

  10

  tidak memasukkan sistem pendidikan umum semakin tertinggal. Pada penelitian tersebut dengan penelitian yang akan penulis lakukan sama membahas mengenai modernisasi pesantren. Akan tetapi, pada penelitian yang akan dilakukan penulis ini akan terfokus pada praktik modernisasi dan dampaknyaterhadap eksistensi pesantren.

  Berbeda dari dan melengkapi kajian-kajian di atas, studi (penelitian) ini mencoba melihat intensitas praktik-praktik modernisasi dan faktor-faktor penyebab terjadinya praktik-praktik modernisasi di kalangan pesantren kota Salatiga. Karena menurut penulis, studi terhadap pesantren yang secara spesifik memfokuskan pada praktik-praktik modernisasi di kalangan pesantren kota Salatiga belum memperoleh perhatian dari para peneliti.

2. Kerangka Teori

  Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang

  11

  tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama, pondok berasal dari bahasa Arab “funduk” yang berarti rumah. Yaitu rumah bagi para santri untuk belajar ilmu agama secara tradisional yang mana dipimpin

  12 oleh seorang Kyai sebagai figure pada suatu pondok pesantren.

  Menurut Lembaga Riset Islam, pondok pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggal para santri

  13

  tersebut. Pesantren di Indonesia memiliki karakteristik yang unik dan

  10 R.E Elson,Nationalism, Islam, ‘secularism’ and the state in contemporary Indonesia, Australian Journal of International affairs, vo;. 64, No. 3, (June 2010), 329. 11 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, 1991, 200. 12 Duna Izfanna dan Nik Ahmad Hisyam, A Comprehensive Approach in Developing Akhlaq: A Case Study On The Implementation Of Character Education at Pondok Pesantren Darunnajah, Multicultural Education and Technology Journal, vo. 6, No. 2, (2012), 78. 13 Lembaga Riset Islam (Pondok Pesantren Luhur), Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri, Malang: Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan Giri Gresik, 1975,45. khas, yakni mempelajari kitab-kitab klasik (kitab kuning) dengan

  14 menggunakan metode bandongan dan sorogan.

  Dhofier mengkategorikan pondok pesantren menjadi dua kategori,

  15

  yaitu pondok pesantren salafi dan khalafi. Pondok pesantren salafi lebih menekankan pada pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya, penerapan sistem madrasah untuk memudahkan sistem sorogan tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sedangkan pondok pesantren khalafi telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe sekolah umum

  16 dalam lingkungan pondok pesantren.

  Pesantren tumbuh dari bawah, atas kehendak masyarakat yang terdiri atas: kyai, santri, dan masyarakat sekitar, termasuk perangkat desa. Di antara mereka, kyai memiliki peran paling dominan dalam memuwujudkan dan mengembangkan sebuah pondok pesantren. Sehingga, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam paling otonom yang tidak bisa diintervensi pihak-pihak luar kecuali atas izin kyai. Adapun perbedaan variasi bentuk pendidikan pondok pesantren ini diakibatkan perbedaan

  17 kondisi sosialkultural masyarakat yang mengelilinginya.

  Fungsi dari sebuah pondok pesantren terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pada masa awal fungsi pondok pesantren adalah sebagai pusat pendidikan dan penyiaran Islam yang saling

  18

  menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam rangka mengumandangkan dakwah kemudian dakwah dimanfaatkan sebagai sarana dalam membangun sistem pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi

  19 edukatif pondok pesantren adalah sekadar memboncengi misi dakwah. 14 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam(Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia) , Jakarta: Kencana, 2011, 287. 15 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pondok Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: LP3ES, 1985, 20. 16 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pondok Pesantren, 17 … 24.

  Mujamil Qomar, 18 Pesantren Dari Transformasi Metodologi,… xiv.

  Mujamil Qomar, 19 Pesantren Dari Transformasi Metodologi,… 20 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi,…25. Sedangkan pada masa wali songo adalah sebagai pencetak calon ulama dan

  20 mubaligh yang bersungguh-sungguh dalam menyiarkan agama Islam.

  Adapun fungsi pondok pesantren yang berkaitan dengan peran asalnya diidentifikasikan dengan tiga fungsi penting dalam masyarakat Indonesia, yaitu Pertama, pondok pesantren adalah sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional. Kedua, pondok pesantren adalah sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam

  21 tradisional, dan ketiga pondok pesantren adalah sebagai regenerasi ulama.

  Selain itu, pondok pesantren juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha- usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dan lebih penting lagi

  22 menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitarnya.

  Qomar menyatakan bahwa pondok pesantren memiliki persepsi yang plural yang mana dapat dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling poluper adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami proses romantika kehidupan

  23

  dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal yang tidak terlepas dari modernisasi.

  Modernisasi berasal dari kata modern yang berarti terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berpikir yang sesuiai dengan tuntutab zaman. Selanjutnya modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa

  24 kini.

  20 Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bakti, 1982, 34. 21 Husni Rahim, Pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional: Mempertimbangkan Kultur Pondok Pesantren, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001,3-4. 22 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, 104-105. 23 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2005, 2. 24 Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka, 1989, 589.

  Menurut Nurcholis Madjid, pengertian modernisasi hampir identik dengan pengertian rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan

  25 tata kerja baru yang rasional.

  Modernisasi sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh suatu bangsa atau Negara untuk menyesuaikan diri dengan konstelasi dunia pada

  26

  suatu kurun tertentu di mana bangsa itu hidup. Pembaharuan atau modernisasi menurut Harun Nasution adalah sebagai sebuah roses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. Modern bukan hanya membaharui paham-paham, sikap atau adat istiadat, melainkan lebih luas lagi mencakup pembaharuan institusi-institusi yang dipandang lama untuk disesuaikan

  27

  dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru. Perubahan atau modernisasi yang dikehendaki Harun Nasution diarahkan pada pembaharuan pesantren untuk menyempurnakan sistem pendidikan, sosial dan lain sebgainya secara mendasar dan sistematis.

  Kurikulum pada pondok pesantren modern tidak terlepas dari materi konveksional seperti bahasa, matematika, dan geografi, sedangkan

  28 pendidikan agama lebih ditekankan pada pembelajaran di pesantren.

  Dari penjelasan di atas maka dapat didefinisikan bahwa modernisasi pesantren adalah perubahan, baik dalam kurikulum pendidikan pesantren, sistem pembelajaran pesantren dan penerapan hukuman dalam pesantren serta perilaku moral santri yang mengalami pembaharuan sesuai tuntutan zaman

  25 Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1997, 172. 26 Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998, 196. 27 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1975, 9. 28 Jorgen Hellman, Ramadhan Fasting at a Pesantren in West Java, Southeast Asian Islam, vol.4, no. 4 (December 2004), 17.

E. Metode Penelitian

  Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field

  research ), penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam

  29 terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus.

  Dalam penelitian ini penulis akan mendatangi dan mengamati pondok pesantren di Kota Salatiga melalui interaksi secara langsung (berkunjung, telepon, SMS, dan email) untuk profil pesantren, kebiasaan dan berbagai kegiatan yang berkenaan dengan praktik-praktik modernisasi.

  Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian deskriptif

  30

  kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu bentuk penelitian yang menganalisis data dengan berpijak pada fenomena-fenomena yang ada dan

  31

  kemudian dikaitkan dengan teori atau pendapat yang telah ada. Bersifat deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskriptif dari gejala-

  32

  gejala yang diamati. Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.

  Adapun lokasi penelitian akan dilakukan di beberapa pesantren Kota Salatiga. Kota Salatiga yang mana mendapatkan predikat kota paling toleran di Jawa Tengan dengan sangat menghargai berbagai ras, suku, agama dan budaya baik bagi pribumi maupun pendatang, hampir tidak ada masalah gesekan agama, sosial, sosial agama dan ras. Bahkan di kota Salatiga baik pribumi maupun pendatang diberikan ruang untuk mengeksplorasi kebudayaan mereka melalui

  33

  acara seperti karnaval dan pameran budaya. Selain hal tersebut, peran serta 29 Hamdan Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995,72. 30 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, 289. 31 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, cet,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013,72. 32 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2001,15. 33 Susy Haryawan, Salatiga Kota Paling Toleran di Pulau Jawa,

  Dirilis 17 November 2015. Di akses 22 Desember 2016. pesantren juga nampak dalam acara peringatan hari santri pada tanggal 22 Oktober baik diperingari secara umum maupun hanya di dalam pesantren saja. Dalam acara tersebut diharapkan para santri memiliki jiwa nasionalis dan siap

  34

  mengabdi kepada agama, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun pondok pesantren yang akan penulis teliti yaitu pondok pesantren (PP) Al-Falah Grogol, PP AN-NIDA Ledok, PP Sunan Giri Krasak.

  Untuk memperoleh data yang akurat mengenai obyek penelitian, maka penulis akan menggunakan ciri khas penelitian kualitatif, yaitu melaui hasil

  35

  wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara kepada guru/asatidz, santri, lurah pondok, dan pengurus pondok untuk memperoleh data mengenai konsep dan orientasi pelaksanaan berbagai macam kegiatan. Penulis melakukan observasi dengan terjun secara langsung ke pesantren sehingga langsung dapat melihat situasi yang diamati untuk memperoleh data mengenai berbagai kegiatan yang merujuk pada praktik- praktik modernisasi. Kemudian penulis melakukan catatan lapangan sebagai dasar utama untuk penulisan lapangan serta dokumen-dokumen yang terhimpun seperti dokumentasi mengenai kegiatan santri baik dalam bentuk tulisan, gambar maupun elektronik kemudian dipilih dan disesuaikan dengan tujuan dan fokus masalah.

  Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan buku, diktat, berita koran/majalah, artikel, gambar/foto dan dokumen tertulis lainnya yang berkaitan dengan pesantren untuk memperoleh data resmi mengenai profil pondok pesantren secara umum, yaitu visi misi, struktur organisasi, profil guru/asatidz dan pengasuh, keadaan santri, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya.

  Untuk memenuhi prinsip objektifitas dalam penelitian ini, trianggulasi data dilakukan dengan cara mewawancarai dari berbagai sumber dan berbagai latar belakang. Melakukan observasi dari berbagai pesantren. Trianggulasi data 34 35 Matatajam.com. dirilis 23 oktober 2016.

  Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitaif,...,9.

  adalah mengumpulkan data dari berbagai informan untuk menghindari

  36 subjektifitas di dalam pengumpulan data.

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

  37

  menggunakan prisip-prinsip deskriptif. Aktifitas dalam analisis data pada penelitian ini terdiri dari empat komponen yang saling berinteraksi, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

  Pengumpulan data dilakukan untuk mencarian data yang dilakukan

  38

  dengan jalan pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari catatan tersebut peneliti perlu membuat catatan refleksi yang merupakan catatan dari peneliti sendiri berisi komentar, kesan, pendapat dan penafsiran terhadap fenomena yang ditemukan. Melakukan reduksi data sebagai proses pemilihan

  39 dan pengidentifikasian data kemudian membuat koding.

  Penyajian data dengan mengorganisasikan data yang sudah direduksi. Diberikan dalam bentuk narasi, kalimat yang disusun logis dan sistematis

  40

  mengacu pada rumusan masalah. Kemudian penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan tahap akhir atas pola-pola atau konfigurasi tertentu dalam penelitian ini, sehingga menggambarkan secara utuh terhadap seluruh rangkaian

  41 kegiatan penelitian.

  36 37 John W. Creswell, Research Design,...,320.

  Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kpmpetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara. 2009, 86. 38 39 John W. Creswell, Research Design,..., 276. 40 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,..., 288. 41 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kpmpetensi dan Praktiknya,..., 87.

  

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kpmpetensi dan Praktiknya..., 87.

F. Sistematika Penulisan

  Dalam pembahasannya, laporan studi ini secara garis besar akan dibagi menjadi lima bab.

  Bab Pertama, pendahuluan bab ini menjelaskan pentingnya penelitian tentang adanya praktik-praktik modernisasi di kalangan pesantren kota Salatiga, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikasi penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab Kedua, profil pondok pesantren (PP) Al-Falah Grogol, PP AN-NIDA Ledok, PP Sunan Giri Krasak.

  Bab Ketiga, menjelaskan mengenai praktik-praktik modernisasi dan faktor- faktor yang mendasari modernisasi di kalangan pesantren kota Salatiga.

  Bab Keempat, pada bab ini akan dijelaskan mengenai dampak dari modernisasi pesantren terhadap eksistensi pesantren kota Salatiga.

  Bab Kelima adalah penutup yang berisi simpulan mengenai praktik-praktik modernisasi beserta faktor penyebab dan dampaknya di kalangan pesantren Kota Salatiga. Bab ini ditutup dengan saran untuk pemerhati pendidikan, pendidik kalangan pesantren dan peserta didik/santri.

BAB II PROFIL PESANTREN KOTA SALATIGA A. Pondok Pesantren Al Falah Pondok pesantren Tarbiyatul Islam “Al Falah” yang terletak di jalan Bima nomor 02, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga,

  berdiri pada tahun 1986 yang diasuh oleh KH. M. Zoemri RWS (almarhum) bersama dengan istri beliau Hj. Nyai Latifah ini merupakan pondok

  42 pesantren salafiyah.

  Sejak tahun 1990 pondok pesantren Al Falah mendirikan madrasah diniyah yang ditempuh selama enam tahun dengan materi pelajaran khusus Agama. Melihat kondisi santri Al Falah yang mayoritas berpendidikan formal, maka pengajian madrasah Diniyah d imulai ba’da Ashar (15.30

  43 WIB), ba’da Isya’ (21.00 WIB), dan ba’da Subuh sampai jam 6 pagi.

  Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 2005 karena melihat tantangan zaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun tersebut didirikan SMK AL

  44 Falah dengan dua jurusan yaitu Otomotif dan Tata Busana.

B. Pondok Pesantren An Nida

  Pondok pesantren An Nida terletak di jalan Jendral Sudirman nomor 239, Dusun Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Pondok pesantren An Nida yang berbasis modern ini didirikan pada tanggal 1 Januari 1979 oleh Bapak KH. Ali As’ad Af. Bapak Ali mendirikan pesantren sebagai pusat pengembangan Islam dengan visi menjadi lembaga

  42 43 Brosur Pondok Pesantren Al Falah Kota Salatiga.

  Hasil wawancara dengan Lurah (lurah adalah istilah yang digunakan dalam pesantren

sebagai ketua para santri) Pondok Pesantren (PP) Al Falah Kota Salatiga, pada hari Sabtu, 13 Mei

2017, jam 10.00 wib sampai selesai. 44 Hasil wawancara dengan Lurah PP.

  Al Falah… pendidikan keagamaan Islam yang mampu melaksanakan pembangunan

  45

  manusia seutuhnya baik lahir maupun batin yang berkarakter Al- Qur’an.