Hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa MTs Fatahillah Buncit raya Kalibata Pulo

(1)

1

BUNCIT RAYA KALIBATA PULO

Oleh :

Eva Sofawati

NIM. 102011023594

JURUSAN PENDI DI KAN AGAMA I SLAM

FAKULTAS I LMU TARBI YAH DAN KEGURUAN


(2)

JAKARTA

1427 H/ 2006 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Akhlak Siswa MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal 17 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 17 November 2006

Sidang Munaqasyah

Dekan / Pudek I /

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Rosyada, MA. Prof. Dr. H. A. Fachrurozi, MA.

NIP. 150 231 356 NIP. 150 202 343

Anggota :

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. HM. Ardani Drs. Abdul Haris, M.Ag


(3)

HUBUNGAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN

AKHLAK SISWA MTs FATAHILLAH BUNCIT RAYA KALIBATA PULO JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Eva Sofawati

NIM. 102011023594

Di bawah Bimbingan:

Dr. H. Abd.Rahman Ghazaly, M.A

NIP. 150 063 509

JURUSAN PENDI DI KAN AGAMA I SLAM ( PAI ) FAKULTAS I LMU TARBI YAH DAN KEGURUAN ( FI TK)

UI N SYARI F HI DAYATULLAH JAKARTA


(4)

KATA PENGANTAR

¯2Ù{´



­G¡‹+݉ƒo

¯2lµƒo

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha Penyayang Lagi Maha Kuasa, yang telah memberikan kekuatan kepada penulis. untuk menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga Hari Pembalasan.

Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami dan dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan–bahan, maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik–baiknya sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, seyogyanyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi–tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, terutama kepada Bapak Dr. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.A, selaku pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya guna memberi bimbingan dan arahan kepada penulis. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Dekan, pembantu Dekan, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pendidikan dan pengajaran selama masa pendidikan penulis.

2. Ketua dan sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) beserta staf.

3. Ibu Dra. Hj. Elo Al-Bugis, dosen penasehat akademik yang telah memberikan motivasi, saran dan semnagat kepada penulis selama masa perkuliahan.


(5)

4. Kepala MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo Jakarta Selatan, Bapak H. Abd Salam S. Pd, wakil kepala, dewan guru, dan staf karyawan TU yang telah membantu penulis dalam memperoleh informasi dan data-data penelitian dalam menyusun skripsi ini.

5. Bpk. Rozali Yusuf, guru aqidah akhlak MTs Fatahillah, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan-masukan dan semangat kepada penulis. 6. Kedua Orang tua penulis, Ayahanda Fathullah Amsir dan Ibunda Wardah yang

mendidik penulis sejak buaian hingga sekarang, yang selalu berjuang dan banyak memberikan pengorbanan baik moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan kuliah. Terima kasih banyak atas perjuangan ayahanda dan ibunda tercinta, penulis tidak mungkin dapat membalasnya.

7. Kakak dan adik tercinta (Farwiah, Syaiful Anwar, Rere, Hanny, Muaz) dan keponakan-keponakanku (Dhia, Dafi dan Azwa), terima kasih atas semangat yang diberikan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku (Ida, umi, wiwin, ira, ucum, tuti, fieroh), serta teman-teman PAI-D Angkatan 02 (khususnya Ana, chimoel, salsa, mae, cocom, juju, yuli dan semuanya). Terima kasih atas semangat, persahabatan dan keceriaan yang tak terlupakan.

9. “Alby…”Anhar Rosidi dan keluarga, yang selalu menemani penulis dalam setiap situasi. Terima kasih atas perhatian, semangat dan cinta yang diberikan kepada penulis.


(6)

10.Staf perpustakaan utama UIN, staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, serta staf perpustakaan Islam Iman Jama’ yang telah banyak membantu penulis atas referansi buku-bukunya.

11.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis.

Semoga amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah swt dan dibalas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Mujibas Sailin.

Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya dalam memasuki dunia pendidikan di masa yang akan datang. Amien.

Jakarta, November 2006


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..iii

DAFTAR ISI………vi

DAFTAR TABEL………ix

BAB I

PENDAHULUAN………

…1

A. Latar Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Judul………5

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah………..6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………7

D. Sistematika Penulisan………..9

BAB II

KAJIAN

TEORI………..9

A. Pembelajaran Aqidah Akhlak di Mts………..9

1. Pengertian Pembelajaran ……….……….9

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran…………..12

3. Pengertian Aqidah Akhlak………...14

4. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs……….17

5. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs………18

B. Akhlak Siswa……….22


(8)

2. Pengertian Siswa………..26

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak……….27

4. Akhlak Siswa yang Diharapakan……….30

C. Kerangka berfikir dan Hipotesis………30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...33

A. Tempat dan Waktu Penelitian……….……...33

B. Variabel Penelitian……….33

C. Populasi dan Sampel………..35

D. Teknik Pengumpulan Data………36

E. Teknik Analisis Data……….40

BAB IV HASIL PENELITIAN………...47

A. Gambaran Umum MTs Fatahillah Buncit Raya Pulo Kalibata 1. Sejarah Berdirinya………...47

2. Visi, Misi dan Tujuan………..48

3. Letak Geografis………...48

4. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan………..49

5. Sarana dan Prasarana………...53

6. Struktur Organisasi………..53

B. Deskripsi Data………...55

C. Analisis Data……….70


(9)

BAB V PENUTUP………..74

A. Kesimpulan………74

B. Saran-Saran………75

DAFTAR PUSTAKA……… 77


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel

Penelitian………....33 Tabel 2 Pengambilan

sample……….36 Tabel 3 Kisi-kisi

angket……….39 Tabel 4 Pengukuran secara deskriptif variabel X………..42

Tabel 5 Pengukuran secara deskripsi variabel Y………...42

Tabel 6 Interpretasi

data………47 Tabel 7 Keadaan siswa MTs

Fatahillah……….50 Tabel 8 Keadaan guru MTs Fatahillah ………..51


(11)

Tabel 9 Struktur

organisasi………54 Tabel 10 Kedisiplinan waktu

mengajar………...55 Tabel 11 Kedisiplinan waktu belajar

………..56

Tabel 12 Mengulang pelajaran yang lalu

………57 Tabel 13 Materi sesuai dengan kurikulum ……….58

Tabel 14 Menjelaskan materi dengan baik ………...58

Tabel 15 Menggunakan buku pegangan ……….59 Tabel 16 Menggunakan media pengajaran ………60

Tabel 17 Penggunaan Metode yang bervariasi ………...60

Tabel 18 Menggadakan Evaluasi

………...61 Tabel 19 Memberikan soal ulangan


(12)

Tabel 20 Memberi salam saat bertemu guru ………..63

Tabel 21 Berdiri untuk menghormati guru ……….63 Tabel 22 Memperhatikan

pelajaran……….64 Tabel 23 Mengerjakan PR(tugas

sekolah)………...65 Tabel 24 Mencium tangaan orang tua

……….…...65 Tabel 25 Membantu pekerjaan orang tua ………...66

Tabel 26 Menghampiri orang tua ketika di panggil ………...67

Tabel 27 Marah ketika permintaan tidak dipenuhi……….67 Tabel 28 Membeda – bedakan

teman………..68 Tabel 29 Membantu teman yang


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Judul

Pendidikan akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat fundemental dalam kehidupan bermasyarakat. Karena bagaimanapun pandainya seorang anak didik dan tingginya tingkat intelegensi anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik, atau budi pekerti yang luhur maka kelak tidak akan mencerminkan kepribadian yang baik.

Masalah akhlak adalah masalah yang penting bagi Islam dan bagi kehidupan umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang yang tidak berakhlak akan hilang harga dirinya dihadapan Allah swt dan masyarakat. Seorang muslim wajib memperbaiki dirinya sebelum bertindak, ia harus beradab, berakhlak terhadap dirinya sendiri karena ia dibebankan tanggung jawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan lingkungan masyarakat.

Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman siswa tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, serta


(14)

berakhlak, mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1

Tujuan pendidikan agama Islam tersebut merupakan penjabaran dari bunyi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang berbunyi yaitu,

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bersignifikansi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Berkaitan dengan pendidikan yang menyeluruh dan berlandaskan ketuhanan pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran agama Islam kepada manusia berupa aqidah, syari’ah dan akhlak untuk menjadi jati diri seorang muslim, wajib dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena ajaran-ajaran Islam tersebut dapat menuntun manusia dalam kehidupannya, baik mengenai kehidupan manusia dengan Tuhannya, maupun manusia dengan manusia dan alam sekitarnya.

Aqidah, Syari’ah dan Akhlak merupakan 3 ajaran pokok yang saling berkaitan atau satu mata rantai ajaran Islam yang mutlak diketahui dan diaplikasikan oleh umat Islam. Aqidah atau iman yaitu pengakuan dengan lisan dan membenarkan dengan hati bahwa semua yang dibawa Rasulullah adalah benar dan hak. Pengakuan tersebut diimplementasikan melalui syari’at yang mengandung cara/cara (metode) peraturan ibadah seperti sholat, puasa, zakat,

1

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 75 2


(15)

ibadah haji dan lainnya, yang dalam istilah lain disebut dengan “Hablum minallah”. Syari’at ini juga mengandung ajaran muamalat seperti perkawinan, hutang, piutang, jual-beli, keadilan sosial, pendidikan dan lain-lain yang menyangkut hubungan umat manusia, atau disebut juga “Hablum minnanas”.

Sedangkan Akhlak adalah sifat yang meresap dalam jiwa yang mencerminkan perbuatan dengan mudah tanpa dibuat-buat. Jadi, untuk mendapatkan manfaat selain harus berpegang kepada kedua cabang tersebut (aqidah dan syari’ah) juga harus berpegang teguh pada cabang ilmu lainnya atau akhlak, karena dengan akhlak dapat memperoleh ketenangan, kebahagiaan dan kemaslahatan.

Agar orang Islam memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki akhlak yang mulia, salah satu caranya adalah harus mempelajari kedua cabang ilmu tersebut, baik di pondok pesantren maupun di lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya.

Madrasah Tsanawiyah Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo adalah lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan beberapa bidang study yang salah satu diantaranya adalah bidang study aqidah akhlak. Dengan diberikannya bidang study aqidah akhlak diharapkan agar siswa-siswanya memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang baik. Namun selama ini penulis belum mengetahui secara pasti dan akurat tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang study aqidah akhlak dan keadaan akhlak siswanya.

Selain itu dipilihnya Madrasah Tsanawiyah Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo yang menjadi objek penelitian karena merupakan lembaga


(16)

pendidikan yang berciri khas islam yang berusaha mengubah sikap, pola fikir dan cara bersikap siswa ke arah yang lebih positif, sesuai dengan norma-norma Islam. Dengan melihat pentingnya pembelajaran aqidah akhlak yang diberikan kepada siswa, maka ada beberapa hal yang mendorong penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut yang dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Akhlak Siswa Mts Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo”.

Adapun alas an untuk memilih judul tersebut diatas, adalah sebagai berikut : 1. Betapa pentingnya pendidikan akhlak yang harus diajarkan di berbagai

lembaga pendidikan Islam, karena pendidikan aqidah akhlak merupakan modal dasar untuk membimbing siswa agar memiliki aqidah yang kuat dan berakhlak mulia.

2. Orang yang tidak memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia niscaya hidupnya akan terombang ambing, gelisah dan tidak akan mendapatkan ketenangan dan kebahagian hidup baik di dunia maupun di akhirat.

3. Sebaliknya orang yang memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia niscaya hidupnya akan tenang, tentram, tidak gelisah dan akan mendapatkan kebahagian hidup baik di dunia maupun di akhirat.

4. Dipilihnya MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo sebagai lokasi penelitian, karena penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dan hubungannya dengan akhlak siswa


(17)

Identifikasi Masalah

Apa yang dimaksud denngan aqidah akhlak?

Apa tujuan dan kegunaan mempelajari aqidah akhlak? Perlukah seseorang memiliki aqidah dan akhlak?

Bagaimana cara memperoleh aqidah yang kuat dan akhlak yang baik? Faktor apasaja yang mendukung dan menghambat seseorang untuk aqidah

yang kuat dan akhlak yang mulia?

Bagaimana hidup seseorang jika tidak memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia?

Bagaimana pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di Mts Fatahillah? Apakah akhlak siswa mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam

pembelajaran aqidah akhlak?

Faktor-faktor apasaja yang dapat mendukung dan menghambat terhadap pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak?

Adakah hubungan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa?

Pembatasan Masalah

Agar pembatasan dan penelitian ini terarah dan operasional maka, masalah pokok yang akan diteliti dibatasi pada :

Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MTs Fatahillah. Akhlak siswa yang diamati di sekolah.

Hubungan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa. Perumusan Masalah


(18)

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlaq dengan akhlak siswa MTs Fatahillah?

Bagaimana keadaan akhlak siswa di MTs tersebut?

Adakah hubungan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan akhlaknya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui dan mengungkap tentang pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di Mts Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo.

b) Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang akhlak siswa MTs tersebut.

c) Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa di Madrasah tersebut.

2. Manfaat Penelitian antara lain :

Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam menekuni dan mendalami masalah-masalah yang berkaitan dengan aqidah akhlak, termasuk cara pembelajarannya.


(19)

Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi sekolah atau guru yang mengajarkan aqidah akhlak baik dari segi materi, metode pengajaran dan media pengajarannya. Terutama bagi Madrasah dan guru-guru Fatahillah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi koleksi perpustakaan— khususnya perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta— di bidang pembelajaran, khususnya pembelajaran aqidah akhlak.

D. Sisitematika Penulisan

Isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan: Latar belakang masalah dan alas an pemilihan judul, Identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teori, tentang : Pembelajaran Aqidah akhlak, yang meliputi pengertian pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran, pengertian aqidah akhlak di MTs, tujuan pembelajaran aqidah akhlak, ruang lingkup dan pendekatan pembelajaran aqidah akhlak di MTs.


(20)

Pengertian akhlak, pengertian siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, dan akhlak yang diharapkan.

Bab III Metodologi Penelitian, bab ini menjelaskan tentang: Tempat dan waktu penelitian, variable penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Menyajikan Hasil Penelitian, gambaran umum MTs Fathillah, sejarah berdirinya, visi, misi dan tujuan, letak geografis, keadaan guru, siswa dan karyawan, sarana dan prasarana, struktur organisasi, dekriptif data, analisis dan interpretasi data.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs

PengertianBelajar dan Pembelajaran

Kata “Pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari bahasa Inggris instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.1

Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah “pengajaran” meskipun kedua istilah tersebut sering dipergunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman.

Selain itu pengertian pembelajaran dalam definisi psikologi pembelajaran berkaitan dengan pengertian belajar itu sendiri. Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya mengarahkan aktifitas siswa kearah aktifitas belajar. Di dalam proses pembelajaran terkandung 2 aktifitas sekaligus, yaitu aktifitas mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa). Proses pembelajaran

1

Arif. S Sadiman, et Al,. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaaatnnya, (Jakarta : Rajawali, 1986), cet ke-I, h. 7


(22)

merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.2

Pembelajaran adalah kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik atau siswa. Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa.

Oleh karena itu, hakekatnya pembelajaran aqidah akhlak adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan masalah keimanan dan akhlak sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam.

Pembelajaran merupakan kata lain dari proses belajar mengajar yang mempunyai pengertian sebagai berikut.

Pengertian belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa belajar mempunyai tujuan untuk merubah tingkah laku individu baik aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun aspek sikapnya.3

2

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Penddikan Agama Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), cet ke-1, Ed-1, h.7

3

M. Uzer Usman, menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosda Karya, 1997), Cet ke VIII, h. 5


(23)

Belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Pengertian tingkah laku diperluas tidak saja kasat mata (yang tampak, misalnya menulis huruf, mengangguk, mengendarai sepeda) tetapi mencakup juga yang tidak kasat mata (contohnya, berupa sikap, minat, pikiran, perasaan dan percaya diri).

Dan definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu relatif konstan.

Berdasarkan teori belajar yang telah diuraikan, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan setiap individu yang berusaha mencapai tujuan dan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku.

Pengertian mengajar

Mengajar adalah bimbingan kegiatan siswa belajar. Mengajar merupakan perbuatan mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan belajar.4

4

Nana Sudjana, Apa dan Bagaimana Mengajar yang Ideal, (Bandung : Rosdakarya, 1975), h. 3


(24)

Jadi dapat disimpulkan, mengajar adalah suatu usaha bagaimana mengatur lingkungannya dan adanya interaksi subjek didik (anak) dengan lingkungannya, sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.5

Menurut Suryo subroto, pembelajaran dapat mengandung dua pengertian yaitu; pertama, rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan kedua, rentetan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, kegiatan sampai evaluasi dan tindak lanjut.6

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pada pembelajaran siswa antara lain:

1. Faktor Internal Siswa Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Aspek Psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kuantitas dan kualitas pembelajaran siswa diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau

5

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet ke-I, h. 21

6

Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997), Cet ke-1, h. 19


(25)

intelegensi siswa, sikap siswa, bakat dan minat siswa serta motivasi siswa.

2. Faktor Eksternal Siswa a. Lingkungan social

Lingkungan social sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Selanjutnya yang juga termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di sekitar perumahan tempat tinggal siswa.

Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Disamping lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar.

b. Lingkungan non social

Lingkungan non social antara lain gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan.


(26)

Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu.7

Pengertian Aqidah Akhlak

Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata pelajaran yang merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang secara etimologi kata “Aqidah” dan “Akhlak”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqoda yang berarti kepercayaan atau keyakinan.8 Dr. Ibrahim Muhammad membagi pengertian aqidah kepada tiga tahap perkembangan makna, yaitu sebagai berikut:

Tahap pertama, kata aqidah diartikan dengan: tekad yang bulat (al-Azmul Muakkad), mengumpulkan (al-jam’u), niat (an-Niyah), menguatkan perjanjian (at-tautsiq lil uqud), dan sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia, baik itu benar atau batil (ma yadiinu bihi al-insan sawaun kaana haqqan au bathilan).

Tahap kedua, perbuatan hati, disinilah aqidah mulai diartikan sebagai perbuatan hati sang hamba.

Tahap ketiga, disini aqidah telah memasuki masa kematangan dimana ia telah terstruktur sebagai disiplin ilmu dengan ruang lingkup permasalahan tersendiri. Inilah tahap kemapanan dimana aqidah didefinisikan sebagai “ilmu tentang hukum-hukum syariat dalam bidang aqidah yang diambil dari dalil-dalil yaqiniyah (mutlak) dan menolak subhat serta dalil-dalil khilafiyah yang cacat.9

7

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos, 1999), Cet. I, h. 130-140 8

Ahmad Warson Munawir, KamusAl-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia. (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1024.

9

Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Study Aqidah Islam, (Jakarta: Robbani Press, 2000), Cet ke II, h. 4-5


(27)

Dalam Islam aqidah adalah pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh semua orang Islam, berdasarkan dalil-dalil aqli dan dalil naqli serta bersih dari kebimbangan dan keraguan. Pokok-pokok kepercayaan itu meliputi iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir.

Sedangkan pengertian akhlak menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari kata “Khuluq” khuluq berarti “perangai”.10

Secara terminologi, kata akhlak mempunyai beberapa pengertian, menurut Ibnu Maskawaih “Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.11

إ

ﺔ اد

ْﱠ ا

لﺎ

ﻮه

ﻖ ا

ْْأ

ﺔ ور

ﻷو

ﺮْﻜ

ﺮْﻏ

ْ

ﺎﻬ ﺎ

Menurut Ahmad Amin “akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Maksudnya, jika kehendak tersebut membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak”.12

Sedangkan Imam Al-Ghazali mengemukakan dalam kitabnya Ihya Ulumuddin seperti yang dikutip oleh Moh. Ardani tentang akhlak yaitu:

ةرﺎ

ﻖ ْا

ﱠ ا

ﺔﺌْه

ْ

لﺎ ْﻷا

رﺪْﺼ

ﺎﻬْ

ﺔ ار

ْ

ﺔﺌْﻬْا

ﺎآ

ْنﺎ

ﺔﱠور

و

ةﺮْﻜ

ﻰ ا

ﺔ ﺎ

ﺮْﻏ

ْ

ﺮْ و

ﺔ ْﻮﻬ

ﻚْ

ْ

ﺎ ْﺮﺷو

ْﻘ

ةدْﻮ ْ ا

ا

لﺎ ْ ا

ﺎﻬْ

رﺪْﺼ

ﺚْ

ﺔﺌْﻬ ا

ﺎﻘ

ْ

ﺔ ْ ﻘْا

لﺎ ْ ا

ﺎﻬْ

ردﺎﱠﺼ ا

نﺎآ

ْناو

ﺎﺌﱢ

ﺎﻘ

رﺪْﺼ ا

ﻰ ﱠا

ﺔﺌْﻬ ا

.

“Khuluq ( jam’nya akhlak) adalah ibarat atau keterangan tentang keadaan dalam jiwa yang menetap didalamnya dari padanyalah terbit perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu dimana terbit padanya perbuatan-perbuatan terpuji menurut akal dan syara’ keadaan itu dinamai akhlak yang baik, dan kalau yang terbit itu perbuatan-perbuatan jelek, maka keadaan yang menrbitkannya dinamakan akhlak yang buruk.”13

10

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah atau penafsiran al-Qur’an, 1989), Cet ke-VIII, h. 137.

11

Abu Ali Ahmad Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj Helmi Hidayat, (Bandung: Mizan, 1994), h. 56

12

Ahmad Amin, Al-akhlak, (Kairo: Al-Anisiyah, 1945), h. 3. 13

Moh. Ardani al-Qur’an dan sufisme Mangkunegara IV Study Serat-serat Piwulang, (Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1995), h. 270-271.


(28)

Definisi-definisi yang telah disebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan itu adakalanya merupakan sifat alami (thabi’I) yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti rasa takut dan lain sebagainya.

Sedangkan yang di maksud dengan pengertian mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang Pendidikan Dasar yang membahas ajaran Agama Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak.

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari berbagai teori sebagaimana dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mata pelajaran aqidah akhlak adalah sejumlah materi tentang hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diajarkan pada sekolah yang berciri khas Islam dengan tujuan agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami serta mengamalkan sifat-sifat terpuji, mengetahui dan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela serta memahami masalah-masalah keimanan dan berakhlak terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan merasa bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs14

Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Tujuan mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah untuk menanamkan dan meningkatkan keimanan siswa serta meningkatkan kesadaran untuk berakhlak mulia. Sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanandan ketakwaannya kepada Allah swt.

Adapun tujuan pembelajaran aqidah akhlak menurut GBPP Departemen Agama, yaitu:

Memberikan pengetahuan, pengahayatan dan keyakinan kepada siswa akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya.

Memberikan pengetahuan, pengahayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik

14

Departement Agama RI. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Madrasah Tsanawiyah. Cet, ke-1 1993.


(29)

dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya,

Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.

Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs

Ruang Lingkup

Sasaran perbuatan manusia pada hakekatnya terbagi dua, yaitu: sasaran vertical yang bersifat Ilahiyah dan sasaran horizontal yang beraspek sosiologis.

Dari dua sasaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan manusia dengan Tuhan melalui Ibadah, ada hubungan manusia dengan manusia melalui muamalah, adapun hubungan manusia dengan dirinya sendiri melalui penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau mahluk Allah lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak pun tidak terlepas daaari sasaran perbuatan tersebut.

Ruang lingkup pandidikan aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah cakupan pembahasan kurikulumnya dan hasil belajar meliputi :

1. Hubungan Manusia dengan Allah.

Hubungan ini disebut juga dengan hubungan vertical, yaitu hubungan antara manusia dengan khaliqnya yang mencakup dari segi aqidah, yang meliputi: Iman kepada Allah, iman kepada


(30)

Malaikat-malaikatNya, Iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada Rasul-rasulNya, iman kepada hari Akhir, iman kepada Qadha dan Qadar-Nya.15

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam beribadah kepada Allah. Diantaranya dengan tidak menyekutukan-Nya , takwa kepadanNya, mencintaiNya, ridla dan ikhla terhadap segala keputusanNya, bertaubat, mensyukuri nikmatNya, selalu berdo’a kepadaNya, beribadah, meniru sifat-Nya, dan selalu berusaha mencari keridlaan-Nya.16

2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia.

Materi yang dipelajari meliputi akhlaq dalam pergaulan hidup sesama manusia, seperti akhlaq terhadap tetangga, akhlaq terhadap orang tua, akhlaq terhadap sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlaq yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlaq yang buruk.17

Anjuran melakukan sifat terpuji terhadap sesama manusia, antara lain:

3. Berbakti kepada Orang tua, yaitu membantu orang tua merasa senangdan bahagia atas perbuatan yang kita kerjakan.

4. Menghormati tetangga dan tamu

15

Depag RI, Kurikulum Aqidah Akhlak, 2003, h. 2 16

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), cet ke-2, h. 147 17


(31)

5. Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang dan menarik simpati orang lain.18

3. Hubungan Manusia dengan alam atau Lingkungannya.

Materi yang dipelajari meliputi akhlaq manusia terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup selain manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak benyawa.

Berkenaan dengan ini dalam al-Qur’an surat al-an’am (6:38) ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya seperti ditulis al-Qurtubhi dalam tafsirnya “tidak boleh diperlakukan secara aniaya”.19 b. Pendekatan

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran aqidah akhlak dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan:

1. Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional yaitu pendekatan untuk menggugah emosi siswa dalam memahami dan meyakini aqidah Islam serta memberi motivasi agar ikhlas mengamalkan ajaran Islam khususnya yang berkaitan dengan akhlak yang baik.

2. Pendekatan secara rasional

Yaitu, usaha memberikan peranan akal dalam memahami dan menerima ajaran Islam.

3. Pendekatan fungsional.

Pendekatan yang menyajikan ajaran Islam dengan menekankan kepada anak didik dari segi kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.

18

Mahyuddin Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet ke IV, h. 141. 19


(32)

4. Pendekatan keteladanan

Yaitu, menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan cermin dari manusia yang memiliki keyakinan tauhid yang teguh dan berperilaku. Atau menyuguhkan keteladanan baik yang langsung melalui pencioptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan .

5. Selain pendekatan-pendekatan di atas, dalam rangka mengupayakan perolehan (hasil belajar) yang bermakna dan tahan lama jika memungkinkan pendekatan yang lainnya.

Akhlak Siswa

Pengertian Akhlak

Kata akhlak merupakan kata yang sering kali terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Begitu kita mendengar kata ini sehingga seolah-olah kita tahu pengertian kata ini dengan jelas, padahal jika ditanyakan apa itu akhlak, kita biasanya terdiam memikirkan jawabannya. Karenanya sebelum


(33)

masuk lebih jauh kedalam pembahasan skripsi ini, penulis akan terlebih dahulu ingin menjelaskan pengertian kata akhlak.

Pengertian akhlak dapat ditinjau dari dua pengertian etimologis (lughowy) dan pengertian terminologis (isthlahy). Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq, kata ini merupakan bentuk jamak dari al-khuluq. Khuluq dalam kamus al-Munjid berarti budi, perangai, tingkah laku, tabiat atau watak. Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan:“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.

Menurut Jamil Shaliba dalam bukunya Al-Mu’jam Al-Falsafi juz 1, halaman 539. Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan, dan santun agama.

Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghoir mustaq, yaitu isim tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun/khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik itu kata akhlak atau khuluq bahwa keduanya dijumpai pemakaiannya di dalam Al-Qur’an maupun Hadits sebagai berikut ini:20

Artinya:”Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur”. (Q.S. Al-Qalam, 66:4)

20

Prof. Dr. H. Moh Ardani, Akhlak Tasawuf; Nilai-nilai Akhlak Budi Pekerti dalam Ibadat dan tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia), h 25.


(34)

Artinya: “(Agama kami) ini tidak lain hanyalah kebiasaan yang dahulu”.(Q.S. Al-Syu’ara, 26:137)

Berdasarkan pengertian ini, kata akhlak sering dianggap sinonim dengan kata etika, moral, kesusilaan, tatakrama, dan lain-lain.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

Pengertian tentang akhlak secara terminologis telah banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah pengertian akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Al-Akhlak, menurutnya akhlak ialah kehendak yang dibiasakan, dalam pengertian jika kehendak itu membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.19

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud akhlak adalah kehendak yang dibiasakan, atau dalam pengertian lain akhlak mencakup perbuatan-perbuatan manusia yang telah menjadi kebiasaan bagi orang yang bersangkutan.

Sementara itu, Ibnu Miskawaih (W. 421/ 1030 M) memberikan pengertian yang lain tentang akhlak, menurutnya sebagaimana tertulis dalam kitab Tahdzibul Akhlak Wa Tathir al-Araq’, di dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa akhlak adalah: “Sifat Yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya

19

Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam: Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka PanjiMas, 1992), h. 15


(35)

untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.20

Dari pendapat ini bisa dipahami bahwa Ibnu Miskawaih membagi perbuatan menjadi dua yaitu perbuatan bathinlah dan perbuatan lahiriah. Menurutnya perbuatan bathiniahlah yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan lahiriah, meskipun pada hakikatnya kedua perbuatan ini adalah satu kesatuan.

Kemudian jika suatu perbuatan telah melembaga pada diri seseorang dan talah dilakukan secaraberulang-ulang maka sering kali seseorang tidak memerlukan lagi pertimbangan-pertimbangan rasional dalam melakukan suatu perbuatan, dan perbuatan inilah yang dimaksud oleh Ibnu Miskawaih dengan akhlak.

Pengertian serupa juga diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali (1059-1111 M) di dalam kitabnya Ihya ‘Ulum al-Din, menurutnya akhlak adalah: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.21

Kemudian pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian

20

Ibn Miskawaih, Tahdzib Ak-Akhlak Wa Tathir Al-Araq’, (Mesir, Al-Mathba’ah al Mishriyah, 1934), Cet, ke-1, h. 40

21


(36)

hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.

Al-Khuluk disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa, karena seandainya ada seseorang yang mendermakan hartanya dalam keadaan yang jarang sekali untuk suatu hajat dan secara tiba-tiba, maka bukanlah orang yang demikian ini disebut sebagai orang yang dermawan sebagai pantulan dari kepribadiannya.

Dari pengertian-pengertian akhlak diatas, penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah perbuatan seseorang yang telah melembaga, dilakukan secara berulang-ulang atas kesadaran jiwanya tanpa memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa memerlukan pertimbangan serta tanpa adanya unsure pemaksaan dari pihak lain.

Pengertian Siswa

Siswa atau dapat disebut juga dengan anak didik, sebutan anak didik dalan dunia pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan sifat ketergantungan seseorang anak terhadap pendidik tertentu. Jadi, sebenarnya siapa itu siswa atau anak didik.

Menurut Langeveld, anak didik (siswa) adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu; anak didik tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidiknya itu, karena ia secara alami tidak berdaya, ia sering memerlukan bantuan


(37)

pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan melanutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah.22

Jadi menurut penulis, anak didik (siswa) adalah orang yang belum dewasa atau belum memperolah pengetahuan yang memadai mengenai suatu ilmu dan masih memerlukan bimbingan dan arahan yang lebih baik untuk kehidupnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya,ada tiga aliran yang sudah amat popular. Pertama aliran Nativisme. Kedua aliran Empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.

Menurut aliran Nativisme bahwa factor yang mempengaruhi terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

Aliran ini yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya errata kaitannya dengan aliran intuisisme dalam hal

22


(38)

penentuan baik dan buruk sebagaimana telah diuraikan di atas. Aliran ini kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.

Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan akhlak seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.

Sedangkan menurut aliran konvergensi pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaitu pembawaan si anak, dan factor eksternal, yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social. Aliran ini tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dibawah ini23 :

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia (Allah) membari kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur, (QS. al-Nahl, 16:78).”

Sedangkan menurut Drs. H. A. Mustofa dalam bukunya Akhlak Tasawuf menjelaskan bahwa aspeek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak. Antara lain:

1. Insting yaitu: sifat jiwa yang pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat

23

Lihat H. Abuddin. Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-5. ed, 1, h. 168


(39)

dilengahkan dan dibiarkan begitu saja bahkan wajib dididik dan diasuh.

2. Pola Dasar Bawaan (Turunan)

Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah factor pendidikan.

Keturunan pembawaan bukan satu-satunya sebab dalam memnbentuk manusia, karena disampingnya adalah bernama lingkungan.

3. Lingkungan, ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan manusia adalah apa yang melingkunginya dari negeri, lautan, udara dan bangsa. Lingkungan itu sendiri da dua macam yaitu; lingkungan alam, dan lingkungan pengaulan.

4. Kebiasaan, ialah: perbuatan yang diulang-ulang terus menerus sehingga mudah dikerjakanbagi seseorang. Seperti berjalan, berpakaian, berbicara dan lain sebagainya.

5. Kehendak. Adalah kekuatan dari beberapa kekuatan.24

Jadi, menurut penulis faktor yang mempengaruhi akhlak selain ada pada diri seseorang,. Akhlak juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana kita hidup. Karena akhlak merupakan kebiasaan, maka ketikas seseorang biasa bergaul dengan orang yang baik dan mempunyai akhlak

24


(40)

mulia maka bukan tidak mungkin orang lain pun akan terbawa kepada akhlak yang baik tersebut, begitu pula sebaliknya.

Akhlak Siswa yang Diharapkan

Sebelum membahas tentang akhlak siswa yang diharapkan, tentunya penulis akan membahas tentang kategorisasi akhlak. Pada dasarnya akhlak itu terbagi kepada dua, yaitu:

1. Akhlak Baik atau Terpuji (Al-akhlaqul Mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusi, dan makhluk lainnya.

2. Akhlak Buruk atau Terpuji (Al-Akhlaqul Madzmumah), yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusi dan makhluk lainnya.25

Maka dengan adanya kategorisasi akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa, akhlak siswa yang diharapkan adalah agar siswa mempunyai akhlak yang baik (terpuji) terhadap Tuhan, sesama manusia, maupun makhluk lainnya.

25


(41)

Kerangka Berfikir dan Hipotesis

Kerangka Berfikir

Dalam ajaran islam, akhlak mempunyai kedudukan terpenting. Akhlak dengan takwa merupakan ‘buah’ pohon Islam yang berakarkan pada aqidah, bercabang dan berdaun pada syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari sunnah qauliyah (Sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah saw. Diantaranya adalah, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak “ (HR Ahmad); “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”. (HR Turmuzi).

Di kalangan umat Islam masalah yang penting ini sering kurang digambarkan secara baik dan benar kalau dibandingkan dengan penggambaran tentang syari’at, terutama yang berhubungan dengan shalat, sehingga akibatnya, karena ia tidak mengenal butir-butir akhlak menurut agama Islam, dalam praktek, tingkah laku kebanyakan orang Islamtidak sesuai dengan akhlak yang telah diajrkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam baik formal maupun non formal.

Lembaga sekolah merupakan salah satu cara untuk mengajarkan aqidah dan membina akhlak siswa, maka sudah sepantasnyalah sekolah memberikan fasilitas yangmenunjang untuk kegiatan belajar mengajar, tentunya dengan tujuan agar apa yang menjadi tujuan dasar pembelajaran itu tercapai.


(42)

Siswa atau anak didik tidak hanya harus memiliki ilmu yang banyak kalau tidak dibentengi dengan aqidah yang akuat dan akhlak yang mulia. Karena ditakutkan mereka akan menjadi orang yang tinggi hati jika di sekolah tidak diajarkan tentang aqidah dan akhlak.

Maka dengan demikian akhlak menjadi factor penting seseorang, maka kerangka berfikir saya ketika siswa mendapatkan pembelajaran yang baik dari sekolah, dengan metode yang baik, sarana dan pra sarana yang menunjang, bukankah hal tersebut juga menjadi salah satu aspek untuk dapat membina akhlak siswa dengan aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia.

Jadi, akhlak itu dapat terbentuk selain dari diri siswa juga dapat terbentuk melalui pembelajaran dengan menggunakan metode dan kegiatan pembelajaran yang benar.

Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho = Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara variabel pembelajaran aqidah akhlak (Variabel x) dengan akhlak siswa (Variabel y).

Ha = Ada korelasi positif antara variabel pembelajaran aqidah akhlak (Variabel x) dengan akhlak siswa (Variabel y).


(43)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian : Madrasah Tsanawiyah Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo

Waktu Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2006

B.

Variabel Penelitian

Yang dimaksud dengan variabel adalah “ Objek penelitian yang bervariasi, atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.3

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu;

1. Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu Pembelajaran Aqidah Akhlak.

2. Variabel terikat (Dependent Variabel) yaitu Akhlak Siswa.

Tabel 1

Variabel Penelitian

No Variabel Dimensi Indikator

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: RinekaCipta, 1998). Cet ke-11, h 97


(44)

1. Variabel X

Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Kegiatan sebelum jam pelajaran.

2. PBM

3. Setelah PBM

a. Kedisiplinan waktu mengajar

b. Kedisiplinan waktu belajar

c. Mengulang pelajaran yang lalu

d. Materi sesuai dengan kurikulum

e. Menggunakan buku pegangan

f. Menggunakan media dan metode belajar. g. Memberikan evaluasi h. Memberikan soal

ulangan 2 Variabel Y

Akhlak Siswa

1. Akhlak terhadap guru

2. Akhlak terhadap orang tua

3. Akhlak terhadap

a. Memberi salam b. Mencium tangan c. Memperhatikan

pelajaran

d. Mengerjakan PR

e. Menghormati orang tua

f. Mencium tangan

orang tua ketika hendak berpergian g. Menghampiri orang

tua ketika dipanggil h. Membantu pekerjaan

orang tua


(45)

teman yang kesulitan. j. Menjenguk teman

yang sedang sakit.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.4

Populasi yang diambil dalam penelitian ini berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto: “Apabila subjek kurang dari 100 orang, maka diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung setidak-tidaknya kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, dana dan tenaga.5

Sedangkan sample adalah sebagian dari jumlah populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi.6

4

Hermawan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992), h. 49

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: RinekaCipta, 1996), h. 120

6


(46)

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pada penelitian ini yang menjadi objerk penelitian adalah siswa kelas II (Kelas VIII) dan kelas III(Kelas IX) MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo.

Sedangkan teknik pengambilan sample peneliti yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara acak (random) sebanyak 40 orang siswa dari populasi seluruh siswa.

Tabel 2

Pengambilan Sampel

No Kelas Populasi Sampel

Frekuensi %

1 2 3 4 5 6 VIII-1 VIII-2 VIII-3 IX-1 IX-2 IX-3 42 43 43 38 38 36 7 7 7 6 7 6 17% 17% 17% 17% 17% 15%

Jumlah 240 40 100%

D.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua metode, yaitu:


(47)

Bertujuan untuk mengumpulkan data dan menganalisis suatu pengertian yang bersifat teoritis, dan untuk itu peneliti menggunakan literatur yang mendukung pelaksanaan penelitian.

2. Penelitian Lapangan ( Field Research)

Dalam penelitian ini peneliti berusaha menganalisa data yang ada di lapangan. Sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat dibuktikan relevansinya.

Untuk memperoleh data dari lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Seringkali orang mengartikan obsevasi sebagai kegiatan yang sempit, yakni mengamati sesuatu menggunakan mata. Padahal observasi atau yang disebut dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Maka observasi yang akan penulis lakukan untuk mendapatkan data yang berkenaan dengan tinjauan umum MTs Fatahillah, sejarah berdirinya, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan karyawan, sarana dan prasarana MTs Fatahillah, serta keadaan akhlak siswa MTs Fatahillah baik terhadap guru maupun teman.


(48)

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan melakukan Tanya jawab dengan pihak terkait yaitu: Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran. Dengan teknik wawancara ini peneliti dapat mengumpulkan data mengenai sejarah berdirinya sekolah, keadaan guru, karyawan dan siswa, struktur organisasi dan data atau informasi tentang bentuk tingkah laku atau akhlak siswa dan bagaimana pembelajaran aqidah akhlak di MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo.

c. Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti lapangan pribadinya ataupun hal-hal yang ia ketahui. Materi pertanyaan secara sistematis dengan menggunakan alternatif jawaban tertutup dimana setiap item telah diberi kemungkinan jawaban yang tepat sesuai dengan dirinya.

Untuk mendaparkan data yang dibutuhkan, dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket kepada responden, yaitu siswa Madrasah Tsanawiyah Fatahillah. Angket ini berupa 20 butir pertanyaan tentang pembelajaran Aqidah akhlaq dan akhlak siswa MTs Fatahillah, yang meliputi sikap dan keyakinan siswa terhadap Allah, orang tua, guru, teman dan


(49)

lingkungan.Angket adalah teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diisi oleh responden untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran aqidah akhlak.

Angket dibuat dengan model likert yang mempunyai empat kemungkinan jawaban yang berjumlah genap ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas.

Tabel 3

Kisi-kisi Angket

No Indikator No. Pertanyaan

1. Kedisiplinan Waktu Mengajar 1

2. Kedisiplinan Waktu Belajar 2

3. Mengulang Pelajaran yang lalu 3

4. Materi Sesuai dengan Kurikulum 4

5. Menjelaskan Materi dengan Baik 5

6. Menggunakan Buku Pegangan 6

7. Menggunakan Media Pengajaran 7

8. Penggunaan Metode yang Bervariasi 8

9. Mengadakan Evaluasi 9

10. Memberikan Soal Ulangan 10


(50)

12. Berdiri untuk menghormati Guru 12

13. Memperhatikan Pelajaran 13

14. Mengerjakan PR (Tugas Sekolah) 14

15. Mencium tangan orang tua 15

16. Membantu Pekerjaan orang tua 16

17. Menghampiri orang tua ketika dipanggil 17

18. Membeda-bedakan teman 18

19. Membantu teman yang kesulitan 19

20 Menjenguk teman yang sakit 20

E.

Teknik Analisis Data

Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat dipahami oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu.

Untuk menganalisa data peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.


(51)

2. Skoring

Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya peneliti memberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket. Pernyataan positif diberi skor 4, 3, 2, 1 sedangkan pernyataan negatif diberi skor sebaliknya.

3. Tabulating

Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel

Menganalisa dengan melihat variabelnya, yaitu: a. Menganalisa satu variabel

Untuk menganalisa setiap variabel digunakan teknik analisa secara deskriptif, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

F

Χ

100 %

N

Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi

N = Number of Cases (Banyaknya Individu)

b. Menganalisa dua variabel

Sebelum menganalisa hubungan dua variabel, maka terlebih dahulu semua pernyataan angket diberi skor nilai setiap itemnya. Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah:


(52)

Selalu (S) diberi nilai : 4

Sering (SR) diberi nilai : 3

Kadang-kadang (KK) diberi nilai : 2 Tidak pernah (TP) diberi nilai : 1

Untuk lebih memudahkan dalam menyimpulkan hasil penelitian dari setiap variabel, maka jawaban angket yang berupa angka dideskripsikan dengan kata-kata, yaitu:

Tabel 4

Pengukuran secara Deskripsi Variabel X Jawaban Pengukuran

Item

Jumlah

Item

Nilai

Pengukuran secara Deskriptif

A 4 10 40 Sangat Tinggi

B 3 10 30 Tinggi

C 2 10 20 Sedang

D 1 10 10 Cukup

Tabel 5

Pengukuran Secara Deskripsi Variabel Y

Jawaban Pengukuran Item

Jumlah

Item

Nilai

Pengukuran secara Deskriptif

A 4 10 40 Sangat Tinggi

B 3 10 30 Tinggi

C 2 10 20 Sedang


(53)

Setelah itu, untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut, digunakan Teknik Analisa Korelasional dengan rumus Product Moment, rumusnya adalah sebagai berikut:

rxy = N∑xy – (∑x) . (∑y) √ {N∑x2 – (∑x)2} {N∑y2 – (∑y)2}

Keterangan :

r xy : Angka indeks korelasi “r” product moment N : Number of Cases

∑xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y ∑x : Jumlah seluruh skor x

∑y : Jumlah seluruh skor y

Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” product moment maka dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment dibawah ini:5

Tabel 6 Interpretasi Data Besarnya “r”

Product Moment (rxy)

Interpretasi

0,00-0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang

5

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Perasada. 2005), cet. ke- 15, h. 193


(54)

0,20-0,40

0,40-0,70

0,70-0,90

0,90-1,00

terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat.

Setelah itu hasilnya dicocokkan dengan tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment baik pada taraf signifikansi 5% ataupun pada taraf signifikansi 1% kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat koralasi positif yang signifikan atau tidak.

Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r” product moment, prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho).

b. Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang diajukan, dengan jalan, membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum


(55)

dalam tabel (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degress of fredomnya (df). Adapun rumusnya sebagai berikut:

df = N-nr

Keterangan:

df = Degress Of Fredom N = Number of Cases

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r X 100 %

Keterangan:

KD = Kontribusi variabel X terhadap variabel Y

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terbitan UIN Jakarta Press, Jakarta 2002, cetakan ke-2.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Gambaran umum MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo Sejarah Berdirinya MTs Fatahillah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan kepala sekolah MTs Fatahillah, diperoleh keterangan bahwa sekolah ini awalnya bernama MTs Raudhatul Athfal karena melanjutkan nama yang sudah ada yaitu Madrasah Ibtidaiyah Raudhatul Athfal, baru kemudian pada tahun 1978 nama Raudhatul Athfal diganti dengan nama Fatahillah.

Sejak didirikan MI tahun 1953 siswa-siswa yang sudah tamat dari sekolah ini banyak yang tidak dapat melanjutkan ke tingkat sekolah lanjutan, baik ke sekolah lanjutan umum maupun sekolah lanjutan agama. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana yang ada pada tahun ini belum memadai apalagi di tahun ini hanya ada saeu sekolah lanjutan agama yaitu PGA. Namun masih ada orang tua yang mau melanjutkan anaknya ke pondok pesantren

Dengan situasi yang demikian, maka ada pemikiran untuk mendirikan sekolah lanjutan khusus sekolah lanjutan agama, yaitu mendirikan madrasah Tsanawiyah Fatahillah yang berdiri pada tanggal 1 Muharram 1327 H atau 27 Maret 1967 M. tanggal 27 Maret inilah menjadi sejarah kelahiran Madrasah Tsanawiyah Fatahillah. Kemudian pada tahub 1968/1969 ditemukan jalan keluar untuk mendirikan gedung sekolah yang mendapat bantuan berupa


(57)

bangunan bekas SD yang kemudian direnovasi dengan swadaya masyarakat, maka jadilah satu unit sekolah yang sederhana.

Kemudian pada tahun ajaran baru 1969/1970, gedung sekolah tersebut baru bisa ditempati untuk proses belajar mengajar. Demikianlah sejarah singkat berdirinya MTs Fatahillah.7

Visi dan Misi MTs Fatahillah 1. Visi Sekolah

Yaitu : ”Menciptakan siswa dan siswi yang bermoralitas tinggi serta memiliki keterampilan dalam bidang agama maupun umum”.

2. Misi Sekolah

a. Menanamkan / memberikan pendidikan umum yang setara. b. Menanamkan ilmu agama kepada siswa.

c. Memberikan pendidikan keterampilan sebgai modal dasar untuk persiapan pekerjaan.

Letak Geografis

Letak Geografis MTs Fatahillah yang bertempat di jalan Amil Buncit Raya Kalibata Pulo Jakarta selatan, sebelah utara MTs Fatahillah berbatasan dengan sekolah Sumber Daya Manusia (SDM) dan kantor Partai Amanat Nasional (PAN), sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk,

7

H. Abd Salam US, S. Pd. Kepala MTs Fatahillah, Wawancara Pribadi, Kalibata Pulo Jakarta Selatan, 14-Oktober-2006.


(58)

kemudian sebelah timur berbatasan dengan perumahan Buncit Indah, dan sebelah barat berbatasan dengan gedung MI Fatahillah.

Keadaan Guru Siswa dan Karyawan Keadaan Siswa

Keadaan siswa MTs Fatahillah berdasarkan statistik tahun ajaran adalah sebagai berikut.

Kelas 1 ada 4 kelas, jumlah siswa laki–laki ada 62 orang, siswa perempuan 70 orang, jumlah keseluruhan kelas siswa kelas 1 ada 132 orang kelas 2 ada 3 kelas, jumlah siswa laki-laki ada 56 orang, siswa perempuan ada 74 orang, jumlah keseluruhan siswa kelas 2 ada 130 orang. Sedangkan kelas 3 ada 3 kelas, jumlah siswa laki –laki ada 57 orang, siswa perempuan ada 58 orang, jumlah keseluruhan siswa kelas 3 ada 75 orang. jadi jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas 3 siswa laki–laki ada 175 orang, sedangkan siswa perempuan ada 202 orang. Jumlah keseluruhannya ada 377 orang,

Untuk lebih jelasnya keadaan siswa MTs Fatahillah Jakarta selatan dapat di lihat pada table di bawah ini:


(59)

Tabel 7

Keadaan Siswa MTs Fatahillah Jakarta Selatan

Tahun Ajaran 2005/2006

Kelas Jumlah Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah I

II III

4 3 3

62 56 57

70 74 58

132 130 115

Jumlah 10 175 202 377

Berdasarkan table di atas tampak bahwa keadaan siswa MTs. Fatahillah kebanyakan perempuan daripada laki-laki.

z Keadaan Guru

Guru–guru yang mengajar di MTs Fatahillah sebagian tamatan IAIN Jakarta, mereka memegang bidang studi sesuai dengan bidangnya . Tenaga pengajarnya ada 31 orang, untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru di MTs Fatahillah Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(60)

Tabel 8

Keadaan Guru MTs Fatahillah Jakarta Selatan

N O

NAMA JABATAN PENDIDIKAN

TERAKHIR

BIDANG STUDY 1 H. Abd. Salam Kepala Sekolah SI/ PGRI BP/BK

2 H. Asmat ZA Wk. Kep-Sek D3 PLKJ

3 H. Idris Fadhillah Wk. Kep-Sek MAA Bhs Arab

4 Asrul Efendi Guru IKIP PPKn

5 B. Masyhuri Guru IAIN IPS Sejarah

6 M. Shiddik R, BA Guru IAIN Bhs.Arab/ fiqh

7 Drs. H. Mardani Guru IAIN SKI

8 A. Sahlani Guru MAA Bhs. Indonesia

9 Moh. Yasin Guru SMA Ekonomi

10 Siti Aminah Guru MAN Kertakes

11 Abd. Mukti Guru IAIN Bhs. Indonesia

12 Abd. Maaz Guru IKIP Penjaskes

13 Mushonif, BA Guru IAIN Fiqih

14 H. Nasaruddin Toha Guru Aprija Bhs. Arab 15 Drs. Rojali Yusuf Guru IAIN Aqidah Akhlak 16 Khairuddin MZ, BA Guru IAIN Qur’an Hadits


(61)

18 Ir. Yusnitari Guru STTJ Matematika 19 Taufiq Abdullah Guru IKIP Bhs. Inggris 20 Drs. Fauzi Murtaha Guru IAIN Matematika

21 Dra. Muniroh Guru IKIP Biologi

22 Dra. Zakiah Guru IAIN Ekonomi

23 Dra. Muchlisoh Guru IAIN Fisika

24 Nahdiah Guru IAIN Bhs. Arab

25 Abd. Latief Guru IKIP Bhs. Inggris

26 Umi Rufaidah Guru MAN Komputer

27 Dra. Yeni Ruziana Guru IAIN Fisika

28 M. Amin Guru IAIN Kertakes

29 Nurhayati S.Pd Guru IAIN Fisika

30 Krisna Prayoga Guru D3 Komputer

Keadaan Karyawan

Keadaan karyawan yang ada di MTs fatahillah berjumlah 8 orang ; yang terdiri dari atas 4 orang tenaga TU, 1 orang juru masak di dapur, 1 orang satpam, 2 orang petugas kebersihan.

Sarana dan Prasarana

Yayasan pendidikan social Fatahillah yang diresmikan pada tahun 1978 ini telah memiliki sebuah gedung sekolah. Dahulunya adalah sebuah bangunan SD, kemudian direhab dengan swadaya masyarakat, sehingga


(62)

menjadi satu unit gedung sekolah yang dapat menunjang situasi belajar siswa yang baik.

Gedung bangunan sekolah ini tidak saja di khususkan untuk sekolah MTs saja, di dalam gedung bangunan sekolah ini terdiri dari tiga institusi pendidikan yang sekarang ini sedang berlangsung, yaitu TK, MTs dan SMU.

Sedangkan MI mempunyai gedung tersendiri, namun demikian mereka berada dalam satu naungan, yaitu Yayasan Social Fatahillah, yang difasilitasi dengan fasilitas masing–masing, seperti ruang sekolah , lab. komputer, kantor kepsek, kantor guru, perlengkapan kelas, seperti meja, kursi, bangku, papan tulis, meja guru, meja kantor dan perlengkapan administrasi, seperti, mesin tik, komputer, printer, kalkulator, serta fasilitas keterampilan seperti, mesin jahit, perlengkapan memasak, perlengkapan pertukangan, dan lain–lain, sedangkan untuk fasilitas perpustakaan, mushallah, WC guru dan WC murid, halaman dan lapangan olahraga dan bermainnya digunakan bersama–sama.

Struktur Organisasi


(63)

Tabel 9

Struktur Organisasi MTs Fatahillah Jakarta Selatan

Yayasan

Kepala Sekolah Komputer

Pengurus BP3

TU dan Perpustakaan Koperasi

Wakasek Bid Kesiswaan Wakasek Bid. Sarana dan Prasarana

Wakasek Bid Kurikulum

BP Guru Wali Kelas Guru Bid. Study

Pembina Osis

Pembina Olahraga/

kesenian

Pembina Pramuka

Satpam

Siswa MTs Fatahillah


(64)

Deskripsi Data

Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriptif prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

F

Χ

100 %

N

Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi

N = Number of Cases (Banyaknya Individu)

Adapun sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada siswa – dalam hal ini responden – yang berbentuk kuesioner disertai pilihan jawaban dalam bentuk prosentase, dapat dilihat dari tabel 10 sampai dengan tabel 28. Berikut dibawah ini tabel-tabel tersebut.


(65)

Tabel 10

Ketepatan guru datang sebelum waktu mengajar

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 17 42.5%

02 Sering 8 20 %

03 Kadang-kadang 11 27.5 %

04 Tidak pernah 4 10 %

Jumlah 40 100%

Dari tabel responden diatas (40 orang) yang menjawab ketepatan guru agama selalu datang tepat waktu sebelum jam pelajaran dimulai 17 orang (42.5%), yang menjawab sering sebanyak 8 orang (20%) dan yang menjawab kadang-kadang yaitu sebanyak 11 orang (27.5%), sedangkan yang menjawab tidak pernah guru agama datang tepat waktu sebelum waktu mengajar ada 4 orang (10%). Dengan demikian guru agama kadang-kadang datang tepat waktu sebelum jam pelajaran dimulai dan mengindikasikan bahwa guru aqidah akhlak tersebut memperhatikan kedisiplinan dalam waktu mengajar, dimaksudkan agar siswa menghargai waktu.

Tabel 11

Ketepatan siswa datang ke sekolah

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 26 65 %

02 Sering 9 22.5%

03 Kadang-kadang 4 10 %


(66)

Jumlah 40 100%

Dengan memperhatikan tabel diatas, dapat diketahui bahwa

26 responden (65%) yang menjawab ketepatan atau kedisiplinan

datang kesekolah tepat waktu sebelum jam pelajaran dimulai.

Sedangkan yang menjawab sering itu sebanyak 9 orang (22.5 %)

dan 4 orang (10%) yang menjawab kadang-kadang, sedangkan

yang menjawab tidak pernah hanya 1 orang (2.5%). Hal ini

mengindikasikan bahwa siswa selalu datang tepat waktu sebelum

jam pelajaran dimulai. Dikarenakan guru memberi contoh dengan

datang tepat waktu.

Tabel 12

Mengadakan Pre test sebelum pelajaran inti

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 19 47.5 %

02 Sering 5 12.5 %

03 Kadang-kadang 14 3.5 %

04 Tidak pernah 2 5 %

Jumlah 40 100%

Mengenai pengadaan pre test sebelum masuk pada pelajaran inti, yang menjawb selalu sebanyak 19 orang (47.5%) dan yang menjawab sering sebanyak 5 orang (12.5%) sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 14 orang (35%) dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang (5%). Dengan demikian dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa guru aqidah akhlak selalu mengadakan pretest


(67)

sebelum masuk kepelajaran inti. (Pelajaran inti dimulai), dengan tujuan agar siswa dapat mengingat pelajaran yang lalu.

Tabel 13

Mengajar sesuai dengan kurikulum

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 28 70 %

02 Sering 8 20 %

03 Kadang-kadang 4 10 %

04 Tidak pernah 0 0 %

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak ada responden yang menjawab tidak pernah guru aqidah akhlak mengajarkan pelajaran tidak menggunakan kurikulum, berarti guru aqidah akhlak selalu menggunakan kurikulum (mengacu kepada kurikulum) dalam mengajarkan pelajaran kepada para siswanya. Adapun responden yang mejawab selalu sebanyak 28 orang (70%) dan yang menjawab sering sebanyak 8 orang (20%) sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 orang (10%). Hal ini membuktikan bahwa guru agama selalu mengacu kepada kurikulum sehingga apa yang diajarkan sesuai dengan kurikulum.


(68)

Tabel 14

Pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 26 65 %

02 Sering 9 22.5 %

03 Kadang-kadang 5 12.5 %

04 Tidak pernah 0 0 %

Jumlah 40 100%

Dari total responden 40 orang yang menjawab bahwa materi yang diajarkan oleh guru aqidah akhlak selalu dipahami sebanyak 26 orang (65%) responden, sedangkan yang menjawab sering sebanyak 11orang (27.5%), dan yang menjawab kadang-kadang hanya 5 orang (12.5%), dan yang menjawab tidak ada yang menjawab tidak pernah. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kali guru aqidah akhlak menjelaskan materi pelajaran selalu dapat dimengerti atau dipahami oleh siswa.

Tabel 15

Menjelaskan Materi sesuai dengan Buku Pegangan

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 27 67.5%

02 Sering 12 30%

03 Kadang-kadang 1 2.5%

04 Tidak pernah 0 0%

Jumlah 40 100%

Mengenai materi yang diajarkan sesuai dengan buku pegangan hampir 67.5% siswa (23 Orang) yang menjawab selalu, sedangkan yang menjawab sering 12 orang (30%) dan yang menjawab kadang-kadang hanya 1 orang (5%), sedangkan yang


(69)

menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan demikian guru aqidah akhlak dalam menerangkan pelajaran selalu mengacu pada buku pegangan pokok, hal tersebut mengindikasikan bahwa guru aqidah akhlak tidak melenceng dari buku pokok.

Tabel 16

Penggunaan Media Pengajaran

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 3 7.5

02 Sering 9 22.5

03 Kadang-kadang 15 37.5

04 Tidak pernah 13 32.5

Jumlah 40 100%

Mengenai penggunaan media pengajaran, yang menjawab selalu hanya 3 orang (7.5%), sedangkan yang menjawab sering 9 orang (22.5%), dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 15 orang (37.5%), sedangkan yang menjawab tidak pernah sebanyak 13 orang (32.5%). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa guru aqidah akhlak terkadang menggunakan media pengajaran, walaupun tidak sedikit yang menjawab tidak pernah guru aqidah akhlak mengunakan media dalam kegiatan belajar mengajar.

Tabel 17

Penggunaan metode secara bervariasi


(70)

01 Selalu 16 40

02 Sering 10 25

03 Kadang-kadang 12 30

04 Tidak pernah 2 5

Jumlah 40 100%

Tabel 17 di atas menjelaskan bahwa guru aqidah selalu menggunakan metode yang bervariasi (seperti ceramah, latihan, pemberian tugas dan demontrasi) sebanyak 16 orang (40%) dan yang menjawab sering sebanyak 10 orang (25%) sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 12 (30%) orang, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang ( %). Dengan demikian bahwa guru aqidah akhlak selalu menggunakan metode yang bervariasi, hal ini membuktikan bahwa guru aqidah akhlak cukup kreatif dalam mengkombinasikan macam-macam metode belajar sehingga siswa tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan

Tabel 18

Mengadakan evaluasi setelah selesai mengajar

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 14 35

02 Sering 14 35

03 Kadang-kadang 12 30

04 Tidak pernah 0 0


(71)

Dalam mengadakan evaluasi guru aqidah akhlak hampir seimbang, dengan kata lain guru aqidah akhlak sering dan selalu mengadakan evaluasi setelah selesai belajar, hal ini dibuktikan bahwa yang menjawab selalu dan sering hampir seimbang yaitu 14 orang (35%) dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 12 orang (30 %) sedangkan yang menjawab tidak ada yang menjawab tidak pernah.

.

Tabel 19

Memberikan soal ulangan yang mudah dimengerti

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 10 25

02 Sering 13 32.5

03 Kadang-kadang 17 42.5

04 Tidak pernah 0 0

Jumlah 40 100%

Sedangkan untuk memberikan soal ulangan yang mudah dimengerti, yang menjawab selalu hanya 10 orang dan yang menjawab sering 13 orang sedangkanyang menjawab kadang-kadang 17 orang (42.5 %), dan yang menjawab tidak ada yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru aqidah akhlak terkadang memberikan soal ulangan yang kurang dimengerti oleh siswa, sehingga dapat dipastikan siswapun kurang bisa menjawab pertanyaan tersebut.


(72)

B. Akhlak Siswa (Variabel Y)

Tabel 20

Mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 22 55 %

02 Sering 6 15 %

03 Kadang-kadang 12 30 %

04 Tidak pernah 0 0

Jumlah 40 100%

Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa siswa yang selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru sebanyak 22 orang {55%} sedangkan yang menjawab sering hanya 6 orang {15%} dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 12 orang {30%}, sedangkan yang menjawab tidak pernah mengucapkan salam ketika bertemu guru tidak ada. Jadi dapat di indikasikan bahwa siswa MTs Fatahillah selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru, walaupun hampir 30% siswa yang terkadang mengucapkan salam.

Tabel 21 Menghormati guru

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 20 50 %

02 Sering 9 22.5 %

03 Kadang-kadang 10 2.5 %


(73)

Jumlah 40 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa siswa MTs Fatahillah selalu menghormati guru mereka dengan jawaban responden sebanyak 20 orang {50%} dan yang menjawab sering hanya 9 orang {22.5%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 10 orang {25%}, yang menjawab tidak pernah menghormati guru hanya 1 orang {2.5%}. Dari sini dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa MTs Fatahillah menghormati guru.

Tabel 22

Memperhatikan pelajaran

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 17 42.5 %

02 Sering 17 42.5 %

03 Kadang-kadang 6 15 %

04 Tidak pernah 0 0 %

Jumlah 40 100%

Mengenai memperhatikan pelajan, siswa yang menjawab selalu dan sering seimbang yaitu 17 orang {42.5%} sedangkan yang menjawab kadang-kadang hanya 6 orang {15%} dan yang menjawab tidak pernah memperhatikan pelajan tidak ada. Jadi tabel di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa siswa banyak yang memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, dan tidak ada siswa yang tidak


(74)

Tabel 23

Mengerjakan tugas yang diberikan guru

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 8 20 %

02 Sering 8 20 %

03 Kadang-kadang 19 47.5 %

04 Tidak pernah 5 12.5 %

Jumlah 40 100%

Tabel 23, tentang mengerjakan tugas yang diberikan guru, di atas terlihat bahwa kurangnya kesadaran siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mereka tida serius mengerjakan tugas tersebut, dibuktikan dengan jawaban siswa hanya 8 orang (20%) yang menjawab selalu, sedangkan yang menjawab sering juga 8 orang (20%), dan yang menjawab kadang-kadang lebih banyak yaitu 19 orang (47.5%), yang menjawab tidak pernah hanya 5 orang (12.5%) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Tabel 24

Mencium tangan orang tua ketika hendak berpergian

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 34 85 %

02 Sering 2 5 %

03 Kadang-kadang 3 7.5 %

04 Tidak pernah 1 2.5 %


(75)

Mengenai mencium tangan orang tua ketika hendak berpergian, yang

menjawab selalu sebanyak 34 orang (85%), dan yang menjawab sering 2 orang (5%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang 3 orang (7.5%). Dan yang menjawab tidak pernah mencium tangan orang tua ketika hendak berpergian hanya 1 orang (2.5%). Hal ini menunjukkan bahwa 85 % siswa selalu mencium tangan orang tua ketike mereka handak berpergian. Mungkin karena mereka sudah dibiasakan sejak kecil, sehingga hal tersebut menjadi terbiasa.

Tabel 25

Membantu pekerjaan orang tua

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase (%)

01 Selalu 18 45 %

02 Sering 7 17.5 %

03 Kadang-kadang 15 37.5 %

04 Tidak pernah 0 0 %

Jumlah 40 100%

Tabel 25 tentang membantu pekerjaan orang tua dirumah yang menjawab selalu ada 18 orang (45%), yang menjawab sering 7 orang (17.5%) sedangkan yang menjawab kadang-kadang 15 orang (37.5%) dan yang menjawab tidak pernah membantu orang tua tidak ada, dengan demikian bahwa 45 % siswa selalu membantu orang tua.


(1)

Sanjani 19 Nia Kurnia

Sari

2 2 2 1 4 2 4 3 4 1

20 Riri Rozayanti 2 3 3 3 4 2 3 2 3 2 21 Adinda Putri

Aulia

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

22 Dewi Fatwa Arifah

2 2 3 2 4 2 3 3 3 3

23 Silvia Irani 4 4 3 2 4 3 4 3 4 2 24 Siti Maisaroh 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 25 Musfida 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 26 Jamilah 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 27 Zulkifli 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 28 NurApriyani 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 29 Rahmawati 4 4 3 2 4 3 2 3 4 2 30 Rasyidah

Nuraini

2 2 3 2 4 2 3 3 4 2

31 Kamilah 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 32 Rifqi Fahlevi 3 4 3 2 4 4 3 1 2 3 33 Nurika Yuniar 3 3 4 2 3 4 3 3 2 4 34 Dita 2 4 2 2 4 2 2 2 4 2 35 Yuliyanti 3 3 3 3 4 3 3 2 1 3 36 Noviani 2 1 3 2 4 2 4 3 3 2 37 Lailatul

Udhiyah

4 3 3 2 4 2 2 3 4 2

38 Siti Nawirah 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 39 Diana

Apriyani

4 3 2 4 4 2 3 3 4 3


(2)

Indriyani

Akhlak Siswa (Variabel Y)

No

Nama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Rayhana Ramadhana

4 4 4 4 3 4 3 4 4 4

2 Nuryasiroh 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 Nuranggaraini 4 4 2 4 4 4 3 4 3 2 4 Nasrullah 4 2 3 4 4 4 3 4 2 4 5 Maria Ulfa 2 3 4 2 4 4 4 3 4 2 6 Irma Suryani 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 7 Husein 2 4 4 4 3 3 2 2 2 3 8 Putri Umi hani 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 9 Devi Amalia 1 4 4 4 4 4 2 4 4 3


(3)

10 Laila Faisya Nur 3 4 3 2 3 4 1 2 3 4 11 Putri Fauziyah 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 12 Adi Dwicahyadi 2 3 2 3 4 3 1 3 4 3 13 Ida Parwati 1 4 4 4 4 4 2 4 4 2 14 Riana

Cahyawati

2 1 2 4 4 4 2 3 2 4

15 Rahmatika Istiqomah

4 4 2 4 4 4 3 3 4 2

16 Hikmawati 2 4 2 4 4 4 2 2 4 4 17 A. Baidawi 3 2 1 2 4 4 2 3 2 4 18 M. Syahril

Sanjani

4 4 4 4 2 3 4 4 2 4

19 Nia Kurnia Sari 4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 20 Riri Rozayanti 3 4 2 2 4 3 2 3 2 4 21 Adinda Putri

Aulia

1 4 4 4 4 4 3 2 4 2

22 Dewi Fatwa Arifah

2 3 2 4 3 4 2 4 4 3

23 Silvia Irani 4 3 3 3 4 3 3 1 3 4 24 Siti Maisaroh 4 4 2 3 3 3 1 2 2 4 25 Musfida 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 26 Jamilah 1 4 4 4 4 2 4 4 3 4 27 Zulkifli 4 4 3 4 4 4 2 4 4 3 28 NurApriyani 2 4 3 4 4 4 3 4 4 2 29 Rahmawati 2 3 1 4 4 4 4 3 3 2 30 Rasyidah

Nuraini

4 4 2 4 4 4 3 3 3 2

31 Kamilah 4 4 2 3 4 4 1 2 4 2 32 Rifqi Fahlevi 4 2 4 3 3 3 4 4 3 3


(4)

33 Nurika Yuniar 2 4 2 4 2 3 1 4 3 2 34 Dita 3 3 4 4 4 4 1 4 4 3 35 Yuliyanti 4 2 4 4 2 4 4 4 3 3 36 Noviani 2 3 4 4 3 4 3 4 2 4 37 Lailatul

Udhiyah

3 4 2 3 4 3 3 4 4 3

38 Siti Nawirah 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 39 Diana Apriyani 4 3 4 3 2 4 1 2 3 3 40 Widya Indriyani 4 3 4 4 3 3 2 1 3 2


(5)

Tabel Kerja atau Tabel Perhitungan Variabel X dan Y

No X Y XY X2 Y2

1 38 30 1140 1444 900

2 35 33 1155 1225 1089

3 34 27 918 1156 729

4 34 27 918 1156 729

5 32 24 768 1024 576

6 36 34 1224 1296 1156

7 29 31 899 841 961

8 35 39 1365 1225 1521

9 34 29 986 1156 841

10 29 31 899 841 961

11 36 32 1152 1296 1024

12 28 30 840 784 900

13 33 39 1287 1089 1521

14 28 37 1036 784 1369

15 36 27 927 1296 729

16 32 24 768 1024 576

17 29 37 1037 841 1369

18 35 24 840 1225 576

19 35 25 1225 1225 625

20 29 27 783 841 729

21 32 40 1280 1024 1600

22 28 27 756 784 729

23 31 34 1054 961 1156

24 28 35 980 784 1225

25 37 35 1295 1369 1225

26 34 39 1326 1156 1521

27 36 39 1404 1404 1521

28 31 37 1147 961 1369

29 30 31 930 900 961

30 33 27 891 1089 729

31 30 35 1050 900 1225

32 33 29 957 1089 841

33 27 31 857 729 961

34 34 26 884 1156 676

35 34 28 952 1156 784


(6)

37 33 29 957 1089 841

38 34 34 1156 1156 1156

39 29 32 928 841 1024

40 29 25 725 841 625