PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK SARASWATI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: NILA INTAN NITA

  

11111080

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: NILA INTAN NITA

  

11111080

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

Motto

طِ لْ طِ لْا بُ طِا طِ : طِ لْ طِلالْ بُ طِا طَ طِ طَللْ بَّ ا بُ طِا طَ : طَ طِ لْ طِ بَّلا طَ طَلبُ طَ لْ طَى طَ لْ بُ طَ طِلطَ لْلإ لْ بُللْ بُ

  

“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat ; orang

yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan

Pahala yang diberikan kepada sama dengan para Nabi”.

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahan untuk : 1.

  Ayah terhebatku Suwarto dan ibu tercinta Istiyani yang telah memberikan cinta kasihnya sepanjang masa.

  2. Adek-adekku Sukma Tito Nugraha, Collin Apriliano, Ninita Adeyakana yang selalu menyayangi ku dan memberikan dorongan untuk selalu semangat.

  3. Keluarga besarku yang selalu menyayangi dan mendoakanku.

  4. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd selaku dosen pembimbingku yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan motivasi dan banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Keluarga dek Pamela, khususnya bapak, mas iyan dan mb ana.

  7. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011.

  8. Teman-teman PPL ku di SMKN 1 Tengaran 9.

  Teman-teman KKN ku di Srumbung Magelang.

  KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmad, taufik dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan atas junjungan Nabi

  Muhammad Saw, sehingga skripsi yang berjudul “ Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018”. Dapat diselesaikan dengan baik.

  Dalam penyusunan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di IAIN Salatiga. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Untuk itu penulis sampaikan terimakasih sedalam- dalamnya kepada : 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN Salatiga) 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

  3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebujaksanaan dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi dukungan kepada penulis.

  6. Bapak dan ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  7. Karyawan dan Karyawati IAIN Saalatiga yang telah memberikan layanan serta bantuannya.

  

ABSTRAK

Nita, Nila Intan. 2018. Problematika Pembejaran Pendidikan Agama Islam Di

SMK Saraswati Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan

  Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Saatiga. Pembimbing Dra. Maryatin, M.Pd.

  Kata Kunci : Problematika, Belajar, PAI SMK.

  Penelitian ini untuk menjawab permasalahan 1). Bagaimana pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga, 2. Bagaimana problematika pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga, 3. Bagaimana cara pemecahan problematika PAI di SMK Saraswati Salatiga. Dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam tentunya tidak mudah dan banyak masalah yang timbul. Masalah yang timbul dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah pelaksanaan proses pembelajaran. Oleh Karena itu dari pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan harus bisa mengelola agar masalah yang timbul bisa diatasi. Masalah yang timbul dalam pembelajaran antara lain dari faktor pendidik, kurikulum terlalu padat, kesulitan dalam menentukan meteri dan metode yang sesuai dengan anak didiknya dan sarana prasarana yang kurang memadai.

  Jenis metode yang digunakan adalah metode kualitatif. dengan menggunakan pendekatan field research. Sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data denga cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.

  Problem yang ditemukan adalah siswa banyak yang belum bisa baca tulis Al-Quran. Secara tidak langsung siswa tidak paham dengan pembelajaran pendidikan agama Islam. waktu pembeljaran PAI kurang, sulit mengkondisikan siswa. Solusi atau pemecahan masalah atas problem yang dihadapi dalam pembelajaran PAI diadakan kegiatan ekstrakulikuler BTQ. Memotivasi siswa agar minat dalam mempelajari pendidikan agama Islam lebih meningkat. Memberi jam tambahan diluar jam sekolah.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i HALAMAN LOGO...............................................................................................ii HALAMAN JUDUL.............................................................................................iii PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................iv LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN..............................................................................vi MOTTO................................................................................................................vii PERSEMBAHAN.................................................................................................viii KATA PENGANTAR..........................................................................................ix ABSTRAK...........................................................................................................xi

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  1. Pengertian Pembelajaran.........................................................................15

  2. Tujuan dan Teori Pembelajaran..............................................................15

  

  1. Pengertian Pendidikan Agama Islam....................................................20

  2. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam....................................22

  3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam....................................23

  4. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam..................................................27

  5. Aspek Psikologis....................................................................................29

  

  1. Problem Peserta Didik..........................................................................33

  2. Problem Pendidik.................................................................................36

  3. Problem Kurikulum..............................................................................40

  D. Problematika Praktik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

  1. Problem Managemen dalam Pendidikan Agama Islam.......................46

  2. Problem Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran PAI....................47

  3. Problem Lingkungan dalam Pembelajaran PAI................................49

  E. Langkah-Langkah dalam Mengatasi Problematika dalam Pembelajaran PAI

  1. Langkah-Langkah Mengatasi Problem Peserta didik dalam Pembelajaran PAI....................................................................................................52

  2. Langkah-Langkah Mengatasi Problem Pendidik dalam Pembelajaran PAI....................................................................................................55

  3. Langkah-Langkah Mengatasi Problem Pendidikan Kurikulum dalam Pembelajaran PAI.............................................................................56

  4. Langkah-Langkah Mengatasi Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran PAI...................................................................................................62

  

   LAMPIRAN.........................................................................................................114

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pembinaan manusia secara jasmaniah dan

  rohaniah. Artinya, setiap upaya dan usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan peningkatan kecerdasan inteligensi, emosi dan kecerdasan spiritualitasnya. Anak didik dilatih jasmaninya untuk terampil dan memiliki kemampuan atau keahlian professional untuk bekal kehidupannya di masyarakat. Di sisi lain, keterampilan yang dimilikinya harus semaksimal mungkin memberikan manfaat kepada masyarakat, terutama untuk diri dan keluarganya, dan untuk mencapai tujuan hidupnya di dunia dan akhirat ( Basri ,2009 :54).

  Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Cara atau alat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan ialah pengajaran. Karena itu pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan, meskipin kalau istilah ini sebenarnya tidak sama. Pengajaran ialah poros membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti, menguasai,ahli; belum tentu menghayati dan meyakini) sedang pendidikan ialah membuat orang jadi terdidik ( Daradjat,2011 :30).

  Makna pendidikan yang lebih hakiki lagi adalah pembinaan akhlak manusia guna memiliki kecerdasan membangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pembinaan kepribadian diarahkan pada model tertentu. Oleh karena itu, tolak ukur pendidikan yang membina kepribadian harus jelas. Berhubungan engan pendidikan Islam, pembinaan kepribadian yang dimaksudkan adalah kepribadian yang merujuk pada ajaran islam dengan contoh paling sempurna diantara semua manusia adalah pribadi Muhammad SAW, karena Allah menegaskan bahwa Rasulullah SAW memiliki uswatun hasanah (contoh yang baik) bagi umat manusia. Dengan model tersebut, secara otomatis pendidikan islam dalam kaitannya dengan pembinaan kepribadian adalah berkaitan dengan akhlak (Daradjat,2011:51).

  Tujuan pendidikan agama Islam ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai, karena pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

  Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengamalan hidup sejak kecil baik dalam keuarga, sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu pendidikan agama Islam harus ditanamkan dalam pribadi anak sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan pendidikan tersebut disekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi (Syafaat, 2008 : 33-34).

  Sekolah sebagai institusi resmi di bawah kelolaan pemerintah, menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, sistematis oleh para pendidik professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik pada setiap jenjang pendidikan tertentu. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat kurikulum tertulis dan penanggung jawab pendidikan untuk anak di sekolah adalah guru. Untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat dan metode. Istilah lain dari alat pendidikan yang dikenal hingga saat ini adalah media pendidikan, audio visual aids(ava), alat peraga, sarana dan prasarana pendidikan dan sebagainya (Syafaat, 2008 : 65-66).

  Dari paparan diatas, penulis mencoba untuk meneliti di SMK Saraswati yang terletak di Jl Hasanudin No 738, Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga dengan menempatkan objek problematika pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai objek penelitian, karena di SMK Saraswati merupakan sekolah umum yang berbasis kejuruan sehingga diasumsikan tingkat pemahaman dan tingkat minat belajar siswa dalam bidang studi pendidikan agama Islam biasa saja dan tidak ada peningkatan. SMK Sraswati sebagai sekolah memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan siswa yang berilmu dan berakhlak mulia. Salah satunya dengan mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam. Guru harus bisa mengkondisikan kondisi belajar yang baik dan mempunyai skill untuk mengajar dan membimbing siswa agar tercapai tujuan pembelajaran.

  Dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam tentunya tidak mudah dan banyak masalah yang timbul. Masalah yang timbul dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah pelaksannan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dari pihak sekolah atau penyelenggra pendidikan harus bisa mengelola agar masalah-masalah yang timbul bisa diatasi. Masalah yang timbul dalam pembelajaran antara lain dari factor pendidik, kurikulum terlalu padat, kesulitan dalam menentukan materi dan metode yang sesuai dengan anak didiknya dan sarana prsasarana yang kurang memadai,

  Sesuai data sementara yang penulis dapatkan adalah, bahwasanya problem yang dihadapi siswa di SMK Saraswati salatiga adalah banyak siswa yang membolos, siswa berkata kotor, siswa berani dengan guru, mabuk-mabukan, tindak asusila, tawuran antar sekolah, perkelahian antar teman sendiri. Dampak yang ditimbulkan karena membolos siswa menjadi ketinggalan materi, akibatnya siswa tidak memahami materi karena ketika berangkat lagi sudah materi yang berbeda, hal itu berdampak pada saat ulangan siswa tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan sehingga nilai siswa menjadi jelek dan tidak lulus KKM. untuk itu penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan judul “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama

  Islam Di SMK Saraswati Salatiga ”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga ? 2. Bagaimana problematika pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga ? 3. Bagaimana cara pemecahan problematika PAI di SMK Saraswati

  Salatiga ? C.

   Tujuan Penelitian

  Dengan berpijak pada rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

  1. Mendiskripsikan bagaimana pembelajaran PAIdi SMK Saraswati Salatiga.

  2. Mendiskrpsikan problematika pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga.

  3. Untuk mengetahui bagaimana cara pemecahan problematika PAI di SMK Saraswati Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain : 1.

  Manfaat Teoritis Dapat menambah khazanah keilmuan khususnya dalam bidang pembelajaran PAI pada fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

  Salatiga. Serta dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti berikutnya dalam mengatasi problem-problem pembelajaran pendidikan agama islam. Dapat memberikan motivasi kepada tenaga pendidik untuk memberikan layanan terbaik kepada peserta didik.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi pendidik Untuk acuan ketika ada problem bisa dipecahkan secara bijak sesuai dengan bahan pembelajaran PAI dalam mengatasi problematika PAI serta dapat membantu guru dalam mengatasi problematika dalam proses pembelajaran.

  b.

  Bagi peneliti Menambah wawasan pemahaman tentang problematika pengajaran pendidikan agama Islam di SMK dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru PAI.

  c.

  Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu siswa dalam mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama islam di

  SMK Saraswati Salatiga.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa arti kata yang terdapat dalam judul penelitian.

  1. Problematika Berasal dari kata problem yang berarti masalah atau persoalan.

  Sedangkan problematika berarti hal yang menimbulkan masalah, hal yang belum terpecahkan masalahnya (Departemen Kependidikan dan Kebudayaan, 2003 : 896).

  Dari pengertian diatas, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwasanya yang dimaksud problem adalah sesuatu persoalan yang menimbulkan permasalahan dan belum terdeteksi bagaimana cara memecahkannya.

  2. Pembelajaran Belajar adalah suatu akvitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,sikap dan mengokohkan kepribadian. Belajar dimaknai sebagai kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. tanggung jawab belajar ada pada diri siswa sedangkan guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan aktivias siswa sendiri. Siswa sebagai subjek didik harus secara aktif meraih dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat, bakat, perilaku dan norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku (Sugiyono dan Hariyanto, 2014 :14).

  Dari paparan diatas, penulis dapat mengambil pengertian bahwasanya pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.

3. Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan Agama Islam, yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat. Cita-cita islam mencerminkan nilai-nilai normative dari tujuan yang bersifat abadi dan absolut. Dalam pengamalannya tidak mengikuti selera nafsu dan budaya manusia yang berubah-ubah menurut tempat dan waktu.

  Pendidikan agama Islam menurut DITBINPAISUN adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak (Daradjat, 2011 :88).

  Nilai- nilai islam yang demikian itulah yang ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia melalui proses transformasi kependidikan. Proses kependidikan yang, mentranformasikan (mengubah) nilai tersebut selalu berorientasi kepada kekuasaan Allah dan Iradah-Nya (kehendak-Nya) yang menentukan keberhasilannya. Kemajuan peradaban manusia yang melingkupi kehidupannya, bagi manusia yang berkepribadian islam, hasil proses kependidikan islam akan tetap berada dalam lingkaran hubungan vertikal dengan Tuhan-nya, dan hubungan horizontal dengan masyarakat.

  Dasar ideal pendidikan islam adalah identik dengan ajaran islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Quran dan Hadits. Pendidikan Islam adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian muslim, baik yang berkaitan dengan dimensi jasmani, rohani, akal maupun moral. Pendidikan Islam adalah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek jasmani, rohani, dan akal anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya pribadi, keluarga, dan masyarakat yang islami.

4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

  Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan peseta didik untuk hidup mandiridan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurkulum SMK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan, muatan local dn pengembangan diri. Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dpat diperpanjang hingga empat tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas XIII.struktur kurikulum SMK disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran (Mendiknas,2006 : 21).

  Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Problematika Pembelajaran PAI di SMK Saraswati adalah masalah yang timbul dalam proses pembelajaran baik materi, guru, siswa, sarana prasarana dan metode pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Saraswati Salatiga. Akan mengungkap bagaimana masalah yang ada pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Saraswati.

F. Tinjauan Pustaka

  Beberapa skripsi yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh Putri Sari Pratiwi dari UIN Sunan

  Kalijaga tahun 2017 yang berjudul :Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Wilayah Pinggiran (Di SMK Negeri 1 Kokap Kulon Progo Yogyakarta). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar di SMK Negeri 1 Kokap Kabupaten Kulon Progo. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model Miles and Huberman. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Kurikulum PAI untuk kelas X menggunakan kurikulum 2013, untuk kelas XI dan XII menggunakan KTSP 2006. Persiapan sebelum proses pembelajaran PAI yakni dengan menyiapkan RPP. Kegiatan pembelajaran meliputi pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Untuk evaluasi hasil pembelajaran terdapat tiga aspek penilaian yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. 2) Problematika pembelajaran PAI yang ditemukan, antara lain: bidang SKI adalah materi yang banyak, bidang Al- Qur’an Hadist adalah kemampuan siswa membaca Al-Qur’an, bidang Aqidah Akhlah adalah materi yang abstrak dan jumlah LCD Proyektor terbatas, dan bidang Fikih adalah belum adanya alat peraga. 3) Solusi untuk mengatasi problematika tersebut, antara lain: mengemas materi PAI yang banyak menjadi tugas dan dipresentasikan oleh siswa, meningkatkan kinerja guru PAI, menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyediakan program ekstrakurikuler SBA dan pendampingan ketika pesantren ramadhan, pemanfaatan media pembelajaran yang ada secara optimal, serta upaya guru untuk tetap melakukan kegiatan praktek dengan kondisi seadanya.

  Adapun persamaam dan perbedaan penelitian yang dilakuka oleh Putri Sari Pratiwi dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama ingin mengetahui problem dalam pembelajaran dan solusinya. Yang menjadi pembeda adalah tempat penelitinnya.

  Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fitriana dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Problematika Pendidikan Agama Islam Pada Anak

  

Tunagrahita di SLB B/C Wiyata Dharma 4 Godean Yogyakarta . Penelitian

  ini merupakan penelitian kulitatif. Dari penelitian ini didaptakan hasil : (1) Pembelajaran PAI pada anak tunagrahita lebih ditekankan pada modifikasi kurikulum PAI yang disesuaikan dengan kemampuan siswa yang diajarkan dengan metode individual dan strategi tematik dengan tujuan untuk pembentukan sikap dan perilaku yang baik berdasarkan ajaran agama Islam sehingga hasil dari pembelajaran PAI diharapkan anak-anak tunagrahita memiliki akhlk yang baik dan dapat menerapkan PAI dalam kehidupan sehari-hari. (2) problematika yang dihadapi dalam pembelajaran PAI antara lain problem dari guru, problem dari siswa, problem kurikulum, problem sarana prasaranadan problem dari orang tua. (3) upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika yang terjadi adalah dengan memodifikasi kurikulum PAI agar sesuai dengan kondisi ketunaan siswa, menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai dengan kondisi anak tunagrahita.

  Adapun perbedaan penelititian yang dilakukan oleh Nur Fitriana dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama- sama ingin meneliti problemtika pembelajaran dan bagaimana solusinya. Perbedaannya adalah subjek yang akan diteliti dan lokasi penelitian.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah dalam memahami skripsi yang akan disusun maka peneliti perlu mengemukakan sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini nantinya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : Bagian Pendahuluan terdiri dari halaman judul, halaman pengajuan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi dan abstrak.

  Bagian teks terdiri dari 5 bab dan berisi sub-sub antara lain : Pendahuluan

  Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, fokus penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II : Kajian teori yang terdiri dari : pertama, tinjauan tentang PAI yang meliputi : pengertian PAI, ruang lingkup materi PAI, tujuan dan fungsi pembelajaran PAI, kedua Tinjauan tentang problematika pembelajaran PAI, yang meliputi : problem guru dalam pembelajaran PAI, problem siswa dalam pembelajaran PAI, dukungan kepala sekolah dalam mengatasi problematika pembelajaran PAI, ketiga, upaya-upaya dalam mengatasi problem pembelajaran PAI, yang meliputi upaya yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

  Bab III: Metode penelitian, meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data,metode pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan tahap-tahap penelitian.

  Bab IV : Laporan hasil penelitian yang berisi deskripsi singkat mengenai lokasi penelitian paparan data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

  Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara sederhana, Istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai

  “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terpeogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar ( Majid, 2013 : 4).

  Problematika berasal dari kayta problem yang dapat diaartikan sebagai permasalahan atau masalah. Dari pengertian tentang problematika dan pembelajaran yang telah disebutkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pengertian problematika pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

2. Tujuan dan Teori Pembelajaran a.

  Tujuan Tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan keterampilan dan perubahan sikap, mental, atau nilai-nilai. Dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki maka kita akan mendapatkan peningkatan derajat sesuai dengan firman Allah SWT.

  b.

  Teori Pembelajaran Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah mau pun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2010 :61).

  Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.

  Dari kedua definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian..selanjutnya untuk mendapatkan pengetahuan ada beberapa pendapat sebagaimana yang disampaiakan oleh para ahli adalah sebagai berikut :

  1) Teori-Teori Belajar dalam Aliran Behaviorisme

a) Connectionism (S_R Bond) menurut Edward Lee Thomdike.

  Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thomdike (1874- 1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890 an. Eksperimen Thomdike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untu mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan eksperimen di atas, Thomdike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya , teori k oneksinisme juga disebut “S-R. Bond Theory” dan “S_R

  Psychology of Learning”. Apabila kita perhatikan dengan seksama, dalam eksperimen Thondike tadi akan kita dapati dua hal pokok yang mendorong timbulnya fenomen belajar.

b) Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov.

  Teori Classical Conditioning ini dikemukakan oleh Pavlov yang mengatakan bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dengan respons. Jadi, pada prinsipnya hasil eksperimen E.L Thorndike di muka kurang lebih sama dengan hasil eksperimen Pavlov yang memang dianggap sebagai pendahulu dan anutan Thorndike yang behavioristic itu. Kesimpulan yang dapat kita tarik dari hasil eksperimen Pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini CR (Syah, 2010 :92-96).

  2) Teori-Teori Belajar Berbasis Kognitivisme

  a) Teori Kognitif Gestalt

  Pokok pandangan gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi. Berbeda dengan pandangan behaviorisme yang beramsumsi adanya perilaku mulekular, pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku moral. Menurut pandangan ahli teori Gestalt semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman tentang adanya hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian terhadap keseluruhan. Tingkat kejelasan dan kemaknaan terhadap apa yang diamati dalam dalam situasi belajar akan lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang daripada melalui hukuman dan ganjaran (Hariyanto dan Suyono, 2015 :79-80).

  3) Prinsip- Prinsip Pembelajaran

  Prinsip-prinsip pembelajaran ialah prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda oleh setiap siswa secara individual. Adapun prinsip-prinsip belajar pada umumnya adlah :

a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

  b) Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning).

  c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.

  d) Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu belajar harus mengembangkan aspek kognitif.

  e) Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu.

  Berlangsung di sekolah (kelas dan halaman sekolah, di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi, di alam sekitar, dalam bengkel kerja, d dunia industry.

  f) Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru.

  Berlangsung dalam situasi formal, informal, dan non formal.

  g) Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivsi yang tinggi.

  h) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang amat kompleks. i)

  Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya. j)

  Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.orang lain itu dapat guru, orang tua, teman sebaya yang kompeten dan lainnya ( Hariyanto dan Sutono, 2015 :128-129).

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1.

  Pengertian pendidikan agama Islam Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-

  Qur’an dan Al Hadis melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI) (Majid, 2012 : 11).

  Pengertian pendidikan agama Islam menurut KKPN ( Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional). Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

  Untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional dalam pendidikan agama diperlukan (a) paket-paket minimal bahan pendidikan agama dari masing-masing agama yang dianut dengan mempertimbangkan perkembangan jiwa anak didik (b) guru agama yang cukup memenuhi syarat (c) prasarana dan sarana pendidikan agama yang cukup dan memenuhi syarat (d) lingkungan yang mendorong tercapainya tujuan pendidikan agama, di antaranya situasi sekolah, masyarakat dan peraturan perundang-undangan (Daradjat,2011 : 87).

  Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama, seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktikkan pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhan Nya, penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respon kritis terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan oleh penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan ujian tertulis dikelas yang dapat didemonstrasikan oleh siswa (Majid, 2012 :12).

  Memang pola pembelajaran tersebut bukanlah khas pola pendidikan agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan Negara kita yang juga mengidap masalah yang sama. Masalah besar dalam pendidikan selama ini adalah kuatnya dominasi pusat dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga yang muncul uniform-sentralistik kurikulum, model hafalan dan monolog, materi ajar yang banyak, serta kurang menekankan pada pembentukan karakter agama. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup Al-Quran dan Al Hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ ibadah dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agana Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.

  Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a.

  Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

  b.

  Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

  c.

  Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d.

  Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

  e.

  Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negative dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dn menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

  f.

  Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), system dan fungsioanalnya.

  g.

  Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan oleh dirinya sendiri dan bagi orang lain.

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

  Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan- tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya (Daradjat, 2011 : 25).

  Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI :2002) (Majid, 2012 :16).

  Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN(UU No. 20 tahun 2003), berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan untuk bekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kalau tujuan pendidikan nasional sudah terumuskan dengan baik, maka fokus berikutnya adalah cara menyampaikan atau bahkan menanamkan nilai, pengetahuan dan keterampilan. Cara seperti ini meliputi penyampaian atau guru, penerima atau peserta didik, berbagai macam sarana dan prasaran, kelembagaan dan faaktor lainnya, termasuk kepala sekolah, masyarakat terlebih orang tua dan sebagainya ( Majid, 2012 :17). Tujuan pendidikan Islam : a.

  Tujuan Umum Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara temoat pendidikan Islam itu dilaksanakan dn harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahap-tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikiler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional (Daradjat, 2011 :30).

  Dapat disimoulkan bahwa dari tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain, tujuan tersebut meliputi seluruh aspek yang meliputi sikap, tingkah laku, penempilan, kebiasaan dan pandangan. Tetapi berbeda setiap tingkat umur kecerdasan, situasi dan kondisi, dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik. Tujuan pembalajaran ini dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan Nasional Negara termuat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan intitusional lembaga yang menyelenggarakan penidikan tersebut.

  b.

  Tujuan Akhir Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.

  Tujuan umum yang berbenuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

  Orang yang sudah takwa dalam bentuk Insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal. Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan Kamil yang mati dari akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

  c.

  Tujuan Sementara Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekarang kurangnya beberapa ciri pokok sudahkelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil.

  Semakin tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat pemula, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan Insan kamil ini. Di sinilag barangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya (Daradjat, 2011: 31-32).

  d.

  Tujuan Operasional Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemempuan tertentu. Sifat operasional lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancer mengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah, seperti bacaan dan kaifiyat sholat, akhlak dan tingkah laku. Pada masa permulaan yang penting ialah anak didik mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan lainnya. Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan Insan Kamil dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk Insan Kmail yang semakin sempurna (meningkat). Anak harus sudah terampil melakukan ibadat (sekurang- kurannya ibadah wajib) meskipun ia belum memahami dan menghayati ibadah itu.

4. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

  Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk dalam (Majid, 2012 :13- 15) dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu sebagai berukut : a.

  Dasar Yuridis/ Hukum Dasar yuridis yakni dasar pelaksannan pendidikan agama yang berasal dari perundang

Dokumen yang terkait

PROBLEMATIKA PENGAJARAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS DI LEMBAGA PENDIDIKAN TALENTA KIDS SALATIGA TAHUN 2010 - Test Repository

0 0 86

SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PROBLEMATIKA YANG DIHADAPI GURU DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA TUNANETRA DI SMPLB WANTUWIRAWAN TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 117

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 3 127

PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK ISLAM SUDIRMAN UNGARAN TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI

0 1 138

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGAKTUALISASIKAN NILAI-NILAI PLURALISME AGAMA DI SMK NEGERI 03 SALATIGA SKRIPSI

1 2 122

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK N 2 SALATIGA DAN UPAYA-UPAYA PEMECAHANNYA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 126

PENGARUH KETELADANAN ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SALAT FARDHU SISWA KELAS VII SMP N 8 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

1 3 180

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 MAGELANGTAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

0 5 172

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2006 (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP IT NIDAUL HIKMAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 (Kajian tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan) SKRIPSI

0 1 163

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 185