Tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I dan kelas II SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository
TINGKAT KEBIASAAN MEMPELAJARI BAHAN MATA PELAJARAN
PARA SISWA KELAS I DAN KELAS II SMP NEGERI I TIGAPANAH KAB. KARO SUMATERA UTARATAHUN AJARAN 2007/2008
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Asa Rehulina Br Ginting
041114057
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Segala Perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku”(Filipi 4:13).
Skipsi ini Kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus yang selalu menyertai aku
Bapak K. Ginting dan Mamak A. Br Tarigan yang tercinta
Kakak dan Adik-adikku Krista, Desvina dan Yedija yang tercinta Abangku Surya Dinata S. yang tercinta Sahabat-sahabatku yang terkasih Almamaterku yang tercinta Universitas Sanata Dharma.
ABSTRAK
TINGKAT KEBIASAAN MEMPELAJARI BAHAN MATA PELAJARAN PARA
SISWA KELAS I DAN KELAS II SMP NEGERI I TIGAPANAH
KAB. KARO SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Asa Rehulina Br. Ginting Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif bidang bimbingan belajar dengan menggunakan metode survey seksional menyilang ( cross- sectional surveys). Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I dan siswa kelas II. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas I dan kelas II SMP Negeri I Tigapanah tahun ajaran 2007/2008 berjumlah 443 orang siswa dan sampel penelitian berjumlah 220 orang siswa. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran.
Masalah pertama yang akan diteliti adalah bagaimanakah tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I SMP Negeri I Tigapanah tahun ajaran 2007/2008? Masalah kedua adalah bagaimanakah tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas II SMP Negeri I Tigapanah tahun ajaran 2007/2008? Masalah ketiga adalah apakah terdapat perbedaan tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I dan siswa kelas II SMP Negeri I Tigapanah tahun ajaran 2007/2008? Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Penyusunan tabulasi skor dari item-item yang ada dalam kuesioner dan menghitung total skor untuk masing-masing item (2) Menghitung nilai Chi- Kuadrat untuk menguji hipotesis dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini adalah (1) Jumlah siswa kelas I yang termasuk kategori tinggi dalam kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran (52%) lebih banyak dari pada jumlah siswa yang termasuk kategori rendah dalam kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran (48%); (2) Jumlah siswa kelas II yang termasuk kategori rendah dalam kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran (52%) lebih banyak dari pada jumlah siswa yang termasuk kategori tinggi dalam kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran (48%); (3) Tidak ada perbedaan yang berarti dalam kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran antara para siswa kelas I dan kelas II SMP Negeri I Tigapanah tahun ajaran 2007/2008.
ABSTRACT
THE STUDENTS’ HABIT LEVEL ON STUDYING LESSON MATERIAL
OF SEVENTH AND EIGHTH GRADE JUNIOR HIGH SCHOOL
IN SMP NEGERI I TIGAPANAH
KARO REGENCY, NORTH SUMATERA
Asa Rehulina Br.Ginting Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
This research was a kind of descriptive research on study guidance using cross- sectional survey method. It aimed to find a description about seventh and eighth grade students’ habit on studying lesson material. Research population was 443 students of seventh and eighth grade in SMP Negeri I Tigapanah in 2007/2008 and the amount of research sample was 220 students. Questionaire of studying lesson material habit level was used as data gathering instrument.
The first problem researched was how the seventh grade students’ studying lesson material habit level of SMP Negeri I Tigapanah in 2007/2008 was. Second problem was how eighth grade students’ studying lesson material habit level of SMP Negeri I Tigapanah in 2007/2008 was. The third problem reserched whether there was differences between seventh and eighth grade students’ studying lesson material habit level of SMP Negeri I Tigapanah. Data gathering techniques used in this research were (1) Composing score tabulation from items which were in the questionaire and counting score total from each item (2) Counting Chi-cuadrat to examine hipothesis with 5% sicnificant degree.
Research results were (1) the amount of seventh grade students which had high habit level of studying lesson material (52%) was much more than students had low habit level of studying lesson material (48%); (2) the amount of eighth grade students which had low habit level of studying lesson material (52%) was much more than students had high habit level of studying lesson material (48%); (3) there were no significant differences in students’ habit to study lesson material between seventh and eighth grade students of SMP Negeri I Tigapanah.
KATA PENGANTAR
Syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah membimbing dan menerangi pikiran dan hati penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis menyampaikan banyak terima kasih khususnya kepada:
1. Bapak Drs. Wens Tanlain M.Pd., pembimbing yang penuh kesabaran telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai selesai.
2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program studi Bimbingan dan Konseling.
3. Para dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis selama menempuh studi.
4. Kepala Sekolah SMP Negeri I Tigapanah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini.
5. Guru Pembimbing yang telah memberikan bantuan dalam proses pengumpulan data penelitian di SMP Negeri I Tigapanah.
6. Seluruh siswa kelas I dan siswa kelas II SMP Negeri I Tigapanah tahun ajaran 2007/2008 yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya sehingga penulis memperoleh data penelitian.
7. Bapak dan Mamak yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama menempuh studi.
8. Adik-adikku, Krista, Desvina, Yedija Isakkar yang selalu memberikan semangat selama proses menyelesaikan skripsi.
9. Kakakku, Paskawati Br Ginting yang banyak membantu dalam proses pengumpulan data di SMP Negeri I Tigapanah.
10. Abangku, Surya Dinata Sinulingga yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Saudara-saudaraku, Mas Adi, Kak Soni, Mbak Ajeng Mahanani, Mbak Wahyuni, Bang Ibe, Kak Milka, Bang Niko, Mira, Wandi, Timotious, dan Eprata yang selalu mendukung penulis dalam doa.
12. Sahabat-sahabatku Priska Nawang, Natalia Devian, Anting Pramusekar, Ardi, Suster Yustisia CB, Veronika Br Barus, Aldes Dwi Pikal, Seprianus, Andreas Kristiadi, Sigit Sudarisman, Fransiska Dwi Yuniati, Ria Tri Wardani, Kristina Sitanggang, Irna Paulina, Elsinta, Bertus, Rini, Sinta (PBI) dan semua teman- teman angkatan 2004 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung, terutama dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca yang berminat terhadap Bimbingan dan Konseling.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………….. v ABSTRAK……………………………………………………………………….. vi ABSTRACT……………………………………………………………………… vii KATA PENGANTAR……………………………………………………………. viii DAFTAR ISI……………………………………………………………………… x DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xiii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………
1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………
4 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………..
4 D. Manfaat Penelitian………………………………………………………
5 E. Batasan Istilah dan Batasan Variabel……………………………………
5 F. Hipotesis…………………………………………………………………
6
BAB II KAJIAN TEORITIS…………………………………………………….
B. Alat Pengumpul Data……………………………………………………. 28
32 2. Sampel Penelitian………………………………………………......
32 1. Populasi Penelitian…………………………………………………..
29 C. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………….
29 5. Susunan Kuesioner………………………………………………….
28 4. Penafsiran Koefisien Validitas dan Reliabilitas Kuesioner…….........
2. Validitas Kuesioner………………………………………………….. 28 3. Reliabilitas Kuesioner…………………………………………….....
1. Kuesioner………………………………………………………......... 28
27 A. Jenis Penelitian…………………………………………………………. 27
6 A. Kegiatan dan Kebiasaan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran…
C. Tingkat Kelas dan Kebiasaan Mempelajari Bahan Mata Pelajaran……. 25 BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….
3. Bimbingan dan Konseling Belajar………………………………... .. 20
14
9 2. Cara Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran…………………...
8 B. Proses Pembentukan Kebiasaan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran…………………………………………………………. 9 1. Sikap Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran…………………..
1. Kegiatan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran………………... 7 2. Kebiasaan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran………….......
7
32
D. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………………... 32
1. Tahap Persiapan……………………………………………………… 32 2. Tahap Pelaksanaan…………………………………………………..
32 E. Teknik Analisis Data……………………………………………………...33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………...
35 A. Hasil Penelitian………………………………………………………….. 35
B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………. 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………
42 A. Kesimpulan……………………………………………………………… 42
B. Saran Terhadap Kegiatan Bimbingan…………………………………... 42 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
45
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1: Kuesioner Tingkat Kebiasaan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran…………………………………………………………
47 Lampiran 2: Tabel untuk Menghitung Koefisien Korelasi Product Moment…
52 Lampiran 3: Tabel Skor Kebiasaan Mempelajari Bahan Mata Pelajaran kelas I dan II……………………………………………………
61 Lampiran 4: Surat Ijin Mengadakan Penelitian………………………………
67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh orang
yang sudah dewasa kepada orang yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaanya. Proses pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia dan dapat dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Kegiatan pengajaran bertujuan agar siswa mengetahui cara mempelajari bahan mata pelajaran di sekolah sehingga proses (mempelajari) mata pelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pendidikan di sekolah dimulai dari kelas I, demikian juga dengan Sekolah Menengah Pertama mulai pengajaran sejak kelas I. Kegiatan pengajaran di SMP berlangsung sesuai dengan kurikulum dan program yang telah dibuat oleh sekolah.
Kegiatan pendidikan di sekolah berlangsung di kelas dan di luar kelas. Kegiatan di kelas ada yang berbentuk pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Pengajaran di kelas dimulai dengan dialog antara guru dan siswa untuk mengenal bahan mata pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan guru pengajar atau guru pembimbing memberikan tugas atau latihan kepada siswa baik secara perorangan ataupun secara kelompok. Siswa baik perorangan atau
2 berkelompok mulai untuk berlatih mengerjakan tugas dan latihan yang diberikan oleh guru. Hasil pekerjaan siswa dilihat oleh guru bersama siswa untuk melihat kemajuan siswa.
Proses pengajaran di kelas membutuhkan partisipasi atau keterlibatan siswa. Pada saat proses pengajaran kelas berlangsung ada siswa yang dengan tekun dan teratur mengikuti kegiatan pengajaran di kelas dan ada yang siswa yang berbicara dengan temannya, bermain handphone, dan ada yang keluar masuk kelas. Jika guru mata pelajaran memberikan tugas sebagai latihan kepada siswa, tidak semua siswa mengerjakannya dengan serius. Ada yang menyontek hasil dari temannya, dan ada juga siswa yang sama sekali tidak mengerjakan tugas tersebut.
Latihan di kelas biasanya dilanjutkan dengan guru memberikan tugas kepada siswa. Tugas ini lazimnya disebut dengan pekerjaan rumah. Siswa berlatih menyelesaikan tugas itu baik perorangan maupun bersama kelompok. Tugas yang telah dikerjakan oleh siswa dikumpulkan dan diperiksa oleh guru. Hasil latihan siswa yang telah diperiksa, ditulis oleh guru.
Selain latihan di sekolah dan latihan di rumah siswa mempelajari sendiri bahan mata pelajaran dengan menggunakan buku catatan, buku pelajaran, buku ilmu, kamus, rekaman, televisi dan radio. Siswa mempelajari bahan mata pelajaran dengan rencana dan jadwal yang diatur oleh siswa.
Pengaturan waktu dan tempat belajar yang teratur dapat membantu siswa membentuk kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran.
3 Jadi kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran dibentuk oleh siswa melalui suatu proses yang diulang-ulang, yaitu mulai dengan latihan di kelas, mengerjakan tugas rumah, dan berlatih mempelajari sendiri. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah keadaan perkembangan kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran dari para siswa.
Perkembangan kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, dengan cara mengikuti perkembangan siswa di tahun I SMP, tahun ke II SMP sampai dengan tahun ke III SMP yang disebut dengan perkembangan longitudinal. Kedua, dengan cara meneliti kelompok-kelompok siswa pada saat yang sama seperti para siswa tahun I SMP, para siswa tahun ke II SMP dan para siswa tahun ke-III SMP yang disebut dengan silang kelompok (cross-sectional). Penelitian terhadap pertanyaan di atas menggunakan cara yang kedua, yaitu cross-sectional yaitu pada kelompok siswa tahun I dan kelompok siswa tahun ke II SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008.
Informasi objektif mengenai kebiasan mempelajari bahan mata pelajaran dapat diperoleh melalui penelitian dan untuk itu dilaksanakan penelitian ini yang terpusat pada para siswa kelas I dan kelas II SMP Negeri I Tigapanah Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008.
SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara salah satu Sekolah Menengah Pertama yang beralamat di Jln. Besar Tigapanah-Merek Km. 9. Sekolah ini belum melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling,
4 khususnya bimbingan klasikal. Belum ada guru pembimbing yang secara khusus menangani kegiatan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Masalah pokok penelitian ini adalah bagaimanakah keadaan perkembangan kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I dan kelas II SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008?. Masalah pokok ini dijabarkan menjadi tiga masalah berikut ini.
1. Bagaimanakah tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008?
2. Bagaimanakah tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas II SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008?
3. Apakah ada perbedaan tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I dan kelas II SMP Negeri I Tigapanah Kab.
Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mendeskripsikan kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008.
5
2. Mendeskripsikan kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran. para siswa kelas II SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008.
3. Mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran para siswa kelas I dan II SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru pembimbing untuk meningkatkan program bimbingan belajar kepada siswa kelas I dan II SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008 dalam rangka meningkatkan kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran yang rutin dan teratur.
E. Batasan Istilah dan Variabel:
1. Batasan Istilah
a. Belajar siswa adalah kegiatan siswa dalam mempelajari bahan-bahan pelajaran di sekolah untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap dalam bidang akademik.
b. Kebiasaan adalah salah satu pola yang tidak disadari oleh individu, namun apa yang menjadi kebiasaan tersebut dilakukan secara konsisten dan terus-menerus oleh individu tersebut.
c. Kebiasaan mempelajari (study habits) adalah perilaku yang digunakan oleh siswa secara berulang-ulang, terus-menerus, teratur, terjadwal,
6 dan menetap untuk menguasai bahan-bahan pelajaran di sekolah oleh siswa.
2. Variabel
a. Kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran adalah kegiatan- kegiatan siswa dalam mengolah bahan-bahan pelajaran di sekolah secara rutin dan teratur mencakup sikap belajar, cara belajar, waktu belajar, jadwal belajar, tempat belajar, peralatan belajar, bahan belajar, dan sumber belajar. Ada dua kategori tingkat kebiasaan belajar siswa, yaitu tingkat kebiasaan belajar kategori rendah dan tinggi.
b. Tingkat kelas yaitu lama studi di SMP. Ada dua tingkat yaitu tahun pertama (kelas I) dan tahun kedua (kelas II) pada tahun ajaran 2007/2008.
F. Hipotesis
Terdapat perbedaan antara para siswa kelas I dan para siswa kelas II SMP Negeri I Tigapanah Kab. Karo Sumatera Utara tahun ajaran 2007/2008 dalam tingkat kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran.
BAB II KAJIAN TEORITIS Dalam bab ini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai kegiatan siswa
mempelajari bahan mata pelajaran, kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran dan proses pembentukan kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran.
A. Kegiatan dan Kebiasaan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran
1. Kegiatan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran
Howard L. Kingsley (Sardiman, 2005:20), mendefinisikan belajar adalah:
“Learning is the process by which behavior (in the boarder sence) is originated or changed through pratice or training”.
Cronbach mendefinisikan: Learning is showen by a change in behavior as a result of experience.
Geoch, mengatakan Learning
is a change in performance as a result of practice .
Belajar adalah proses yang di dalamnya terjadi tingkah laku atau perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Latihan dan praktek dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Jadi, belajar adalah kegiatan latihan dan praktek yang dilakukan oleh seseorang dan membawa perubahan pada tingkah lakunya. Jika siswa belajar, maka siswa berlatih dan berpraktek dalam mata pelajaran dan ia mengalami perubahan dalam dirinya dalam mata pelajaran tersebut. Jadi, siswa belajar bermakna lebih terpusat pada mata pelajaran sehingga lebih tepat disebut siswa mempelajari bahan mata pelajaran.
8
2. Kebiasaan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran Kebiasaan merupakan salah satu aspek kegiatan hidup seseorang.
Kebiasaan adalah kecenderungan individu melakukan sesuatu secara konsisten dan terus-menerus. Dalam kehidupan sehari-hari individu biasanya melakukan sesuatu menurut keterampilan yang ia latih. Ia menggunakannya secara berulang-ulang, terus-menerus. Kebiasaan ikut membentuk kualitas hidup seseorang. Contohnya, kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran dengan cara membaca membentuk siswa berminat pada bahan bacaan. Kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran dibentuk melalui suatu proses.
Menurut Good (1959:565), kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran adalah:
Study habit is (i). the tendency of a pupil or student to study when the opportunity is give; (ii). The pupil’s or student’s way of studying, whether systematic or unsystematic or, efficeient or inefficient
Jadi kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran dapat diatur, direncanakan sehingga menjadi kecenderungan siswa secara rutin melakukan kegiatan mengolah bahan mata pelajaran di sekolah dan di rumah dengan tujuan memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap yang berkaitan dengan isi pelajaran. Siswa yang biasa melakukan kegiatan mempelajari bahan mata pelajaran secara rutin dan teratur akan
9 semakin memiliki tingkat kebiasaan yang tinggi dalam mempelajari bahan mata pelajaran.
B. Proses Pembentukan Kebiasaan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran.
Kegiatan siswa secara rutin dan teratur mempelajari bahan mata pelajaran mengalami perkembangan menjadi kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran. Proses ini berlangsung secara lancar atau tidak ditentukan oleh sikap dan cara siswa mempelajari bahan mata pelajaran (penggunaan waktu dan jadwal serta tempat mempelajari bahan mata pelajaran, dan bahan serta sumber belajar).
1. Sikap siswa mempelajari bahan mata pelajaran
a. Arti Sikap Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian individu menghasilkan reaksi menolak atau menerima sesuatu itu. Dalam kata lain, sikap merupakan kecenderungan seseorang memberikan reaksi terhadap sesuatu. Menurut Hawes dan Lynne sikap adalah
A general predisposi tion or mental set with regard to any persons, belief, or other entities; educational system typically seek to encourage the development or certain attitudes in their students, in edition to inculcating knowledge
(The Liang Gie, 1994:25). Pengertian ini menekankan bahwa sikap adalah kecenderungan umum atau kesiagaan mental dalam hubungannya dengan keyakinan atau
10 entitas lainnya; sistem pendidikan secara khas berusaha mendorong perkembangan sikap-sikap tertentu dalam diri para murid.
Menurut Droba (Allport, 1954:45) sikap
adalah “a mental
dispotition of the human individual to act for or against a definite
object”.Pengertian ini menekankan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan individu untuk bertingkahlaku terhadap suatu objek.
Allport (1954:45) mendefinisikan sikap adalah:
“a mental state of readness, organized through experience,
exerting a directive or dynamic influence upon the
individual’s respons to all objects and situations with which
it is related”.Jadi, dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan siswa untuk memberikan reaksi menolak atau menerima sesuatu.
b. Sikap Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran Sikap siswa mempelajari bahan mata pelajaran berarti kecenderungan siswa untuk memberikan reaksi menerima atau menolak kegiatan mempelajari bahan mata pelajaran. Siswa yang menerima kegiatan mempelajari bahan mata pelajaran cenderung suka mempelajari suatu mata pelajaran sekolah. Siswa akan menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan mempelajari bahan mata pelajaran atau untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru atau latihan tanpa tugas dari guru (belajar mandiri). Sebaliknya, siswa yang menolak kegiatan mempelajari bahan mata pelajaran cenderung tidak suka
11 mempelajari bahan mata pelajaran. Siswa tersebut tidak mengerj akan tugas yang diberikan oleh guru dan tidak berusaha belajar secara mandiri. Jadi, kegiatan siswa mempelajari bahan mata pelajaran mencerminkan sikap siswa mempelajari bahan mata pelajaran.
Sikap siswa terhadap kegiatan mempelajari bahan mata pelajaran tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan hasil belajar siswa. Sikap siswa mempelajari bahan mata pelajaran dapat berubah. Menurut Ahmadi (1991:171), ada dua faktor yang menyebabkan adanya perubahan sikap. Faktor tersebut adalah faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat di dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ini berupa kemampuan siswa untuk memilih apakah ia akan bersikap menerima kegiatan mempelajari bahan mata pelajajaran atau sebaliknya, bersikap menolak mempelajari bahan mata pelajaran. Faktor yang kedua adalah faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat di luar diri siswa yang mempengaruhi siswa apakah ia akan menerima atau menolak mempelajari bahan mata pelajaran. Misalnya, orang tua, teman-teman, radio, televisi, surat kabar, majalah dan lain sebagainya. Pengaruh dari luar diri siswa terhadap pembentukan sikap siswa mempelajari bahan mata pelajaran biasanya disesuaikan dengan pilihan yang ada di dalam diri siswa.
12
c. Alasan Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran Sikap siswa mempelajari bahan mata pelajaran didasarkan oleh alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut mungkin disadari oleh siswa, tetapi mungkin juga siswa kurang disadari oleh siswa.
Menurut pandangan beberapa ahli ada alasan-alasan tertentu yang mendorong siswa belajar.
1). Teori Aktualisasi Menurut Maslow (Duane Schultz, 1991:104) individu memiliki kebutuhan akan privasi dan independensi ialah preferensi dan kemampuan pengaktualisasi diri untuk berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik. Carl Rogers (1959), menyebutkan “Kecenderungan tiap orang untuk mengaktualisasikan diri mendorong dia melakukan kegiatan secara otonom, lepas dari kendali kekuatan luar; ia mencari situasi bagi pengalaman baru dan mengembangkan gambaran diri yang positif. Alasan untuk mengaktualisasikan diri inilah yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan, termasuk kegiatan mempelajari bahan mata pelajaran. 2). Teori Kompetensi
Menurut White (Entwistle 1981:193), manusia memiliki dorongan untuk bergaul efektif dengan lingkungannya dan mengendalikan lingkungannya. Untuk dapat bergaul efektif dengan
13 lingkungannya dan dapat mengendalikan lingkungan individu membutuhkan kompetensi tertentu.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 fungsi Pendidikan Nasional adalah:
Pendidikan nasional…, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003:8). Setiap mata pelajaran jika dipelajari oleh siswa, maka siswa akan memperoleh kompetensi. Kompetensi digunakan dalam kehidupan sehari-hari Alasan-alasan di atas menjadi dasar bagi siswa untuk untuk melakukan kegiatan belajar.
3). Teori Ingin Tahu Lebih Menurut Maw anda Maw (Entwistle 1981:195), “Ingin tahu lebih merupakan karakteristik personal”. Pada umumnya siswa yang memiliki rasa ingin tahu lebih akan semakin banyak bertanya. Semakin banyak siswa bertanya, maka semakin banyak informasi dan pengetahuan yang diperolehnya. Rasa ingin tahu inilah yang menjadi alasan siswa mengapa siswa mempelajari bahan mata pelajaran.
14 4). Teori Penyebab
Menurut De Charms (Entwistle 1981:196), siswa yang melihat dirinya sebagai penyebab belajarnya menunjukkan tanda-tanda: ia mengetahui tujuan belajar yang akan dicapainya; ia giat menentukan sendiri kegiatan belajarnya; ia memahami kenyataan yang dialaminya dan mengatur sendiri kegiatan belajarnya. Wainer (Entwistle 1981:196), menambahkan “Kegitan belajar yang sungguh-sungguh dilakukan oleh siswa menandakan bahwa siswa menerima dirinya sebagai penyebab hasil apapun dari kegiatannya itu”. Siswa yang menyadari bahwa dirinya yang menjadi penyebab kegiatan belajarnya dapat merencanakan sendiri kegiatan belajarnya. Inilah yang menjadi alasan bagi siswa untuk mempelajari bahan mata pelajaran. Jadi, siswa yang sadar akan alasan-alasannya akan bersikap menerima dan mempelajari secara tekun bahan mata pelajaran.
2. Cara Siswa Mempelajari Bahan Mata Pelajaran
Peranan guru dan siswa di dalam kelas penting dalam mencapai tujuan dari setiap mata pelajaran. Guru dan siswa bersama-sama mengolah bahan mata pelajaran, guru menunjuk cara mengolah dan siswa mendengarkan, menerima, meniru. Guru mata pelajaran melatihkan kepada siswa cara mempelajari bahan mata pelajaran tersebut, sehingga siswa menjadi tahu cara mempelajari bahan mata pelajaran tersebut.
15 Siswa mempelajari bahan mata pelajaran yang telah dilatihkan oleh guru. Kegiatan latihan dan praktek dapat dilakukan dengan mengerjakan tugas-tugas dari guru di kelas atau di rumah dan latihan mandiri oleh siswa.
a. Latihan Siswa di Kelas (Dependent Study)
Pada saat guru dan siswa mengolah bahan pelajaran, siswa menjadi tahu cara mempelajari mata pelajaran tersebut. Selanjutnya, guru memberikan tugas kepada siswa agar siswa berlatih memahami cara mempelajari bahan pelajaran. Latihan dapat dilakukan secara berkelompok ataupun secara individual dengan menggunakan petunjuk yang telah diberikan oleh guru mata pelajaran.
Secara berkelompok siswa mencoba berlatih mengenai bahan mata pelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Siswa dalam latihan kelompok tersebut berdiskusi untuk memahami bahan mata pelajaran yang sedang mereka pelajari. Siswa yang belum memahami mata pelajaran yang dilatihkan menanyakan kepada teman sekelompoknya untuk mendapatkan penjelasan mengenai bahan mata pelajaran yang sed ang dilatihkan kepadanya. Siswa yang sudah memahami bahan mata pelajaran memberikan penjelasan kepada teman kelompok latihannya.
Secara individual siswa berlatih sendiri menyelesaikan tugas bahan mata pelajaran yang telah diberikan oleh guru dengan menggunakan cara yang telah dilatihkan oleh guru.
16 Latihan dan praktek yang dilakukan oleh siswa untuk memahami cara mempelajari bahan mata pelajaran. Latihan dan praktek siswa di kelas masih bergantung kepada guru, yaitu dengan arahan dan pemberian tugas dari guru mata pelajaran.
b. Latihan Siswa di rumah (Dependent Study)
Latihan siswa di rumah adalah siswa berlatih sendiri mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di rumah, misalnya latihan mengerjakan soal, membuat ringkasan, dan sebagainya. Latihan ini bertujuan agar siswa semakin memahami cara mempelajari materi bahan mata pelajaran dan sekaligus memahami bahan mata pelajaran yang telah dibahas di sekolah. Latihan di rumah yang merupakan tugas yang diberikan oleh guru disebut dengan pekerjaan rumah. Siswa berlatih mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru dengan menggunakan petunjuk pengerjaan tugas yang telah dijelaskan oleh guru mata pelajaran, menggunakan catatan mata pelajaran, buku mata pelajaran, buku ilmu dan kamus.
Latihan di rumah dilakukan oleh siswa baik bersama kelompok maupun secara individu. Latihan bersama kelompok dapat dilakukan di rumah dalam rangka mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh guru. Siswa bersama kelompok berdiskusi mengenai bahan mata pelajaran yang telah dibahas oleh guru dan siswa di sekolah, atau siswa bersama kelompok mengerjalan tugas yang telah diberikan oleh guru.
17
c. Siswa Latihan Mandiri (Independent Study)
Siswa latihan mandiri adalah kegiatan siswa mempelajari bahan mata pelajaran di luar kelas tanpa pendampingan dan penugasan dari guru.
Latihan dan praktek yang dilakukan oleh siswa berdasarkan keinginannya sendiri mengenai program pendidikannya. Latihan ini berupa latihan mempelajari bahan mata pelajaran dari sumber bahan pelajaran secara mandiri. Kegiatan ini diatur sendiri oleh siswa. Skager berpendapat
independently is obviously indicate of self direction
“studying ”
(Skager,1984:104). Hal itu berarti bahwa belajar mandiri dilaksanakan akan keinginan atau inisiatif siswa sendiri. Dengan demikian siswa memiliki kesempatan untuk memilih waktu, tempat, dan sumber belajar yang akan ia gunakan.
Latihan mandiri siswa dapat berupa mengerjakan soal-soal yang terdapat di buku dengan menggunakan buku catatan pelajaran, buku pelajaran, kamus, buku ilmu. 1). Cara menggunakan catatan tiap mata pelajaran
Siswa menggunakan buku catatan tiap mata pelajaran siswa dengan membaca catatan tersebut, menghafal informasi, merumuskan pemahaman, memecahkan masalah, terampil menggunakan alat, dan menanamkan sikap.
18 2). Cara menggunakan buku pelajaran
Siswa mempelajari bahan-bahan tertulis dengan menggunakan metode SQ3R.
3). Cara menggunakan buku kamus Siswa menggunakan buku kamus untuk mencari arti kata-kata yang baru yang belum ia pahami. Setelah siswa menemukan arti kata-kata tersebut siswa menghafalkan artinya dan menggunakannya untuk membantu dia dalam mempelajari sumber bahan yang lain.
4). Cara menggunakan buku ilmu Siswa menggunakan buku ilmu untuk menambah penguasaan ilmu yang diperlukan oleh siswa untuk mengerjakan soal-soal. Siswa menggunakan metode SQ3R untuk mempelajari buku ilmu. 5). Cara menggunakan bahan rekaman
Cara belajar siswa menggunakan sumber bahan rekaman untuk mencari informasi, berlatih ulang, dan memahami suatu masalah.
6). Cara menggunakan radio dan televisi Siswa menggunakan bahan radio dan televisi untuk mencari informasi dari program-program yang sesuai dengan kebutuhannya dan kemudian siswa merumuskan kembali dan memahaminya.
d. Cara menggunakan sumber-sumber dalam masyarakat
Sumber bahan masyarakat diperoleh siswa melalui kegiatan observasi yang dilakukan siswa terhadap sejumlah peristiwa dan
19 pengalaman yang terjadi dalam kehidupan siswa sehari-hari. Siswa menarik kesimpulan dari hasil observasinya dan kemudian memahaminya sehingga diharapkan dapat membantunya dalam memahami materi mata pelajaran. Kegiatan belajar dengan menggunakan model ini disebut dengan belajar arahan sendiri.
Skager merumuskan belajar arahan sendiri (self directed
learning
) sebagai berikut:
Self- directed learning refers to the planning and management
of learning by individuals (either singly or collectively) to
accomplish their personal, social, and vocational development
by recognizing suitable technique, resources and learning
opportunities. (Skager,1984:18-19)Hal itu berarti belajar mata pelajaran arahan sendiri siswa adalah kegiatan belajar bahan mata pelajaran yang direncanakan dan diatur oleh siswa untuk menyempurnakan perkembangan personal, sosial, dan vokasional siswa. Dengan demikian siswa memiliki kesempatan untuk memilih waktu, tempat, dan sumber belajar yang akan ia gunakan.
Siswa yang melakukan kegiatan belajar arahan sendiri dapat dibedakan menjadi dua tingkat yaitu: siswa yang tingkat belajar arahan sendiri tinggi dan siswa yang tingkat belajar arahan sendiri rendah Menurut Skager (1984:177), terdapat perbedaan karakteristik siswa pada kedua tingkat tersebut.
20
“The high SDL’s to more task involved in the classroom and to be much more able to shift smoothly to engagement in a new, planned task. Contrary to expectation, low SDL’s were rated as more panful and better at dealing with unplanned changes such as interruptions. These results are somewhat difficult to interpret, since “planning” was not a regular or commonly observed activity among students in the Community school, and the lower task involvement of the low SDL’s may have been the reason that they appear to be less sensitive to unplanned changes in their environment.
Siswa yang tingkat belajar mandirinya tinggi, memiliki keterlibatan yang tinggi pada aktivitas belajar di sekolah dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan situasi belajar yang berbeda. Sebaliknya siswa yang tingkat belajar mandirinya rendah, memiliki keterlibatan yang rendah pada aktivitas belajar di sekolah dan dapat dengan mudah melakukan kegiatan lain selain belajar. Kegiatan belajar arahan sendiri dapat dilakukan oleh setiap siswa melalui metode proyek.
3. Bimbingan dan Konseling Belajar
Menurut Shertzer dan Stone (1981:40) bimbingan adalah “the process
of helping individuals to understand themselves and their world”
. Menurut Glanz (1964:5-6) bimbingan merupakan “process of helping individuals to
solve problems and to be free and responsible members of a world community within which they live”
. Bimbingan belajar merupakan kegiatan pemberian informasi yang terpusat pada berlatih cara mengolah informasi untuk pemecahan masalah siswa.
21 Bimbingan belajar dilaksanakan guru pembimbing bersama siswa secara klasikal di dalam kelas. Cara belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan bimbingan belajar secara klasikal di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru pembimbing bersama siswa.
Menurut Krumboltz & Thoresen (1976) konseling merupakan
“a process of helping people with their troubles”
(Shertzer dan Stone, 1981 : 168). Menurut Mortensen & Schmuller (1976:395) konseling merupakan
“a person-to-person process in which one person in helped by another to
increase in understanding and ability to meet his problems”. Konseling merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seseorang untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
Belkin (1975:432) mendefinisikan konseling belajar adalah:
“.....the total process of helping the client decide upon his educational plans,
make sound and appropriate choices, and succeed in all his educational
endeavors”. Konseling belajar berarti konselor membantu siswa memutuskan rencana-rencana pendidikan, membuat keputusan dan pilihan-pilihan yang tepat, dan berhasil dalam segala usaha keras pendidikannya. Siswa yang belum baik kebiasaan belajarnya dapat ditingkatkan melalui kegiatan konseling belajar. Dalam kegiatan ini tiap siswa dilatih menggunakan cara pemecahan masalah mengenai kegiatan pendidikan yang dialaminya sehingga ia mahir dalam menggunakannya.
22
a. Latihan Penggunaan Sumber Belajar Tertulis Sumber belajar tertulis berupa buku digunakan oleh siswa dalam mempelajari bahan mata pelajaran. Latihan penggunaan sumber belajar tertulis berupa penggunaan metode SQ3R.