PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA KELAS I MI DARUL ULUM GEDONGAN WARU SIDOARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

(1)

SIDO

UNIVERSITA FAK PROGRAM STUD

IDOARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Disusun oleh : PRATIWI VIYANTI

NIM. D37212072

AS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SUR KULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IB

2016

2016

URABAYA N


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Pratiwi Viyanti. 2016. Peningkatan Keterampilan Membaca Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Siswa Kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing: Zudan Rosyidi, SS. MA

Kata Kunci: Keterampilan Membaca, Bahasa Indonesia, Model Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Latar belakang penelitian ini adanya kesulitan yang dialami siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan dalam membaca. Data yang didapatkan menunjukkan dari 20 siswa hanya 8 siswa yang tuntas dan 12 siswa lainnya tidak tuntas. Sehingga peneliti ingin memberikan solusi atas permasalahan ini melalui metode SAS.

Rumusan masalah penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016?, (2) Bagaimana peningkatan keterampilan membaca setelah menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada siswa kelas IMI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016?.

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dokumentasi, dan non tes.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa metode SAS dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Sebelum menggunakan metode SAS, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 69,25. Terdapat peningkatan setelah menggunakan metode SAS. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa adalah 69,25 dengan prosentase ketuntasan belajar 40%. Pada siklus I nilai rata-rata yang didapatkan siswa adalah 75,35 dengan prosentase ketuntasan belajar 70%, sedangkan nilai rata-rata siswa pada siklus II yaitu 83,75 dengan prosentase ketuntasan belajar 90%. Hasil observasi pada aktivitas siswa meningkat dari siklus I sebesar 83% menjadi 92% pada siklus II. Sedangkan hasil observasi pada aktivitas guru meningkat dari 78% pada siklus I menjadi 96% pada siklus II.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu penerapan metode SAS telah diterapkan dengan baik. Setelah diterapkan metode SAS keterampilan membaca siswa mengalami peningkatan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... vii

LEMBAR PENGESAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tindakan yang Dipilih ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Lingkup Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Membaca... 12

1. Keterampilan ... 12

2. Membaca ... 13

3. Indikator Keterampilan Membaca ... 18

B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 19


(8)

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 21

3. Materi Ajar ... 22

C. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) ... 26

1. Pengertian Struktural Analitik Sintetik (SAS) ... 26

2. Prinsip-prinsip Struktural Analitik Sintetik (SAS ... 27

3. Langkah-langkah Struktural Analitik Sintetik (SAS) ... 28

BAB III PROSEDUR PTK A. Metode Penelitian ... 31

B. Setting dan Subyek Penelitian ... 34

C. Variabel yang Diteliti ... 34

D. Rencana Tindakan ... 35

1. Siklus I ... 35

2. Siklus II ... 38

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 42

1. Data... 42

2. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3. Teknis Analisis Data... 53

F. Indikator Kinerja ... 57

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 59

1. Identitas Madrasah... 59

2. Visi dan Misi ... 59

B. Hasil Penelitian Persiklus ... 60

1. Pra Siklus ... 60

2. Siklus I ... 63

3. Siklus II ... 83

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102


(9)

dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru

Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 102

2. Peningkatan keterampilan membaca setelah

menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada siswa kelas IMI Darul Ulum Gedongan Waru

Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 105 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 107 B. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA ... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... RIWAYAT HIDUP ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Siswa sekolah dasar merupakan generasi-generasi yang akan berperan aktif di masa yang akan datang. Masa depan bangsa sangat ditentukan dari generasi penerusnya. Jika generasi penerus bangsanya baik, maka bangsanya akan baik, tetapi jika penerus bangsanya tidak baik, maka bangsa tersebut akan hancur dan terpecah belah. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk mengembangkan potensi siswa dan membangun karakter siswa agar menjadi generasi yang unggul di masa depan.

Agar siswa mampu menjadi generasi yang unggul, maka siswa memerlukan banyak informasi untuk mengisi pengetahuannya. Informasi yang diperlukan bisa diperoleh dengan banyak cara, salah satunya yaitu dengan cara membaca. Dengan membaca siswa dapat membangun pondasi yang kuat untuk dapat memelajari dan memahami berbagai disiplin ilmu sekaligus mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca merupakan salah satu cara untuk menyerap berbagai informasi dan menafsirkan informasi tertulis. Menurut Samsu Somadoyo, membaca bukan menghafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan, yang lebih penting dalam proses membaca adalah menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan yang baik.1

1 Samsu Somadoyo, Straregi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu,


(11)

Membaca memiliki segudang manfaat, salah satunya yaitu menjadikan siswa lebih dewasa dan lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan. Hal ini senada dengan pendidikan yang diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.2

Manfaat yang paling umum dari membaca adalah kita dapat belajar dari pengalaman orang lain. Sedangkan manfaat khusus dari membaca buku adalah bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak di masa tua.3 Banyak hal bisa diperoleh dari membaca. Melalui membaca, siswa bisa menggali bakat dan potensi mereka, melatih konsentrasi, serta meningkatkan prestasi di sekolah.

Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki keterampilan membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Maka dari itu, anak harus belajar membaca agar dia dapat membaca untuk belajar. Apabila banyak membaca, otomatis akan menambah perbendaraan kata, menambah pengetahuan, melatih alat ucap, melatih daya nalar, serta memberi tanggapan isu yang dibacanya.

Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan masih banyak permasalahan yang merujuk pada ketidakmampuan siswa dalam hal membaca. Seperti yang terjadi pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan,

2 Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), 4. 3 Hernowo, Quantum Reading, (Bandung: MLC, 2006), 33.


(12)

keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan ini masih kurang. Kurangnya keterampilan siswa dalam membaca dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di kelas, ketika mata pelajaran bahasa Indonesia dengan standar kompetensi “memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak” dengan kompetensi dasar “membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat”, siswa mengalami kesulitan dalam mengeja, membedakan huruf-huruf yang hampir sama, dan membunyikan kata serta kalimat sederhana, dengan kata lain masih ada siswa yang belum bisa membaca dengan lancar.4

Permasalahan membaca ini timbul karena latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari lingkungan keluarga, ada yang berasal dari lingkungan sekolah, serta rendahnya minat siswa dalam belajar membaca karena malas atau masih senang bermain. Ada orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak memiliki waktu luang untuk belajar bersama anaknya. Seperti pengakuan dari salah satu siswa kelas I, bahwa orangtuanya sibuk bekerja sehingga ketika di rumah, dia hanya bermain dengan pengasuhnya.5 Siswa kurang memiliki keterampilan membaca juga dikarenakan siswa malas dan manja, serta semangat belajarnya kurang.6

Selain itu, dalam pembelajaran membaca guru hanya memberi contoh membaca dan peserta didik disuruh menirukan, sehingga bagi peserta didik

4 Hj. Alfiah, Guru kelas I MI Darul Ulum Gedongan, wawancara pribadi, Sidoarjo, 11 Januari

2016

5Raditya Putra Pratama, Siswa Kelas I MI Darul Ulum Gedongan, wawancara pribadi, Sidoarjo, 11

Januari 2016

6Hj. Alfiah, Guru kelas I MI Darul Ulum Gedongan, wawancara pribadi, Sidoarjo, 7 Desember


(13)

yang belum dapat membaca hanya sekedar mengingat ucapan guru tanpa memperhatikan rangkaian huruf yang ada. Ketika peserta didik disuruh membaca secara bergantian maka sering terjadi apa yang diucapkan oleh peserta didik tidak sesuai dengan rangkaian huruf yang dibaca. Apa yang diucapkan kadang-kadang keliru dengan bacaan di atasnya atau di bawahnya. Contohnya rangkaian huruf yang dibaca adalah “kenapa”, akan tetapi peserta didik membacanya “kapan”, dan kata “maka” dibacanya “makan”.

Kurangnya keterampilan siswa dalam membaca juga terlihat dari hasil nilai siswa ketika praktek membaca, dimana dari 20 siswa, hanya 8 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 12 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.7 Sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Kondisi ini menjadi beban tersendiri bagi guru kelas I MI Darul Ulum Gedongan.

MI Darul Ulum Gedongan terletak di desa Gedongan, kecamatan Waru, kabupaten Sidoarjo. Kelas I MI Darul Ulum Gedongan dikelola oleh Ibu Hj. Alfiah selaku wali kelas. Kelas I MI Darul Ulum Gedongaan ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, yang terdiri dari papan tulis, meja, kursi, dan lain sebagainya.

Sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan menggunakan metode membaca sadar, metode fonik, metode


(14)

linguistik, metode alfabetik, metode suku kata, metode kata (whole word method) dan juga metode Struktural Analitik Sintetik (SAS).

Dalam hal ini peneliti memilih metode yang terakhir, yaitu menggunakan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS), karena metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis. Langkah-langkah yang diatur dalam metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) membuat siswa mudah mengikuti dengan cepat membaca pada kesempatan berikutnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Siswa Kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Peneliti mempertimbangkan penggunaan metode Strutural Analitik Sintetik (SAS) ini dari penelitian-penelitian terdahulu untuk mengetahui keefektifan metode ini. Pertama, penelitian dari Marlina, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako yang berjudul

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Metode SAS Siswa Kelas I SDN Ambunu Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali. Penelitian dilaksanakan di SDN Ambunu, melibatkan 26 siswa kelas I, terdiri atas 13 orang laki-laki dan 13 orang perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan di kelas, dua kali kegitana belajar mengajar


(15)

dan satu kali pertemuan untuk tes akhir tindakan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh daya serap klasikal 64,2% dan ketuntasan belajar klasikal 53,8%. Hasil ini belum memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan. Hasil ini disebabkan masih terdapat beberapa siswa yang belum lancar menganalisis kata menjadi kalimat sehingga mengalami kesulitan membaca sebuah kata atau kalimat, dengan demikian peneliti perlu melanjutkan penelitian sampai siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan daya serap klasikal 85,82% sedangkan ketuntasan belajar klasikal 96,15%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan di kelas I SDN Ambunu.8

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ratno Saputra, mahasiswa prodi PGSD Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2012 yang berjudul

Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode

Struktural Analitik Sintetik (SAS) siswa kelas I di SD Negeri Gebangsari

Kebumen. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Gebangsari Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen dengan subjek penelitian kelas I. Siswa pada kelas I berjumlah 22 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 14 dan siswa perempuan 8. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklusnya dilaksanakan tiga kali pertemuan.

8Marlina, “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Metode SAS Siswa Kelas I SDN Ambunu Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali”, Skripsi, (Palu: Universitas Tadulako, 2014)


(16)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 1 Gebangsari Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. Secara proses, peningkatan dapat dilihat dari peningkatan keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan belajar siswa lebih komunikatif dan menyenangkan sehingga suasana kelas lebih hidup. Secara produk, meningkatnya kemampuan membaca permulaan siswa dapat dilihat berdasarkan analisis data peningkatan nilai kemampuan membaca permulaan siswa.

Hasil nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan siswa pada pratindakan sebesar 61,9. Pada siklus I meningkat sebesar 10,2 (kondisi awal 61,9 menjadi 72,1) dan pada siklus II meningkat sebesar 21,9 (kondisi awal 61,7 menjadi 83,8).9

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Aini, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al qur’an dengan Metode

Struktural Analitik Sintetik Siswa Kelas IV MI Nurul Islam 02

Wonokerto, Bancak, Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011 di MI Nurul Islam 02 Wonokerto dengan subjek penelitian siswa kelas IV yang terdiri dari 26 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari

9Ratno Saputra, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) siswa kelas I di SD Negeri Gebangsari Kebumen”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri yogyakarta, 2012)


(17)

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran

Struktural Analitik Sintetik (SAS) maka kemampuan siswa membaca Al Quran dapat ditingkatkan. Kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode SAS ini dari siklus I hingga siklus III mengalami peningkatan, yaitu ketuntasan klasikal siswa pada siklus I hanya 42%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 57%, dan pada siklus III mencapai 88%.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca setelah menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016?

C. Tindakan yang Dipilih

Terkait dengan permasalahan yang ada pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo, perlu dilakukan perubahan dalam metode pembelajaran membaca. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), karena dengan

10Siti Nur Aini, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al qur’an dengan Metode Struktural Analitik Sintetik Siswa Kelas IV MI Nurul Islam 02 Wonokerto, Bancak, Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011”, Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2011)


(18)

langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa, membuat siswa mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya. Selain itu metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) memang diciptakan untuk memperbaiki pengajaran dalam membaca. Metode

Struktural Analitik Sintetik (SAS) merupakan metode yang menampilkan kalimat utuh yang kemudian diurai hingga menjadi huruf dan dirangkai kembali hingga menjadi kalimat. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi.

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016.

2. Mengetahui peningkatan keterampilan membaca dengan menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016.

E. Lingkup Penelitian

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak menimbulkan kekeliruan atau meluasnya pembahasan, maka perlu dibatasi masalah-masalah yang akan dibahas. Adapun ruang lingkup pembahasannya adalah sebagai berikut:


(19)

1. Subyek penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas I semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 di MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo.

2. Ruang lingkup kajian dari segi bidang studi hanya difokuskan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas I semester 2, khususnya pada aspek membaca dengan standar kompetensi “memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak” dan kompetensi dasar “membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat”

3. Keterampilan membaca yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan ini adalah keterampilan membaca yang berkaitan dengan materi “membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat” dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, dengan indikator antara lain: siswa mampu mengenal dan melafalkan huruf-huruf, siswa melafalkan suku-suku kata, siswa mampu melafalkan kalimat sederhana, dan siswa mampu melafalkan beberapa kalimat sederhana.

4. Implementasi penelitian ini menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara umum, manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberikan sumbangan ide dalam metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan khususnya penerapan metode Strutural Analitik Sintetik


(20)

(SAS) dalam pembelajaran membaca mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa MI, penelitian ini akan bermanfaat untuk menjadikan siswa MI mengetahui penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

dalam pembelajaran membaca dengan tepat sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilan membacanya dengan metode tersebut. b. Bagi guru MI, penelitian ini merupakan suatu wawasan baru tentang

metode pembelajaran yang dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga pembelajaran dapat disajikan dengan cara yang lebih bervariasi untuk mewujudkan pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan anak khususnya keterampilan dalam membaca.

c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang metode pembelajaran yang efektif digunakan di dalam kelas, khususnya untuk menguji adakah hubungan antara penerapan metode

Struktural Analitik Sintetik (SAS) yang digunakan peneliti terhadap peningkatan keterampilan membaca siswa sekolah dasar.

d. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam rangka mengembangkan proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah agar sekolah dapat melangkah lebih dekat pada tujuan pendidikan yang diharapkan.


(21)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Membaca

1. Keterampilan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keterampilan berasal dari kata “terampil” yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Soemardjan dkk berpendapat bahwa keterampilan merupakan kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar, dalam hal ini ruang lingkup keterampilan sangat luas yang melingkupi berbagai kegiatan antara lain, perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan lain sebagainya.11

Sejalan dengan hal tersebut, Tri Budiharto mengungkapkan bahwa keterampilan berasal dari kata dasar “terampil” yang mendapat imbuhan “ke” dan akhiran “an” yang merujuk kepada kata sifat, terampil sendiri memiliki arti “mampu bertindak dengan cepat dan tepat”. Istilah lain dari terampil adalah cekatan dalam mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, dan kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan baik dan benar.12 Dalam pengertian lain, Saiful Muttaqin berpendapat bahwa keterampilan merupakan usaha

11 Soemardjan dkk, Pendidikan Keterampilan, (Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2002),

2.


(22)

untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat dalam menghadapi masalah.13

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan akal, ide, fikiran, dan kreatifitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan, ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Keterampilan pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau lebih menguasai. Untuk menjadi seseorang yang terampil dengan memiliki keahlian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami serta mengaplikasikannya.

2. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca secara sederhana dikatakan sebagi proses membunyikan lambang bahasa tertulis. Membaca secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses memahami pesan atau informasi yang terkandung dalam suatu teks.14 Membaca juga dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut.

13 Saiful Muttaqin, dalam http://saifulmuttaqin.blogspot.com/, diakses pada tanggal 23 Maret 2015,

pukul 15.00 WIB


(23)

Soedarso mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan.15 Membaca merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan, dalam pembelajaran bahasa dengan kemampuan menyimak yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bahasa lisan,

sedangkan kemampuan membaca untuk bahasa tulis.16 Membaca

merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. Pembagian membaca berdasarkan tingkatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca permulaan dan membaca pemahaman (reading comprehension). Membaca permulaan terdapat proses pengubahan yang harus dibina dan dikuasai terutama dilakukan pada masa permulaan sekolah, anak-anak diberikan pengenalan huruf sebagai lambang bunyi bahasa. 17

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh seorang penulis melalui media kata-kata bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menduduki posisi dan peranan yang sangat penting dalam kontek kehidupan manusia.

15 Soedarso, Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia, 1983), 4.

16 Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), 247.


(24)

Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-furuf dengan jelas, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan. Sedangkan keterampilan membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati.

b. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam

membaca.18 Membaca penting dalam kehidupan masyarakat yang

semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca.

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan

18 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung; Angkasa


(25)

tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. Tujuan membaca antara lain:

1) Kesenangan

2) Menyempurnakan membaca nyaring

3) Menggunakan strategi tertentu

4) Memperbarui pengetahuannya tentang suatu topic

5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah

diketahuinya

6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.19

Seperti yang telah dikemukakan di atas, pada hakekatnya tujuan membaca adalah modal utama membaca. Tujuan yang jelas akan memberi motivasi internal atau dorongan dari dalam seseorang. Seseorang yang sadar sepenuhnya akan tujuan membaca agar mengarahkan sasaran berpikir kritis dalam mengolah bahan bacaan sehingga memperoleh kepuasan dalam membaca.

c. Tahapan-tahapan Membaca

Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut:


(26)

1) Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku, melihat, dan membalik lembaran buku ataupun membawa buku kesukaannya.

2) Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage). Pada tahap ini, anak mulai memandang dirinya sebagai ‘pembaca’ ketika terlihat keterlibatan anak dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memakai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan.

3) Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini, pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagu, dan sudah mengenal abjad.

4) Tahap Pengenelan Abjad (Take off Reader Stage). Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponik, semantik, dan sintaksis). Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, seperti pada papan iklan, kotak susu, pasta gigi, dan lainnya.


(27)

5) Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage). Pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai jenis buku.20

3. Indikator Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi lambang-lambang tertulis dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Menurut Ritawati Wahyudin dalam bukunya yang berjudul Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas-kelas Rendah SD, seseorang dikatakan terampil membaca adalah jika dapat:

1) Mengenal dan melafalkan huruf-huruf

2) Melafalkan suku-suku kata

3) Melafalkan kalimat sederhana

4) Melafalkan beberapa kalimat sederhana21

Kemampuan membaca untuk siswa kelas I SD atau MI dalam KTSP dituntut untuk dapat:

1) Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat

2) Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat

3) Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat

4) Membaca puisi anak yang terdiri atas 2-4 baris dengan lafal dan intonasi yang tepat

20 Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, (Tanggerang Selatan: Universitas

Terbuka, 2013), 7.20-7.21.

21 Suparman Rasid, dalam Rosid430.blogspot.com/2013/07/membaca-permulaan-dengan-metode-sas.html?m=1, diakses pada tanggal 16 Desember 2015, pukul 18:52 WIB


(28)

Dapat disimpulkan bahwa indikator keterampilan membaca yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: mengenal dan melafalkan huruf-huruf, melafalkan suku-suku kata, melafalkan kalimat sederhana, dan melafalkan beberapa kalimat sederhana. Sedangkan keterampilan membaca yang ditingkatkan yaitu “membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat”.

B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara ia berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan. Berhubungan dengan hal itu maka perlu adanya suatu pembelajaran Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan

mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta persatuan dan kesatuan bangsa. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya, yaitu sebagai sarana komunikasi, sarana, berpikir/bernalar, sarana persatuan, dan sarana kebudayaan.


(29)

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.22

Mata pelajaran bahasa Indonesia SD, merupakan mata pelajaran strategis karena dengan bahasalah guru dapat menyalurkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi kepada siswa atau sebaliknya sehingga siswa dapat menerimanya dengan baik. Oleh karena itu, guru sebagai pengemban tugas operasional pendidikan atau pembelajaran di sekolah dituntut agar dapat mengkaji, dan mengembangkan kurikulum dengan benar.

Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, ada empat aspek pembelajaran yang harus dikembangkan di SD. Empat aspek pembelajaran itu disebut dengan empat keterampilan berbahasa, yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.23 Namun dalam penelitian ini yang diteliti hanyalah keterampilan membaca.

22Isa Cahyani, Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam, 2012), 27.

23 Fuji Santoso, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,


(30)

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi yakni sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu, serta alat komunikasi antardaerah dan antarkebudayaan.

Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan diantaranya:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisiensi sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya intelektual manusia Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini telah mencakup seluruh aspek kebahasaan, maka siswa dituntut mampu berkomunikasi secara efektif, selalu menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi


(31)

formal, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat, serta mampu membanggakan bahasa Indonesia sebagai budaya Indonesia. Dengan begitu, siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan disertai rasa bangga terhadap budayanya sendiri.

Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia adalah merupakan salah satu alat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu:

a. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa,

satu bangsa, dan satu bahasa.

b. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia

lisan dan tulisan.

c. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis,

rasional, dan praktis.

d. Memupuk dan mengembangkan keterampilan untuk memahami,

mengungkapkan, dan menikmati keindahan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting, bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi melainkan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui bahasalah manusia belajar berbagai macam pengetahuan yang ada di dunia.

3. Materi Ajar

- Standar Kompetensi: Memahami teks pendek dengan membaca lancar


(32)

- Kompetensi Dasar: Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat

Berikut adalah materi membaca lancar yang terdapat dalam buku paket bahasa Indonesia kelas I.24

Bacaan 1

Kerja Bakti

24 Iskandar dan Sukini, Bahasa Indonesia untuk kelas I SD/MI, (Jakarta: Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional, 2009), 41-43.

Hari Minggu keluargaku kerja bakti Ayah membersihkan halaman


(33)

Aku mengepel lantai

Kakakku menyirami tanaman


(34)

`Bacaan 2

Membersihkan Rumah Ini hari Minggu.

Isya dan Syukur membersihkan rumah. Syukur mengambil sapu.

Lalu, ia menyapu.

Ia menyapu sampah di halaman. Isya mengambil lap. Lalu, ia mengelap kaca. Ia juga mengelap kursi. Kini, rumah menjadi bersih.

Kita harus hidup bersih. Kita sehat jika hidup bersih. Bacaan 3

Kampungku Indah nan Bersih Namaku Mukhlis.

Aku tinggal di kampung Duta Putri. Kampungku bersih dan Indah.

Jalannya rapi dan bersih. Di kanan kiri jalan banyak pohon. Di depan setiap rumah, ada tempat sampah.

Air got mengalir lancar. Sebulan sekali penduduk kerja bakti.

Pohon dirapikan. Got dibersihkan.


(35)

C. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) 1. Pengertian Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.25 SAS merupakan kepanjangan dari Struktural Analitik Sintetik, dimana struktural berarti keseluruhan, sintetik berarti penguraian, dan analitik berarti menggabungkan kembali. Menurut Supriyadi pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita disertai dengan gambar yang di dalamnya terkandung unsur analitik sintetik.26

Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) adalah suatu cara untuk mengajarkan membaca permulaan pada siswa dengan menampilkan suatu kalimat utuh yang kemudian diurai menjadi kata hingga menjadi huruf-huruf yang berdiri sendiri dan menggabungkannya kembali menjadi kalimat yang utuh. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri siswa. Pada pembelajaran membaca permulaan dengan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan gambar, benda nyata, dan tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa.

25Sanjaya, Wina, Kurikulum Dan Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),

h. 127.

26 Supriyadi, dkk, Materi Pokok Bahasa Indonesia 2, (Jakarta: Departemen P dan K, 1992),


(36)

Melalui kegiatan tersebut ditemukan suatu struktur kalimat sebagai pengenalan struktur kalimat. Kemudian melalui proses analitik, siswa-siswa diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh tersebut diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa kecil yang disebut dengan kata. Proses penguraian ini berlanjut pada satuan bahasa terkecil yaitu huruf. Proses penguraian atau penganalisisan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan Struktural Analitik Sintetik (SAS), meliputi:

a. Kalimat menjadi kata-kata,

b. Kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf-huruf

c. Selanjutnya dari huruf kembali menajadi suku kata, kemudian menjadi kata dan selanjutnya menjadi kalimat.

Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) didasarkan atas asumsi bahwa pengamatan anak mulai dari keseluruhan dan kemudian ke bagian-bagian. Oleh karena itu anak diajak memecahkan kode tulisan kalimat pendek yang dianggap sebagai unit bahasa utuh, selanjutnya diajak menganalisis menjadi kata, suku kata, dan huruf; kemudian mensintesiskan kembali dari huruf ke suku kata, kata, dan akhirnya kembali menjadi kalimat.27

2. Prinsip Pengajaran Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Prinsip-prinsip pengajaran dengan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) adalah sebagai berikut:

27Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,


(37)

a. Kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan menggunakan metode ini harus dimulai dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola kalimat dasar.

b. Struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang jelas dalam pemikiran murid.

c. Adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur struktur kalimat yang ditampilkan.

d. Unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula (sintesis).

e. Struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa murid sehingga mereka mudah memahami serta mampu menggunakannya dalam berbagai situasi.

3. Langkah-langkah Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Berikut adalah langkah-langkah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS):28

a. Menampilkan gambar sambil bercerita

Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada siswa sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan membaca. Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang ayah sedang menuci mobil, sambil bercerita: “Ini ayah, Ayah sedang mencuci mobil”

28 Ratno Saputra, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) siswa kelas I di SD Negeri Gebangsari Kebumen”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri yogyakarta, 2012)


(38)

b. Membaca gambar

Guru menunjukan beberapa gambar kepada siswanya sambil menjelaskan gambar yang ditunjukkan. Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang menjahit, sambil mengucapkan kalimat “ini ibu”. Murid melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan guru.

c. Membaca gambar dengan kartu kalimat

Pada tahap ini, guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar. Siswa memperhatikan kartu kalimat dan gambar tersebut. Siswa dapat melihat gambar dan tulisan secara keseluruhan yang ditempel oleh guru bahwa tulisan tersebut berbeda-beda untuk setiap gambar.

d. Proses struktural (S)

Gambar-gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian sedikit demi sedikit dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah kartu-kartu kalimat yang terlihat oleh siswa. Siswa mulai belajar membaca secara struktural kartu kalimat. Contoh: Ini sepeda ani.

e. Proses analitik (A)

Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian pada tahap ini mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Melalui tahap analitik ini, siswa diharapkan mampu mengenali huruf-huruf yang terdapat pada kalimat yang telah dibacanya. Contoh:


(39)

ini sepeda ani

ini sepeda ani

i – ni se – pe – da a –ni

i – n – i s – e – p – e – d – a a –n –i

f. Proses sintetik (S)

Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat.

i – n – i s – e – p – e – d – a a–n–i i – ni se – pe – da a –ni

ini sepeda ani

ini sepeda ani

Secara keseluruhan proses Struktural Analitik Sintetik (SAS) sebagai berikut:

ini sepeda ani

ini sepeda ani

i – ni se – pe – da a –ni

i – n – i s – e – p – e – d – a a –n –i

i – ni se – pe – da a –ni

ini sepeda ani


(40)

31 BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang didesain untuk membantu guru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di kelas, informasi ini bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan metode yang seharusnya digunakan dalam proses pembelajaran, demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi belajar, kelas dan sekolahan.

PTK meliputi tiga kata yaitu “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas di berbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang senagaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru atau dosen yang sama.29

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk


(41)

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.30 Menurut Suyanto, PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas.31

Dari beberapa pengertian tersebut, maka penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu dapat dipecahkan.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari teori Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model yang selama ini menjadi acuan pokok dari berbagai model action research, terutama classroom action research (CAR). Konsep pokok action reserch menurut Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting), hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus.32

Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model Kurt Lewin akan tergambar dalam bagan lingkaran seperti berikut.

30 IGAK, Wardani, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), 14.

31 Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),

26.

32 Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas [Classroom Action Research];Teori


(42)

Gambar 3.1Prosedur PTK Model Kurt Lewin

1. Perencanaan (Planning). Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan atau solusi terhadap pemecahan masalah dalam bentuk rencana tindakan kelas.

2. Tindakan (Acting). Peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP, meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup)

3. Pengamatan (Observing). Tahap ketiga ini, yaitu kegiatan yang harus dilakukan adalah:

a. Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

masalah

Perencanaan

(Planning)

Tindakan (Acting) Refleksi

(Reflecting)

Pengamatan( Observing)

Perencanaan Ulang

Siklus I

Siklus II


(43)

b. Mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas

c. Mengamati pemahaman pada tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai PTK

4. Refleksi (Reflecting). Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap keempat yakni sebagai berikut:

a. Mencatat hasil observasi b. Mengevaluasi hasil observasi c. Menganalisis hasil pembelajaran

d. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK selesai.

B. Setting Penelitian

1. Tempat : MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo 2. Waktu : Semester Genap

3. Subyek : Siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo

C. Variabel yang Diteliti

1. Variabel input : Siswa kelas I Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2015/2016

2. Variabel proses : Penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada mata pelajaran bahasa Indonesia

3. Variabel output : Peningkatan keterampilan membaca mata pelajaran bahasa Indonesia


(44)

D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari Kurt Lewin. Model penelitian tindakan kelas menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.33

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan dengan 2 siklus, sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti antara lain:

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Membuat instrument penilaian non tes

3) Mempersiapkan instrument panduan wawancara guru dan siswa 4) Mempersiapkan instrument lembar observasi guru dan siswa b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang actual. Meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, pada kegiatan ini peneliti juga melakukan penelitian terhadap siswa.


(45)

Tabel 3.1

Rencana Pelaksanaan Pembelejaran Siklus I

Kegiatan Waktu

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa

2) Siswa bersama-sama berdo’a dengan khusuk untuk mengawali kegiatan pembelajaran 3) Guru mengecek tentang kehadiran siswa

dengan cara mengabsen

4) Guru mengajak siswa menyanyikan lagu ABCD secara bersama-sama

5) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu “membaca kalimat sederhana”

6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

10 menit

b. Kegiatan Inti

1) Guru memperlihatkan gambar keluarga yang sedang kerja bakti kepada siswa sambil bercerita

2) Guru menunjukkan beberapa gambar kepada siswa sambil menjelaskan gambar yang ditunjukkan

3) Guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar

4) Siswa memperhatikan kartu kalimat sesuai gambar dan cara membacanya

5) Gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian dihilangkan, sehingga yang


(46)

ada hanyalah kartu kalimat yang terlihat oleh siswa

6) Siswa mulai belajar membaca secara struktural kartu kalimat

7) Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian pada tahap selanjutnya siswa mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf.

8) Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat

9) Siswa diberi kesempatan untuk berlatih membaca bacaan yang ada di buku

10) Guru berkeliling mengamati siswa membaca 11) Guru melakukan evaluasi dengan cara siswa

praktek membaca satu persatu

12) Setelah kegiatan selesai, guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan tepuk tangan atau mengucapkan “pintar semua”. c. Kegiatan Penutup

1) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini

2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi bacaan yang belum dipahami.

3) Guru memberi umpan balik tentang materi yang sudah diajarkan dengan memberikan bacaan yang ditulis di papan, dan guru


(47)

menunjuk salah satu siswa untuk membacanya.

4) Siswa dan guru berdo’a bersama-sama untuk mengakhiri pembelajaran.

5) Guru menutup pembelajaran dengan salam c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1) Mengamati guru dalam proses pembelajaran.

2) Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3) Melakukan wawancara kepada guru dan siswa. d. Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini guru dan observer mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi. Hasil observasi dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan mencari kendala-kendala atau kekurangan-kekurangan selama pembelajaran berlangsung. Jika ternyata hasil yang diperoleh belum berhasil maka akan dilakukan siklus selanjutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti antara lain:


(48)

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Membuat instrument penilaian non tes

3) Mempersiapkan instrument panduan wawancara guru dan siswa 4) Mempersiapkan instrument lembar observasi guru dan siswa 5) Menyiapkan media tempel yang digunakan pada saat mengurai

kalimat

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang actual. Meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, pada kegiatan ini peneliti juga melakukan penelitian terhadap siswa.

Tabel 3.2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Kegiatan Waktu

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa

2) Siswa bersama-sama berdo’a dengan khusuk untuk mengawali kegiatan pembelajaran 3) Guru mengecek tentang kehadiran siswa

dengan cara mengabsen

4) Guru mengajak siswa menyanyikan lagu ABCD secara bersama-sama

5) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu “membaca kalimat sederhana”

6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


(49)

b. Kegiatan Inti

1) Guru memperlihatkan gambar keluarga yang sedang kerja bakti kepada siswa sambil bercerita

2) Guru menunjukkan beberapa gambar kepada siswa sambil menjelaskan gambar yang ditunjukkan

3) Guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar

4) Siswa memperhatikan kartu kalimat sesuai gambar dan cara membacanya

5) Gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah kartu kalimat yang terlihat oleh siswa

6) Siswa mulai belajar membaca secara struktural kartu kalimat

7) Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian pada tahap selanjutnya siswa mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf.

8) Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat

9) Siswa dan guru bernyanyi “Kalau kau suka baca bilang hore”

10)Siswa diberi kesempatan untuk berlatih membaca bacaan yang ada di buku


(50)

11) Guru berkeliling mengamati siswa membaca

12) Guru melakukan evaluasi dengan cara siswa praktek membaca satu persatu

13) Setelah kegiatan selesai, guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan tepuk tangan atau mengucapkan “pintar semua”. c. Kegiatan Penutup

1) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini

2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi bacaan yang belum dipahami.

3) Guru memberi umpan balik tentang materi yang sudah diajarkan dengan memberikan bacaan yang ditulis di papan, dan guru menunjuk salah satu siswa untuk membacanya.

4) Siswa dan guru berdo’a bersama-sama untuk mengakhiri pembelajaran.

5) Guru menutup pembelajaran dengan salam

15 menit

c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1) Mengamati guru dalam proses pembelajaran.

2) Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


(51)

d. Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini guru dan observer mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi. Hasil observasi dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan.

E. Data dan Cara Pengumpulan

1. Data

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.34 Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua

macam, yaitu: a. Data kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan kategorisasi, karaktristik berwujud kata-kata. Adapun yang termasuk dalam data kualitatif dalam penelitian ini meliputi:

1) Materi yang disampaikan dalam penelitian tindakan kelas 2) Metode yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas

3) Pernyataan verbal siswa dan guru yang diperoleh dari hasil wawancara sehubungan dengan proses pembelajaran dan pemahaman terhadap materi.

4) Proses pelaksanaan


(52)

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka. Adapun yang termasuk dalam data kuantatif pada penelitian ini, meliputi:

1) Data jumlah siswa kelas I

2) Data persentase ketuntasan minimal

3) Data nilai siswa yang diambil dari nilai unjuk kerja membaca 4) Data prosentase aktivitas guru dan siswa dari lembar observasi 2. Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan tanya jawab peneliti dengan informan untuk tanya jawab. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa, dll.35

Panduan wawancara yang sudah disusun secara tertulis sesuai dengan masalah, kemudian digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan informasi.36 Wawancara ini dikerjakan dengan

sistematis dan berlandasakan tujuan penelitian. Metode ini

35Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rosdakarya, 2008), 117. 36Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Yogyakarta: raha Ilmu, 2006),


(53)

digunakan peneliti sebagai data pendukung dalam penelitian untuk memperoleh data yang kaitannya dengan sikap atau pendapat guru dan siswa, kesulitan-kesulitan, dan kesan-kesan siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan sebelum dan sesudah diberi tindakan.

Berikut ini instrumen panduan wawancara terhadap guru dan siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Sidoarjo.

Tabel 3.3

Pedoman wawancara sebelum penelitian dengan guru

Nama Guru : Tanggal :

1. Sudah berapa tahun Ibu mengajar di MI Darul Ulum Gedongan?

2. Apa saja kesulitan yang Ibu hadapi dalam mengajar bahasa Indonesia kepada siswa khususnya keterampilan membaca? 3. Bagaimana keterampilan siswa dalam hal membaca?

4. Apa saja upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan membaca siswa?

5. Bagaimana minat siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia?

6. Berapa jumlah jam tatap muka perminggu dalam mengajar bahasa Indonesia di Madrasah ini?

Tabel 3.4

Pedoman wawancara setelah penelitian dengan guru

Nama :

Hari/tanggal :

1. Bagaimana menurut Ibu tentang metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)?


(54)

pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)?

3. Menurut Ibu apakah keuntungan menerapkan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam pembelajaran bahasa Indonesia?

4. Bagaimanakah pendapat atau kesan-kesan menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)?

5. Bagaimanakah keterampilan membaca bahasa Indonesia pada siswa setelah menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)?

Tabel 3.5

Pedoman wawancara untuk siswa setelah penelitian

Nama :

1. Apakah kalian suka membaca?

2. Apakah kalian merasa kesulitan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)?

3. Apa kesulitan yang kalian alami ketika pembelajaran membaca?

4. Bagaimanakah perasaan kalian ketika pembelajaran menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)? 5. Apakah metode SAS dapat meningkatkan kemampuan


(55)

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan; pengawasan; peninjauan; penyelidikan; riset.37 Observasi adalah suatu proses pengamatan

dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.38

Dalam pengamatan ini digunakan dua lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang digunakan untuk merekam aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran apakah sudah sesuai dengan RPP atau belum.

Tabel 3.6

Lembar observasi aktivitas guru

No Aspek yang Diamati Terlaksana

Ya Tidak Kegiatan Awal

1 Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa

2 Guru mengajak siswa berdoa dengan khusuk

3 Guru mengecek tentang kehadiran siswa 4 Guru mengajak siswa bernyanyi lagu

ABCD

5 Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari

6 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

37 Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001),533 38 Zainal Arifin, Evaluasi Pemebelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 153


(56)

Kegiatan Inti

1 Guru memperlihatkan gambar keluarga kerja bakti

2 Guru menunjukkan beberapa gambar sambil menjelaskan gambar

3 Guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar

4 Guru memandu siswa membaca kartu kalimat

5 Guru mengambil gambar yang memandu kartu kalimat

6 Guru membantu siswa membaca secara structural kartu kalimat

7 Guru membantu siswa mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf

8 Guru membantu siswa menggabungkan kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat

9 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih membaca

10 Guru berkeliling mengamati siswa membaca

11 Guru melakukan evaluasi dengan cara siswa praktek membaca satu persatu

12 Guru memberikan apresiasi kepada siswa

Kegiatan Penutup

1 Guru menyimpulkan materi bersama siswa 2 Guru memberikan kesempatan bertanya


(57)

3 Guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan memberikan bacaan yang ditulis di papan umtuk dibaca siswa

4 Berdo’a untuk mengakhiri pembelajaran 5 Guru menutup pembelajaran dengan salam

ℎ = ( ) x 100%

Keterangan:39

Pengisian lembar observasi aktivitas guru dengan memberi tanda checklist (√)

Skor 1: Jika “Ya” atau terlaksananya aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan aspek yang diamati.

Skor 0: Jika “Tidak” atau tidak terlaksananya aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan aspek yang diamati.

Tabel 3.7

Lembar observasi aktivitas siswa

No Aspek yang Diamati Terlaksana

Ya Tidak Persiapan

1 Siswa dibangkunya waktu pelajaran akan dimulai 2 Kerapian siswa dalam berseragam

3 Siswa sudah siap untuk belajar dengan bukunya

Pelaksanaan Kegiatan Awal

1 Siswa menjawab salam


(58)

2 Siswa menjawab pertanyaan kabar dari guru 3 Siswa berdoa bersama-sama

4 Siswa memperhatikan guru saat mengabsensi 5 Siswa menyanyikan lagu “ABCD” bersama 6 Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang

materi yang akan dipelajari

7 Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru

Kegiatan Inti

1 Siswa mengamati gambar yang ditunjukkan oleh guru

2 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang gambar-gambar yang ditunjukkan

3 Siswa memperhatikan kartu kalimat yang ditempel

4 Siswa memperhatikan guru membaca kartu kalimat

5 Siswa membaca secara struktural kartu kalimat 6 Siswa mengurai kalimat menjadi kata, kata

menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf 7 Siswa menggabungkan kembali dari huruf

menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat

8 Siswa berlatih membaca bacaan yang ada di buku 9 Siswa mempraktikkan membaca di depan kelas

Kegiatan Penutup

1 Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru

2 Siswa bertanya jika ada materi yang belum dipahami


(59)

3 Siswa merespon umpan yang diberikan oleh guru 4 Siswa berdoa dengan khusuk

5 Siswa menjawab salam

ℎ = ( ) X 100%

Keterangan:40

Pengisian lembar observasi aktivitas siswa dengan memberi tanda checklist (√)

Skor 1: Jika “Ya” atau terlaksananya aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan aspek yang diamati.

Skor 0: Jika “Tidak” atau tidak terlaksananya aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan aspek yang diamati.

c. Non-tes

Pada penelitian ini, teknik penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca adalah non-tes. Non-tes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi keadaan si tertes (siswa) tanpa menggunakan alat tes.41

Tingkat keterampilan membaca siswa diukur dengan teknik non-tes dengan bentuk penilaian performance. Instrumen yang digunakan adalah rubrik penilaian performance.

40 Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), 150.

41 Burhan Nurgiyanto, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE,


(60)

Berikut adalah rubrik penilaian hasil kemampuan membaca siswa:

Tabel 3.8

Rubrik penilaian hasil kemampuan membaca (performance)

No Nama Aspek yang dinilai Nilai

1 2 3 4

B C K B C K B C K B C K

Keterangan:

1 = Mengenal dan melafalkan huruf-huruf 2 = Melafalkan suku-suku kata

3 = Melafalkan kalimat sederhana

4 = Melafalkan beberapa kalimat sederhana

Tabel 3.9

Kriteria penilaian hasil kemampuan membaca (performance)42 No Aspek Kriteria B C K Keterangan 1 Mengenal

dan melafalkan huruf-huruf Dapat mengenal huruf dan tepat dalam setiap melafalkan huruf-huruf

B = Menyebutkan semua huruf dan tidak terdapat kesalahan dalam pelafalan (skor 3)

C = Terdapat satu sampai tiga bagian yang salah dalam pelafalan (skor 2)

K = Terdapat lebih dari tiga bagian yang salah dalam pelafalan


(61)

(skor 1) 2 Melafalkan

suku-suku kata Tepat dalam melafalkan setiap suku kata sesuai dengan isi bacaan

B = Tidak terdapat kesalahan dalam pelafalan (skor 3)

C = Terdapat satu sampai tiga bagian yang salah dalam pelafalan (skor 2)

K = Terdapat lebih dari tiga bagian salah dalam pelafalan (skor 1)

3 Melafalkan kalimat sederhana Lancar dan tepat dalam melafalkan kalimat sederhana

B = Lancar dan tepat dalam melafalkan kalimat

sederhana (skor 3)

C = Terbata-bata dan tepat dalam melafalkan kalimat

sederhana (skor 2)

K = Terbata-bata dan tidak tepat dalam

melafalkan kalimat

sederhana (skor 1)

4 Melafalkan beberapa kalimat sederhana Melafalkan beberapa kalimat sederhana dengan

B = Lancar dalam melafalkan beberapa kalimat sederhana


(62)

intonasi yang

tepat dengan intonasi yang tepat (skor 3)

C = Lancar dalam melafalkan kalimat sederhana, tetapi intonasinya tidak tepat (skor 2) K = Terbata-bata

dalam melafalkan kalimat sederhana dan intonasinya tidak tepat (skor 1) Keterangan:

B = baik; C = cukup; K = kurang d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan,43

Dokumentasi pada penelitian ini adalah absensi, data nilai, dan gambar-gambar yang dibutuhkan selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Teknik Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan


(63)

untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa, juga untuk mengetahui respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung.44 a. Analisis Prosentase Aktivitas Guru dan Siswa

Data tentang aktivitas guru dan siswa dianalisis dengan menghitung prosentase aktivitas guru dan siswa untuk setiap indikator. Rumus menghitung prosentase aktivitas guru dan siswa adalah:

ℎ = X 100% (Rumus 3.1) b. Analisis Ketuntasan

Untuk analisis tingkat keberhasilan atau presentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung, dilakukan dengan cara memberikan penilaian berupa penilaian performance pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana sebagai berikut:

1) Penilaian Performance

Penilaian hasil siswa didasarkan pada 4 aspek yaitu siswa mampu mengenal dan melafalkan huruf-huruf, melafalkan suku-suku kata, melafalkan kalimat sederhana, dan melafalkan beberapa kalimat sederhana dengan masing-masing aspek diklasifikasikan dalam empat tingkatan sesuai dengan kriteria penilaian yang ditetapkan dalam RPP.

44 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK, (Bandung: CV. Yrama


(64)

Untuk analisis hasil penelitian siswa dilakukan dengan cara mengubah skor yang diperoleh siswa menjadi nilai siswa. Dapat dituliskan dengan rumus:

Nilai = ( ) 100 (Rumus 3.2)

Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Menurut Sudjana, bahwa untuk menghitung rata-rata kelas digunakan rumus sebagai berikut:45

X = ∑ (Rumus 3.3) Keterangan:

X : Nilai rata-rata

∑x : Jumlah semua nilai siswa ∑N : Jumlah siswa

2) Penilaian Ketuntasan Belajar

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, bahwa tingkat pencapaian untuk tes formatif adalah 75%46, maka peneliti menganggap bahwa penggunaan metode Strutural Analitik Sintetik (SAS) dikatakan berhasil dalam meningkatkan keterampilan membaca jika siswa sudah terampil membaca kalimat sederhana dengan lancar dan intonasi yang tepat dan

45 Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: Pustaka Martiana, 1988), 131


(65)

memenuhi ketuntasan belajar mencapai 75% dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar yang dikelompokkan ke dalam lima kategori berikut47

Tabel 3.10

Tingkat Keberhasilan Belajar

Tingkat keberhasilan (%) Arti 90% - 100%

70% - 89% 50% - 69% 0% - 49%

Sangat Baik Baik

Cukup Baik Tidak Baik

Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan II dapat digunakan rumus:

P = 100% (Rumus 3.4)

Keterangan:

P = Presentase yang akan dicari

Kriteria ketuntasan siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh  75% dari skor maksimal. Dan suatu pembelajaran dikatakan efektif jika ketuntasan klasikalnya  75% maksudnya jika dalam satu kelas siswa yang berhasil  75% maka ketuntasannya tercapai.

47 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2009), 42.


(66)

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja berarti alat penunjuk atau sesuatu yang menunjukkan kualitas sesuatu. Adapun indikator yang diharapkan oleh peneliti, yaitu: 1. Meningkatnya prosentase aktivitas belajar siswa secara aktif dalam

pembelajaran bahasa Indonesia mencapai ≥90%

2. Guru dapat menerapkan pembelajaran sesuai RPP yang telah dikembangkan mencapai 85%.

3. Meningkatnya prosentase keterampilan membaca siswa melalui metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) mencapai 75%. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 75.

4. Perolehan skor rata-rata kelas minimal 75.

5. Model SAS dikatakan berhasil jika 75% siswa mampu memperoleh nilai di atas KKM dan perolehan skor rata-rata kelas minimal 75.

Siswa dinyatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 75. Sedangkan keberhasilan kelas ditetapkan sebesar 75%. Artinya bahwa jika dalam evaluasi, diperoleh hasil belajar minimal 75% siswa kelas I berhasil secara individual, maka strategi pembelajaran yang diterapkan dapat dikatakan berhasil.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif, antara guru kelas dan mahasiswa sebagai peneliti. Tugas guru mendampingi peneliti dalam menerapkan penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)


(67)

pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Adapun rincian tugas guru dan mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Nama guru : Hj. Alfiah

Bertugas : Mempersiapkan KBM, bertanggung jawab dalam semua jenis kegiatan, dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan.

2. Nama peneliti : Pratiwi Viyanti

Bertugas : Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun instrumen penelitian, membuat lembar observasi, melakukan diskusi dengan guru kolaborasi, dan menyusun hasil laporan penelitian.


(68)

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah

1. Identitas Madrasah

Tempat dilakukannya penelitian tindakan kelas ini adalah MI Darul Ulum Gedongan. MI Darul Ulum Gedongan terletak di desa Wadung Asri kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo. Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah identitas sekolah MI Darul Ulum Gedongan:

a. Nama Sekolah : MI Darul Ulum Gedongan b. Nomer Statistik Sekolah : 111 235 150 186

c. Provinsi : Jawa Timur

d. Otonomi Daerah : Sidoarjo

e. Kecamatan : Waru

f. Desa/Kelurahan : Wadung Asri

g. Jalan dan Nomor : Jl.Raya Wadung Asri No. 100 h. Organisasi Penyelenggara : Yayasan

i. Kode Pos : 61256

j. Telepon : (031) 8672026

k. Status Sekolah : Swasta

l. Akreditas : Terakreditasi ”A” m. Tahun Berdiri : 1970

n. Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

2. Visi dan Misi

a. Visi Madrasah

Visi MI Darul Ulum Gedongan yaitu: “Mewujudkan generasi berakhlak mulia, cakap, dan berprestasi secara optimal”. Adapun indikator visi tersebut antara lain:

1) Menjadikan ajaran dan nilai-nilai islam sebagai pedoman dalam kehidupan sehari- hari.


(1)

106

Grafik 4.4

Peningkatan nilai rata-rata kelas

Pada grafik 4.3 dan 4.4 menunjukkan keterampilan membaca siswa dari pra siklus ke siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II. Prosentase pada pra siklus yaitu 40%, meningkat menjadi 70% pada siklus I, kemudian meningkat lagi 90% pada siklus II. Sedangkan untuk nilai rata-rata kelas pada pra siklus yaitu 69,25 meningkat menjadi 75,35 pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 83,75 pada siklus II.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Sidoarjo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90


(2)

107

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peningkatan keterampilan membaca mata pelajaran bahasa Indonesia dengan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Siswa Kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo telah diterapkan dengan baik. Semua langkah pembelajaran metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) diterapkan dengan tepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai observasi guru meningkat dari siklus I sebesar 78% menjadi 96% pada siklus II. Begitupun dengan nilai hasil observasi siswa sebesar 83% pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 92%. Pembelajaran pada siklus II berjalan lebih tertib, siswa lebih bersemangat dan antusias dalam membaca dibandingkan dengan siklus I.

2. Setelah diterapkan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), keterampilan membaca siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas siswa meningkat dari 75,35 pada siklus I menjadi 83,75 pada siklus II. Sedangkan prosentase keterampilan membaca siswa secara klasikal meningkat dari 70% pada


(3)

108

siklus I menjadi 90% pada siklus II. Jika pada siklus I hanya ada 14 siswa yang tuntas dari 20 siswa, maka pada siklus 2 jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa. Pada siklus II siswa lebih lancar dalam membaca beberapa kalimat sederhana.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), ada beberapa saran yang dapat disampaikan, antara lain:

1. Penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) harus disesuaikan dengan SK, KD, dan indikator-indikator yang akan dicapai siswa

2. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) seyogyanya diterapkan secara kesinambungan oleh guru dalam pembelajaran.

3. Pihak sekolah hendaknya menerapkan metode-metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, supaya pembelajaran dapat menghidupkan suasana kelas terutama pada pembelajaran bahasa Indonesia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta).

Alek dan Ahmad H.P. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Kencana).

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, SD, SLB, TK. (Bandung: CV.Yrama Widya).

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

(Jakarta: Rineka Cipta).

Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. (Bogor: Ghalia Indonesia).

Budiharto, Tri. 2008. Pendidikan Keterampilan. (Surakarta: UNS Press).

Cahyani, Isa. 2012. Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia. (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam).

Data hasil nilai praktek membaca siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan. Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Referensi).

Henry Guntur Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa Bandung).

Hernowo. 2006. Quantum Reading. (Bandung: MLC).

Hj. Alfiah. 2016. Guru kelas I MI Darul Ulum Gedongan. (Sidoarjo: MI Darul Ulum Gedongan)

IGAK, Wardani. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Universitas Terbuka). Iskandar dan Sukini. 2009. Bahasa Indonesia untuk kelas I SD/MI. (Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional).

Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. (Bandung: Remaja Rosdakarya).


(5)

Kuntarto, Ninik M. 2013. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. (Jakarta: Mitra Wacana Media).

Kusaeri. 2006. Penerapan Pendekatan Diskusi dalam Pembelajaran Persamaan Kuadrat pada Siswa Kelas I SMU Negeri 13 Surabaya. (Surabaya: UNESA)

M. Arifin, Aminuddin Rasyad. 1991. Dasar-dasar Kependidikan. (Jakarta: Dirjend. Binbaga Islam dan universitas Terbuka).

Marlina. 2014. Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Metode SAS Siswa Kelas I SDN Ambunu Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali. (Palu: Universitas Tadulako) Muttaqin, Saiful. 2015. “Pengertian Keterampilan”.

http://saifulmuttaqin.blogspot.com/

Nurbiana Dhieni, dkk. 2013. Metode Pengembangan Bahasa. (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka).

Nurgiyanto, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. (Yogyakarta: BPFE).

Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry. 2001. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola).

Raditya Putra Pratama. 2016. Siswa Kelas I MI Darul Ulum Gedongan. (Sidoarjo: MI Darul Ulum Gedongan).

Rahim, Farida. 2006. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. (Jakarta: Bumi Aksara).

Rasid, Suparman. 2013. “Indikator Keterampilan Membaca”.

Rosid430.blogspot.com/2013/07/membaca-permulaan-dengan-metode-sas.html?m=1

Ratno Saputra. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) siswa kelas I di SD Negeri Gebangsari Kebumen. (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta).

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).


(6)

Santoso, Fuji. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. (Jakarta: Universitas Terbuka).

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. (Yogyakarta: Raha Ilmu).

Siti Nur Aini. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al qur’an dengan Metode Struktural Analitik Sintetik Siswa Kelas IV MI Nurul Islam 02 Wonokerto, Bancak, Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011. (Semarang: IAIN Walisongo Semarang).

Soedarso. 1983. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. (Jakarta: Gramedia). Soemardjan dkk. 2002. Pendidikan Keterampilan. (Malang: Universitas Negeri

Malang Press).

Somadoyo, Samsu. 2011. Straregi dan Teknik Pembelajaran Membaca. (Yogyakarta: Graha Ilmu).

Subagyo, Joko . 2006. Metode Penelitian dalam teori dan praktek. (Jakarta: Rineka Cipta).

Sudirman N., dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosda Karya). Sudjana, Nana. 1988. Evaluasi Hasil Belajar. (Bandung: Pustaka Martiana). Supriyadi, dkk. 1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia 2. (Jakarta: Departemen P

dan K).

Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa).

Trianto. 2012. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas [Classroom Action Research];Teori &Praktik. (Jakarta: Prestasi Pustakarya).

Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: Rosdakarya).


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25