PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA TEKS PENDEK MELALUI METODE SAS (STRUKTURAL, ANALITIK, DAN SINTETIK) DI KELAS 2A MI BADRUSSALAM SURABAYA.

(1)

SKRIPSI Oleh:

HERLIN ISMAWATI NIM. D77212081

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

2A MI Badrussalam Surabaya. Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing, Dr. J auharoti Alfin, S.Pd, M.Si.

Latar belakang penelitian ini adalah permasalahan terhadap rendahnya kemampuan membaca siswa kelas 2A MI Badrussalam Surabaya yang disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang kurang menarik. Nilai rata- rata kelas adalah 69,4. Sedangkan untuk KKM adalah 75. Terdapat sekitar 12 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM, dan sisanya sekitar 15 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM. Faktor yang menyebabkan rendahnya nilai siswa adalah Rendahnya minat siswa dalam belajar, rendahnya pengenalan tentang simbol- simbol huruf, sulitnya mengejah dalam membaca, kurangnya dorongan atau motivasi dari keluarga. Sehingga peneliti ingin memberikan solusi untuk masalah ini yaitu dengan memberikan metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik).

Rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana kemampuan siswa dalam membaca pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2A MI Badrussalam Surabaya sebelum diterapkan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)?. 2) Bagaimana kemampuan siswa dalam membaca pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2A MI Badrussalam Surabaya saat diterapkan Metode SAS (Struktural,

Analitik, dan Sintetik)?. 3) Bagaimana peningkatan kemampuan membaca

siswa dengan menggunakan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas 2A MI Badrussalam Surabaya?

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. PTK ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan non tes. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan rumus presentase ketuntasan belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kemampuan membaca siswa sebelum diterapkan metode SAS masih rendah. (2) Penerapan metode SAS untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa telah dilaksanakan dengan baik. Dapat dilihat dari hasil siklus I sebesar 51,80% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 85,18%. Dan hasil observasi siswa pada siklus I sebesar 70,8 lalu mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 85,5. (3) Terdapat peningkatan kemampuan membaca Bahasa Indonesia pada siswa, yaitu dilihat pada ketuntasan belajar pada Siklus I sebesar 51,80%, meningkat sebesar 85,18% pada Siklus II. Untuk nilai rata- rata kelas pada Siklus I sebesar 71,8. Lalu meningkat menjadi 82,03 pada Siklus II.

Kata Kunci : Membaca Teks Pendek, Metode SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik)


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN i

HALAMAN MOTTO ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR RUMUS xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Tindakan Penelitian 7

E. Lingkup Penelitian 7

F. Manfaat Penelitian 8


(7)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Membaca 12

1. Pengertian Kemampuan Membaca 12

2. Hakikat Membaca 13

a. Faktor-faktor membaca 15

b. Tujuan membaca 16

c. Jenis-jenis membaca 17

d. Karakteristik kesulitan membaca 19

B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 22 1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 22 2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI 23 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI 24 C. Metode Pembelajaran SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik) 25

1. Pengertian Metode Pembelajaran SAS 25

2. Langkah-langkah metode pembelajaran SAS 26

3. Kelebihan metode pembelajaran SAS 30

4. Kekurangan metode pembelajaran SAS 30

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 31

B. Setting Penelitian 34


(8)

D. Rencana Tindakan 35

E. Data Cara Pengumpulannya 43

F. Analisis Data 45

G. Indikator Kinerja 47

H. Tim Peneliti dan Tugasnya 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Profil Sekolah 49

B. Hasil Penelitian 54

1. Pra Siklus 52

2. Siklus I 54

3. Siklus II 67

C. Hasil, Pembahasan, dan Temuan 78

1. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus I dan Siklus II 78 2. Hasil Belajar Siswa pada Pra Sikluss, Siklus I, dan Siklus II 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 84

B. Saran 85

DAFTAR PUSTAKA


(9)

RIWAYAT HIDUP


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab1 . Proses belajar mengajar antara siswa dan guru harus terdapat interaksi dan dapat menghasilkan nilai yang maksimal, komunikatif, dan konduksif yaitu dengan menghadirkan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian pembelajaran tidak akan monoton dan peserta didik menjadi bersemangat dalam belajar.

Guru dituntut untuk memberikan yang terbaik kepada muridnya, dalam memilih metode, dan kadar keaktifan siswa harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan menggunakan beragam metode. Membaca merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia, mengingat

1


(11)

pentingnya membaca adalah kunci sebuah ilmu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 perintah untuk membaca.2

) (

) ( )

( )

(

)

(

Artinya :

1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. 2)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dari penjelasan ayat di atas telah dijelaskan bahwa Allah melimpahkan karunia yang tak terhingga kepada manusia agar membiasakan diri untuk membaca, senantiasa memiliki wawasan, pengetahuan, bahkan ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Mengajar bukan hanya sebuah proses untuk menyajikan pelajaran dan kemudian menguji siswa, namun mengajar merupakan seni yang menyajikan kreatifitas yang sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan dengan beragam latar belakang siswa. Dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat hendaknya dapat mengakomodasi itu semua.3 Salah satu aspek yang dikembangkan sejak usia dini ialah bahasa. Kemampuan bahasa sangat penting bagi anak, karena dipakai oleh anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya. Terutama dalam hal membaca, seorang anak

2

Departemen Agama Islam Membaca Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 123.

3


(12)

haruslah dapat membaca, dengan bisa membaca maka akan mempermudah anak tersebut untuk memahami setiap materi dalam proses belajar disekolah.

Akan tetapi yang terjadi di lapangan, banyak ditemukan bahwa guru menguasai mata pelajaran dengan baik tetapi kegiatan pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Ada faktor siswa yang juga dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi. Penyebab dari kurangnya pemahaman siswa adalah tingkat baca siswa yang kurang baik. Setelah penulis melakukan pengamatan dan wawancara pada tanggal 8 Oktober 2015 dengan guru kelas di MI Badrussalam Surabaya, ditemukan masih ada siswa kelas 2A yang mengalami kesulitan dalam membaca. Diketahui untuk pelajaran Bahasa Indonesia memiliki KKM 75. Untuk kelas 2A sendiri terdapat 27 siswa, dan nilai rata-rata kelas adalah adalah 69,4.

Faktor yang menyebabkan siswa belum memenuhi KKM adalah adanya kesalahan saat membaca yaitu 1) Terdapat penghilangan kata pada suatu kalimat, 2) Masih membaca secara terbata-bata, 3) Melakukan pengulangan kata, 4) Menghilangkan beberapa huruf pada sebuah bacaan. Bukan hanya itu saja tetapi ada siswa yang masih belum bisa melafalkan bacaan dengan intonasi yang tepat. Siswa hanya sekedar membaca, tetapi tidak mengerti dibagian mana mereka harus berhenti dan kurangnya memperhatikan jeda. Hal ini sangat mempengaruhi arti dari sebuah bacaan, dan juga mengganggu proses belajar mengajar. Dimana siswa akan kesulitan dalam memahami setiap materi yang diberikan oleh guru.


(13)

Untuk faktor yang memicu rendahnya kemampuan membaca siswa kelas 2A adalah 1) Rendahnya minat siswa dalam belajar, 2) Rendahnya pengenalan tentang simbol-simbol huruf (seperti membedakan antara huruf-huruf yang hampir sama), 3) Sulitnya mengejah dalam membaca, 4) Pengajaran yang membosankan, 5) Kurangnya dorongan atau motivasi dari keluarga, sebagai contoh kedua orang tua yang bekerja dan menyebabkan anak menjadi tidak dipedulikan dalam hal pendidikan. Berdasarkan hasil pembelajaran yang kurang memuaskan, maka dari itu perlu diterapkan pembelajaran yang menyenangkan, tidak hanya guru tetapi peran siswa juga diperlukan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman dalam proses belajar siswa.

Sebagaimana hasil pencarian penelitian terdahulu mengenai kemampuan membaca melalui metode pembelajaran SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) yang di dapat antara lain : Niar Dahniar4, dan Reni Dwi Astuti5. Niar Dahniar dan Reni Dwi Astuti sama-sama menggunakan metode pembelajran SAS hanya saja yang dikaji berbeda. Niar Dahniar mengkaji keterampilan membaca lanjutan dengan hasil rata-rata persentase keterampilan membaca lanjutan siswa pada

4

Niar Dahniar, Peningkatan Keterampilan Membaca Lanjutan Dengan Metode SAS Siswa Kelas II SDN2 Ogowele, Skripsi, (Palu : PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako, 2014 )

5

Reni Dwi Astuti, Peningkatan Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik Pada Siswa Kelas 1 SDN Ngluwar 2 Magelang Jawa Tengah, Skripsi, (Yogyakarta : PGSD Uneversitas Negeri Yogyakarta, 2014 )


(14)

prasiklus 22,2%. Meningkat 55,5% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 83,3% pada siklus II. Sedangkan Reni Dwi Astuti mengkaji kemampuan membaca dan menulis permulaan dengan rata- rata kemampuan membaca dan menulis permulaan siswa pada kondisi awal sebesar 60,61. Nilai rata- rata pada siklus I meningkat 4,6 (kondisi awal 60,61 menjadi 65,21) dan pada siklus II meningkat 10,77 (kondisi awal 60,61 menjadi 71,39).

Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan sebuah metode yang tepat untuk membantu kesulitan siswa dalam membaca untuk mempermudah proses pembelajaran, dalam hal ini metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) sangatlah tepat. Bukan hanya mengajari siswa untuk dapat membaca dengan lancar, tetapi metode tersebut dapat membantu siswa dalam memahami setiap kata dalam sebuah kalimat bacaan.

Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) akan mengajari para siswa untuk menganalisis sebuah kalimat menjadi kata, suku kata, dan huruf kemudian menyusunnya kembali menjadi kalimat yang utuh, dengan demikian guru dan siswa akan berperan aktif dan semangat dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu ada upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan judul penelitian yaitu: Peningkatan Kemampuan Membaca Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca Teks Pendek


(15)

Melalui Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) di Kelas 2A MI Badrussalam Surabaya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kemampuan siswa dalam membaca pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2A MI Badrussalam Surabaya sebelum diterapkan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)?

2. Bagaimana kemampuan siswa dalam membaca pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2A MI Badrussalam Surabaya saat diterapkan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca siswa dengan menggunakan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas 2A MI Badrussalam Surabaya?

C. Tindakan yang Dipilih

Peniltian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan dikelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik) yang dilakukan di kelas. Dengan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)siswa dapat membaca dengan baik dan lancar.


(16)

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah, maka dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2A MI Badrussalam Surabaya sebelum penerapan metode SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik).

2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2A MI Badrussalam Surabaya saat diterapkannya Metode SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik).

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca setelah menggunakan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 2A MI Badrussalam Surabaya.

E. Lingkup Penelitian

Adapun subjek penelitian yang akan diambil, yaitu :

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada siswa kelas 2A MI Badrussalam Surabaya semester genap tahun ajaran 2015-2016.

2. Penelitian fokus pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 2A semester genap materi Membaca Teks Pendek menggunakan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik).


(17)

3. Kompetensi Dasar: Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat

Indikator:

7.1.1. Membaca kalimat sederhana dengan lancar.

7.1.2. Membaca kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat dan benar.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat secara teoritis dan praktis antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis

Dalam penelitian ini, setidaknya dapat memberikan sumbangsi pemikiran dan masukan bagi penelitian yang akan datang dalam penelitian tentang peningkatan kemampuan belajar Bahasa Indonesia materi membaca teks pendek dengan lancar dengan Penerapan Metode Pembelajaran SAS. 2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1. Menjadikan siswa aktif sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mudah dan terarah.

2. Siswa dapat mendapatkan suasana baru dalam proses pembelajaran sehingga lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan metode SAS.


(18)

b. Bagi guru

1. Guru dapat mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan sehingga guru dapat mengetahui masalah-masalah yang terdapat di kelas.

2. Mendapat ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitian dan dapat langsung diterapkan disekolah terutama dalam proses pembelajaran. c. Bagi peneliti

1. Penelitian ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran dan mutu sekolah.

2. Guru dapat menerapkan pembelajaran dengan model SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia agar dapat memahami konsep tersebut dengan baik sehingga pembelajaran kelas menjadi lebih baik.

3. Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan baru bagi sekolah tentang variasi pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru serta meningkatkan mutu proses pembelajaran.

G. Definisi Operasional

Agar penelitian ini dapat dipahammi maka, peneliti membuat penelitian yang berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa


(19)

Indonesia Materi Membaca Teks Pendek Melalui Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)di kelas 2A MI Badrussalam Surabaya .

1. Peningkatan

Peningkatan adalah upaya untuk menambah nilai kemampuan mengidentifikasi peserta. Atau dapat diartikan sebagai upaya untuk menaikkan kemampuan membaca siswa dalam membaca teks pendek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2A.

2. Kemampuan

Kecakapan setiap siswa untuk menyelesaikan pekerjaan atau menguasai hal-hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan. Dapat diartikan juga sebagai kemampuan siswa dalam melakuan aktivitas dan menyelesaikan tugas dengan baik.

3. Membaca Teks Pendek

Yaitu materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas 2A SD/MI Hal ini sesuai dengan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia 7.1. yaitu Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat .

4. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, berkomunikasi yang dapat dilakukan dengan cara tertulis maupun lisan. Mata pelajaran yang wajib ada di setiap jenjang pendidikan di


(20)

Indonesia untuk menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsa dan tanah air, serta mempunyai peran penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan siswa untuk tahap perkembangan selanjutnya.

5. Metode SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik)

Suatu metode cerita yang disertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur Struktural Analitik Sintetik. Menekankan pada pengenalan huruf, suku kata, dan kata lalu menganalisisnya. Dengan demikian, maksud dari judul ini adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat membaca dengan lancar.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Membaca

1. Pengertian Kemampuan Membaca

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti adalah sanggup melakukan sesuatu. Sedangkan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Seseorang dikatakan mampu apabila bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dilakukannya. Sehingga, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan.

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arajad, Sakura H. Ridwan, dan Zulfahnur Z. Mukti, mengungkapkan bahwa pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Kemampuan dasar membaca tersebut yaitu kemampuan untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan.6

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kemampuan membaca adalah kecakapan atau kesanggupan anak dalam mengenal lambang tulisan yang menitikberatkan pada aspek kemampuan membaca. Antara lain 6

Sabarti Akhadiah, dkk, Bahasa Indonesia 1,( Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan 1993), 11.


(22)

kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, membaca suku kata, dan kemampuan membaca kata.

2. Hakikat Membaca

Meskipun media non cetak (televisi) telah banyak menggantikan media cetak (buku), kemampuan membaca masih memegang peranan penting dalam kehidupan manusia modern. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat, manusia harus terus menerus memperbarui pengetahuan dan keterampilannya.Pengetahuan dan keterampilan tersebut sebagaian besar diperoleh melalui membaca. Dalam kehidupan modern, jika tidak memperbarui pengetahuan dan keterampilannya, orang mungkin akan mengalami kesulitan dalam memperoleh lapangan pekerjaan yang layak.

Membaca adalah salah satu cara agar melatih peserta didik untuk menjadi individu yang lebih terampil. Membaca juga merupakan aktifitas atau kegiatan yang kompleks dan disengaja, dalam hal ini berupa proses berpikir yang didalamnya tersendiri dan berbagai aksi pikiran yang bekerja secara terpadu mengarah pada satu tujuan yaitu memahami makna paparan tertulis secara keseluruhan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerdarso, bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat, kita tidak dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau tanpa menggunakan pikiran kita.


(23)

Lain halnya dengan Tarigan yang mendefinisikan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Selain itu, Tarigan menambahkan membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam isi yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.7

Sedangkan menurut Grellet yang dikutip oleh Harras membaca adalah kegiatan berinteraksi dengan teks dan menerka apa kira-kira isi teks yang dibaca. Untuk dapat melaksanakan proses interaksi dan menerka isi teks secara efektif dan efisien, diperlukan sejumlah pengetahuan berkaitan dengan teks yang hendak dibaca.8

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar dapat membaca untuk belajar.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses keterampilan yang sering dilakukan untuk berinteraksi.

7

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1979), 7.

8


(24)

a) Faktor-faktor membaca

Membaca merupakan salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang berlangsung pada diri pembaca. Menurut Silitonga keberhasilan pengajaran membaca dalam tugas biasanya ditentukan oleh beberapa faktor termasuk yang dominan dalam hal ini ialah (1) faktor dari dalam diri siswa sendiri, seperti minat, perhatian, kematangan jiwa, dan sikap sosial, dan (2) faktor dari luar siswa, seperti lingkungan sekitarnya, situasi, kondisi sosial, ekonomi keluarga, kondisi sekolah, dan kondisi program pengajaran membaca.9 Yang dimaksud faktor dari dalam diri siswa adalah faktor yang muncul atas inisiatif siswa tersebut.

Semakin tinggi inisiatif siswa untuk membaca, maka semakin tinggi pula keinginan siswa untuk membaca, dan sebaliknya semakin rendah inisiatif siswa untuk membaca, maka semakin rendah pula keinginan siswa untuk membaca. Selain inisiatif juga terdapat berbagai macam yang mempengaruhi keinginan siswa untuk membaca, diantaranya minat, perhatian, kematangan jiwa dan sikap sosial. Sedangkan faktor dari luar adalah faktor yang muncul atas kejadian-kejadian atau rangsangan-rangsangan dari lingkungan sekitar diantaranya, lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan masyarakat. Selain itu terdapat pula

9

M. Silitonga dkk. Kemampuan Berbahasa Indonesis Siswa Kelas III SMP Sumatra: Membaca dan Menulis, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1984), 8.


(25)

kondisi sosial, ekonomi keluarga, kondisi sekolah, dan kondisi program pengajaran membaca.

b) Tujuan Membaca

Secara garis besar manfaat membaca adalah dapat mengetahui pengetahuan dan menambah wawasan. Selain itu, sesorang yang melakukan aktifitas membaca tentulah mempunyai tujuan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat penting. Menurut Dwi Sunar Prasetyono tujuan membaca sebagai berikut:

1) Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Membaca merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak karena anak dapat memiliki kemampuan membaca sesuai dengan tahap perkembangan membaca anak.

2) Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah. Melalui buku atau bahan bacaan yang lain, membaca dapat menyumbangkan pengetahuan dan wawasan pada anak.

3) Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Membaca pada tujuan ini adalah untuk membaca pada tahap membaca selanjutnya.10

10

Dwi Sunar Prasety.Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini. ( Yogyakarta: Think, 2008), 8.


(26)

Selain itu, Suhendar menjelaskan secara lebih khusus mengenai tujuan membaca sehingga dapat dibedakan atas jenis-jenis sebagai berikut:

1) Meningkatkan kemampuan membaca yang lebih mendasar di dalam hal:

a) Pengenalan kata. b) Ketepatan makna kata.

c) Wawancara dan interpretasi keterbacaan.

d) Membaca nyaring dan membaca dalam hati dan e) Pemanfaatan buku-buku yang lebih mangkus.

2) Mendapatkan keterangan yang lebih pantas untuk kekayaan bahan bacaan yang memadai.

3) Meningkatkan kesenangan dalam membaca.

4) Meningkatkan daya tarik, sehingga benar-benar menjadi pembaca sukarela.

5) Memperoleh keterampilan membaca sebagai jalan menggali kekayaan yang diperlukan dan amat menarik.11

c) Jenis-jenis membaca

Ada tiga jenis membaca yaitu membaca yaitu membaca nyaring atau membaca bersuara, membaca dalam hati, dan membaca telaah isi.

11

Suhendar, dkk.MKDU Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca& Keterampilan Menulis,(Bandung: Pionir Jaya, 1992), 22.


(27)

Membaca nyaring atau bersuara merupakan kegiatan membaca yang memerlukan keterampilan yang saling berkaitan, antara lain keterampilan melafalkan, intonasi, kejelasan, bahkan keberanian, dalam membaca.

Membaca dalam hati adalah membaca yang hanya mempergunakan ingatan visual yang melibatkan mata dan ingatan, bertujuan untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati sangat sering dilakukan oleh banyak orang, sebab dalam membaca dalam hati informasi akan mudah diperoleh tanpa mengeluarkan suara saat membaca. Membaca telaah isi adalah membaca dengan tujuan untuk mengetahui serta menelaah suatu isi bacaan secara lebih mendalam.12

Menurut I Gusti Ngurah Oka jenis-jenis membaca dapat dibagi menjadi enam, antara lain sebagai berikut:

1) Membaca permulaan disajikan pada siswa tingkat permulaan sekolah dasar untuk menanamkan kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi bahasa yang di wakilinya.

2) Membaca nyaring merupakan lanjutan membaca permulaan meskipun ada yang memandang sebagai bagian tersendiri, misalnya membaca kutipan.

3) Membaca dalam hati membaca yang membina siswa agar mampumembaca tanpa suara dan mampu memahami isi penuturan tertulis yang dibacanya.

12


(28)

4) Membaca pemahaman dalam praktik, membaca pemahaman hamper tidak berbeda dengan membaca dalam hati, karena kedua jenis membaca ini menitik beratkan pada pemahaman ini dalam waktu relatif yang singkat (jenis membaca ini di gunakan sebagai bahan kajian penelitian).

5) Membaca bahasa merupakan alat yang dimanfaatkan guru untuk membina kemampuan bahasa siswa.

6) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman.13

Berdasarkan pendapat tentang tujuan membaca maka dapat ditegaskan bahwa tujuan membaca adalah untuk meningkatkan pengetahuan, serta mempersiapkan kemampuan anak dalam membaca ke tahap selanjutnya. Dari beberapa jenis membaca diatas, maka dalam penelitian ini lebih difokuskan pada siswa tingkat permulaan sekolah dasar.

d) Karakteristik kesulitan membaca

Adapun perilaku anak menurut pendapat Vernon yang dikutip dalam buku Mulyono tentang perilaku anak dalam kesulitan belajar membaca adalah Penghilangan huruf atau kata sering dilakukan oleh anak. Penghilangan huruf atau kata biasanya terjadi pada pertengahan atau akhir

13

I Gusti Ngurah Oka.Pengantar Membaca dan Pengajajrannya. (Surabaya: Usaha Nasional 1983), 22.


(29)

kata atau kalimat. Contoh : “ Baju anak itu merah” dibaca “ Baju itu merah” ; “ Adik membeli roti” dibaca “adik beli roti”.14

Dibawah ini adapun daftar berbagai kekeliruan membaca lisan siswa pada siswa SD yang sering terjadi, sebagai berikut :

Tabel 2.1

Daftar cek berbagai kekeliruan membaca lisan siswa pada siswa SD

No Jenis Kekeliruan Cek Keterangan

1 Tidak Dapat melafalkan semua huruf vokal

( a, i, u, e, o )

2 Tidak dapat melafalkan beberapa huruf vocal

3 Tidak dapat melafalkan semua huruf konsonan

( b, c, d, f, … )

4 Tidak dapat melafalkan beberapa huruf konsonan

5 Tidak dapat melafalkan beberapa huruf beberapa huruf diftong ( ny, ng )

6 Tidak dapat melafalkan gabungan huruf konsonan-vokal (ba, pa,… ) 7 Tidak dapat melafalkan gabungan

huruf diftong vokal ( nya, ngu,… ) 8 Tidak dapat melafalkan vokal

rangkap (ia, io, au,..)

9 Tidak dapat melafalkan gabungan konsonan vokal–konsonan ( ba-pak, ka-pal, pas-ti)

10 Tidak dapat melafalkan gabungan vokal konsonan ( as-pal, ir-na )

14


(30)

11 Tidak dapat membedakan huruf yang bentuknya hampir sama ( b-d, p-q, m-n, u-w)

12 Penghilangan huruf atau kata

(“ Bunga mawar itu merah” dibaca “ Bunga itu merah )

13 Penyisipan kata

(“ Rumah Paman di Semarang” dibaca “ Rumah Paman ada di Semarang”)

14 Penggantian kata , maka tetap

( Ayah menulis surat “ dibaca “Bapak menulis surat”)

15 Penggantian kata makna berbeda (“ itu kucing Ali” dibaca “ itu kacang Ali “)

16 Pengucapan kata yang salah, makna sama

(“Hati saya senang “ dibaca “ Hati saya seneng”)

17 Pengucapan kata yang salah, tidak bermakna

( “Mama beli nanas? “ dibaca “Mama beli memas”)

18 Pengucapan kata dengan bantuan guru

(“ Kuda itu ;lari kencang “ dibaca “ Kuda itu lari…….kencang )

19 Pengulangan

(“ Wati main bolla” dibaca “ wa ma-ma-ma-in bo-la”)

20 Pembalikan kalimat, subjek, predikat, objek, (“Baju saya dicuci bibi” dibaca “baju saya bibi cuci”) 21 Tidak memperhatikan tanda baca

(“ Bapak dan Ibu pergi ke kantor. Saya pergi ke sekolah” dibaca “Bapak dan Ibu pergi ke kantor saya pergi ke sekolah”)

22 Membetulkan kesalahan sendiri (“Duku itu manis” dibaca “ Buku itu manis” lalu dibetulkan sendiri “


(31)

Duku itu manis” )

23 Ragu-ragu dalam membaca

(“Iwan bermain layang-layang” dibaca

“iwan.bermain….layang…laying..”) 24 Membaca tersendat-sendat

(“Bu Ita guru Nani “ dibaca “ Bu I.tagu…gu….ru….Na….na….ni”) 25 Tidak dapat mengurutkan susunan

urutan cerita. Kesulitan dalam mengingat susunan cerita, sehingga membuat urutan cerita mejadi tidak runtun.

Dari penjelasan tabel diatas dapat diketahui bahwa ada banyak kekeliruan saat membaca yang sering terjadi pada anak sekolah tingkat dasar. Mulai dari kekeliruan yang kecil hingga kekeliruan yang sangat besar. Kekeliruan tersebut akan terus terulang jika tidak diatasi dengan baik. Dampaknya adalah jika seorang siswa keliru dalam pelafalan bacaan, maka yang akan terjadi adalah siswa tersebut dapat mengubah arti dari bacaan tersebut dan akan kesulitan dalam memahami suatu bacaan.

B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Madrasah Ibtidaiyah

Adapun penjelasan tentang keterkaitan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan pendidikan di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah sebagai berikut :

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa adalah sebuah sistem yang memadukan dunia makna dengan dunia bunyi. Bahasa merupakan suatu sistem yang berarti bahwa bahasa itu


(32)

terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, gramatika, dan leksikon. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang sangat penting untuk dipelajari karena dapat membantu siswa dalam mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginative yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.15

2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Madrasah Ibtidaiyah

Dari pemaparan tentang pengertian mata pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun tujuan dari Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah, yaitu:16

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan Bahasa Negara.

15

Permendiknas, No 22 Tahun 2006,Tentang Standart Kompetensi (SK) dan Kompotensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Madrasah Ibtidaiyah.

16


(33)

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Madrasah Ibtidaiyah

Berikut adalah ruang lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah:

a. Mendengarkan,adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya.

b. Berbicara, keterampilan Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat.


(34)

c. Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara.

d. Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya.

C. Metode Pembelajaran SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik)

1. Pengertian Metode Pembelajaran SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik )

SAS merupakan kepanjangan dari Struktural Analitik Sintetik dimana struktural berarti keseluruhan, Sintetik berarti penguraian, dan Analitik berarti menggabungkan kembali. Menurut Supriyadi pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita disertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik.17

Metode SAS menurut Djuzak adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru

17


(35)

dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti.

Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan: struktural menampilkan keseluruhan, analitik melakukan proses penguraian, sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula.

Landasan linguistiknya bahwa unsur bahasa dalam metode SAS ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya dengan urutan mengembangkan potensi dan pengalaman anak, membimbing anak menemukan jawaban suatu masalah. Landasan psikologisnya bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat ingin tahu.18

2. Langkah-langkah metode pembelajaran SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan dikelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) yang dilakukan di kelas.

18

Momo, Penggunaan Metode SAS dalam Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: P3G Depdikbud. 1980), 45.


(36)

Dengan Metode SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik)siswa dapat membaca dengan baik dan lancar. Berikut ini adalah langkah-langkahnya :19

a. Merekam bahasa murid

Bahasa yang digunakan di dalam percakapan mereka direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan sebagai bacaan adalah bahasa murid sendiri maka murid tidak akan mengalami kesulitan.

b. Menampilkan gambar sambil bercerita

Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada murid, sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan membaca. Contoh: Guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis, sambil bercerita.

Tabel 2.2 Contoh cerita pendek

Ini Adi Adi duduk di kursi Ia sedang menulis surat

Kalimat-kalimat guru tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan bacaan.

19


(37)

c. Membaca gambar

Contoh: Guru memperlihat gambar seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat “ini ibu”. Murid melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan guru.

d. Membaca gambar dengan kartu kalimat

Setelah murid dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan pelaksanaanya dapat digunakan media berupa papan selip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, dan kartu gambar. Dengan menggunakan kartu-kartu dan papan selip atau papan flannel, maka pada saat menguraikan dan menggabungkan kembali kartu-kartu tersebut akan lebih mudah.

e. Membuat kalimat secara Struktural (S)

Setelah murid mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini media yang digunakan adalah kartu-kartu kalimat serta papan selip. Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca murid adalah kalimat:

Tabel 2.3

Pembentukan kalimat menjadi struktural ini bola adi

ini bola ali ini bola tuti


(38)

f. Proses Analitik (A)

Sesudah murid dapat membaca kalimat, mulailah murid menganalisis kalimat itu menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Adapun penjabarannya sebagi berikut :

Tabel 2.4

Penjabaran Proses Analitik ini bola

ini bola i ni bo la i n i b o l a

g. Proses Sintetik (S)

Setelah murid mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang diuraikan, huruf-huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat semula.

Tabel 2.5

Penjabaran Proses Sintetik i n i b o l a

i ni bo la ini bola

ini bola

Tabel 2.6

Secara utuh, proses SAS tersebut sebagai berikut: Ini bola

ini bola i ni bo la i n i b o l a

i ni bo la ini bola ini bola


(39)

Gambar 2.1

Tampilan Metode SAS secara keseluruhan

3. Kelebihan metode pembelajaran SAS( Struktural, Analitik, dan Sintetik) a) Metode ini dapat digunakan sebagai landasan berpikir analisis.

b) Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya.

c) Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar.

4. Kekurangan metode pembelajaran SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)

a) Pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar.

b) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah-sekolah tertentu dirasa sukar.


(40)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan PTK (Penelitian Tindakan kelas), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tindakan-tindakan tertentu agar dapat meningkatkan pembelajaran di kelas.20 Banyak model yang dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Adapun manfaat dari model adalah sebagai berikut :

1) Model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia. 2) Model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan

penelitian.

3) Model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks. 4) Model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.

Adapun model penelitian tindakan kelas yang digunakan oleh peneliti yaitu model penelitian tindakan kelas Kurt Lewin. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada 4 hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan, Apabila digambarkan proses penelitian tindakan digambarkan pada bagan dibawah ini :


(41)

Gambar 3.1 : siklus PTK model Kurt Lewin21

21Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, Prestasi Pustakaraya, 2011), 30. PERENCANA AN (Planning) TINDAKAN (Acting) PENGAMAT AN(Observing ) REFLEKSI (Reflecting) TINDAKAN (Acting) PENGAMAT AN(Observing ) REFLEKSI (Reflecting) TERUS-MENERUS S IK LU S I S IK LU S II PENGAMATAN (Observing) PERENCANAAN (Planning) PERENCANAAN (Planning) PENGAMATAN (Observing) TERUS- MENERUS S IK LU S II S IK LU S I


(42)

Sebelum melakukan PTK, peneliti melakukan observasi awal untuk melakukan identifikasi masalah. Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasi PTK di rumuskan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut yang sesuai dengan model Kurt Lewin22:

1. Menyusun perencanaan (Planning)

Mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan dikelas,mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

a. Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa.

b. Melakukan wawancara terhadap guru bidang studi Bahasa Indonesia. c. Data yang telah diidentifikasi, dianalisis berdasarkan hasil wawancara dan

disimpulkan.

d. Merencanakan tindakan yang lebih tepat berdasarkan asal penyebab masalah-masalah itu dengan menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan instrument penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman observasi terhadap guru dan siswa, catatan lapangan.

2. Melaksanakan tindakan (Acting).

Melakukan tindakan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP, dalam situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup. Dalam pelakasanaan tindakan, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru bidang

22Husniyatus salamah dan Abd. Kadir, et.al, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: LAPIS PGMI,


(43)

studi bahasa indonesia. Pelaku tindakan adalah peneliti sedangkan guru bidang studi Bahasa Indonesia sebagai observer.

3. Melaksanakan pengamatan (Observing)

Pada tahap ini observer melakukan pengamatan terhadap proses tindakan kelas, situasi kelas, dan aktivitas belajar siswa di kelas dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan. Peneliti juga mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Data-data pada saat observasi, dikumpulkan dan disanalisis secara menyeluruh. 4. Melakukan refleksi (Reflecting)

Mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.23

B. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di MI Badrussalam Surabaya yang berlokasi di Jalan Pradah Kali Kendal Surabaya. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas 2A Semester Genap tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 siswa, terdiri dari 11 siswa anak perempuan dan 16 siswa anak laki-laki. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, subjek penelitian memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda.


(44)

Mata pelajaran yang dijadikan objek penelitian adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 2A dengan materi Membaca isi teks pendek (10-15 kalimat) yang dibaca dengan membaca lancar.

C. Variabel yang Diselidiki

Variabel merupakan segala sesuatu yang dijadikan objek dalam suatu penelitian.24 Variabel-variabel yang dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu:

1. Variabel input : siswa kelas 2A MI Badrussalam Surabaya

2. Variabel proses yaitu pebelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode pembelajaran Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik)

3. Variabel output peningkatan kemampuan membaca teks pendek

D. Rencana Tindakan

Penelitian ini di telah dirancang dengan menggunakan model siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu : tahap membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan, mengadakan pengamatan atau observasi, mengadakan refleksi.

1. Pelaksanaan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan Model penelitian dari kurt Lewin, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu dengan siklus berikutnya.


(45)

Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus, pada masing-masing siklus terdiri dari kegiatan sebagai berikut :

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan Tindakan c. Pengamatan/Observasi d. Refleksi

1) Siklus I

a) Perencanaan

(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pelajaran Bahasa Indonesia materi membaca teks pendek

(2) Menyiapkan sumber dan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran

(3) Menyiapkan lembar kerja siswa.

(4) Menyiapkan lembar observasi dan alat pengumpul data lainnya yang akan digunakan dalam penelitian.

(5) Menyiapkan lembar evaluasi.

(6) Instrumen penilaian berupa pedoman observasi dan wawancara yang digunakan untuk proses pembelajaran yang telah dilakukan.

b)Tindakan

Pada pertemuan ini peneliti menggunakan konsep belajar mandiri dan penggunaan media secara kelompok melalui Metode SAS (Struktural,


(46)

Analitik, dan Sintetik). Prosedur pelaksanaannya adalah menerapkan tindakan mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran, diantaranya :

Tabel 3.2 Prosedur RPP Siklus I

Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

Pendahuluan Kegiatan Awal

Apersepsi

- Guru mengucapkan salam.

- Guru bersama siswa berdoa sebelum belajar.

- Guru menanyakan kabar siswa. - Guru mengecek kehadiran siswa.

- Guru memotivasi siswa dengan mengajak bernyanyi lagu huruf

“ABCD” secara bersama-sama.

- Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

1. Siswa dapat membaca kalimat sederhana dengan lancar dan benar. 2. Siswa dapat membaca kalimat

sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat dan benar

10 menit

Inti Kegiatan Inti

Eksplorasi

- Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menunjukkan sebuah gambar cerita tetang Burung Pipit.

- Guru membagikan materi kepada siswa - Guru memberi contoh cara membaca

yang benar dan baik

- Guru mengintruksikan kepada siswa untuk mengikuti membaca

- Guru mengambil contoh satu kalimat untuk ditulis dipapan dan menjelaskan kepada siswa sesuai dengan metode SAS ( Struktural, Analitik, dan Sintetik) Elaborasi

- Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok


(47)

- Guru memberikan LK kepada siswa untuk dikerjakan bersama kelompok - Guru memberikan penjelasan tentang

petunjuk kerja

- Guru berkeliling kesetiap kelompok untuk membimbing siswa

- Jika tugas sudah selesai, Guru memanggil setiap kelompok untuk maju kedepan dan membacakan hasil kerja secara individu

- Setiap kelompok maju secara bergilir - Setelah kegiatan selesai, Guru

memberikan penghargaan kepada siswa dengan tepuk tangan atau mengucapkan “pintar semua”

Penutup Kegiatan Penutup

- Setelah siswa melakukan latihan dan guru menganggap semua siswa sudah sudah menguasai bacaan, guru memberikan latihan mandiri (PR) dengan tujuan agar siswa meningkatkan kemampuan membacanya yang telah diajarkan oleh guru.

Konfirmasi

- Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini

- Guru memberi kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk bertanya jika ada materi bacaan yang belum mereka pahami.

- Guru memberi umpan balik tentang materi yang sudah diajarkan dengan memberikan pertayaan yang di tulis di papan, dan guru menunjuk salah satu siswa untuk membacanya.

- Salam dan doa penutup.


(48)

c)Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan atau merekam data mengenai proses kemampuan siswa dalam kemampuan membaca teks pendek dengan menggunakan metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik).

d)Refleksi

(1) Memeriksa instrumen penelitian dan catatan hasil observasi

(2) Melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam tindakan.

(3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

(4) Evaluasi tindakan I

2) Siklus II

Apabila telah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, maka guru bersama peneliti menentukan rancangan siklus berikutnya untuk menguatkan hasil. a. Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan ketika melakukan penelitian, diantaranya:

1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pelajaran Bahasa Indonesia materi membaca teks pendek.


(49)

2. Menyiapkan sumber dan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.

3. Menyiapkan lembar kerja siswa.

4. Menyiapkan lembar observasi dan alat pengumpul data lainnya yang akan digunakan dalam penelitian.

5. Menyiapkan lembar evaluasi.

6. Instrumen penilaian berupa pedoman observasi dan wawancara yang digunakan untuk proses pembelajaran yang telah dilakukan.

b. Tindakan

Tindakan dilakukan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun rincian rencana pelaksanaan pembelajarannya meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.Prosedur pelaksanaan siklus II adalah menerapkan tindakan mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran, diantaranya:

Tabel 3.3 Prosedur Siklus II

Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

Pendahuluan Kegiatan Awal

Apersepsi

- Guru mengucapkan salam.

- Guru bersama siswa berdoa sebelum belajar.

- Guru menanyakan kabar siswa. - Guru mengecek kehadiran siswa.

- Guru memotivasi siswa dengan mengajak bernyanyi lagu huruf

“ABCD” secara bersama-sama.


(50)

- Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

3. Siswa dapat membaca kalimat sederhana dengan lancar dan benar. 4. Siswa dapat membaca kalimat

sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat dan benar

Inti Kegiatan Inti

Eksplorasi

- Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menunjukkan sebuah gambar cerita tetang Kupu-Kupu

- Guru membagikan materi kepada siswa - Guru memperlihatkan gambar kepada

murid, sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut

- Guru memperlihat gambar Guru mengambil contoh satu kalimat untuk ditulis dipapan dan menjelaskan kepada siswa sesuai dengan metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) Elaborasi

- Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok

- Guru memberikan LK kepada siswa untuk dikerjakan bersama kelompok - Guru memberikan penjelasan tentang

petunjuk kerja

- Guru berkeliling kesetiap kelompok untuk membimbing siswa

- Jika tugas sudah selesai, perwakilan setiap kelompok maju bersama-sama untuk menunjukkan hasil kerja

- Siswa kembali ke kelompok masing-masing.

- Guru memanggil siswa secara individu untuk membaca materi cerita Kupu-kupu

- Setelah kegiatan selesai, Guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan tepuk tangan atau mengucapkan “pintar semua”


(51)

Penutup Kegiatan Penutup

- Setelah siswa melakukan latihan dan guru menganggap semua siswa sudah sudah menguasai bacaan, guru memberikan latihan mandiri (PR) dengan tujuan agar siswa meningkatkan kemampuan membacanya yang telah diajarkan oleh guru.

Konfirmasi

- Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini

- Guru memberi kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk bertanya jika ada materi bacaan yang belum mereka pahami.

- Guru memberi umpan balik tentang materi yang sudah diajarkan dengan memberikan pertayaan yang di tulis di papan, dan guru menunjuk salah satu siswa untuk membacanya.

- Salam dan doa penutup.

16menit

c. Pengamatan (observing)

Peneliti melakukan pengamatan atau merekam data mengenai proses kemampuan siswa dalam kemampuan membaca teks pendek dengan menggunakan metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik).

d. Refleksi

Menganalisa dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 2. Jika hasil dari pembelajaran siklus 2 telah mencapai indikator kinerja maka tidak perlu di lakukan siklus berikutnya.


(52)

E. Data Cara Pengumpulannya 1. Sumber data

Sumber data Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : a) Siswa

Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar.

b) Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan metode pembelajaran SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam membaca.

2. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengambilan data yang diharapkan akurat dan objektif.

a. Observasi

Data yang akan diteliti adalah:

1) Situasi dan kondisi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 2) Aktivitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran SAS

(Struktural, Analitik, dan Sintetik).

3) Aktivitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi membaca teks pendek.


(53)

b. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan jawabannya pun diterima secara lisan pula. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan (Interviewee) yang memberikan jawaban pertanyaan itu.

Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai dengan seeorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadan sesuatu.Peneliti melakukan wawancara dengan siswa untuk menilai sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah diajarkan.

c. Non Tes

Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap dan ranah keterampilan. Dengan teknik non tes maka penelitian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis.25


(54)

F. Analisis Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan pada setiap siklus kegiatan, sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar yang didapat oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca teks pendek dengan menggunakan metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik).

Dibawah ini akan dijelaskan tentang teknik penilaian yang digunakan dalam menilai peningkatan kemampuan membaca siswa.

Tabel 3.4

Kriteria penilaian unjuk kerja

No Aspek Kriteria Skor Keterangan

1. Kelancaran dalam Membaca

Dapat membaca dengan lancar dengan sempurna

3 Sangat baik:

Sangat lancar dalam membaca. 2 Baik:

Lancar dalam membaca tetapi masih ada satu atau dua huruf, suku kata, atau kata yang diulang dalam membaca. 1 Kurang:

Tersendat-sendat dalam

membaca dan terdapat banyak pengulangan

2. Ketepatan dalam pelafalan (huruf, suku kata, dan kata) Tepat dalam melafalkan setiap huruf, suku kata, dan kata sesuai dengan isi bacaan

3 Sangat baik:

Tidak terdapat kesalahan dalam pelafalan

2 Baik:

Terdapat satu sampai dua bagian yang salah dalam pelafalan

1 Kurang:

Terdapat lebih dari tiga bagian salah dalam pelafalan.


(55)

3. Ketepatan dalam intonasi

Terdapat tekanan dan irama dalam membaca

3 Sangat baik:

Terdapat variasi irama dan tekanan yang sesuai 2 Baik:

Terdapat variasi tetapi masih terdapat sedikit penggunaan tekanan cukup tepat

1 Kurang:

Irama dan tekanan monoton.

4. Kejelasan suara

Suara jelas dan lantang serta dapat didengar oleh semua siswa

3 Sangat baik:

Dapat dijangkau oleh semua pendengar dari awal sampai akhir.

2 Baik:

Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar namun masih kurang maksimal. 1 Kurang:

Suara lemah dan tidak jelas

Skor maksimal 12

Tabel 3.5

Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Kelas

Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Kelas Kriteria

81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 - 40

≤ 20

Sangat baik Baik Sedang Tidak baik Sangat tidak baik

1. Penilaian ketuntasan belajar

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, seorang siswa dikatakan mencapai ketuntasan atau berhasil apabila telah mencapai taraf nilai 75. Sedangkan, untuk nilai kelas dapat dikatakan tuntas belajar apabila siswa di


(56)

dalam kelas tersebut terdapat 75% siswa yang telah mencapai nilai lebih dari sama dengan 75.

Tabel 3.6

Kriteria Tingkat Keberhasilan Kelas

Tingkat Keberhasilan (%) Kriteria

81%-100% 61%-80% 41%-60% 21%-40%

≤20%

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Teknik Penskoran

�� � � = � ℎ � � %

G. Indikator Kinerja

Indikator kerja adalah tolak ukur keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan maupun memperbaiki proses belajar mengajar dikelas. Berikut ini adalah indikator kinerja yang ditetapkan peneliti untuk mengukur keberhasilan dalam penelitian, yaitu :

1. Jika nilai rata-rata kelas ≥75


(57)

H. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan bekerjasama dengan guru kelas 2A MI Badrussalam Surabaya mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Guru kelas

Nama : Amanah, S.Pd.I

Jabatan : Guru Kelas 2A MI Badrussalam Surabaya

Tugas : Bertanggung jawab mengamati pelaksanaan penelitian, terlibat dalam perencanaan, pelaksana kegiatan pembelajaran, observasi, dan merefleksi pada tiap-tiap siklus.

Peneliti

Nama : Herlin Ismawati

Nim : D77212081

Jabatan : Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Tugas : Menyusun perencanaan pembelajaran, menyusun instrumen penelitian, membuat lembar observasi, menyebarkan dan menilai instrumen penilaian siswa, pelaksana kegiatan pembelajaran, observasi , menilai hasil tugas dan evaluasi akhir materi, melakukan diskusi dengan guru kolaborator, dan menyusun laporan hasil penelitian.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Profil Sekolah

MI. Badrussalam berdiri dan beroperasi sejak Tahun 1997 berlokasi di Jl. H.R Muhammad 161 Surabaya. Madrasah ini letaknya sangat strategis, aman, nyaman, dapat ditempuh dengan kendaraan umum, berada dekat pemukiman padat penduduk, dekat dengan pelayanan kesehatan, berada pada pusat pemerintahan Kelurahan Pradah Kalikendal Kecamatan Dukuh Pakis dengan jarak 10 km dari pusat pemerintahan kota Surabaya, sehingga MI Badrussalam tepat menjadi tujuan dan pilihan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Tabel 4.1

Profil MI Badrussalam Surabaya Nama Sekolah/Madrasah MI. Badrussalam

Alamat Sekolah/Madrasah Jl. H.R. Muhamad 161 Desa/Kelurahan Pradah Kalikendal Kabupaten/Kota Dukuh Pakis Surabaya

Nomor Telephon 031-7344637

Nama Penyelenggara Yayasan Masjid At-Taqwa

Tahun Pendirian 1997

NSS/NSM 111235780019

NPSN 60720888

Luas Lahan/Tanah 900 M2

Status Lahan/Tanah Pinjam Pakai

Luas Bangunan 660 M2

Status Bangunan Milik Sendiri 49


(59)

Kegiatan Pembelajaran Pagi dan Siang

Jenjang Akreditasi A

Surat Keputusan BAP-S/M Nomor 115/BAP-SM/TU/XII/2013

Tabel 4.2

Rekapitulasi Jumlah Siswa MI Badrussalam

Kelas 2013/2014 2014/2015 2015/2016 Lk Pr Jml Lk Pr Jml Lk Pr Jml

I 34 39 73 38 26 64 46 33 79

II 35 28 63 37 39 76 34 23 57 III 19 17 36 33 26 59 34 39 73 IV 17 15 32 21 19 40 33 24 57

V 19 15 34 21 15 36 19 18 37

VI 12 8 20 20 15 35 21 14 35

Jumlah 136 122 258 170 140 310 187 151 338

Tabel 4.3

Rekapitulasi Jumlah Personalia Madrasah

NO Personalia MI Badrussalam TAHUN PELAJARAN 2013/2014 2014/2015 2015/2016

1 Guru Tetap Yayasan 11 13 14

2 Guru Honorer Yayasan 2 1 1

3 Guru Pembina Ekstra 10 11 12

4 Guru BK 0 0 0

5 Staf Tata Usaha 1 2 2

6 Tenaga Kebersihan 2 3 3

7 Penjaga Sekolah 1 1 1

8 Satpam 1 1 1

Jumlah pendidik/Guru 23 25 27

Jumlah tenaga kependidikan 5 5 5


(60)

Tabel 4.4

Rekapitulasi Jumlah Lokal dan Ruang Madrasah NO Lokal / Ruang

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 2014/2015 2015/2016

1 Ruang Teori/Kelas 6 6 6

2 Ruang Kepala 1 1 1

3 Ruang TU 1 2 2

4 Ruang Guru 1 1 1

5 Ruang Perpustakaan 1 1 1

6 Ruang BK 0 0 0

7 Ruang UKS 1 1 1

8 Ruang Keterampilan 0 0 0

9 Ruang Komputer 1 1 1

10 Laboratorium IPA 0 0 0

11 Laboratorium Bahasa 0 0 0

12 Kamar Mandi Guru 1 1 1

13 Toilet/WC Guru 1 1 1

14 Tilet/ WC Siswa 4 4 4

15 Ruang Pertemuan/Aula 0 0 0

16 Gudang 0 0 0

17 Mushola/Masjid 1 1 1

Jumlah Ruang Teori/Kelas 6 6 6

Jumlah Ruang Non Teori/Kelas 13 13 13

Total Ruang/Lokal 19 20 20

Adapun Visi dan Misi dari MI Barussalam Surabaya yaitu :

a) Visi

Menjadi madrasah berstandar nasional yang mampu mencetak insan mandiri, berprestasi, dan berkepribadian islami.

b) Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan secara efektif sehingga siswa berkembang secara maksimal.


(61)

2) Menyelenggarakan pembelajaran untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir aktif, kreatif, dan motivatif.

3) Menyelenggarakan pengembangan diri sehingga siswa dapat berkembang sesuai minat dan bakatnya.

4) Menumbuhkembangkan lingkungan dan perilaku religius sehingga siswa dapat mengamalkan dan menghayati agamanya secara nyata. 5) Menumbuhkembangkan perilaku terpuji dan praktik nyata sehingga

siswa dapat menjadi teladan bagi teman dan masyarakatnya.

B. Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas mata Pelajaran Bahasa Indonesia materi membaca teks pendek yang dilaksanakan di MI Badrussalam Surabaya. Subjek penelitian adalah siswa kelas 2A, dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.

1. Pra siklus

Berdsarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas 2A MI Badrussalam Surabaya sebelum adanya pelaksanaan penelitian tindakan kelas diperoleh permasalahan, kurangnya pemahaman siswa saat menerima materi yang diberikan guru yang disebabkan oleh kemampuan membaca siswa yang kurang dalam, hal tersebut berdampak pada rendahnya pemahaman siswa pada suatu materi pembelajaran. Berikut ini adalah daftar nilai hasil ulangan


(62)

harian siswa yang dilakukan oleh guru sebelum tindakan penelitian dilakukan.

Tabel 4.5 Nilai Pra Siklus Siswa

No Nama Siswa Nilai KKM Keterangan

1 Ahmad Daffa Siregar 68 75 TT

2 Aisah Dwi Nur Aini 78 75 T

3 Alexander Surya Pratama 81 75 T

4 Alfredo Destra 80 75 T

5 Andreas Yudistira 56 75 TT

6 Annashafia Laiqa Shaista. M 82 75 T

7 Aprilia Indah Lestari 70 75 TT

8 Arya Sainata Prastyawan 71 75 TT

9 Bagus Kurniawan 70 75 TT

10 Bianova Tri Damara 42 75 TT

11 Chalisalubna Ekti Fikratuha 78 75 T

12 Denny Agus Dianto 20 75 TT

13 Didan Rizki Subarkah 75 75 T

14 Dinda Amelia Putri 92 75 T

15 Difa Afida Salma Lidia Sari 81 75 T

16 Indy Setiawan 63 75 TT

17 M.Erik Satrio 72 75 TT

18 Maulana Rizki 56 75 TT

19 Muhammad Rizal Fevianto 70 75 TT

20 Muhammad Letto Vemilda 80 75 T

21 Nayla Alfiatus Syahri 60 75 TT

22 Prastika Basri Febiamandita 67 75 TT

23 Satria Eka Wilis 90 75 T

24 Siti Muyassaroh 91 75 T

25 Siti Nur Ramadani 37 75 TT

26 Yunita Dianti Fitriningsih 80 75 T

27 Mustofa Kharis 66 75 TT

Jumlah 1876

Rata-rata kelas 69,4

Presentase ketuntasan belajar

∑Siwa yang tuntas belajar

∑Jumlah siswa %


(63)

Dari data di atas dapat di analisa bahwa rata-rata hasil tes belajar siswa hanya sebesar 69,4 atau dari 27 siswa hanya 12 siswa yang tuntas, jauh dengan yang diharapkan yakni nilai rata-rata siswa ≥ 75 dengan prosentase ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah mencapai KKM 75. Dengan hasil tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam perencanaan siklus I.

2. Siklus 1

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti berdiskusi dengan guru terkait dengan permasalahan yang muncul dan menyepakati penerapan metode SAS sebagai alternatif pemecahan masalah pada pembelajaran siklus I, hal ini dikarenakan hasil belajar siswa pada pembelajaran sebelumnya belum maksimal. Berikut ini adalah perencanaan siklus I

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2) Menyiapkan lembar bacaan siswa

3) Membuat media bantuan berupa kartu kata/ papan tempel untuk metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik).

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa selama pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 6 Januari 2016. Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yaitu dari pukul


(64)

07.00 sampai pukul 08.10. Materi yang dibahas adalah Cerita tentang Burung Pipit dengan menggunakan metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik).dan menggunakan bantuan berupa papan tempel.

Pelaksanaan tindakan siklus I adalah implementasi dari RPP yang telah dipersiapkan sebelumnya, diawali dengan guru memberi salam pembuka dan berdoa bersama serta mengabsen kehadiran para siswa. Serta guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini.

Gambar 4.1

Salam Pembuka dan berdoa bersama

Selanjutnya guru menyampaikan materi pelajaran yang meliputi tata cara penggunaan metode SAS , dengan tujuan para siswa dapat membaca dengan tepat dan benar. Ketika guru menyampaikan materi pelajaran guru juga melakukan demonstrasi dengan menulis di papan tentang penggunaan metode SAS. Guru mengambil satu kalimat bacaan, lalu menguraikannya sesuai dengan Struktural, Analitik, dan Sintetiknya.


(65)

Guru bersama siswa melakukan kegiatan membaca bersama-sama. Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi enam kelompok dengan sekaligus membagikan lembar kerja kelompok.

Gambar 4.2

Penjelasan Metode SAS dan Pembagian kelompok dan LK

Setelah siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya, kemudian guru membagikan lembar kerja kepada siswa berupa kertas bufalo sebagai papan untuk menempel dan kartu kata yang nantinya akan disusun oleh siswa sesuai dengan petunjuknya. Dengan bimbingan guru para siswa menyusun kartu kata sesuai dengan metode SAS, yaitu menyusun sesuai bentuk Struktural, Analitik, dan Sintetik.

Dalam kegiatan menyusun kartu kata, para siswa dapat mengetahui perbedaan bentuk antara, suku kata, kata, dan kalimat utuh. Setiap kelompok diwajibkan untuk menempelkan setiap kartu kata pada kertas bufalo yang sudah disediakan. Pada kegiatan ini para siswa harus teliti dalam menempelkan setiap huruf dan kata. Karena jika tidak teliti maka hasilnya tidak akan sesuai dengan metode pembelajaran yang diinginkan.


(66)

Gambar 4.3 Proses diskusi kelompok

Setelah semua kelompok selesai menyusun kartu kata, guru memberikan sebuah instruksi kepada semua kelompok untuk mengumpulkan hasil kerja. Guru melihat dan mengecek hasil dari kerja setiap kelompok. Dan hasilnya semua kelompok sudah melakukan kegiatan sesuai degan instruksi yang diberikan oleh guru..

Gambar 4.4

Hasil diskusi siswa dalam penyusunan kalimat

Setelah guru melihat hasil kerja kelompok berupa menyusun kartu kata, lalu guru memanggil siswa secara individu untuk maju kedepan membacakan hasil diskusi kelompok. Kegiatan ini dilakukan untuk mengambil nilai para siswa dalam membaca sesuai dengan metode yang sudah diterapkan. Setelah semua siswa selesai membaca


(67)

secara individu, guru melakukan refleksi berupa tanya jawab kepada siswa tentang pembelajaran yang sudah dilakukan pada hari ini.

Gambar 4.5

Proses membaca dan Penilaian

Sebagai penutup guru menginstruksikan kepada siswa agar mempersiapkan diri untuk kegiatan pembelajaran berikutnya. karena pada kegiatan ini masih ada siswa yang belum lancar dalam membaca, bahkan masih ada yang tidak mau maju kedepan untuk membaca karena takut salah.

c. Observasi dan Analilis Data

Berikut ini akan dipaparkan data hasil observasi yang dilakukan pada siklus I. Sesuai dengan yang direncanakan, observasi yang dilakukan adalah terhadap guru dan siswa selama pembelajaran.


(68)

1) Obsevasi Aktifitas Guru Siklus 1 Tabel 4.6

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Aspek yang diamati Nilai

1 2 3 4

I Persiapan

Persiapan guru dalam mengajar. √

Mempersiapkan perangkat pembelajaran RPP.

Mempersiapkan metode pembelajaran. √

II Pelaksanaan A. Kegiatan awal

- Guru mengucap salam. √

- Guru dan siswa berdoa sebelum belajar. √ - Guru menanyakan kabar siswa. √ - Guru mengecek kehadiran siswa. √

- Guru memotivasi siswa dengan mengajak bernyanyi lagu huruf

“ABCD” secara bersama-sama.

- Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

1. Siswa dapat membaca kalimat sederhana dengan lancar dan benar. 2. Siswa dapat membaca kalimat

sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat dan benar

B. Kegiatan inti

- Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menunjukkan sebuah gambar cerita tetang Burung Pipit.

- Guru membagikan materi kepada siswa √ - Guru memberi contoh cara membaca

yang benar dan baik

√ - Guru mengintruksikan kepada siswa

untuk mengikuti membaca

√ - Guru mengambil contoh satu kalimat

untuk ditulis dipapan dan menjelaskan kepada siswa sesuai dengan metode SAS ( Struktural, Analitik, dan Sintetik)


(69)

kelompok

- Guru memberikan LK kepada siswa untuk dikerjakan bersama kelompok

√ - Guru memberikan penjelasan tentang

petunjuk kerja

√ - Guru berkeliling kesetiap kelompok

untuk membimbing siswa

√ - Jika tugas sudah selesai, Guru

memanggil setiap kelompok untuk maju kedepan dan membacakan hasil kerja secara individu

- Guru memberikan pembenaran kepada siswa jika ada kata yang salah dalam pelafalan dan intonasinya,

C. Kegiatan Penutupan

- Setelah siswa melakukan latihan dan guru menganggap semua siswa sudah sudah menguasai bacaan, guru memberikan latihan mandiri (PR) dengan tujuan agar siswa meningkatkan kemampuan membacanya yang telah diajarkan oleh guru.

- Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari itu tentang membaca teks pendek.

- Guru memberi kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti.

- Guru mengucap salam dan doa penutup. √

III Pengelolaan Waktu

Ketepatan waktu dalam belajar mengajar. √ Ketepatan memulai dan menutup pelajaran. √

Kesesuaian dengan RPP. √

IV Suasana Kelas

Kelas Kondusif √

Kelas hidup √

Jumlah Skor 83

Nilai Akhir : Skor Perolehan X 100


(70)

Hasil observasi aktivitas guru secara keseluruhan dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama tergolong rendah dengan skor perolehan 83 dan nilai akhir 71,5 sedangkan skor idealnya adalah 116. Rendahnya nilai rata-rata siswa dikarenakan masih banyak siswa yang belum memenuhi kriteria penilaian. Sebagai contoh masih ada siswa yang membaca terbata bata, mengulang kata, bahkan masih ada siswa yang membacanya tergesa-gesa sehingga menyebabkan banyak kesalahan pada saat membaca.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperbaiki diantaranya: 1) pada saat melakukan presensi kehadiran siswa guru hanya menanyakan kepada siswa secara

keseluruhan “hari ini siapa yang tidak masuk anak-anak?” seharusnya

guru mengabsen dengan cara memanggil satu persatu nama siswa karena dengan cara itu siswa merasa lebih diperhatikan dan siswa juga berkonsentrasi saat menunggu giliran untuk dipanggil namanya, 2) Guru tidak memotivasi siswa saat diawal pembelajaran, yang terjadi guru langsung masuk pada materi, 3) Guru hanya menyebutkan satu tujuan pembelajaran, 4) Guru tidak memberikan tugas kepada siswa untuk dipelajari dirumah. 5) Guru tidak memberikan umpan balik kepada siswa, 6) ketepatan waktu dalam belajar mengajar kurang disiplin. Dengan demikian ada 6 aspek yang masih kurang dan harus


(1)

belajar dari prasiklus ke siklus I terjadi peningkatan sebesar 7,40%. Lalu dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan persentase sebesar 33,38%.

Pada siklus II nilai siswa mengalami peningkatan karena peneliti memperhatikan kelemahan-kelemahan pada siklus I agar pembelajaran lebih maksimal di Siklus II. Hasil penelitian pada siklus II guru lebih aktif membimbing siswa. Siswa juga aktif dalam mengikuti pembelajaran, ketika diberikan tugas mereka melakukan dengan penuh tanggung jawab dan lebih percaya diri dari siklus sebelumnya.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) dapat meningkatkan kemampuan membaca anak. Dari penelitian ini Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) adalah metode yang dapat digunakan sebagai landasan berfikir analisis. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa akan membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca. Dan berdasarkan landasan linguistiknya, metode ini akan menolong anak agar dapat menguasai bacaan dengan lancar.


(2)

84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca Teks Pendek Melalui Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) Di Kelas 2A MI Badrussalam Surabaya, dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca siswa sebulum diterapkannya Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) kurang baik, hal itu terlihat dari banyaknya siswa yang masih salah dalam pengucapan huruf atau kata. Dan masih banyak siswa yang sering menghilangkan suatu huruf atau kata dalam membaca teks cerita pendek. Hal inilah yang nantinya dapat berpengaruh pada kemampuan siswa dalam memahami sebuah materi pelajaran.

2. Penerapan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) dalam kemampuan membaca mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 2A MI Badrussalam Surabaya dapat diterapkan dengan sangat baik dalam pembelajaran tersebut, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan dalam pembelajaran dari siklus I dan siklus II yang dapat ditunjukkan dalam meningkatnya nilai akhir pada lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, yaitu 71,5 pada siklus I dan 85,4 dalam siklus II. Dan berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa saat


(3)

mengikuti pembelajaran dengan menerapkan Metode (Struktural, Analitik, dan Sintetik) terdapat peningkatan nilai akhir pada tiap siklusnya, yaitu 70,8 pada siklus I, dan pada siklus II mencapai 85,5.

3. Peningkatan kemampuan siswa dalam membaca pada prasiklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan belajar, yaitu rata-rata nilai belajar pada prasiklus yaitu 69,4 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 44,40%. Lalu pada siklus I mengalami sedikit peningkatan mencapai 71,8 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 51,80%. Kemudian rata-rata nilai belajar siswa meningkat pada siklus II rata-rata nilai belajar telah mencapai 82,03 dengan persentase ketuntasan belajar 85,18%. Sehingga terjadi peningkatan persentase ketuntasan dari prasiklus ke siklus I yaitu 7,40%, lalu dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 33,38%.

B. Saran

Berdasarkan pembuktian keberhasilan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) dalam meningkatkan kemampuan membaca, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut ini: 1. Dalam penggunaan metode pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan

kemampuan membaca siswa untuk kelas rendah ( I, II, dan III) guru hendaknya dapat menggunakan Metode SAS(Struktural, Analitik, dan Sintetik)pada mata


(4)

86

Bahasa Indonesia karena dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca siswa.

2. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi harus terus ditingkatkan agar dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa menjadi lebih aktif.

3. Metode SAS (Struktural, Analitik, dan Sintetik) dapat dijadikan salah satu alternatif untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca anak, agar anak lebih dapat memahami isi sebuah materi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Slamet H, dkk. 1997. Membaca 2. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Amelisari T. Kusuma. 2013.Menyusun PTK itu Gampang.( Jakarta: Esensi Erlangga Group).

Departemen Agama Islam Membaca Sekolah Dasar. 2006. (Jakarta: Bumi Aksara). Dwi Sunar Prasety. 2008. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Sejak

Dini. (Yogyakarta: Think).

Henry Guntur Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa).

Husniyatus salamah dan Abd. Kadir, et.al. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. (Surabaya: LAPIS PGMI).

I Gusti Ngurah Oka. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajajrannya. (Surabaya: Usaha Nasional).

Kholid Harras, dkk. 2007.Membaca 1.(Jakarta: Universitas Terbuka).

Lamijan Hadi dkk. 2007.Refleksi Pendidikan Masa Kini.( Surabaya :Bintang). M. Silitonga dkk. 1984. Kemampuan Berbahasa Indonesis Siswa Kelas III SMP

Sumatra: Membaca dan Menulis. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa).

Masnur Muslich. 2009.Melaksanakan PTK itu Mudah, (Malang: Bumi Aksara). Mohd. Harun. 2007.Pembelajaran Bahasa Anak. ( Universitas Syiah Banda Aceh). Momo. 1980. Penggunaan Metode SAS dalam Pengajaran Membaca di Sekolah

Dasar. (Jakarta: P3G Depdikbud).

Mulyasa, E. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Mulyono Abdurrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. ( Jakarta: PT Rineka Cipta).


(6)

Niar Dahniar. 2014. Peningkatan Keterampilan Membaca Lanjutan Dengan Metode SAS Siswa Kelas II SDN2 Ogowele. Skripsi. (Palu: PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako).

Permendiknas, No 22 Tahun 2006, Tentang Standart Kompetensi (SK) dan Kompotensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Madrasah Ibtidaiyah.

Reni Dwi Astuti. 2014. Peningkatan Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik Pada Siswa Kelas 1 SDN Ngluwar 2 Magelang Jawa Tengah. Skripsi. (Yogyakarta: PGSD Uneversitas Negeri Yogyakarta).

Sabarti Akhadiah, dkk. 1993. Bahasa Indonesia 1. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan).

Suhendar, dkk. 1992. MKDU Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca& Keterampilan Menulis.(Bandung: Pionir Jaya).

Sumadi Suryabrata. 2006. Metedologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).

Supriyadi, dkk. 1992. Materi Pokok bahasa Indonesia 2. ( Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, Prestasi Pustakaraya).


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SDS PERINTIS 2 PEMATANGSAWA MELALUI METODE SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK)

0 6 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PENERAPAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Penerapan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 SD

0 2 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PENERAPAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Penerapan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 SD

0 2 13

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Pada Bidang Studi Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 SD Ne

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Pada Bidang Studi Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 SD Ne

0 1 15

PENERAPAN METODE SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN BAGI SISWA KELAS I.

1 1 35

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE SAS (STRUKTUR ANALITIK SINTETIK) BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA DI SD N BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA.

0 0 207

Peningkatan keterampilan membaca teks percakapan mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui metode Modeling The Way siswa kelas V A MI Badrussalam Surabaya.

0 3 87

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA KELAS I MI DARUL ULUM GEDONGAN WARU SIDOARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

1 2 120

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR'AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009

0 0 112