KREATIVITAS SISWA SMK DALAM MERANCANG PERCOBAAN DAN MEMBUAT PRODUK DARI DAUR ULANG LIMBAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAINS-TEKNOLOGI-MASYARAKAT.
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 7
E. Manfaat Penelitian 8
F. Asumsi 9
G. Hipotesis 10
BAB II KREATIVITAS MERANCANG DAN MEMBUAT PRODUK DALAM PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN SAINS-TEKNOLOGI-MASYARAKAT
A. Kreativitas 11
1. Pengertian Kreativitas 11
2. Kreativitas Dimensi 4P 12
3. Kreativitas Berpikir 15
B. Sains-Teknologi-Masyarakat 18
1. Pengertian Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat 18 2. Karakteristik atau ciri-ciri Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) 19 3. Perbandingan model STM dengan pembelajaran tradisional 21
(2)
vii
4. Langkah-langkah Pembelajaran STM 23
5. Kendala dan Faktor Pendukung STM 26
C. Limbah dan Daur Ulang Limbah 27
1. Limbah 27
a. Pengertian Limbah 26
b. Pengelompokkan Limbah 28
c. Pengelolaan Limbah 29
2. Daur Ulang Limbah 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi operasional 34
B. Metode dan Desain Penelitian 34
C. Populasi dan Sampel penelitian 35
1. Populasi penelitian 35
2. Sampel penelitian 35
D. Instrumen Penelitian 36
E. Analisis Uji Coba Instrumen 39
1. Validitas Butir Soal 39
2. Reliabilitas Tes 39
3. Daya Pembeda 39
(3)
viii
F. Analisis Data 42
1. Kreativitas siswa dalam merancang percobaan dan pembuatan
daur ulang limbah 42
2. Tes esai kemampuan berpikir kreatif 42
3. Korelasi antara kreativitas dalam merancang percobaan dan membuat produk dengan kreativitas berpikir dalam
menjawab esai 43
4. Angket 44
G. Prosedur penelitian 45
1. Tahap Persiapan Penelitian 45
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian 46
H. Alur penelitian 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 49
1. Kreativitas Siswa dalam Merancang Percobaan 50 2. Kreativitas Siswa dalam Membuat Produk 54 3. Kreativitas Berpikir Siswa Berdasarkan Tes Esai Kreativitas
Berpikir 57
4. Korelasi antara kreativitas dalam merancang percobaan dan membuat produk dengan kreativitas berpikir dalam menjawab
esai 59
4. Hasil Angket Respon Siswa 59
(4)
ix
1. Kreativitas siswa dalam merancang percobaan 63
a. Kelancaran (fluency) 63
b. Keluwesan (flexibility) 65
c. Keaslian (originality) 67
d. Kerincian (elaboration) 69
e. Kepekaan (sensitivity) 72
2. Kreativitas siswa dalam membuat produk dari daur ulang limbah 73
a. Kelancaran (fluency) 75
b. Keluwesan (flexibility) 75
c. Keaslian (originality) 77
d. Kerincian (elaboration) 79
e. Kepekaan (sensitivity) 80
3. Kreativitas siswa dalam menjawab tes Esai 82
a. Kelancaran (fluency) 84
b. Keluwesan (flexibility) 86
c. Keaslian (originality) 87
d. Kerincian (elaboration) 88
e. Kepekaan (sensitivity) 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 93
B. Saran 94
(5)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (Poedjiadi) 23 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (Yager) 25
3.1 Alur penelitian 48
4.1 Nilai rata-rata Kreativitas siswa SMK 49
4.2 Nilai rata-rata (%) setiap aspek kreativitas dan setiap bagian penyusun
rancangan 50
4.3 Nilai rata-rata (%) setiap aspek kreativitas dalam merancang
percobaan 51
4.4 Persentase kategori kreativitas dari tiap aspek 52 4.5 Kecenderungan kategori Kreativitas Berpikir Siswa 53 4.6 Nilai rata-rata (%) setiap aspek kreativitas dalam membuat produk 54 4.7 Persentase Jumlah Siswa yang Memunculkan Aspek Kreativitas 55 4.8 Kecenderungan kategori Kreativitas Berpikir Siswa 56 4.9 Nilai rata-rata (%) setiap aspek kreativitas pada tes esai kreativitas 57 4.10 Kecenderungan kategori Kreativitas Berpikir Siswa 58 4.11 Contoh produk yang diberikan asessoris yang tidak lazim 77 4.12 Contoh produk yang dibuat dengan langkah kreatif, unik, dan baru 78
(6)
xi
4.13 Contoh produk yang dibuatoleh siswa yang dinilai oleh para observer
memiliki tingkat ketergunaan tinggi 76
4.14 Contoh kegiatan menambah hiasan-hiasan atau gambar-gambar agar
produk berpenampilan tidak sederhana 77
4.15 Contoh siswa yang memiliki kepekaan yang tinggi ketika membuat
(7)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Kreativitas Berpikir atau Berpikir Kreatif 16 2.2 Perbandingan Model STM dengan Pembelajaran Tradisional 21 2.3 Tahap Pembelajaran melalui Model STM (Poedjiadi, 2010) 24 2.3 Tahap Pembelajaran melalui Model STM (Yager, 1996) 25 3.1 Instrumen Berdasarkan Sumber dan Jenis data 37
3.2 Kisi-Kisi Kreativitas Berpikir 38
3.3 Hasil Analisis Uji coba Butir Soal Esai 41
3.4 Kategori Penilaian Tingkat Kreativitas Berpikir Siswa 42 3.5 Kategori Penilaian Tingkat Kreativitas Berpikir Siswa 43
3.6 Kriteria koefisien korelasi 44
3.7 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui model STM 47 4.1 Jawaban siswa yang tidak termasuk dalam menangkap
masalah-masalah
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi 90
4.2 Jawaban siswa yang termasuk dalam menangkap masalah – masalah
(8)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan nasional tingkat menengah memiliki peranan penting dalam mempersiapkan generasi muda menyongsong masa depan. Siswa harus dipersiapkan menghadapi persaingan global dan pesatnya perkembangan IPTEK, serta memiliki kemauan untuk mengembangkan sains dan menciptakan teknologi yang bermanfaat.Siswa harus dididik menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air (Purwanto, 2011). Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal (Munandar, 2009), karena hanya individu yang mempunyai kemampuan sajalah yang dapat mengaktualisasikan diri dan mempertahankan eksistensinya (Rahmawaty, 2003). Selain itu, Marzano et al (1988) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir yang matang yang dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang sangat potensial dalam pembentukan manusia berkualitas, sebab kemampuan ini sangat diperlukan peranannya dalam memecahkan suatu masalah. Melalui kreativitas, dimungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua
(9)
2
bidang usaha manusia lainnya (Munandar, 2009). Oleh karena itu, kebutuhan akan kreativitas saat ini dirasakan semakin meningkat
Kreativitas selama ini identik dengan bidang seni, padahal pesatnya sains saat ini adalah hasil kreativitas para ilmuwan sains (Barrow, 2010). Peningkatan kebutuhan akan kreativitas ini diakui dalam semua bidang kegiatan manusia, baik di sekolah, keluarga, pekerjaan, pengembangan IPTEK, hingga kegiatan sehari-hari. Akan tetapi, di lain pihak disadari bahwa belum banyak yang dilakukan untuk merealisasikan kebutuhan ini. Salah satu sebabnya adalah kurangnya perhatian dunia pendidikan formal dalam menumbuhkembangkan kreativitas. Misalnya saja di lingkungan sekolah, hingga saat ini belum begitu memperhatikan upaya menumbuhkembangkan kreativitas.
Melalui proses pendidikan, kreativitas berpikir siswa dapat ditumbuhkembangkan melalui latihan berpikir. Keterampilan mencipta adalah implementasi dan aktualisasi dari kreativitas berpikir. Anderson et al (2010) menempatkan mencipta (create) sebagai level keterampilan berpikir tertinggi dalam revisi Taksonomi Bloom, dimana ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing). Jadi, dalam pembelajaran anak harus ditantang untuk berpikir, menemukan masalah, menemukan alternatif solusi, dan menyelesaikannya.
Munandar (1999) menyatakan bahwa pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merancang sendiri kegiatan praktikum merupakan strategi kreatif yang dapat membantu siswa untuk berpikir dan
(10)
3
mengungkapkan diri secara kreatif. Selain itu, Supriadi (1994) mendefinisikan kreativitas pada segi produk kreatif, karena produk kreatif ini merupakan manifestasi dari puncak kreativitas.
Melalui proses pendidikan pula, kreativitas berpikir dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan sains dengan model yang sesuai. Akan tetapi, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, sains makin tidak menyenangkan bagi peserta didik. Begitu pula orang tua dan masyarakat yang menilai bahwa peserta didik kurang dapat memanfaatkan konsep-konsep sains dalam kehidupannya, sehingga muncul tanggapan negatif terhadap sains dan teknologi karena banyak merusak lingkungan (Poedjiadi, 2010). Kenyataan tersebut menuntut dilakukannya suatu perubahan dalam pembelajaran sains sehingga tidak terjadi keterasingan antara materi pembelajaran di sekolah dengan kemajuan teknologi yang terjadi dalam masyarakat (Poedjiadi, 2010).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal-hal yang diharapkan di atas yaitu dengan menerapkan model Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam pembelajaran. Salah satu pola pembelajaran dengan model STM ini yaitu dengan mengaitkan adanya produk-produk teknologi yang ada dalam masyarakat dengan pembelajaran di sekolah. Menurut Rustaman et al (2005), melalui Sains-Teknologi-Masyarakat ini siswa akan terlibat secara aktif dalam kegiatan yang akan dilaksanakan, dalam pengumpulan data, dan menguji gagasan yang dimunculkan.
(11)
4
Model ini pada dasarnya memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan motivasinya dalam membangun pengetahuan yang sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya dan menggunakan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah (Yager, 1996). Kegiatan memecahkan masalah memberi anak-anak kesempatan untuk menggunakan imajinasi mereka dan mencoba mewujudkan ide-ide mereka (Beetlestone, 2011). Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran STM dapat memicu timbulnya kreativitas peserta didik dalam merekonstruksi pengetahuannya (Poedjiadi, 2010).
Adanya keselarasan antara sintaks model pembelajaran STM dengan aspek kreativitas berpikir memungkinkan untuk mengembangkan aspek kreativitas berpikir. Dalam tahapan tersebut, setiap siswa dapat terlibat dalam mengajukan banyak pertanyaan, jawaban, gagasan, memberikan aneka ragam solusi, pertimbangan, penafsiran serta mengembangkan suatu gagasan (Munandar, 2009). Oleh karena itu, model pembelajaran STM ini memiliki andil dalam memacu kreativitas siswa, walaupun bukan satu-satunya faktor penentu tingkat keberhasilan dalam menumbuh-kembangkan kreativitas berpikir.
Pada penelitian sebelumnya, telah diperoleh hasil bahwa model STM telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep, dan mendapat tanggapan positif dari guru ataupun siswa (Sutarjo, 2000; Sopandi, 2000; Sukri, 2000; & Pabunga, 2000), dapat membentuk sikap positif terhadap Sains dan Lingkungan (Sutarjo, 2000;Sukri, 2000) dan dapat meningkatkan keterampilan proses dan aplikasi sains siswa (Sutarjo, 2000).
(12)
5
Konsep kerusakan dan pelestarian lingkungan dengan sub-konsep daur ulang limbah merupakan salah satu konsep yang sangat menarik untuk dibahas, karena limbah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun rumah tangga, kehadirannya tidak dikehendaki lingkungan, karena tidak memberikan nilai manfaat. Oleh karena itu keberadaan limbah perlu mendapat penanganan semaksimal mungkin dengan cara didaur ulang.
Mengingat hal tersebut, siswa SMK sebagai generasi yang dipersiapkan untuk bekerja di bidang industri, akan berhadapan dengan masalah limbah buangan, terutama limbah padat yang tidak terpakai lagi. Peristiwa ini sangat baik untuk dikembangkan menjadi suatu penelitian. Karena untuk menanggulangi limbah dan mendaurulangnya menjadi barang yang bermanfaat dibutuhkan kreativitas tinggi dan kemampuan menerapkan konsep sains dalam kehidupan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Munandar (1999) bahwa anak yang kreatif dapat membuat aneka ragam benda dengan menggunakan bahan-bahan bekas yang sudah tidak terpakai.
Berdasarkan pemikiran yang telah dikemukakan tersebut, penulis ingin mengkaji “Kreativitas siswa SMK dalam merancang percobaan dan membuat produk dari daur ulang limbah melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan diungkap jawabannya dalam penelitian ini dirumuskan menjadi: “Bagaimanakah kreativitas
(13)
6
siswa SMK dalam merancang percobaan dan membuat produk dari daur ulang limbah melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat?”
Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, masalah pokok tersebut di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
a. Bagaimanakah kreativitas siswa SMK dalam merancang percobaan daur ulang limbah melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat? b. Bagaimanakah kreativitas siswa SMK dalam membuat produk dari daur
ulang limbah melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat? c. Bagaimanakah kreativitas berpikir siswa SMK dalam menjawab tes esai
tentang permasalahan lingkungan melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat?
d. Bagaimanakah korelasi antara kreativitas dalam merancang percobaan dan membuat produk dengan kreativitas berpikir dalam menjawab esai.
e. Bagaimanakah respon siswa SMK setelah pembelajaran melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat?
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang tidak terarah, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut.
a. Kreativitas yang dimaksud adalah kreativitas berfikir ranah kognitif dan psikomotorik.
(14)
7
c. Aspek kreativitas yang diukur meliputi aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), kerincian (elaboration), dan kepekaan (sensitivity).
d. Siswa SMK yang dimaksud adalah siswa SMK teknologi jurusan Listrik. e. Bahan kajian yang dibahas terkait dengan materi kerusakan dan
pelestarian lingkungan hidup.
f. Daur ulang yang dimaksud adalah daur ulang sampah anorganik menjadi benda lain yang bermanfaat (Recycle).
g. Bahan daur ulang limbah yang dimaksud yaitu limbah padat organik dan anorganik tak membusuk (rubbish), limbah ini merupakan limbah padat organik atau anorganik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contoh sampah jenis ini adalah selulosa, kertas, plastik, kaca, dan logam.
h. Sains-Teknologi-Masyarakat yang dimaksud adalah suatu model pembelajaran dengan sintaks yang mengacu kepada model empat langkah yang dikemukakan oleh Yager (1996).
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kreativitas siswa SMK dalam merancang percobaan dan membuat produk dari daur ulang limbah melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat. Secara lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk:
(15)
8
1. Mendapatkan informasi mengenai kreativitas siswa SMK dalam merancang percobaan daur ulang limbah melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat.
2. Mendapatkan informasi mengenai kreativitas siswa SMK dalam membuat produk dari daur ulang limbah melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat.
3. Mendapatkan informasi mengenai kreativitas berpikir siswa SMK dalam menjawab tes esai tentang permasalahan lingkungan melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat.
4. Mendapatkan informasi mengenai korelasi antara kreativitas dalam merancang percobaan dan membuat produk dengan kreativitas berpikir dalam menjawab esai.
5. Mendapatkan informasi mengenai respon siswa SMK setelah pembelajaran melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dalam memperbaiki proses pembelajaran IPA di SMK, khususnya pada materi tentang kerusakan dan pelestarian lingkungan hidup. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi siswa
a. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar langsung yang dapat menggali dan menumbuhkembangkan kreativitas dalam mempelajari
(16)
9
materi pelajaran sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang mengaitkan materi pembelajaran di sekolah dengan produk-produk teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi guru
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru tentang gambaran kreativitas siswa dalam merancang percobaan dan membuat produk dari daur ulang limbah melalui model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan alternatif bagi guru tentang model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menggali dan menumbuhkembangkan kreativitas.
c. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan alternatif bagi guru tentang model pembelajaran yang dapat mengaitkan adanya produk-produk teknologi yang ada di masyarakat dengan pembelajaran di sekolah.
3. Bagi masyarakat dan peneliti lain
a. Proses pembelajaran melalui model Sains-Teknologi-Masyarakat diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi lingkungan masyarakat, yaitu dalam upaya pelestarian lingkungan hidup melalui kegiatan mendaur ulang limbah.
(17)
10
b. Memberikan informasi dan saran kepada peneliti lain yang mencoba menggunakan model pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat dalam pembelajaran Sains (IPA).
F. Asumsi
Model ini pada dasarnya memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan motivasinya dalam membangun pengetahuan yang sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya dan menggunakan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah (Yager, 1996). Kegiatan memecahkan masalah memberi anak-anak kesempatan untuk menggunakan imajinasi mereka dan mencoba mewujudkan ide-ide mereka (Beetlestone, 2011). Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran STM dapat memicu timbulnya kreativitas peserta didik dalam merekonstruksi pengetahuannya (Poedjiadi, 2010).
G. Hipotesis
Pembelajaran menggunakan model Sains-Teknologi-Masyarakat dapat mengembangkan kreativitas siswa SMK dalam merancang percobaan dan membuat produk dari daur ulang limbah.
(18)
34 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:
1. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan siswa yang mencerminkan kelancaran (Fluency), keluwesan (Flexibility), keaslian (Originality), kerincian (Elaboration) dan kepekaan (Sensitivity) dalam merancang percobaan dan membuat produk daur ulang limbah pada materi kerusakan dan pelestarian lingkungan.
2. Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) yang dimaksud merupakan model pembelajaran yang menyajikan IPA dengan mengangkat isu lingkungan hidup mengenai sampah atau limbah padat anorganik, yang selanjutnya akan di daur ulang menjadi produk yang bermanfaat.
3. Daur ulang yang dimaksud adalah upaya mengolah bahan anorganik yang tidak terpakai lagi (limbah) menjadi barang baru yang bermanfaat melalui kreativitas masing-masing siswa pada pembelajaran.
B. Metode dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat pre-experimental design tipe one-shot case study. Desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen
(19)
35
itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara acak (Sugiyono, 2011).
Desain dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut (Fraenkel & Wallen,2007):
X O
X = Perlakuan yang diberikan (Variabel independen) O = Observasi (Variabel dependen)
Desain itu dapat dibaca sebagai berikut: Terdapat suatu kelompok diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
C. Populasi dan Sampel penelitian 1. Populasi penelitian
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keseluruhan siswa SMKN 1 Cimahi kelas X semester Ganjil 2011-2011. Sekolah ini berlokasi di jalan Mahar Martanegara Cimahi.
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian dalam penelitian ini yaitu siswa jurusan listrik Industri sebanyak satu kelas dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Pertimbangan digunakannya teknik purposive sampling ini karena jurusan listrik industri memiliki karakteristik pendidikan membuat suatu produk, yaitu berupa sistem rangkaian listrik dan alat-alat listrik.
(20)
36 D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa LKS, rubrik, dan lembar observasi yang bertujuan untuk menilai kreativitas berpikir dalam penyelesaian masalah lingkungan melalui kegiatan merancang percobaan, membuat produk dan tes esai sebagai data penunjang.
Tes esai kreativitas terdiri dari lima butir soal berupa tes esai tentang permasalahan kerusakan lingkungan yang hasilnya kemudian dinilai menggunakan skala penilaian tes kreativitas. Rubrik kreativitas siswa dalam merancang percobaan daur ulang limbah digunakan untuk menilai hasil rancangan siswa. Rubrik ini terdiri dari 12 bagian rancangan yang tersusun dari bagian judul, tujuan, alat dan bahan, dasar teori dan langkah kerja.
Lembar observasi kreativitas siswa dalam membuat produk daur ulang limbah berisi daftar cek jenis perilaku siswa yang mencerminkan indikator perilaku kreativitas. Kegiatan menilai menggunakan lembar observasi dibantu oleh tujuh orang observer yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan untuk menyamakan persepsi tentang kriteria yang diobservasi pada rubrik kreativitas siswa dalam membuat produk dari daur ulang limbah.
Angket terdiri dari 20 butir pertanyaan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran, dan wawancara terdiri dari 10 butir pertanyaan untuk menjaring tanggapan guru terhadap model pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun rincian instrumen yang digunakan berdasarkan sumber dan jenis data dapat dilihat pada Tabel 3.1.
(21)
37
Tabel 3.1.Instrumen Berdasarkan Sumber dan Jenis Data Sumber
data Jenis data Instrumen
Siswa
Kreativitas berpikir dalam penyelesaian masalah lingkungan
1. Tes esai
2. Skala penilaian tes esai kreativitas 3. Lembar kerja siswa (LKS)
Kreativitas dalam merancang percobaan
4. Rubrik kreativitas siswa dalam merancang percobaan daur ulang limbah
Kreativitas dalam membuat produk
5. Rubrik kreativitas siswa dalam membuat produk daur ulang limbah
6. Lembar observasi kreativitas siswa dalam membuat produk daur ulang limbah
Tanggapan terhadap model
pembelajaran
7. Angket
Guru 8. Wawancara
Keseluruhan indikator instrumen mengacu pada Munandar (1999) dan Urban (1995) yang meliputi aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), kerincian (elaboration), dan kepekaan (sensitivity). Adapun kisi-kisi untuk setiap jenis instrumen tertera pada Tabel 3.2.
(22)
38
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kreativitas Berpikir
Aspek
kreativitas Perilaku Siswa
Nomor butir soal /
observasi Jum-lah % Tes esai Meran-cang Mem -buat Kelancaran (Fluency)
Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada pertanyaan 1
4 18,2 Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah 3 Lancar mengungkapkan
gagasan-gagasannya 9
Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain.
1
Keluwesan
(Flexibi-lity)
Menggolongkan hal-hal
menurut kategori yang berbeda-beda.
2
4 18,2 Memberikan macam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah
1 Dapat melihat suatu masalah
dari sudut pandang yang berbeda-beda
5 Memberikan aneka ragam
penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek.
2 Keaslian
(Origina-lity)
Memikirkan masalah masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain
3 2,7,11 3 5 22,7
Kerincian
(Elabora-tion)
Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah yang
terperinci
4 4,8,10
6 27,2 Menambahkan garis-garis atau
warna, dan detail atau bagian-bagian terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
12 Mempunyai rasa keindahan yang
kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang sederhana
4 Kepekaan
(Sensiti-vity)
Menangkap masalah-masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi
5 6 5 3 13,7
(23)
39 E. Analisis Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diujicobakan adalah tes esai kreativitas merancang yang berjumlah 5 soal. Untuk menganalisis soal-soal yang telah diuji-cobakan digunakan rumus-rumus analisis butir soal uraian sebagai berikut :
1. Validitas Butir Soal
Pengujian validitas butir soal dilakukan untuk mengukur tingkat kevalidan soal tersebut. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Sudijono,2011). Setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan uji Anates versi 4.0.9 maka diperoleh koefisien validasi untuk setiap butir soal termasuk sedang dan tinggi (Tabel 3.3).
2. Reliabilitas Tes
Perhitungan nilai reliabilitas tes bermanfaat untuk mengetahui keajegan soal. Reliabilitas ini berhubungan dengan masalah ketetapan atau keajegan suatu hasil tes. Dalam hal ini ajeg atau tetap tidak selalu harus sama tetapi mengikuti perubahan yang ajeg.
Setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan uji Anates versi 4.0.9 maka diperoleh koefisien reliabilitas untuk setiap butir soal tes tergolong tinggi (Tabel 3.3). Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas tes ini menggunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003).
3. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda suatu soal diperlukan untuk mengetahui bahwa suatu soal dapat membedakan atau tidak dapat membedakan antara siswa yang
(24)
40
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).
Setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan uji Anates versi 4.0.9 maka diperoleh indeks daya pembeda untuk setiap butir soal tes termasuk baik, agak baik, dan sangat baik (Tabel 3.3). Tolok ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda menggunakan kriteria menurut Suherman (2003).
4. Tingkat Kesukaran
Menentukan tingkat kesukaran butir soal dilakukan dengan cara menghitung proporsi skor yang dicapai siswa kelompok atas dan bawah terhadap skor idealnya.
Setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan uji Anates versi 4.0.9 maka diperoleh tingkat kesukaran untuk setiap butir soal tes termasuk kategori sedang (Tabel 3.3). Kriteria acuan untuk menentukan tingkat kesukaran mengacu kepada Suherman (2003).
Berdasarkan hasil uji coba didapatkan reliabilitas sebesar 0,61 sehingga reliabilitas soal kemampuan berfikir kreatif dikategorikan tinggi. Berikut ini rekap hasil analisis uji coba butir soal esai tabel validitas dan reliabilitas butir soal.
(25)
41
Tabel 3.3 Hasil Analisis Uji coba Butir Soal Esai No
Soal
Analisis
uji coba Hasil Keterangan Reliabilitas Keterangan Keputusan
1
Validitas 0,423 Cukup
0,61 Tinggi
Dipakai Daya
pembeda 30,36 Baik Tingkat
kesukaran 51,39 Sedang
2
Validitas
0,733 Tinggi
Dipakai Daya
pembeda 36,11 Baik Tingkat
kesukaran 62,50 Sedang
3
Validitas
0,496 Cukup
Dipakai Daya
pembeda 30,56 Baik Tingkat
kesukaran 48,61 Sedang
4
Validitas
0,452 Cukup
Dipakai Daya
pembeda 25,00 Agak baik Tingkat
kesukaran 68,06 Sedang
5
Validitas
0,654 Tinggi
Dipakai Daya
pembeda 50,00
Sangat baik Tingkat
(26)
42 F. Analisis Data
1. Kreativitas siswa dalam merancang percobaan dan pembuatan daur ulang limbah
Data hasil analisis diolah dan dikonversikan melalui kategorisasi dalam bentuk persentase (%) (Purwanto, 2006). Dengan rumus sebagai berikut.
NP =
x 100%
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap
Untuk menginterpretasikan data, maka digunakan pedoman kategori sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kategori Penilaian Tingkat Kreativitas Berpikir Siswa 81-100 % Sangat tinggi
61-80 % Tinggi
41-60 % Sedang
21-40 % Rendah
0-20 % Sangat rendah
(Syah, 2003) 2. Tes esai kemampuan berpikir kreatif
Pengolahan Data Tes Kreativitas Berpikir adalah sebagai berikut:
a) Menghitung jumlah skor benar setiap butir soal yang telah diperoleh siswa b) Mengkonversi skor mentah yang diperoleh siswa menjadi nilai dalam
bentuk persentase. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Purwanto,2006).
(27)
43
NP =
Rx 100 %
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum ideal dari tes yang
bersangkutan 100 = Bilangan tetap
Untuk menginterpretasikan data, maka digunakan pedoman kategori sebagai berikut:
Tabel 3.5. Kategori Penilaian Tingkat Kreativitas Berpikir Siswa 81-100 % Sangat tinggi
61-80 % Tinggi
41-60 % Sedang
21-40 % Rendah
0-20 % Sangat rendah
(Syah, 2003)
3. Korelasi antara kreativitas dalam merancang percobaan dan membuat produk dengan kreativitas berpikir dalam menjawab esai
Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel tersebut (Arikunto, 2006). Untuk mengukur hubungan antara kreativitas dalam merancang percobaan dan membuat produk dengan kreativitas berpikir dalam menjawab esai dapat diketahui dengan menghitung rumus korelasi sebagai berikut.
(28)
44
= n ∑ XY − ∑ X ∑ Y
{n ∑ X − (∑ X) } {n ∑ Y – (∑ Y) }
Keterangan:
r : Koefisien korelasi
Y : Nilai kreativitas berpikir dalam menjawab esai permasalahan lingkungan
X : Nilai kreativitas merancang percobaan dan membuat produk
n : Jumlah siswa
Adapun arti dari korelasi r dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut (Boediono & Koster, 2002).
Tabel 3.6.Kriteria Koefisien Korelasi r Rentang Interpretasi 0,90 < r <1,00 Sangat Kuat 0,70 < r <0,90 Kuat 0,50 < r <0,70 Moderat 0,30 < r <0,50 Lemah 0,00 < r <0,30 Sangat Lemah
4. Angket
Angket dianalisis melalui persentase jawaban siswa dengan menggunakanteknik persentase berikut ini:
% Respon siswa = !
(29)
45 G. Prosedur penelitian
Secara garis besar penelitian yang dilakukan terbagi kedalam dua tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Menganalisis materi pada kurikulum KTSP, SKL, studi literatur mengenai model pembelajaran, dan perumusan masalah.
b. Menyusun proposal penelitian.
c. Melaksanakan seminar proposal penelitian.
d. Memperbaiki proposal penelitian dengan mempertimbangkan masukan-masukan yang diperoleh selama seminar proposal penelitian e. Penyusunan instrumen penelitian.
f. Menyusun instrumen penelitian berupa soal esai lembar observasi dan angket respon siswa.
g. Meminta pertimbangan (judgement) RPP kepada dosen ahli dan diperbaiki berdasarkan hasil judgement.
h. Meminta pertimbangan instrumen utama kepada dosen ahli kemudian diperbaiki berdasarkan hasil judgement.
i. Melakukan uji coba instrumen soal kreativitas berpikir siswa pada kelas lain yang sederajat selain kelas penelitian, dan hasilnya dianalisis.
j. Merevisi instrumen berdasarkan hasil uji coba.
k. Mengurus surat-surat perijinan ke intansi terkait untuk menunjang pelaksanaan penelitian.
(30)
46 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan tahapan orientasi siswa pada permasalahan kerusakan lingkungan yang banyak terjadi di lingkungan setempat, yaitu permasalahan sampah. Kemudian guru mengarahkan dan mengorganisasikan siswa untuk belajar dan membimbing mereka untuk berdiskusi secara kelompok untuk menyelidiki tentang solusi penyelesaian permasalahan sampah secara kelompok, dan merancang percobaan daur ulang limbah dari bahan-bahan yang banyak terdapat disekitar mereka menjadi produk berteknologi yang bermanfaat secara individual.
Pada pembelajaran yang kedua, siswa diarahkan untuk merealisasikan upaya penyelesaian masalah dengan cara menyajikan atau menciptakan hasil karya sesuai kemampuannya. Berbagai bentuk karya atau produk yang dihasilkan siswa dapat mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan berdasarkan potensi kreatif yang dimilikinya.
Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran mulai dari tahap 1 hingga tahap 3. Pada pertemuan kedua dilaksanakan melanjutkan pembelajaran tahap ke-4. Adapun rincian kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 3.6.
(31)
47
Tabel 3.7. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Melalui Model Sains-Teknologi-Masyarakat
Tahapan Kegiatan
Tahap 1 : Invitasi
Guru membuka pembelajaran dengan menunjukkan
penumpukan limbah padat di sungai dan penumpukan limbah elektronik di tempat penampungan untuk menarik perhatian siswa(ditunjukkan dengan gambar).
Guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai kerusakan dan pelestarian lingkungan dengan mengajukan
pertanyaan.”Kita sering mendengar bahwa lingkungan saat ini telah banyak yang rusak dan tercemar, sebenarnya apa yang menyebabkan hal tersebut?” dan “Bagaimanakah pendapat kalian jika dikatakan bahwa teknologi berdampak buruk bagi lingkungan?karena banyak hasil teknologi, diantaranya limbah-limbah yang tampak pada gambar, merupakan hasil dari teknologi”atau “Menurut kalian bagaimana caranya agar teknologi dapat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan?” Guru menuliskan pada papan tulis kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa pada pembelajaran kali ini, serta menyebutkan tujuan pembelajaran kali ini, yaitu supaya siswa dapat memahami gejala alam biotik, yang meliputi penyebab dan cara penanggulangannya, dan dikaitkan dalam konteks Sains-Teknologi-Masyarakat.
Tahap 2 : Eksplorasi
Guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri atas 5-6 siswa. Masing-masing siswa diberikan LKS untuk didiskusikan bersama kelompoknya.
Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi di kelompoknya masing-masing untuk membahas pertanyaan-pertanyaan pada LKS.
Tahap 3 : Penjelasan
dan solusi
Guru mengarahkan siswa untuk merancang suatu produk, seperti yang diperintahkan dalam LKS, menggunakan bahan-bahan yang telah ditugaskan.
Tahap 4 : Pengambilan
tindakan
Guru mengarahkan siswa untuk merancang percobaan produk daur ulang limbah, dimana setiap anggota kelompok harus membuat produk yang berbeda.Siswa diberikan lembar rancangan dan hasilnya dikumpulkan kepada guru.
(32)
48 H. Alur penelitian
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah gambaran penelitian yang dituliskan dalam sebuah alur.
Gambar 3.1.Alur penelitian
Analisis data dan pembahasan
Hasil penelitian
Kesimpulan Tes esai Laporan merancang
percobaan
produk Angket dan wawancara
Perbaikan Penyusunan rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) teks bahan ajar, media pembelajaran,
dan instrumen penelitian
Penentuan validitas isi RPP, bahan ajar, media pembelajaran dan instrumen penelitian
Uji coba soal instrumen
Implementasi model pembelajaran, Pertemuan 1: Siswa mengerjakan tugas di LKS 1, melalui diskusi kelompok dan merancang percobaan
Pertemuan 2: Siswa membuat produk daur ulang limbah observasi Studi kepustakaan
Model S-T-M, kreativitas, daur ulang limbah
Analisis standar isi pokok bahasan dan standar kompetensi lulusan (SKL)
(33)
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kreativitas siswa umumnya terkembangkan dengan baik, yaitu terkategori sedang dalam merancang percobaan dan menjawab tes esai, dan terkategori tinggi dalam membuat produk. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui model Sains-Teknologi-Masyarakat, melalui kegiatan merancang percobaan dan membuat produk, dan melalui materi daur ulang limbah pada konsep kerusakan dan pelestarian lingkungan dapat mengembangkan kreativitas siswa.
Berdasarkan data korelasi yang terkategori moderat (sedang) berarti dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa dalam merancang percobaan dan membuat produk hanya berpengaruh moderat terhadap kreativitas berpikir dalam menjawab soal esai tentang permasalahan lingkungan.
Melalui angket respon, kebanyakan siswa menyatakan bahwa model Sains-Teknologi-Masyarakat dapat membuat mereka lebih kreatif, lebih memahami konsep lingkungan, dan dapat meningkatkan minat terhadap sains. Seluruh siswa setuju bahwa pembelajaran IPA harus dikaitkan dengan keahlian vocational mereka, seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
(34)
94
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran melalui model Sains-Teknologi-Masyarakat perlu direncanakan dengan lebih baik, seperti alokasi waktu, materi yang diajarkan, dan pengenalan model pembelajaran di awal pertemuan. 2. Memberikan pembelajaran yang tidak terlalu formal, sehingga siswa
merasakan suasana yang lebih nyaman.
3. Menyediakan waktu perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
(35)
95
DAFTAR PUSTAKA:
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R.(Eds) (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom).Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Arikunto, S.(2006). Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.
Aripin,I dan Marissa, R.(2010).”Model Pembelajaran Science-Technology-Society”. Makalah pada Sekolah Pascasarjana UPI.
Ayan, J.E. (2002). Bengkel Kreativitas: 10 Cara Menemukan Ide-Ide Pamungkas Melalui Pergaulan, Lingkungan, Permainan, Bacaan, Seni, Teknologi, Berpikir, Alam Bawah Sadar, & Jiwa kreatif. Bandung: kaifa.
Barrow, L. (2010).”Encouraging Creativity with Scientific Inquiry” Creative Education, 2010, 1, 1-6.
Beetlestone, F (2011). ”Creative learning”. Philadelphia: Open University Press. Boediono & Koster. (2002). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Buzan, T. (2002). Sepuluh Cara Jadi Orang yang Jenius Kreatif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
De caroli, M dan Sagone, E (2010). Mental Synthesis and Creative Thinking in Learning Disabled Children. Catania: University of Catania Italy.
Fatmawati,B. (2011). Pembelajaran Berbasis Proyek pada Mata Kuliah Mikrobiologi Untuk Meningkatkan Berfikir Kreatif. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Fraenkel, J & Wallen, N. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGrawHill.
Juricevic, M (2009). Creativity in Zone of Proximal Motivational Development Ljubjana : Faculty of Education Lbjuljana University Slovenia.
Kim, YS., Lee, S W.,& Jeong, JY. (2009). Creativity Training Programs For Cognitive Components of Creativity
(36)
96
/Design%20reativity/Creativity%20Training%20Programs%20for%20Cog
nitive%20Components%20of%20Creativity.pdf (11 November 2011).
Manik, K. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
Mansour, N. (2009). Science-Technology-Society (STS) a New Paradigm in Science Education. University of Exeter, United Kingdom [Online]: http://bst.sagepub.com/content/29/4/287 [10 Oktober 2011].
Marzano, R.J, et al. (1988). Dimensions of Thinking: A Frame Work for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development.
Munandar, U.(1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua). Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Pabunga, D.B.(1999). Pengajaran Makanan dan Kesehatan dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat. Tesis SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Poedjiadi, A.(2010). Sains-Teknologi-Masyarakat, Model Pembelajaran Konstektual Bermuatan Nilai. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pramono, S.S (2004). Studi Mengenai Komposisi Sampah Perkotaan di
Negara-negaraBerkembang.Jakarta:UniversitasGunadarma.[Online].Tersedia:http:
//www.Sampah /komposisisampahperkotaan/sigitpramo no/pdf [12 juni
2008]
Purwanto, N.(2011). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, N. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwendro, S dan Nurhidayat. (2007). Mengolah Sampah untuk Pupuk Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahmawaty, E.S. (2003). Kreativitas Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Belajar. Tesis SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(37)
97
Rustaman, N; Dirjosoematro, S; Yudianto, S; Achmad, Y; Subekti, R; Rochintaniawati, D; Kusumastuti, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Sastrawijaya, A.T. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Semiawan, C.(1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Setiawan, I.(2011). Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOG RAFI/197106041999031IWAN_SETIAWAN/Pencegahan_dan_penanggu
langan_pencemaran.pdf. [12 Desetber 2011]
Shochib, R.(2008). ”Konsep Pengelolaan Sampah di Kawasan Industri”. Jurnal Teknik Lingkungan. 4,(2),131-142.
Silver, E. (1997). Fostering Creativity Through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing.http:// www.fiz.karisruhe.de/fiz/publications/zzdm ZDM Volume 29 (June 1997)
Number 9. Electronic Edition ISSN 1615-675X. [30 Desember 2011]
Sopandi, E (2000). Pembelajaran Biologi Melalui Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Pada Konsep Lingkungan di MAN Jambi. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sudijono, A (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sudjana.(1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, E.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sutrisno, J.(2008). Pengaruh Pemakaian LKS Jenis tertentu Terhadap Kemampuan Membaca dan Berpikir kritis Pada Siswa SD tingkat
Rendah.[Online].Tersedia:http://www.erlangga.co.id/artikel/pendidikan/355-exatple-pages-and-tenu-links.httl[16 Januari 2012].
Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,, dan R & D. Bandung: Alfadeta
Sukri (2000). Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M) dalam Pembelajaran Biologi. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(38)
98
Supriadi, D.(1997). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.
Surtikanti, H.(2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press .
Surtikanti, H.(2007). Toksikologi Lingkungan. Bandung: Program Studi Biologi UPI
Sutarjo. (2000). Pembelajaran Biologi Melalui Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat untuk Meningkatkan Pemahaman, Konsep, Keterampilan Proses, Sikap, dan Aplikasi Sains Bagi Siswa Madrasah Aliyah. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Stiggins R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.
Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Urban, K. (1995). Creativity, a Handbook of Teacher. Singapore: World
Scientific Publishing.
Wardani, S. (2009).Aktivitas pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematik dalam pembelajaran inkuiry silver untuk mengembangkan kreativitas matematik siswa. [Online]. Tersedia :
http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02/aktivitas-pemecahan-masalah-dan.html. [2 Januari 2012]
Yager, R (1996).Science-Technology-Society As Reform in Science Education. Albany: State university of New York
Yudha, A.S. (2004). Berpikir Kreatif Pecahkan Masalah. [Online]. Tersedia:
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0409/07394.htm [ 1 Desember
(1)
93 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kreativitas siswa umumnya terkembangkan dengan baik, yaitu terkategori sedang dalam merancang percobaan dan menjawab tes esai, dan terkategori tinggi dalam membuat produk. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui model Sains-Teknologi-Masyarakat, melalui kegiatan merancang percobaan dan membuat produk, dan melalui materi daur ulang limbah pada konsep kerusakan dan pelestarian lingkungan dapat mengembangkan kreativitas siswa.
Berdasarkan data korelasi yang terkategori moderat (sedang) berarti dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa dalam merancang percobaan dan membuat produk hanya berpengaruh moderat terhadap kreativitas berpikir dalam menjawab soal esai tentang permasalahan lingkungan.
Melalui angket respon, kebanyakan siswa menyatakan bahwa model Sains-Teknologi-Masyarakat dapat membuat mereka lebih kreatif, lebih memahami konsep lingkungan, dan dapat meningkatkan minat terhadap sains. Seluruh siswa setuju bahwa pembelajaran IPA harus dikaitkan dengan keahlian vocational mereka, seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
(2)
94 B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran melalui model Sains-Teknologi-Masyarakat perlu direncanakan dengan lebih baik, seperti alokasi waktu, materi yang diajarkan, dan pengenalan model pembelajaran di awal pertemuan. 2. Memberikan pembelajaran yang tidak terlalu formal, sehingga siswa
merasakan suasana yang lebih nyaman.
3. Menyediakan waktu perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
(3)
95
DAFTAR PUSTAKA:
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R.(Eds) (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom).Yogyakarta:Pustaka pelajar.
Arikunto, S.(2006). Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.
Aripin,I dan Marissa, R.(2010).”Model Pembelajaran Science-Technology-Society”. Makalah pada Sekolah Pascasarjana UPI.
Ayan, J.E. (2002). Bengkel Kreativitas: 10 Cara Menemukan Ide-Ide Pamungkas Melalui Pergaulan, Lingkungan, Permainan, Bacaan, Seni, Teknologi, Berpikir, Alam Bawah Sadar, & Jiwa kreatif. Bandung: kaifa.
Barrow, L. (2010).”Encouraging Creativity with Scientific Inquiry”Creative Education, 2010, 1, 1-6.
Beetlestone, F (2011). ”Creative learning”. Philadelphia: Open University Press. Boediono & Koster. (2002). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Buzan, T. (2002). Sepuluh Cara Jadi Orang yang Jenius Kreatif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
De caroli, M dan Sagone, E (2010). Mental Synthesis and Creative Thinking in Learning Disabled Children. Catania: University of Catania Italy.
Fatmawati,B. (2011). Pembelajaran Berbasis Proyek pada Mata Kuliah Mikrobiologi Untuk Meningkatkan Berfikir Kreatif. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Fraenkel, J & Wallen, N. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGrawHill.
Juricevic, M (2009). Creativity in Zone of Proximal Motivational Development Ljubjana : Faculty of Education Lbjuljana University Slovenia.
Kim, YS., Lee, S W.,& Jeong, JY. (2009). Creativity Training Programs For Cognitive Components of Creativity
(4)
96
/Design%20reativity/Creativity%20Training%20Programs%20for%20Cog nitive%20Components%20of%20Creativity.pdf (11 November 2011). Manik, K. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
Mansour, N. (2009). Science-Technology-Society (STS) a New Paradigm in Science Education. University of Exeter, United Kingdom [Online]: http://bst.sagepub.com/content/29/4/287 [10 Oktober 2011].
Marzano, R.J, et al. (1988). Dimensions of Thinking: A Frame Work for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development.
Munandar, U.(1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua). Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Pabunga, D.B.(1999). Pengajaran Makanan dan Kesehatan dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat. Tesis SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Poedjiadi, A.(2010). Sains-Teknologi-Masyarakat, Model Pembelajaran Konstektual Bermuatan Nilai. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pramono, S.S (2004). Studi Mengenai Komposisi Sampah Perkotaan di
Negara-negaraBerkembang.Jakarta:UniversitasGunadarma.[Online].Tersedia:http: //www.Sampah /komposisisampahperkotaan/sigitpramo no/pdf [12 juni 2008]
Purwanto, N.(2011). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, N. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwendro, S dan Nurhidayat. (2007). Mengolah Sampah untuk Pupuk Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahmawaty, E.S. (2003). Kreativitas Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Belajar. Tesis SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(5)
97
Rustaman, N; Dirjosoematro, S; Yudianto, S; Achmad, Y; Subekti, R; Rochintaniawati, D; Kusumastuti, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Sastrawijaya, A.T. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Semiawan, C.(1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Setiawan, I.(2011). Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOG RAFI/197106041999031IWAN_SETIAWAN/Pencegahan_dan_penanggu langan_pencemaran.pdf. [12 Desetber 2011]
Shochib, R.(2008). ”Konsep Pengelolaan Sampah di Kawasan Industri”. Jurnal Teknik Lingkungan. 4,(2),131-142.
Silver, E. (1997). Fostering Creativity Through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing.http:// www.fiz.karisruhe.de/fiz/publications/zzdm ZDM Volume 29 (June 1997) Number 9. Electronic Edition ISSN 1615-675X. [30 Desember 2011] Sopandi, E (2000). Pembelajaran Biologi Melalui Pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Pada Konsep Lingkungan di MAN Jambi. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sudijono, A (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sudjana.(1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, E.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sutrisno, J.(2008). Pengaruh Pemakaian LKS Jenis tertentu Terhadap Kemampuan Membaca dan Berpikir kritis Pada Siswa SD tingkat Rendah .[Online].Tersedia:http://www.erlangga.co.id/artikel/pendidikan/355-exatple-pages-and-tenu-links.httl[16 Januari 2012].
Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,, dan R & D. Bandung: Alfadeta
Sukri (2000). Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M) dalam Pembelajaran Biologi. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(6)
98
Supriadi, D.(1997). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.
Surtikanti, H.(2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press .
Surtikanti, H.(2007). Toksikologi Lingkungan. Bandung: Program Studi Biologi UPI
Sutarjo. (2000). Pembelajaran Biologi Melalui Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat untuk Meningkatkan Pemahaman, Konsep, Keterampilan Proses, Sikap, dan Aplikasi Sains Bagi Siswa Madrasah Aliyah. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Stiggins R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.
Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Urban, K. (1995). Creativity, a Handbook of Teacher. Singapore: World
Scientific Publishing.
Wardani, S. (2009).Aktivitas pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematik dalam pembelajaran inkuiry silver untuk mengembangkan kreativitas matematik siswa. [Online]. Tersedia :
http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02/aktivitas-pemecahan-masalah-dan.html. [2 Januari 2012]
Yager, R (1996).Science-Technology-Society As Reform in Science Education. Albany: State university of New York
Yudha, A.S. (2004). Berpikir Kreatif Pecahkan Masalah. [Online]. Tersedia: http://www.kompas.com/kesehatan/news/0409/07394.htm [ 1 Desember 2011]