Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis Amboinensis) Dalam Ransum Terhadap Karkas Itik Peking Umur 8 Minggu

TINJAUAN PUSTAKA Tepung Ikan

  Tepung ikan merupakan sumber protein utama bagi unggaskarena tepung ikan tersebut mengandung semua asamamino yang dibutuhkan. Asam amino dibutuhkan dalam tubuh ternak dalam jumlah cukup dan teristimewamerupakan sumber lisin dan methionin yang baik.Penggunaan tepung ikan dalam ransum unggas sering kali harus dibatasi untuk mencegah bau ikan yang meresap kedalam daging. Tepung ikan mudah busuk sehingga terjadi penurunan kadar protein kasar(Anggorodi, 1995).

  Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak.Kandungan protein tepung ikan memang relatif tinggi, protein hewani tersebut disusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam amino Lisin dan Methionin.

  Disamping itu, juga mengandung mineral Calsium dan Phospor serta vitamin B kompleks khususnya vitamin B

  12 (Murtidjo, 2001). Kandungan nutrisi tepung ikan ditampilkan pada Tabel 1.

  Tabel 1. Komposisi nutrisi tepung ikan Nutrisi Kandungan Energi metabolis (Kkal/kg) 2565 Protein kasar (%)

  55 Lemak kasar (%)

  8 Serat kasar (%)

  1 Sumber: Siregar (2009) Tepung ikan dapat digunakan sebagai kalsium. Kandungan protein tepung ikan sangat dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan dalam proses pembuatannya. Pemanasan yang berlebih akan membuat tepung ikan menjadi

  4 berwarna cokelat dan kadar proteinnya cenderung menurun atau bisa menjadi rusak (Boniran, 1999).

  Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang berpotensi sebagai sumber protein maupun lemak terutama asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids–PUFA). Tepung ikan banyak mengandung asam lemak esensial eicosapentaenoic acid (EPA, C20:5n-3) yaitu sebanyak 5,87 g dan

  docosahexanoic acid (DHA, C20:6n-3)sebanyak 9,84 g/kg. Asam lemak esensial

  banyak berperan dalam memperbaiki produktivitas, kualitas produk, dan penampilan reproduksi ternak(Marjuki, 2006).

  Ikan Gabus Pasir

  Ikan gabus pasir (Butis amboinensis) merupakan ikan predator (pemangsa), ikan ini mencari makanan sebagian besar pada malam hari dengan pola samar untuk membantu ikan tersebut berbaur dengan lingkungan untuk mendapatkan mangsa. Ikan ini juga dapat meringankan dan menggelapkan pewarnaan tubuh, memiliki kebiasaan menyelaraskan diri dengan permukaan padat baik horizontal, vertikalatau terbalikdan sering berenang di posisi terbalik.Spesies ikan ini mendiami pesisirsungai,muara danhutan bakaudi NewGuinea telah tercatat300kilometer ke arah huludarimuara sungai ikan gabus pasir ditemukandi atas lumpurberpasir (Allen 1991).

  Klasifikasiikan gabus pasir adalah Kingdom: Animalia, Phylum : ,class: Actinopterygii,Ordo : Perciformes, Family: Eleotridae, Genus :

  Chordata Butis , Spesies: amboinensis(Gultom, 2010).Pada setiap tingkat ikan gabus pasir

  memiliki karakteristik dari ikan gabus pasir yaitu kepala pipih datar, lebar badan 5-5,5 kali lebih pendek dari panjang standart, 6-7 kali lebih pendek dari panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan kepala bersisik, tidak ada sisik antara mata dan tulang mata, gigi pada barisan depan tidak membesar, tipe ekor membulat(Allen, 1991). Tabel 2. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir

  Jenis Nutrisi Kandungan Bahan Kering (%)

  92,82 Kadar air(%) 7,17 Protein kasar (%)

  53,59 Lemak kasar (%) 4,32 Bahan kering (%)

  92,82 Abu (%) 21,85 Kalsium (%)

  5,86 Posfor (%) 0,026 b Gross Energi (k.cal/gr) 3,63 a

  Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Prodi Peternakan Fakultas Pertanian USU(2014).

  b

  Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Loka Peneltian Kambing Potong Limbah ikan gabus pasirterdiri atas kepala, isi perut. Limbah ikan gabus pasir diolah menjadi tepung dengan cara dipanaskan (cooking), dipressing, dioven dan digrinder menjadi tepung ikan. Tepung ikan mengandung protein yang tinggi yang dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging ternak. Kandungan gizi tepung ikan tergantung dari jenis ikan yang digunakan sebagai bahan bakunya(Stevieet al., 2009).

  Kandungan nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir yang terbaik adalah dengan metode pengukusan. Nilai nutrisi dengan metode pengukusan dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil ini sudah sesuai dengan standar SNI (1996) nilai nutrisi tepung ikan gabus pasir dengan metode pengukusan termasuk kriteria kualitas sedang (Vidiana, etal., 2014). Menurut SNI (1996) sedang standar persyaratan mutu tepung ikan yang berkualitas tinggi mengandung komponen-komponen yaituAir 10 %, lemak 8 %, protein 65%, abu20 %, serat kasar 1,5%sedangkan standar persyaratan mutu tepung ikan yang berkualitas rendah yaitu air 12 %, lemak 12%, protein 45%, abu 30 % dan serat kasar 3%.

  Sistem Pencernaan Itik Peking

  Alat pencernaan itik terdiri atas mulut : mulut terdiri atas paruh dan ruang paruh serta lidah. Makanan yang masuk oleh penggerakan lidah didorong masuk kedalam pharynx kemudian ditelan.Pharynx : proses menelan pada itik tidak bersifat peristaltik karena itik tidak memiliki palat halus dan muskulus konstriktor pada pharynxnya.Esophagus : makanan masuk ke esophagus semata-mata oleh adanya gravitasi (gaya berat) makanan dan karena tekanan yang lebih rendah didalam ruang esophagus oleh leher yang dijulurkan ke atas. demikian juga halnya dengan proses menelan air.Crop : Cropmerupakan pelebaran dingding

  

esophagus . Pada itik dan unggas air pada umumnya, crop tidak berkembang

  dengan sempurna, tidak seperti pada ayam. crop semata-mata berfungsi menampung sementara makanan. Perut : perut terdiri atas perut kelenjar (proventrikulus) dan perut muskular (ventrikulus) sebagai penghancur makanan.Usus halus (intestine) terdiri atas duodenum sepanjang 22 sampai 38 cm,jejenum sepanjang 105 cm dan ileum sepanjang 15 cm.Kolon : terdapat 2 ceca yang masing-masing panjangnya antara 10 sampai 20 cm.Kloaka : Merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinaridan genital (Srigandono, 1996).

  Sistem pencernaan pada unggas relatif sederhana dan proses pencernaannya lebih cepat dibandingkan dengan ternak lain. Unggas menelan makanannya sedikit banyak sebagai keseluruhan dan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan tubuh dalam waktu sekitar dua jam setelah makanan meninggalkan tembolok. Seluruh usus dikosongkan dalam waktu enam sampai 1 jam (Anggorodi, 1995).

  Penyerapan Zat Makanan Pada Itik Peking

  Unggas membutuhkan zat makanan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air untuk pertumbuhan dan memperoleh energi. Bahan- bahan makanan yang diperoleh dari ransum masih dalam bentuk yang kompleks dan sukar diserap untuk digunakan oleh tubuh ternak. Makanan tersebut harus diubah lebih dahulu baik secara mekanis dan khemis melalui proses pencernaan yaitu memecahkan molekul nutrien kompleks menjadi molekul sederhana agar dapat diabsorbsi oleh dinding usus (Yuniastuti, 2002).

  Selama penyerapan zat-zat makanan dalam tubuh, zat makanan diserap oleh mukosa kemudian ke darah dikontrol sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh (Tillman et al., 1991). Menurut Wahyu (1997) protein dalam tubuh akan digunakan sebagai sumber energi, kelebihan protein ini akan disimpan dalam bentuk lemak dan juga dibuang melalui urin. Semua protein dalam makanan secara sempurna dicerna menjadi asam-asam amino dalam alat pencernaan kemudian diserap oleh tubuh melalui usus halus (intestine).

  Absorbsi lemak terjadi melalui permukaan jejenum. Lemak ini akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol ini akan diangkut ke vena porta ke dalam hati dan dimetabolisme sebagai sumber energi cadangan. Asam lemak bebas dibentuk menjadi trigliserida, kemudian bersama-sama dengan kolesterol dan phospholipid bergabung dengan protein membentuk kilomikron dan masuk ke dalam sistem limfe (Wahyu, 1992).

  Metabolisme Protein

  Protein dalam tubuh ternak berperan sebagai bahan pembangun tubuh danpengganti sel-sel yang sudah rusak serta bahan penyusun beberapa hormon danenzim (Sutardi, 1981). Meningkatkan kandungan protein dalam karkas, dan meningkatnya deposisi protein yang merupakan indikasi dari proses pemanfaatan protein pakan. Deposisi protein yang bernilai positif, berarti ternak tersebut memanfaatkan protein yang tinggal di tubuh untuk meningkatkan bobot badan (Maynard dan Loosli, 1969).

  Protein yang tidak terbuang tersebut akan disimpan dalam daging, organ internal serta jaringan bawah kulit (Anggorodi, 1995). Energi yang cukup bagi tubuh ternak akan mencegah pemanfaatan protein tubuh, sehingga deposisi protein tidak menurun. Pemberian pakan dengan kadar protein tinggi diharapkan dapat meningkatkan jumlah protein yang terdeposisi di dalam tubuh (Boorman, 1980).

  Pencernaan protein dimulai dari proventikulus dengan mensekresikan

  pepsinogen dan HCL selanjutnya pencernaan selanjutnya pada usus halus (small intestine ). Bagian dari small intestinum yaitu duodenum, duodenum merupakan

  tempat sekresi enzim dari pankreas, cairan pankreas mengandung proenzim

  trypsinogendan chymotrypsinogen . Proenzim trypsinogen dan chymotrypsinogen

  diaktifkan menjadi enzim trypsin dan chymotrypsin oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh sel-sel mukosa usus halus. Enzim trypsin dan chymotrypsin berperan memecah polipeptida menjadi peptida sederhana. Selanjutnya peptida tersebut dipecah menjadi asam amino oleh enzim peptidase (erepsin), asam amino selanjutnya diabsorpsi dengan cara difusi fasilitasi melalui mukosa yeyenum dan

  ileum membentuk jaringan sel yang rusak dan membentuk jaringan otot daging untuk pertumbuhan (Nurcahyo, 2011).

  Metabolisme Lemak

  Metabolisme lemak dimulai dengan proses hidrolisis lemak (trigliserida)dari makanan yang dikonsumsi oleh enzim lipase (dari pankreas) yangmenghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Gliserol diserap usus danditransportasikan melalui saluran darah ke hati. Selanjutnya gliserol tersebutdimetabolisasi membentuk asam piruvat kemudian dioksidasi mengasilkan energiatau disintesis menjadi glukosa (Thomas, 1983).

  Asam-asam lemak dan monogliserida diserap dari lumen usus halus dandiresintesis lagi menjadi trigliserida yang kemudian digabungkan dengan proteinmembentuk kilomokron. Fosfolipid dan kolesterol yang berasal dari makananyang dikonsumsi juga akan digabungkan dalam kilomikron dan ditransportasikan(Yuniastuti, 2002).

  Bila jumlah karbohidrat atau pati yang dikonsumsi banyak, maka tubuh akanmenggunakan glukosa sebagai energi dan esterifikasi asam lemak bebas.

  Akantetapi jika jumlah konsumsi sedikit maka karbohidrat hanya digunakan untukesterifikasi asam lemak bebas dan untuk produksi energi digunakan asam lemakbebas. Esterifikasi adalah proses pembentukan trigliserida kembali dari asamlemak dan gliserol. Sebagian besar asam lemak disimpan sebagi trigliserida33(trigliserol) dalam sel-sel jaringan adipose (sekitar 16% dari berat badanmerupakan trigliserida) (Zuheid, 1990).

  Kebutuhan Nutrisi Itik Peking

  Kebutuhan zat gizi itik pada masing-masing periode pemeliharaan sangat berbeda. Pada berbagai fase pemeliharaan itik membutuhkan pakan dengan kandungan air, protein, vitamin, mineral, lemak dan serat kasar yang mencukupi. Begitu juga dengan jumlah pakan yang diperlukan itik tergantung tingkat umur itik (Wakhid, 2013).

  Protein merupakan materi penyusun dasar dari semua jaringan tubuh yang dibentuk, misalnya otot-otot, sel darah untuk pertumbuhan dan perkembangan.

  Pemberian protein ternak harus dilakukan dengan berkesinambungan melalui ransum untuk pertumbuhan, pergantian sel dan produksi lainnya. Jika protein yang diberikan tidak cukup maka akan menyebabkan pertumbuhan dari ternak tidak normal (Santoso, 1986).

  Pemeliharaan itik yang khusus untuk tujuan pedaging ransum stater 22% protein yang diberikan sampai umur 2 minggu, kemudian disusul dengan ransum

  

grower dan finisher yang mengandung protein untuk grower 18% kemudian

ransum finisher 16% (Wahyu, 1988).

  Bahan makanan pada dasarnya mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi (Tillman et al.. 1991).Berdasarkan unsur yang dikandung oleh bahan makanan yang perlu disediakan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan ternak.

  Pada prinsipnya makanan itik tidak berbeda dengan makanan ayam. Perbedaan terletak pada kadar protein dalam ransum yang relatif lebih tinggi. Disamping itu penyediaan air lebih banyak diperhatikan. Itik yang dipelihara secara intensif atau dikurung, kebutuhan air biasanya disediakan dalam kolam- kolam kecil yang ditempatkan dekat bak makanan (Wahyu, 2004).Rasyaf (1992) menyatakan bahwa bahan makanan yang biasa dipakai sebagai campuran ransum itik adalah jagung kuning, dedak, bungkil-bungkilan, kulit kerang, tepung ikan, daun lamtoro, minyak atau lemak, tepung darah dan lainnya.

  Ransum pada itik pada dasarnya sama seperti ayam, kesamaannya terutama pada bagian penggunaan bahan pakan. Ransum itik umumnya diberikan agak basah. Air perlu ditambahkan ke dalam ransum untuk membuat pakan ransum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah sampai becek (Anggorodi, 1995).

  Itik pedaging harus diberi pakan yang memiliki gizi tinggi untuk mendukung pertumbuhan yang cepat.Kebutuhan utama zat gizi berupa protein dengan kandungan asam amino esensial yang berimbang serta mempunyai kandungan energi yang memadai. Disamping itu pakan tersebut harus memiliki kadar vitamin dan mineral yang harus diperhatikan. Itik pada periode starter membutuhkan ransum dengan kadar protein antara 20-22% dan energi metabolismenya antara 2800-3000 kkal/kg ransum. Memasuki fase finisher, kadar protein diturunkan menjadi 16-17% dan energi metabolismenya sebesar 2900- 3000 kkal/kg. Untuk mencapai berat badan sekitar 3,5 kg pada umur 8 minggu, itik peking harus menghabiskan pakan sebanyak 9,5 kg dengan rata-rata konsumsi pakan 170 g/hari selama 8 minggu (Srigandono, 1998).

  Kebutuhan nutrisi untuk itik peking dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini, dan laju pertumbuhan dan konsumsi itik peking terdapat pada tabel 4. Tabel 3. Kebutuhan nutrisi itik peking

  Starter (0-2 Grower (2-7 Finisher (7-8 Nutrisi minggu) minggu) minggu) EM (Kkal/kg) 2900 2900 2900

  Protein (%) 22,0 16,0 15,0 Arginin (%) 1,1 1,0 - Lisin (%) 1,1 0,9 0,7 Methionin+sistin (%) 0,8 0,6 0,55 Kalsium (%) 0,68 0,6 2,75 Fosfor tersedia (%) 0,40 0,35 0,35 Natrium (%) 0,15 0,15 0,15 Khlor (%) 0,12 0,12 0,12 Magnesium (mg) 500 500 500 Mangan (mg) 40,0 40,0 40,0 Zinkum (mg) 60,0 60,0 60,0 Selenium (mg) 0,14 0,14 0,14 Vitamin A (IU) 4000 4000 4000 Vitamin D (IU) 220 220 220 Vitamin K (mg) 0,4 0,4 0,4 Riboflavin (mg) 4,0 4,0 4,0 Asam pantothenat (mg) 11,0 11,0 11,0 Niasin (mg) 55,0 55,0 55,0

  Sumber: NRC (1994) disitasi Anggorodi (1995). Tabel 4. Laju pertumbuhan dan konsumsi itik pedaging

  Konsumsi makanan Konsumsi makanan Berat badan (Kg) Umur mingguan (Kg) komulatif (Kg)

  Minggu Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina

1 0,06 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00

2 0,27 0,27 0,22 0,22 0,22 0,22

3 0,78 0,74 0,77 0,73 0,99 0,95

4 1,38 1,28 1,12 1,11 2,11 2,05

5 1,96 1,82 1,28 1,28 3,40 3,33

  6 2.49 2,30 1,48 1,43 4,87 4,76

7 2,96 2,73 1,63 1,59 6,50 6,35

8 3,34 3,06 1,68 1,63 8,18 7,98

9 3,61 3,29 1,68 1,63 9,86 9,61

  Sumber: NRC (1994) disitasi Srigandono (1998)

  Bobot Potong

  Bobot potong adalah bobot ternak yang penimbangannya dapat dilakukan sebelum ternak dipotong. Itik pekingbiasanya dipotong berumur 7-8 minggu, sebelum dipotong itik peking dilakukan pemuasaan terlebih dahulu selama 8-10 jam. Pemuasaan mempunyai tujuan agar saluran pencernaan relatif sudah kosong sehingga pada saat proses pemotongan, karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran saluran pencernaan itik peking (Srigandono, 1998).

  Karkas dan Persentase Karkas

  Karkas unggas merupakan daging bersama dengan tulang hasil pemotongan setelah dipisah dari kepala sampai batas leher kemudian dari kaki sampai batas lutut (tarsus) dan juga isi perut serta darah dan bulu unggas (Murtidjo, 1996).

  Karkas yang bagus mempunyai bentuk yang padat, terdapat di kulit dan di dagingnya.Sedangkan karkas yang tidak bagus mempunyai bentuk daging yang kurang padat pada bagian dada sehingga terlihat panjang dan kurus.Pada dasarnya bobot karkas dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, bobot badan, kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan (Siregar, 1994).

  Ukuran karkas ditentukan berdasarkan bobot, dimana bobot individual ditentukan oleh bobot karkas itu sendiri, berdasarkan pembagiannya adalah : ukuran kecil 0,8 kg-1,0 kg, ukuran sedang 1,0 kg-1,2 kg, ukuran besar 1,2 kg-1,5 kg (Sembiring, 1993).

  Itik peking pada umur 50-56 hari mencapai persentase karkas sampai 65%, namun tingkat pertumbuhan tersebut terjadi pada keadaan suhu lingkungan pemeliharaan 13-27 C. Didaerah yang suhunya lebih tinggi, misalnya didaerah tropis yang suhu udaranya berada diantara 28-29 C, tingkat pertumbuhan yang dapat kira-kira 10% lebih rendah (Srigandono, 1997).

  Menurut Ensminger (1992)kualitas karkas terbagi atas 3 bagian, yaitu kualitas A, kualitas B dan kualitas C. Ciri-ciri dari masing-masing kualitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini : Tabel 5. Ciri-ciri kualitas karkas

  Faktor Kualitas Kualitas A Kualitas B Kualitas C Konformasi Sempurna Boleh ada cacat sedikit tapi tidak boleh pada bagian paha Ada cacat sedikit

  Pedagingan Tebal Sedang Tipis Perlemakan Cukup Cukup Tipis Keutuhan Sempurna Tulang sempurna kulit boleh sobek sedikit tapi tidak pada bagian paha

  Tulang boleh ada yang patah,Ujung sayap boleh lepas, kulit boleh ada sobek tapi tidak terlalu lebar

  Perubahan warna Bebas dari memar Adamemar sedikit tapi tidak pada bagian dada Ada memar

  Kualitas daging dan karkas sangat dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan.Faktor untuk sebelum pemotongan yaitu genetik, tipe ternak tersebut, jenis kelamin, ransum termasuk bahan aditif (hormon dan antibiotik) dan stres. Faktor untuk setelah pemotongan antara lain metode stimulasi listrik, pemanasan dan penyimpanan (Soeparno, 1994).Disamping itu, produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot badan. Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum itu sendiri (Nataamidjaya et al., 1995).

  Persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi karkas, semakin bertambahnya bobot hidup (bobot potong) maka produksi karkas akan meningkat (Morran, 1970).

  Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dan bobot hidup yang mempunyai faktor penting dalam produksi ternak potong sebenarnya, dikarenakan dalam bobot hidup masih ada saluran pencernaan dan organ dalam yang mempunyai berat masing-masing ternak berbeda. Persentase karkas bisa dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan yang akan diikuti dengan meningkatnya bobot karkas yang dihasilkan (Soeparno, 1994).

  Persentase karkas juga merupakan faktor yang sangat penting untuk menilai dari produk ternak tersebut,dimana semakin bertambah bobot potong maka produksi karkasnya semakin meningkat (Morran, 1970).Secara umum, persentase karkas unggas berkisar sekitar 65-75 % dari berat hidup (bobot potong) yang ada (Priyatno, 1997). Komposisi kimia dan komponen karkas itik peking ditampilkan pada Tabel 6 di bawah ini.

  Tabel 6. Komposisi Kimia Komponen Karkas Itik Peking (Umur 50 Hari)

  Komponen Lemak Air Protein Jumlah Persen Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah (g) (g) (%) (g) (%) (g) (%) (g) *

  Otot dada 257 13,0 6,4 16,4 73,3 188 19,5 50 Otot Paha 257 13,0 6,4 16,4 73,3 188 19,5 50

  • **

    Otot lain 178 9,0 6,4 11,4 73,3 130,5 19,5 34,7

    ***

    Kulit Lemak 791 40,0 75,5 59,7 19,2 152 5,6 44,3

    Tulang 495 25,0 14,2 73,3 52,9 287 197,7 97,5

    Total Karkas 1978 100,00 712 946 277

    Persen

  

36

  48

  14 Sumber : Scott (1982)

  • Paha atas dan bawah
    • Kulit dan lemak sub cutan *** Tulang, kartilago dan jaringan yang menempel (Srigando, 1997).

  Bobot Lemak Abdominal dan Persentase Lemak Abdominal

  Itik termasuk salah satu ternak yang mempunyai kandungan lemak yang relatif tinggi yaitu 2,0% dari berat hidup (Srigandono, 1997). Dalam tubuh itik terjadi proses penimbunan lemak dibawah kulit (Subcutan) dalam jumlah yang cukup banyak. Disamping itu penimbunan sejumlah lemak abdominal yaitu lemakyang terdiri dari rongga perut. Lemak badan mempunyai peranan yang penting untuk mengatasi kondisi lingkungan dingin ketika berada pada habitat aslinya air (Srigandono, 1997).

  Lemak pada bagian perut (abdominal) diperoleh dengan memisahkanlemak pada bagian perut dan sekitar saluran pencernaan termasuk sekitarventriculus dan intestinum. Deposit lemak paling banyak terdapat pada bagianabdominal. Jaringan adipose tubuh 50% berada di bawah kulit, sisanya berada di sekitar alat alat tubuh tertentu terutama ginjal dan di dalam membran sekeliling29usus dan intramuscular. Penimbunan lemak abdominal dipengaruhi beberapa faktor, antara lain tingkat energi dalam ransum, umur dan jenis kelamin (Al-Sultan, 2003).

  Perlemakan tubuh diakibatkan darikonsumsi energi yang berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitupada bagian intramuscular, subcutan dan abdominal. Kelebihan energi akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi danrendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam glikogen rendah (Gaman, 1992).

  Faktor-faktor yangmempengaruhi lemak tubuh, maka faktor ransum adalah yang palingberpengaruh. Perlemakan tubuh diakibatkan dari konsumsi energi ransum yangberlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh, yaitu bagian dariintramuskuler, subkutan dan abdominal (Zuheid, 1990).

  Salah satu cara untuk mengurangi lemak adalah dengan jalan memvariasikan dengan nutrien ransum terutama energi dan protein. Dengan meningkatnya kandungan energi ransum, sehingga akan meningkatkan kandungan lemak abdominalnya secara keseluruhan. Sebaliknya dengan meningkatnya kandungan protein ransum maka jumlah lemak abdominalnya juga akan menurun (Wahyu, 1985).

  Hubungan antara lemak yang dikonsumsi dan lemak yang disimpan dalam tubuh unggas dapat diubah hanya bila sejumlah besar lemak dikonsumsi.

  Kelebihan lemak hanya dapat disimpan dalam sel-sel lemak. Bila karbohidrat dan lemak yang dikonsumsi lebih dari yang diperlukan unggas, penyimpanan lemak akan berlanjut dan tidak terbatas (Aggorodi, 1995).

  Kelebihan energi setelah energi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan ternak unggas terpenuhi, akan disimpan dalam bentuk lemak. Karena kelebihan energi mempunyai pengaruh buruk terhadap kualitas karkas setelah ternak unggas dipotong (Murtidjo, 1996). Menurut Anggorodi (1995) kira-kira 50% jaringan lemak terdapat dibawah kulit sedangkan sisanya ada di sekeliling usus dan urat daging.

  Sisa energi yang disimpan dalam bentuk lemak di berbagai tempat penimbunan sehingga ternak tampak gemuk. Penimbunan lemak akan berlanjut sampai ternak masa finisher (Rasyaf, 1992).