PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PROGRAM MADRASAH DINIYAH DI MI MA’ARIF CEKOK TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

  PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PROGRAM MADRASAH DINIYAH DI MI MA’ARIF CEKOK TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI

  OLEH DWI ANASARI NIM: 210614149

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

ABSTRAK

Anasari, Dwi. 2018. Pengembangan Pendidikan Agama Islam melalui Program

Madrasah Diniyah di MI Ma’arif Cekok Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi.

  Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Dr. M. Miftahul Ulum, M.Ag.

  Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Madrasah Diniyah

  Mutu pendidikan agama yang ada saat ini belum memenuhi harapan masyarakat pada umumnya. Ada beberapa indikasi atau gejala yang terjadi di beberapa sekolah atau madrasah seperti kemampuan membaca kitab yang masih rendah, kemampuan beribadah yang belum tertib, kurangnya sopan santun terhadap orang tua, guru, maupun teman sebaya. Belum lagi mengenai ketercapaian siswa dalam mengikuti pelajaran agama di kelas yang masih jauh dari standar ketuntasan minimal. Hal ini tentu menjadi masalah dalam pengembangan pendidikan agama Islam di sekolah.

  Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam, (2) untuk mengetahui pelaksanaan program madrasah diniyah, dan (3) untuk mengetahui kontribusi program madrasah diniyah terhadap pengembangan materi pendidikan agama Islam di MI

  Ma‟arif Cekok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data utama dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan informan, selebihnya data hasil observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

  Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Pelaksanaan pendidikan agama Islam di MI Ma‟arif Cekok meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bentuk pelaksanaannya berupa kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas dan juga mengadakan kegiatan pembiasaan. (2) Pelaksanaan program madrasah diniyah di MI Ma‟arif Cekok, semua siswa diwajibkan untuk mengikuti program madrasah diniyah dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan siswanya pada materi pendidikan agama Islam. Program madrasah diniyah dilaksanakan pada hari Senin sampai Kamis waktunya setelah kegiatan salat dhuhur berjamaah. Kegiatannya berupa pembelajaran agama Islam dengan menggunakan beberapa metode seperti ceramah, latihan/drill, kisah, hafalan, dan karya wisata.

  Untuk kegiatan evaluasinya dengan diadakan ujian tengah semester dan ujian akhir semester. (3) kontribusi program madrasah diniyah terhadap pengembangan materi pendidikan agama Islam di MI Ma‟arif Cekok yaitu menambah pengetahuan siswa dalam bidang pendidikan agama Islam seperti materi salat dan tajwid, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis Arab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pendidikan agama yang ada saat ini belum memenuhi harapan

  masyarakat pada umumnya. Ada beberapa indikasi atau gejala yang terjadi di beberapa sekolah atau madrasah seperti kemampuan membaca kitab yang masih rendah, kemampuan beribadah yang belum tertib, kurangnya sopan santun dan rasa hormat terhadap orang tua, guru, maupun teman sebaya. Belum lagi mengenai ketercapaian siswa dalam mengikuti pelajaran agama di kelas yang masih jauh dari standar ketuntasan minimal. Hal ini tentu menjadi masalah dalam pengembangan pendidikan agama di sekolah.

  Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah masih mengalami banyak kelemahan. Muchtar Buchori pada bukunya Abdul Majid menilai bahwa pendidikan agama saat ini masih gagal. Kegagalan ini terjadi karena dalam praktiknya pendidikan agama hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai agama, dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volatif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai- nilai ajaran agama. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih berorientasi pada belajar tentang agama, dan kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara beragama yang benar. Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan

  1 pengamalan dalam kehidupan nilai agama.

  Pendidikan agama Islam di Indonesia saat ini mendapat banyak sorotan tajam dari masyarakat. Sebagian pengamat pendidikan berpendapat bahwa krisis ekonomi dan politik terutama krisis moral yang terjadi di masyarakat secara berkepanjangan disebabkan karena pembinaan mental yang masih gagal. Hal ini menandakan bahwa pendidikan agama Islam belum mampu membina masyarakat khususnya peserta didik untuk menjadi insan yang beriman dan bertaqwa.

  Pendapat Nurkolis Majid dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani mengatakan bahwa kegagalan pendidikan agama Islam disebabkan karena pembelajaran agama Islam lebih menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat

  2 formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya.

  Pendidikan agama merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional yang memberikan kontribusi dalam aspek pembangunan salah satunya yaitu mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Zakiah Daradjat mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh

  1 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 10. 2 Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 165.

  (kaffah), lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

  3 menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

  Dalam kurikulum pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada

  4 jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  Dalam penerapan kurikulum di lembaga pendidikan formal, pendidikan agama Islam diberikan pada satu mata pelajaran saja, yaitu Pendidikan Agama Islam atau yang biasa disebut PAI. Pada lembaga pendidikan berbasis Islam seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI), pendidikan agama Islam lebih banyak diberikan melalui mata pelajaran seperti Aqidah Akhlak, Fiqih, Bahasa Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, dan al-Quran Hadits. Tetapi penyampaiannya diberikan bersamaan dengan pelajaran umum lainnya, sehingga pemahaman dan pendalaman siswa terhadap materi pendidikan agama Islam kurang maksimal. Sehingga tidak jarang ada beberapa sekolah yang mutu pendidikan agamanya masih kurang. 3 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), 201. 4 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 16.

  Sebagai salah satu lembaga pendidikan formal berbasis Is lam, MI Ma‟arif Cekok berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas peserta didiknya supaya menjadi peserta didik yang cakap dan terampil tidak hanya pada bidang pengetahuan umum saja tetapi juga unggul dalam pengetahuan agama. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan diadakannya program madrasah diniyah.

  Dengan adanya program madrasah diniyah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa mengenai materi-materi yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam yang tidak diajarkan di sekolah pagi.

  Berdasar kan hasil wawancara peneliti dengan kepala MI Ma‟arif Cekok pada tanggal 08 Februari 2018, kegiatan madrasah diniyah di MI Ma‟arif Cekok dilaksanakan setiap hari senin sampai kamis. Kegiatan dimulai pukul 13.00 WIB setelah selesai sholat dhuhur berjamaah. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pembelajaran dan pendalaman materi-materi agama, seperti Fiqih pasolatan, Quran Hadits,Tauhid, Bahasa Arab, Nahwu Sorof, singiran dan sorogan Alquran. Kegiatan madin ini diikuti oleh seluruh siswa MI Ma‟arif Cekok mulai kelas 1 sampai kelas 6 dengan tujuan untuk menambah pengetahuan siswa-siswinya

  

5

mengenai materi pendidikan agama Islam.

  Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui kontribusi dari adanya program madrasah diniyah terhadap pengembangan pendidikan agama Islam dengan melakukan penelitian dalam 5 Hasil Observasi di MI Ma‟arif Cekok pada Hari Kamis tanggal 08 Februari 2018

  bentuk karya ilmiah berjudul “Pengembangan Pendidikan Agama Islam melalui Program Madrasah Diniyah di MI Ma‟arif Cekok Tahun Pelajaran 2017/2018”.

  B. Fokus Penelitian

  Pengembangan Pendidikan Agama Islam terdiri dari beberapa aspek, seperti pengembangan pembelajaran, pengembangan sarana prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan sebagainya. Pada penelitian ini, penulis memfokuskan pada pengembangan materi pendidikan agama Islam melalui p rogram madrasah diniyah di MI Ma‟arif Cekok Babadan Ponorogo.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada fokus penelitian yang telah dipaparkan di atas, penulis menentukan beberapa rumusan masalah diantaranya:

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di MI Ma‟arif Cekok? 2.

  Bagaimana pelaksanaan program madrasah diniyah di MI Ma‟arif Cekok? 3. Apa kontribusi program madrasah diniyah dalam pengembangan materi pendidikan agama Islam di MI Ma‟arif Cekok?

D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan pelaksanaan pendidikan agama Islam di MI Ma‟arif

  Cekok 2. Untuk menjelaskan pelaksanaan program madrasah diniyah di MI Ma‟arif Cekok.

  3. Untuk menjelaskan kontribusi program madrasah diniyah dalam pengembangan materi pendidikan agama Islam di MI Ma‟arif Cekok.

E. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Segi Teoritis

  Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan agama Islam.

2. Segi Praktis a.

  Bagi Peneliti Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang menulis dan menyusun karya ilmiah.

  b.

  Bagi Pendidik Menambah wawasan pengetahuan dan bahan masukan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam.

  c.

  Bagi Lembaga Pendidikan/Madrasah Dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui program keagamaan seperti madrasah diniyah.

F. Sistematika Pembahasan

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi ke dalam enam bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang saling berkaitan, yaitu:

  Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

  Bab II Telaah hasil penelitian terdahulu dan kajian teori. Pada bab ini memaparkan tentang hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan, dan kajian teori yang terdiri dari: pengertian pendidikan agama Islam, landasan pelaksanaan PAI, fungsi dan tujuan pendidikan agama Islam, pengertian madrasah diniyah, dan karakteristik madrasah diniyah.

  Bab III metode penelitian. Dalam bab ini dijelaskan mengenai pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan-tahapan penelitian.

  Bab IV deskripsi data. Pada bab ini dijelaskan tentang deskripsi data umum dan data khusus yang ditemukan selama penelitian di lapangan, seperti sejarah MI Ma‟arif Cekok, visi misi madrasah, letak geografis, struktur organisasi, keadaan siswa, dan data khusus berupa pelaksanaan program madrasah diniyah di MI Ma‟arif Cekok.

  Bab V analisis data. Pada bab ini memaparkan tentang analisis hasil temuan atau data mengenai pengembangan pendidikan agama Islam melalui program Madrasah Diniyah di MI Ma‟arif Cekok.

  Bab VI penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan dimaksudkan untuk mempermudah pembaca dalam melihat inti atau hasil dari penelitian yang dilakukan.

BAB II TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada beberapa karya tulis yang telah dilakukan

  sebelumnya sebagai bahan perbandingan. Karya tulis yang pertama yaitu Skripsi karya Nur Nova Vitasari, mahasiswa Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo Tahun 2016 dengan judul: “Upaya Peningkatan Pengetahuan Agama melalui Karya Ilmiah Remaja (Studi Kasus Buletin Dakwah di SMK Negeri 1 Ponorogo”. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu pengalaman dan pengetahuan agama beberapa siswa di SMK N 1 Ponorogo yang masih rendah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

  6

  kualitatif jenis penelitian studi kasus. Hasil Penelitian menjelaskan bahwa: 1.

  Pelaksanaan kegiatan karya ilmiah remaja di SMK Negeri 1 Ponorogo dilihat berdasarkan waktu tidak dilaksanakan seminggu sekali atau sebulan sekali.

  Namun pelaksanaannya sewaktu-waktu ketika akan ada even-even tertentu baru mengadakan pertemuan.

  2. Kontribusi kegiatan karya ilmiah remaja terhadap peningkatan pengetahuan keagamaan diantaranya yang pertama, dapat mengembangkan bakat siswa 6 Nur Nova Novitasari, “Upaya Peningkatan Pengetahuan Agama melalui Karya Ilmiah Remaja (Studi Kasus Buletin Dakwa h di SMK Negeri 1 Ponorogo),” Skripsi, IAIN Ponorogo, 2016.

  terutama dalam kegiatan menulis karya-karya yang bernuansa islami. Kedua, siswa menjadi tertantang untuk mencari sumber atau narasumber. Ketiga, dengan adanya buletin dakwah dapat menambah wawasan serta pengetahuan siswa melalui bacaan yang ada di buletin tersebut.

  Penelitian yang kedua yaitu Skripsi karya Yulia Handayani, mahasiswi jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo Tahun 2016, dengan judul: “Implementasi Pembelajaran Agama Islam pada Santri Mahasiswi di Asrama Putri Ma‟had Al-Jami‟ah Ulil Absar STAIN Ponorogo”. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu rendahnya pengetahuan agama dan kemampuan membaca Al-Quran pada mahasiswa baru STAIN Ponorogo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitiannya yaitu:

  7 1.

  Pengetahuan keagamaan santri mahasiswi yang tinggal di Ma‟had Al-Jami‟ah Ulil Absar STAIN Ponorogo masih sangat kurang karena kebanyakan dari mereka dari SMA, tetapi setelah lama tinggal di asrama putri menunjukkan adanya perubahan dan yang paling mencolok yaitu dari yang awalnya tidak lancar membaca Al-Quran menjadi lancar.

2. Program-program pembelajaran agama Islam yang dilaksanakan di Ma‟had Al-

  Jami‟ah Ulil Absar STAIN Ponorogo ada empat program, yaitu Ta‟limul Qur‟an, Tahfidzul Qur‟an, Ta‟limul Kitab, dan Ta‟limul Lughoh. 7 Yulia Handayani, “Implementasi Pembelajaran Agama Islam pada Santri Mahasiswi di Asrama Putri Ma‟had Al-Jami‟ah Ulil Absar STAIN Ponorogo,” Skripsi, IAIN, Ponorogo, 2016.

3. Pelaksanaan pembelajaran agama Islam di Ma‟had Al-Jami‟ah Ulil Absar

  STAIN Ponorogo sudah sesuai dengan jadwal yang dibuat, tetapi masih ada kendala dan kekurangan seperti kurangnya pengelolaan waktu, metode dan media pembelajaran yang kurang bervariatif.

  Jadi menurut pengamatan penulis, belum ada karya tulis yang membahas tentang pengembangan Pendidikan Agama Islam melalui program Madrasah Diniyah di MI Ma‟arif Cekok Ponorogo.

B. Kajian Teori 1. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

  Secara terminologis, Pendidikan Agama Islam sering diartikan dengan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Dalam pengertian lain yang dikatakan oleh Ramayulis, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, dan tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan lisan maupun tulisan.

  Marimba sebagaimana dikutip oleh Tafsir memberikan definisi Pendidikan Agama Islam sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran agama Islam. Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses educative yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian baik.

  Definisi pendidikan agama Islam secara lebih rinci dan jelas, tertera dalam kurikulum pendidikan agama Islam, yaitu upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam

  8 masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

  Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, Pendidikan Agama Islam mutlak harus diberikan. Karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan kepribadian, pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep Islam, dan mengamalkannya dalam kehidupan. Pada anak usia dini, Islam harus dijadikan landasan bagi pembelajaran, hingga generasi ke depan

  9 benar-benar menjadi generasi Islam yang berkualitas.

  Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya 8 terliput dalam lingkup al-Quran dan Al-Hadits, keimanan, akhlak,

  Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), 201. 9 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 17.

  fiqih/ibadah, dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun dengan lingkungan (Hablun

  10 minallah wa hablun minannas ).

  Dari penjabaran pengertian diatas, dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam di sekolah diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik yang religius, tidak fanatik, toleran terhadap keberagaman agama dan budaya masyarakat, serta mampu menciptakan ukhuwah islamiyah di kalangan masyarakat pada umumnya.

b. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

  Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah didasarkan pada beberapa landasan. Menurut Majid, paling tidak ada tiga landasan yang mendasari pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di lembaga

  11

  pendidikan dasar dan menengah. Ketiga landasan tersebut yaitu: 1)

  Landasan Yuridis, yaitu landasan yang berkaitan dengan dasar dan Undang-Undang yang berlaku pada suatu negara. Landasan yuridis tersebut terdiri atas tiga macam, yaitu: a)

  Dasar Ideal, yaitu Pancasila sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”

  b) 10 Dasar Struktural, yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1

  Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 13. 11 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 113.

  c) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

  Nasional pasal 12 ayat 1 yang berbunyi,

  “Setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan Agama sesuai dengan agama yang dianutnya oleh pendidik yang seagama”.

  2) Landasan Psikologis, yaitu landasan yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa manusia dalam hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram. Sehingga memerlukan suatu pegangan hidup yang dinamakan agama.

3) Landasan Religius, yaitu landasan yang bersumber dari ajaran Islam.

  Menurut ajaran Islam, pendidikan agama dalah perintah Allah SWT. Dan merupakan perwujudan beribadah kepada-Nya. Landasan ini bersumber pada al-Quran dan Hadits.

c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

  Pendidkan Agama Islam untuk sekolah atau madrasah berfungsi

  12

  sebagai: 1)

  Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut 12 dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 15. keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

  2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

  3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajara agama Islam.

  4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

  5) Pencegahan, yaitu unuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangan dirinya.

  6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

  7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar dapat berkembang secara optimal.

  Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah melakukan serangkaian proses pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah. Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara,

  13 serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

d. Pendekatan Pendidikan Agama Islam

  Pendekatan yang digunakan dalam pelaksaan Pendidikan Agama Islam

  14

  di madrasah diantaranya: 1)

  Pendekatan Keimanan, yaitu memberi peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk di seluruh alam semesta ini. 2)

  Pendekatan Pengalaman, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi masalah kehidupan. 3)

  Pendekatan Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan. 4)

  Pendekatan Rasional, yaitu usaha memberikan peranan pada rasio atau akal peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan sehari-hari.

  13 14 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,16.

  Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 170.

  5) Pendekatan Emosional, yaitu upaya menggugah perasaan atau emosi peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

  6) Pendekatan Fungsional, yaitu menyajikan semua standar materi yang meliputi al-Quran, keimanan, akhlak, fiqih ibadah, dan tarikh dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

  7) Pendekatan Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan semua petugas sekolah sebagai teladan serta cerminan manusia yang berkepribadian luhur.

e. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

  Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan makhluk lain serta lingkungannya.

  Materi Pendidikan Agama Islam tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu keislaman semata, tetapi juga ilmu lain yang dapat membantu pencapaian keberagamaan Islam secara komprehensif. Hal ini meliputi materi yang tercakup dalam ilmu: Tauhid/Akidah, Fiqh/Ibadah, Akhlak, Studi al-Quran dan Hadits, Bahasa Arab, dan Tarikh Islam. Dengan mempelajari materi yang tercakup dalam ilmu-ilmu tersebut, diharapkan keberagamaan peserta didik akan berkembang dan meningkat sesuai dengan standar yang

  15 ditentukan.

f. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam

  Dalam proses belajar mengajar, metode merupakan komponen penting yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik atau tenaga pengajar. Seorang guru dituntut untuk memilih dan menetapkan metode apa yang tepat yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendidikan dan pengajaran agama Islam diantaranya: 1)

  Metode Ceramah Yaitu suatu cara penyampaian materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa. Peran seorang murid disini sebagai penerima pesan, mendengar memperhatikan, dan mencatat keterangan- keterangan guru. Metode ceramah mempunyai kelebihan dan kekurangan.

  Salah satu kelebihannya yaitu suasana kelas berjalan dengan tenang, sedangkan kekurangannya interaksi cenderung bersifat teacher centered, verbalisme, guru lebih aktif, sedangkan murid lebih pasif. 2)

  Metode Tanya Jawab Yaitu penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan 15 pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode didalam pendidikan

  Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 17. dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya. Pengertian lain dari metode tanya jawab adalah penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru

  3) Metode Kisah

  Yaitu suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menyampaikan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik secara nyata maupun hanya cerita fiktif. Metode kisah dalam pendidikan Islam menggunakan paradigma al-Quran dan hadits Nabi.

  Kedua sumber tersebut memiliki substansi cerita yang valid tanpa diragukan lagi kebenarannya.

  4) Metode Drill/Latihan

  Yaitu suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus-menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang diharapkan. Metode ini lebih menitikberatkan pada ketrampilan siswa seperti kecakapan motoris, mental, dan sebagainya. 5)

  Karya Wisata Yaitu suatu cara pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak didik keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang berkaitan dengan bahan pelajaran. Metode ini lebih menekankan pembinaan pada aspek psikomotorik karena siswa lebih banyak dituntut keaktifannya dalam setiap kegiatan. Metode ini merupakan sebuah alternatif yang diperuntukkan bagi siswa agar memperoleh pengalaman belajar yang tidak diperolehnya secara langsung di kelas. Metode ini sangat baik dilakukan sebagai selingan out door

  16 study sebab para siswa diajak langsung ke alam sebenarnya.

g. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah

  Menurut Abdul Rachman Shaleh, menjadikan ajaran agama Islam sebagai ciri khas satuan pendidikan termasuk pada madrasah dan menempatkan ajaran Islam sebagai rujukan utama dalam semua aspek pendidikan merupakan pondasi dari seluruh aktivitas kehidupan Muslim.

  Adapun strategi pelaksanaan ciri khas agama Islam di madrasah sebagai

  17

  berikut: 1)

  Peningkatan pendidikan agama Islam melalui mata pelajaran al-Quran, Hadits, Keimanan, Akhlak, Fikih, Sejarah Islam, dan pelajaran agama lainnya.

  2) Peningkatan pendidikan agama Islam melalui mata pelajaran selain pendidikan agama Islam.

  3) Peningkatan pendidikan agama Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler.

  16 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 110. 17 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 265.

  4) Peningkatan pendidikan agama Islam melalui penciptaan suasana keagamaan yang kondusif.

  5) Peningkatan pendidikan agama Islam melalui pembiasaan dan pengalaman agama, shalat berjamaah di sekolah, dan kegiatan praktik keagamaan lainnya.

h. Pengembangan Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan merupakan persoalan kompleks yang menyangkut semua komponen yang terkandung di dalamnya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunah selain mempunyai tujuan keilmuan juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Untuk mencapai tujuan itu, ada beberapa tahap yang harus dilalui seperti merencanakan tujuan, menentukan proses serta materi yang akan diberikan kepada peserta didik.

  Sedangkan yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam menurut Rifqi Amin yaitu untuk mengkaji ilmu secara terencana untuk membentuk peserta didik menjadi manusia beriman, serta dengan sadar dan ikhlas menerapkan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupan yang akan

  18

  ditempuh sekarang maupun masa yang akan datang. Pengembangan 18 Pendidikan Agama Islam menjadi faktor penting dalam mewujudkan tujuan

A. Rifqi Amin, Pengembangan Pendidikan Agama Islam Reinterpretasi Berbasis Interdisipliner (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2015), 6.

  pendidikan nasional. Dalam melaksanakan pengembangan Pendidikan Agama Islam, seorang pendidik dituntut untuk meningkatkan kemampuannya salah satunya kemampuan dalam menganalisis masalah, sehingga bisa menyelesaikan permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi pada lembaga tersebut. Selain itu, para pendidik juga harus mampu bekerja sama dengan seluruh tim dalam lembaga tersebut untuk menyukseskan program pengembangan.

  Menurut Ali, pengembangan pendidikan agama Islam pada sekolah mengimplementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, bahwa pendidikan Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk yaitu pertama, pendidikan agama diselenggarakan dalam bentuk pendidikan agama Islam di satuan pendidikan pada semua jenjang dan jalur pendidikan. Kedua, pendidikan umum berciri Islam pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi pada jalur formal, maupun non formal, serta informal.

  Ketiga, pendidikan keagamaan Islam pada berbagai satuan pendidikan diniyah dan pondok pesantren yang diselenggarakan pada jalur formal, non

  19 formal, maupun informal.

19 Mohamad Ali, “Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Sekolah” dalam jurnal online

  

  Adapun cakupan pengembangan Pendidikan Agama Islam

  20

  meliputi: 1.

  Pengembangan Kurikulum, diarahkan pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan agama Islam pada sekolah dengan perkembangan kondisi lingkungan lokal, nasional, dan global, serta kebutuhan peserta didik. Contohnya seperti pengembangan pembelajaran berbasis multikultural, pengembangan sumber belajar, pengembangan evaluasi, dan sebagainya.

  2. Pengembangan Administrasi, seperti pengelolaan tata usaha sekolah dari sistem manual menjadi sistem komputer, peningkatan akreditasi sekolah atau madrasah, dan sebagainya.

  3. Pengembangan Sumber Daya Manusia, melalui pendidikan dan pelatihan metode pembelajaran pendidikan agama Islam, pemberian dana atau biaya peserta didik S1 untuk guru pendidikan agama Islam, dan juga melakukan sertifikasi guru.

  4. Pengembangan Sarana Prasarana, dilaksanakan melalui sejumlah kegiatan seperti penyediaan buku pedoman guru, buku pelajaran bagi siswa, dan penyediaan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran agama Islam di madrasah.

5. Pengembangan Nilai-Nilai Islam, yaitu dengan menempatkan nilai-nilai

  20 agama dan budaya luhur bangsa sebagai landasan dalam proses A. Rifqi Amin, Pengembangan Pendidikan Agama Islam 19. pengelolaan dan pembelajaran agama Islam. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengintegrasikan wawasan keagamaan ke dalam kurikulum pendidikan seperti mengadakan praktik ibadah, melakukan pembiasaan berjabat tangan, member motivasi pada siswa.

i. Manajemen Pendidikan Islam

  Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara islami dengan cara menyiasati sumber- sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan

  21

  pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Dalam suatu manajemen terdapat beberapa unsur yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Kelima unsur tersebut yaitu: 1)

  Pimpinan, yaitu orang yang memiliki kewenangan mengatur dan mengendalikan suatu lembaga pendidikan.

  2) Pelaksana, yang meliputi guru dan para staf pendidikan. 3) Tujuan yang akan dicapai. 4)

  Kerja sama semua personil lembaga pendidikan 5)

  Sarana dan prasarana yang mendukung Dalam pendidikan Islam, perencanaan merupakan langkah pertama yang harus diperhatikan oleh para manajer maupun para pengelola pendidikan. Inti manajemen pada hakikatnya adalah perencanaan. Tanpa 21 perencanaan atau salah dalam menentukan perencanaan akan mengganggu

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), 10. keberlangsungan pendidikan Islam. Menurut Ramayulis, perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam meliputi: 1)

  Penentuan prioritas yang melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif.

  2) Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan.

3) Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.

  4) Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok

  22 kerja. j. Ibadah Salat Salat merupakan ibadah pertama yang diwajibkan dalam Islam.

  Kewajiban itu diterima Nabi Muhammad langsung dari Allah SWT. melalui peristiwa Isra‟ Mi‟raj. Salat adalah ibadah pertama yang akan ditanyakan kelak di hari kiamat. Karena itu, tidak mengherankan jika ibadah salat merupakan salah satu dari dua hal yang diwasiatkan sebelum Rasulullah

  23 meninggal dunia.

  Salat sebagai perintah Allah kepada umat nabi Muhammad SAW. tata cara dan pelaksanaannya harus sesuai dengan tuntunan dan ajaran dari Nabi.

  Nabi bersabda: 22

  يِلَصُأ يِن ْوُمُتيَأَر اَمَك اوُّلَص 23 Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung:Pustaka Setia, 2013), 216.

  Sidik Tono et al, Ibadah dan Akhlak dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2002), 21. Artinya ; “salatlah kamu sebagaimana engkau melihat aku mengerjakan salat”.

  Untuk itu, salat bagi umat nabi Muhammad SAW harus sama dengan tuntunan dan ajaran yang ada dalam sunnah Nabi, tidak boleh ditambah atau dikurang apalagi menentukan sendiri bacaan dan tata caranya. Adapun cara

  24

  atau Kaifiyah salat yaitu: 1)

  Takbiratul ihram : berdiri tegak menghadap kiblat dan membaca niat salat yang akan dikerjakan. Lalu mengangkat kedua tangan serta membaca takbir “Allah Akbar”

  2) Membaca doa Iftitah

  3) Membaca surat Al-Fatihah

  4) Membaca surat-surat pendek

  5) Rukuk, dilakukan dengan posisi badan membungkuk kedua tangan memegang lutut dan ditekankan antara punggung dan kepala supaya rata

  6) Iktidal

  7) Sujud

  8) Duduk diantara dua sujud

  9) Sujud kedua

  10) Duduk tasyahud awal, dilakukan pada rakaat kedua, kalau salatnya tiga atau empat rakaat

  11) Duduk tasyahud akhir, bacaan tasyahud akhir yaitu seperti tasyahud awal 24 ditambah dengan salawat atas Nabi Muhammad SAW Ibid, 47.

  12) Salam, menengok ke kanan dan ke kiri sambil membaca kalimat salam k.

   Ilmu Tajwid

  Menurut istilah, “Ilmu Tajwid adalah ilmu yang berguna untuk mengetahui bagaimana cara memenuhkan atau memberikan hak huruf dan mustahaqnya. Baik yang berkaitan dengan sifat, panjang, dan sebagainya seperti tipis, tebal, dan lainnya.

  ” Sedangkan yang dimaksud dengan haq huruf adalah sifat asli yang selalu menyertai huruf itu sendiri, seperti sifat

  سوهلا , ةذشلا, ءلاعتسلاا ,

  dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahaq huruf

  رهجلا

  adalah sifat yang tampak sewaktu-waktu pada huruf tersebut, seperti نخفت ,

  25 غفخا, كلرت dan sebagainya.

  Mempelajari ilmu tajwid itu hukumnya fardhu kifayah dan mengamalkannya hukumnya fardhu „ain bagi setiap pembaca al-Quran baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan tujuan dari mempelajari Ilmu

  Tajwid yaitu menjaga lidah atau lisan dari kesalahan di saat membaca al- Quran. Sedangkan keutamaan dari mempelajari dan membaca al-Quran

  26

  dengan Tartil (sesuai dengan ilmu Tajwid) yaitu: 1)

  Sebagai tolak ukur bagi seorang muslim sejauh mana upaya dan usahanya 25 dalam mempelajari dan mengajarkan al-Quran.

  Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Alquran dan Pembahasan Ilmu Tajwid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), 17. 26 Ibid , 20.

  2) Dengan membaca al-Quran maka Allah SWT akan menurunkan ketentraman, rahmat, dan akan selalu disebut oleh Allah sebagai orang yang selalu mempelajari al-Quran.

  3) Membaguskan bacaan pada al-Quran sesuai Ilmu Tajwid akan mendapat pahala yang lebih baik dari Allah SWT.

  4) Mempelajari al-Quran adalah sebaik-baiknya kesibukan manusia. 5)

  Membaca al-Quran dengan Tajwid akan mendapat rerajad yang tinggi di sisi Allah.

  6) Akan mendapat syafa‟at di hari kiamat.

  l. Ketrampilan Menulis Arab

  Ketrampilan menulis ( تباتكلا هراهه) adalah kemampuan dalam mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang sederhana seperti menulis kata-kata sampai kepada aspek yang kompleks yaitu mengarang.

  Ketrampilan menulis dalam bahasa Arab secara garis besar dibagi ke dalam tiga kategori yaitu imlak ( غلهلاا), kaligrafi ( طخلا), dan mengarang

  27

  ( عاشلاا). 1)

  Ketrampilan Imlak Imlak adalah kategori menulis yang menekankan rupa /postur huruf 27 dalam membentuk kata-kata dan kalimat. Menurut definisi Mahmud

  Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 151.

  Ma‟ruf, pengertian imlak adalah menuliskan huruf-huruf sesuai posisinya dengan benar dalam kata-kata untuk menghindari terjadinya kesalahan makna.

  Secara umum ada tiga kecakapan dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran imlak, yaitu kecermatan mengamati, mendengar, dan kelenturan tangan dalam menulis. Secara garis besar ada tiga macam dan teknik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran imlak, yaitu menyalin (

  لىمنولا غلهلاا), mengamati (رىظنولا غلهلاا), menyimak (يااوتسلاا غلهلاا), dan tes ( يرابتخلاا غلهلاا).

  a.

  Imlak Menyalin, yaitu memindahkan tulisan dari media tertentu ke dalam buku pelajaran. Mengajarkan imlak ini dengan cara memberikan tulisan atau teks di papan tulis, buku, kartu, atau media lain kemudian guru memberikan contoh cara membacanya diikuti oleh semua siswa sampai lancar. setelah itu didiskusikan makna atau maksud dari tulisan tersebut kemudian baru siswa menyalinnya ke dalam buku tulis.

  b.

  Imlak Mengamati, yang dimaksud mengamati disini adalah melihat tulisan dalam media tertentu dengan cermat, kemudian menyalin atau memindahkan ke dalam buku tulis tanpa melihat lagi tulisan. Siswa sedapat mungkin harus menyalin tulisan hasil penglihatan mereka sebelumnya.

  c.

  Imlak Menyimak, yaitu mendengarkan kata-kata, kalimat maupun teks yang dibacakan lalu menuliskannya. Imlak ini sedikit lebih sukar dibanding dengan mengamati karena siswa dituntut untuk menulis kalimat atau teks tanpa melihat contoh tulisan dari guru. Melainkan mengandalkan hasil kecermatan mereka dalam mendengarkan bacaan guru.

  d.

  Imlak Tes, imlak ini bertujuan untuk mengukur kemampuan dan kemajuan siswa dalam materi imlak yang telah mereka pelajari sebelumnya. Kemampuan yang diukur mencakup unsur-unsur kemampuan dasar seperti yang telah dijelaskan di atas yaitu menyalin, mengamati, dan menyimak. 2)

  Ketrampilan Kaligrafi Adalah kategori menulis yang tidak hanya menekankan rupa atau postur huruf dalam membentuk kata-kata atau kalimat, tetapi juga menyentuh aspek estetika (

  لاوجلا). Tujuan dari pembelajaran kaligrafi ini yaitu agar siswa terampil menulis huruf-huruf dan kalimat Arab dengan benar dan indah. Menurut pendapat Salim „Afifi dalam bukunya Acep Hermawan , kaligrafi Arab adalah salah satu sarana informasi dan cabang budaya yang bernilai estetika.

  3) Ketrampilan Mengarang

  Adalah kategori menulis yang berorientasi pada pengekspresian pokok pikiran berupa ide, pesan, perasaan, dan sebagainya ke dalam bahasa tulisan. Menulis karangan tidak hanya mendeskripsikan kata-kata atau kalimat ke dalam tulisan secara struktural, melainkan juga bagaimana idea tau pikiran penulis tercurah secara sistematis untuk meyakinkan pembaca.

  4) Huruf Pego

  Adalah huruf atau abjad Indonesia dan aksara jawa yang disalin ke dalam bahasa Arab. Tidak ada pedoman khusus mengenai huruf pego, berbeda dengan huruf Arab Melayu, meskipun dalam beberapa huruf menyerupai huruf pego namun dalam kaidah penulisannya berbeda.

  Huruf Arab Melayu diajarkan kepada siswa sebagai pisau analisis untuk mengungkap isi sastra Indonesia klasik. Sedangkan kaidah penulisan huruf pego belum dibakukan secara resmi sebagai suatu kurikulum pembelajaran di pesantren. Kaidah penulisan pego lebih bersifat turun- temurun dari satu generasi ke generasi.

  Dimungkinkan pada mulanya huruf pego dipergunakan oleh para ulama terdahulu untuk mengenalkan huruf Arab kepada masyarakat Jawa dalam rangka mengajarkan al-Quran supaya lebih mudah dipahami. Pada perkembangan selanjutnya, huruf pego digunakan untuk memberi makna ktab-kitab klasik seperti kitab kuning. Huruf pego dibedakan menjadi 2,

  28 yaitu huruf konsonan dan huruf vokal.

28 Ma‟rifatul Munjiah, Imla’ Teori dan Terapan (Malang: UIN Malang Press, 2009), 35.

a) Konsonan Abjad Pego

  b Dilambangkan dengan ba‟ (ب) c Dilambangkan dengan jim titik tiga (

Dokumen yang terkait

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

0 0 116

PERAN MADRASAH DINIYAH USWATUN KHASANAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK DI DUSUN CABEAN KULON KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI DisusunGunaMemperolehGelar SarjanaPendidikan(S.Pd )

0 0 169

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI PERMAINAN RODA JENIUS PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF KUMPULREJO 02 ARGOMULYO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

0 2 135

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 MAGELANGTAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

0 5 172

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK SARASWATI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

1 1 149

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA WALISONGO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

0 0 182

PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN PLAYDOUGH DI KELOMPOK A RA MASYITOH KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

0 3 125

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 1 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 2 173

RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM LIMA ELANG DENGAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI MI TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

1 2 174

PERAN KOMITE MADRASAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN DI MADRASAH (STUDI KASUS PADA MATA PELAJARAN AGAMA (FIKIH) DI MI MASALIKIL HUDA 01 TAHUNAN JEPARA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 6