PENGARUH RESIKO BANK BOARD SIZE DAN TING

PENGARUH RESIKO BANK, BOARD SIZE DAN TINGKAT PERTUMBUHAN BANK PADA GENDER DIVERSITY DI PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA 2008-2010 SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Agung Tirtayasa Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

OLEH

NAMA

: Tubagus Aria Dwitama

NIM

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang 2012

PENGARUH RESIKO BANK, BOARD SIZE DAN TINGKAT PERTUMBUHAN BANK PADA GENDER DIVERSITY DI PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

2008-2010 SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Agung Tirtayasa Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

OLEH

NAMA

: Tubagus Aria Dwitama

NIM

: 5552081061

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang 2012

PERSEMBAHAN

Bismillah adalah kata awal setelah meninggalkan Universitas ini. Awal kehidupan setelah melewati masa yang panjang, saatnya merealisasikan apa yang telah didapat.

Kebanggaan adalah yang didapat oleh keluarga, tapi ini merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan, mengejar cita-cita untuk menjadi lebih baik setelah ini.

Segala macam cobaan untuk menyelesaikan karya ini telah dilewati. Sempat pasrah tapi kemudian bangkit lagi sampai akhirnya terciptalah sebuah karya kecil ini, karena begitu banyak yang memotivasi untuk tetap terus berjuang. Dengan ini saya persembahkan sebuah karya ini untuk semua yang telah memberi semangat, do’a dan bantuan pikiran selama mengerjakan.

• Mama dan papa terima kasih atas d’oa dan semangat yang telah kalian berikan.

• Kakak dan keponakan, senyum kalian yang terus memberi semangat dan kebahagian dikala bersama kalian pemacuku.

• Sahabat-sahabat, kalian tidak pernah bosan memberi motivasi.

HALAMAN MOTTO NOTHING CAN STOP ME TO FIGHT THE WORLD (ANONIM) DALAM SETIAP TANTANGAN PASTI ADA PELUANG UNTUK BERHASIL (@YOTers)

It Ain’t About How Hard You Hit. It’s About How

Hard You Can Get

It And Keep Moving Forward. How Much You Can

Take And Keep Moving Forward. The Rest Is God’s Will. (ANONIM)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH RESIKO

BANK, BOARD SIZE DAN TINGKAT PERTUMBUHAN BANK PADA GENDER DIVERSITY DI PERBANKAN YANG LISTING DI BEI

PERIODE 2008-2010”. Saya menyadari bahwa skripsi yang saya tulis ini bukan merupakan suatu yang instan. Namun merupakan buah dari suatu proses yang relative panjang, menyita segenap waktu, tenaga dan pikiran. Penulisan skripsi ini saya lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Yang pasti, tanpa segenap doa dan dukungan dari berbagai pihak mustahil saya sanggup untuk menyelesaikan skripsi ini.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, baik material dan spiritual, berupa bimbingan, saran, semangat, dan doa. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat., M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa .

2. H. Wawan Prahiawan, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Hj. Lia Uzliawati SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayas a.

4. Yeni Januarsih, SE.Ak., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Wulan Retnowati,SE.,Ak.M.Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan waktu, semangat serta bimbingan yang sangat berharga bagi terwujudnya skripsi ini.

6. Rita Rosiana,SE,.M.Si selaku Dosen Pembimbing Pembantu, yang telah memberikan waktu, arahan yang jelas serta motivasi kepada Penulis.

7. Kedua orang tuaku, kakakku dan keponakanku tersayang, terima kasih atas segala doa, semangat tiada henti dan dukungannya selama ini.

8. Seluruh dosen pengajar, staff tata usaha, dan petugas perpustakaan Universitas,Fakultas dan juga jurusan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

9. Seluruh sahabat mahasiswa Akuntansi Reguler 2008 FE UNTIRTA SERANG, yang selalu memberikan semangat pada masa perkuliahan dan bantuan selama penyusunan skripsi.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan semangat baik langsung atau tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, 24 Juli 2012

Tubagus Aria Dwitama NIM. 5552081061

12

2.1.4 SOCIAL PSYCHOLOGI THEORY…………

13

2.2 SEKTOR PERBANKAN………………………………

14

2.3 PENELITIAN TERDAHULU…………………………

16

2.4 PENGEMBANGAN HIPOTESIS……………………..

20

2.5 KERANGKA PEMIKIRAN…………………………..

20 BAB III

2.6 PERUMUSAN HIPOTESIS…………………………..

21

METODOLOGI PENELITIAN………..................

21

3.1 METODE PENGUMPULAN DATA…………………

21

3.1.1 JENIS DAN SUMBER DATA…...................

21

3.1.2 POPULASI DAN SAMPEL……...................

22

3.1.3 PENGUMPULAN DATA……………………

22

3.1.4 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL……

24

3.2 METODE ANALISIS………………………………….

24

3.2.1 STATISTIK DESKRIPTIF…………………..

24

3.2.2 UJI ASUMSI KLASIK………………………

24

1. UJI NORMALITAS……………………..

24

2. UJI MULTIKOLINIEARITAS…………

25

3. UJI HETEROKEDASTISITAS…………

25

4. UJI AUTOKORELASI………………….

26

3.2.3 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

26

3.3 PENGUJIAN HIPOTESIS…………………………….

27

3.3.1 UJI F………………………………………….

28

3.3.2 UJI t…………………………………………..

28

2 3.3.3 UJI R …………………………………………

29 BAB IV

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA…………………………..

30

HASIL DAN PEMBAHASAN……………………

DAFTAR TABEL HALAMAN

TABEL 2.1 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU………….

14 TABEL 3.1 OPERASIONAL VARIABEL…………………….

23 TABEL 4.1 DAFTAR SAMPEL PENELITIAN……………….

30 TABEL 4.2 DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN…………

31 TABEL 4.3 UJI KOLMOGOROV-SMIRNOV………………… 35

TABEL 4.4 UJI MULTIKOLINIEARITAS…………………….

36 TABEL 4.5 HASIL BESARAN KORELASI ANTAR VARIABEL

37 TABEL 4.6 UJI GLEJSER……………………………………….

39 TABEL 4.7 UJI AUTOKORELASI……………………………..

40 TABEL 4.8 UJI R 2 ……………………………………………….

42 TABEL 4.9 UJI F…………………………………………………

43 TABEL 4.10 UJI t………………………………………………...

44

DAFTAR GAMBAR HALAMAN

GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN……..………….

20 GAMBAR 4.1 GRAFIK HISTOGRAM…………………….

34 GAMBAR 4.2 NORMAL PROBABILITY PLOT…………

34 GAMBAR 4.3 GRAFIK SCATTERPLOT………………….

38

DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN

LAMPIRAN A DAFTAR DATA SAMPEL…………..

56 LAMPIRAN B

57 LAMPIRAN C

TABULASI DATA…………………...

59 LAMPIRAN D

UJI ASUMSI KLASIK……………….

62

OUTPUT REGRESI…………………..

ABSTRACT THE INFLUENCE OF BANK RISK, BOARD SIZE AND BANK’S GROWTH RATE ON GENDER DIVERSITY IN INDONESIAN BANKING IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2008-2010 BY: TUBAGUS ARIA DWITAMA

This study examines the influence of bank risk, board size and bank’s growth rate on gender diversity in Indonesian banking which listing in Indonesian Stock Exchange. Gender diversity is defined as the percentage of women on the board of commissioners, board of directors and the audit committee. This research is important because it present empirical evidence examining whether gender diversity is associated with financial performance for banking sectors in Indonesia. Data was obtained by annual report from banks which accordance with the criteria of research sample. Processed data analysis of the study used multi-linear regression analysis by SPSS Windows Program v.16.0 the study is consisted of dependent and independent variables. The dependent variable is gender diversity and the independent variables are bank risk, board size and bank’s growth rate. The simultaneous test result that bank risk, board size and bank’s growth rate have no influence on gender diversity.

Keywords : bank risk, board size, bank’s growth rate, gender diversty, and banks.

ABSTRAKSI PENGARUH RESIKO BANK, BOARD SIZE DAN TINGKAT PERTUMBUHAN BANK PADA GENDER DIVERSITY DI PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2010 OLEH: TUBAGUS ARIA DWITAMA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh resiko bank, board size dan tingkat pertumbuhan terhadap gender diversity di perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Gender diversity dapat didefinisikan sebagai persentase wanita di dalam dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit. Penelitian ini sangat penting karena memberikan bukti empiris yang menjelaskan hubungan antara gender diversity dengan kinerja perbankan di Indonesia. Data yang digunakan dari data annual report perbankan yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Proses analisis data menggunakan SPSS v.16, penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah gender diversity. Variabel independen terdiri dari resiko bank, board size dan tingkat pertumbuhan bank. Hasil tes yang dilakukan secara simultan menunjukkan bahwa resiko bank, board size dan tingkat pertumbuhan bank tidak berpengaruh terhadap gender diversity.

Keywords : resiko bank, board size, tingkat pertumbuhan bank, gender diversity dan bank.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Board diversity atau eksistensi dari seorang pria dan wanita yang memiliki perbedaan kewarganegaraan, ras, agama dan umur di dalam keanggotaan dewan direksi saat ini menjadi topik yang dibicarakan di lingkungan perusahaan di dunia (Dutta dan Bose, 2006). Gender diversity di dalam keanggotaan dewan direksi merujuk pada tingkat keterwakilan wanita di dalam board of director dan merupakan salah satu aspek penting dalam board diversity (Dutta dan Bose, 2006).

Banyak negara yang memfokuskan etika bisnis pada gender diversity di dalam board of director untuk meningkatkan corporate governance. Banyak negara di Eropa telah menerapkan regulasi tentang kuota keterwakilan wanita di board of director di perusahaan terbuka (de Cabo, 2011). Norwegia, menjadi negara pertama yang menerapkan peraturan ini yaitu 40% wanita di dalam anggota dewan. Spanyol dan Prancis akan menerapkan peraturan tentang kuota keterwakilan wanita paling lambat tahun 2015 dan 2017. Parlemen Italia menyetujui kuota 30% untuk perusahaan yang listing dan perusahaan milik negara. Belanda menerapkan kuota 30% pada Januari 2016, sedangkan Belgia telah mengadopsi regulasi tentang kuota gender harus 1/3 di perusahaan milik negara (selama 1 tahun) dan perusahaan terbuka (antara 5 sampai 8 tahun). Di beberapa negara anggota Zona Euro Banyak negara yang memfokuskan etika bisnis pada gender diversity di dalam board of director untuk meningkatkan corporate governance. Banyak negara di Eropa telah menerapkan regulasi tentang kuota keterwakilan wanita di board of director di perusahaan terbuka (de Cabo, 2011). Norwegia, menjadi negara pertama yang menerapkan peraturan ini yaitu 40% wanita di dalam anggota dewan. Spanyol dan Prancis akan menerapkan peraturan tentang kuota keterwakilan wanita paling lambat tahun 2015 dan 2017. Parlemen Italia menyetujui kuota 30% untuk perusahaan yang listing dan perusahaan milik negara. Belanda menerapkan kuota 30% pada Januari 2016, sedangkan Belgia telah mengadopsi regulasi tentang kuota gender harus 1/3 di perusahaan milik negara (selama 1 tahun) dan perusahaan terbuka (antara 5 sampai 8 tahun). Di beberapa negara anggota Zona Euro

Beberapa studi di dunia menunjukkan bahwa keterwakilan wanita di dalam dewan direksi atau dewan komisaris masih sangat rendah. Berdasarkan data dari Ethical Investment Research Service menunjukkan dari 1600 perusahaan di FTSE All World Developed Index, hanya 7% perusahaan yang dipimpin oleh wanita. Hanya Norwegia (>25%) dan Swedia (mendekati 20%) yang memiliki tingkat keterwakilan yang tertinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat (12,7%) dan Jepang memiliki tingkat keterwailan yang sangat ekstrim yaitu 0,4%. Penelitian dari European Professional Women’s Network (2006) melaporkan lebih dari 300 perusahaan top di Eropa, menunjukkan rata-rata hanya 8,5% wanita berada di dalam board of director dibandingkan dengan di Amerika Serikat yaitu 14,6% wanita berada di board of director di perusahaan Fortune 500 pada tahun yang sama. Di Indonesia sendiri berdasarkan data statistik Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjukkan bahwa jumlah penduduk wanita yang bekerja pada Agustus 2011 dalam jenis pekerjaan tenaga kepemimpinan adalah sebanyak 211.123 jiwa (18%) dari total 1.117.093 tenaga kepemimpinan dan hanya mengalami perubahan 5% selama periode 2005-2011 (depnakertrans.go.id). Berdasarkan data Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2009-2014 menunjukkan bahwa dari total 560 anggota dewan terdapat 101 anggota dewan berjenis kelamin wanita atau sebesar 18% dari kuota yang telah ditetapkan yaitu 30% sesuai dengan Pasal 20 UU No.2 tahun 2008 tentang Partai Politik.

Untuk mempresentasikan gender di sektor perbankan, Quack dan Hancke (1997) menunjukkan proporsi wanita dalam posisi manajer mengalami penurunan di bank-bank komersial Uni Eropa. Mereka juga menunjukkan adanya jarak antara proporsi wanita sebagai karyawan dan keterwakilan mereka pada posisi manajer.

Berdasarkan kelangkaan wanita di dalam dewan direksi, banyak peneliti di bidang bisnis telah mengeksplorasi gender diversity dan corporate governance, walaupun secara umum fokus terhadap satu negara dan analisa lintas industri, kecuali sektor perbankan. Sehingga hanya sedikit penelitian tentang struktur governance di perusahaan perbankan. Perbankan memiliki dua karakteristik yang lebih spesifik dari industri keuangan (de Cabo, 2011). Pertama, secara umum bank lebih rumit dibandingkan jenis industri lainnya. Kedua, adanya jaring pengaman untuk mencegah bank gagal menghasilkan insentif yang kurang baik (moral hazard), dalam kasus bank yang menerima kebijakan jaring pengaman maka akan menimbulkan resiko yang lebih banyak (de Cabo, 2011). Kebijakan ini menunjukkan bahwa corporate governance semakin penting bagi perbankan dengan melihat kecenderungan resiko sistemik yang sangat potensial (European Central Bank, 2005).

Relevansi dari keberadaan wanita di dalam anggota dewan direksi dan komisaris tidak hanya dilihat dari sisi etika bisnis tetapi juga dilihat dari beberapa studi yang menyatakan hasil penelitian mereka memberikan pengertian yang lebih baik pada corporate governance. Watson (1993) dan Fondas dan Sassaloss (2000) berpendapat bahwa keberagaman gender dalam komposisi anggota dewan direksi melalui keterwakilan wanita yang lebih

dominan akan meningkatkan pengawasan terhadap kepentingan para shareholder dengan pengelolaan manajemen yang lebih baik. Hal ini dikarenakan wanita diharapkan memiliki tanggung jawab yang tinggi sebagai direktur sehingga dapat meningkatkan efektifitas dalam hal mengawasi para manajer (Fondas dan Sassaloss, 2000) dan beragamnya anggota dewan direksi lebih efektif dalam mengidentifikasi masalah dan menghasilkan banyak alternatif solusi (Watson, 1993). Wanita juga memiliki sikap kehati- hatian yang tinggi, cenderung menghindari resiko dan lebih teliti dari pria (Kusumastuti, 2006). Hal inilah yang membuat wanita lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan dan dengan adanya wanita di dalam jajaran direksi dikatakan dapat membantu mengambil keputusan yang lebih tepat dan beresiko rendah (Carter, 2003).

Di Indonesia sendiri board diversity menjadi hal yang menarik untuk diteliti hal ini dikaitkan dengan corporate governance di Indonesia karena masih ada anggapan bahwa pria lebih pantas menduduki posisi penting dalam perusahaan (Kusumastuti, 2006) dan masih sedikit penelitian tentang gender diversity di industri perbankan nasional. Masih sedikitnya wanita yang ditempatkan di level puncak manajemen mungkin disebabkan adanya pandangan yang berbeda terhadap penyebab kesuksesan yang diraih oleh pria dan wanita. Kesuksesan seorang pria dianggap karena kemampuan atau kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan wanita dianggap sebagai keberuntungan (Crawford, 2006 dalam Kusumastuti, 2006). Namun pada saat suatu pekerjaan tidak dilihat dari faktor keberuntungan, maka kesuksesan wanita didapat dengan kerja keras. Selain itu pada saat terjadi kegagalan, Di Indonesia sendiri board diversity menjadi hal yang menarik untuk diteliti hal ini dikaitkan dengan corporate governance di Indonesia karena masih ada anggapan bahwa pria lebih pantas menduduki posisi penting dalam perusahaan (Kusumastuti, 2006) dan masih sedikit penelitian tentang gender diversity di industri perbankan nasional. Masih sedikitnya wanita yang ditempatkan di level puncak manajemen mungkin disebabkan adanya pandangan yang berbeda terhadap penyebab kesuksesan yang diraih oleh pria dan wanita. Kesuksesan seorang pria dianggap karena kemampuan atau kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan wanita dianggap sebagai keberuntungan (Crawford, 2006 dalam Kusumastuti, 2006). Namun pada saat suatu pekerjaan tidak dilihat dari faktor keberuntungan, maka kesuksesan wanita didapat dengan kerja keras. Selain itu pada saat terjadi kegagalan,

Di Indonesia, pada tahun 2006 melalui Bank Indonesia mengeluarkan peraturan tentang corporate governance untuk mengatur perbankan dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan peraturan corporate governance yang berlaku di Indonesia, maka Indonesia mengadopsi sistem two-tier board dari sistem yang ada di Belanda dan Amerika Serikat. Ini berarti ada dua dewan, yaitu dewan direksi dan dewan komisaris. Untuk jenis perusahaan perbankan maka ada yang dinamakan komite audit. Posisi dewan komisaris berada di atas posisi dewan direksi dan posisi komite audit sejajar dengan dewan direksi (Fitri, 2009).

Berpijak pada penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena penelitian tentang gender diversity pada industri perbankan Indonesia masih sangat terbatas dengan bukti empiris yang sedikit dan topik penelitian yang belum banyak dieksplorasi lebih jauh. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mateos de Cabo (2011) untuk mengetahui hubungan antara resiko yang diasumsikan oleh bank, board size dan tingkat pertumbuhan perbankan pada gender diversity di dalam dewan direksi di industri perbankan Uni Eropa. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada uji statistik, software statistik dan tahun penelitian. Uji statistik sebelumnya menggunakan regresi poisson

sedangkan penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Kemudian software yang digunakan adalah SPSS 16.0 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan STATA V9. Tahun penelitian yang digunakan adalah periode 2008-2010 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan periode 1998- 2004. Dalam penelitian ini resiko bank menggunakan indikator Log Equity on Total Asset sebagai pengukur tingkat leverage, untuk mengetahui seberapa besar proteksi yang diberikan oleh bank terhadap nilai yang investasi oleh stockholder kepada bank tersebut. Untuk variabel board size menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit sesuai dengan Komite Nasional Kebijakan Governance (2006). Variabel tingkat pertumbuhan bank menggunakan indikator growth rate of total assets, untuk merefleksikan tingkat strategi pertumbuhan bank tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan mengambil judul : Pengaruh Resiko Bank, Board Size dan

Tingkat Pertumbuhan Bank Pada Gender Diversity Di Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia 2008-2010.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan penjelasan latar belakang di atas, maka disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah resiko bank berpengaruh negatif terhadap gender diversity?

2. Apakah board size berpengaruh positif terhadap gender diversity?

3. Apakah tingkat pertumbuhan bank berpengaruh positif terhadap gender diversity?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat disusun secara konsisten untuk menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu :

1. Resiko bank berpengaruh negatif terhadap gender diversity.

2. Board size berpengaruh positif terhadap gender diversity.

3. Tingkat pertumbuhan bank berpengaruh positif terhadap gender diversity.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak berikut :

• Kegunaan ilmiah

1. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi peneliti yang berikutnya yang obyek penelitian yang sejenis. Dan memberikan kontribusi pada literatur tentang corporate governance pada industri perbankan nasional.

• Kegunaan praktek

1. Bagi Manajemen

Penelitian ini diharapkan memberi pertimbangan berupa kebijakan-kebijakan kepada pihak manajemen bank dalam merekrut wanita ke dalam dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit serta dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi Stakeholder Penelitian ini diharapkan memberi masukan terhadap kinerja wanita di dalam dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit, sehingga para stakeholder dapat memberi saran atau masukan terhadap kinerja wanita di dalam dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Teori

Ada beberapa teori yang dapat digunakan dalam meneliti manfaat gender diversity terhadap kinerja perusahaan. Beberapa teori yang berasal dari berbagai bidang memberikan sudut pandang yang berbeda tentang manfaat gender diversity terhadap sebuah perusahaan. Penelitian Carter (2010) yang menggunakan beberapa teori dalam melakukan penelitian hubungan antara board diversity dan kinerja perusahaan, yaitu resource dependence theory, human capital theory, agency theory dan social psychology, sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu dan memakai empat teori yang diambil dari teori organisasi, ekonomi dan sosial psikologi.

2.1.1 Agency Theory

Penelitian Fama (1980) mengungkapkan bahwa mekanisme pengendalian internal mejadi alat yang sangat penting dalam menjaga kepentingan para shareholder dan ini hanya dapat dilakukan ketika pemantauan dilakukan dengan sangat baik. Pada penelitian Carter (2003) mengindikasikan bahwa semakin banyak keberagaman dalam dewan direksi/komisaris dapat memberikan pengawasan yang lebih baik kepada para manajer karena board diversity dapat meningkatkan independensi dewan direksi/komisaris.

Penelitian Hillman dan Dalziel (2003) menyatakan dalam menjalankan fungsi pengawasan, para anggota direksi membutuhkan kemampuan untuk memadukan antara pengalaman dan kapabilitas untuk mengevaluasi manajemen dan menilai strategi bisnis.

Meningkatnya gender diversity dapat diartikan sebagai peningkatan kualitas pengawasan dan pengendalian para manajer. Sehingga bank-bank yang ingin meningkatkan gender diversity dalam dewan direksi dan komisaris harus mencari direktur wanita diluar dari pool of candidates, karena sebagian kandidat lebih senior dan homogen (Powell, 1999 dalam de Cabo, 2011).

2.1.2 Resource Dependence Theory

Beberapa penelitian menggunakan perspektif resource dependency bahwa sebuah organisasi bekerja di dalam sebuah sistem yang terbuka dan perlu untuk berubah dan memperoleh sumber daya tertentu untuk bertahan hidup dan mendapatkan sumber daya, hal ini menciptakan ketergantungan antara perusahaan dengan unit eksternal. Dalam konteks ini, keberagaman yang tinggi dalam anggota direksi dapat memperluas jaringan dan kontak serta membantu menempatkan perusahaan dalam jaringan dan hubungan dengan perusahaan lainnya (Hillman, 2000 dalam de Cabo, 2011).

Resource dependency theory menawarkan fungsi dewan direksi yang menyediakan manfaat kepada perusahaan dari hubungan dengan pihak luar, yaitu memberikan saran dan konsultasi, legitimasi (Hillman dan Dalziel, 2003) dan saluran untuk mengkomunikasikan informasi dan mendapatkan komitmen dan bantuan dari elemen penting dari luar perusahaan (Pfeffer dan Salancik, 1978 dalam de Cabo, 2011).

Resource dependency theory menyediakan dasar dari beberapa teori untuk penelitian bisnis yang berhubungan dengan board diversity (Carter, 2010). Keberagaman secara umum dan perbedaan gender secara khusus, dapat menciptakan informasi unik yang dapat membantu para manajemen dalam membuat keputusan yang lebih baik. Anggota direksi yang beragam dapat memberikan opini yang berbeda terhadap suatu masalah, sehingga dapat menyelesaikan suatu masalah dan meningkatkan kualitas dari proses pengambilan keputusan (Forbes dan Milliken, 1999 dalam de Cabo, 2011).

Namun, pentingnya manfaat dari gender diversity tergantung pada tingkat strategi perusahaan (Hillman, 2000 dalam de Cabo 2011). Perusahaan beroperasi pada lingkungan yang kompleks akan menghadapi ketergantungan lingkungan yang luas dan lebih cenderung untuk menilai lebih jauh setiap perspektif dan hubungan dengan pihak eksternal yang disediakan dari gender diversity. Dengan demikian berdasarkan strategi yang berorientasi pada pertumbuhan seharusnya dapat meningkatkan manfaat dari keterwakilan wanita di dalam anggota dewan direksi.

2.1.3 Human Capital Theory

Ada sebuah asumsi umum yang menyatakan wanita tidak memiliki kemampuan untuk mencapai posisi dewan direksi (Burke, 2000 dalam de Cabo, 2011). Namun, yang sebenarnya adalah wanita itu sama saja dengan pria pada beberapa hal termasuk tingkat pendidikan tetapi wanita tidak terlalu berpengalaman dalam bidang bisnis (Terjesen, 2010).

Berdasarkan penelitian Carter (2010) yang menyatakan bahwa teori human capital memprediksi kinerja dewan direksi dapat dipengaruhi oleh Berdasarkan penelitian Carter (2010) yang menyatakan bahwa teori human capital memprediksi kinerja dewan direksi dapat dipengaruhi oleh

Namun, Carter (2010) memperingatkan bahwa berdasarkan teori kontijensi, efek dari gender diversity bisa positif atau negatif tergantung perspektif kinerja keuangan perusahaan, tergantung keadaan internal dan eksternal yang berbeda dari perusahaan. Dalam hal ini, Aguilera (2008) menunjukkan bahwa keefektifitas dari praktek corporate governances (termasuk meningkatkan board diversity) mungkin tergantung pada ukuran perusahaan, fase pertumbuhan atau penurunan yang merupakan perkembangan perusahaan dan pemerintah yang mengatur aktifitas bisnis. Adam dan Ferreira (2009) juga melaporkan bukti yang serupa, bahwa gender diversity dalam direksi perusahaan konsisten dengan teori kontijensi, walaupun direksi yang berbeda jenis kelamin merupakan pengawas yang bagus yang cenderung memiliki karakteristik yang positif yang kadang- kadang merugikan perusahaan.

2.1.4 Social Psychology Theory

Teori ini memprediksikan bahwa setiap individu yang memiliki status mayoritas mempunyai potensi untuk menggunakan pengaruhnya terhadap keputusan dalam grup (Westphal dan Milton, 2002 dalam de Cabo, 2011). Faktanya, sebagai pionir dari penelitian yang menggunakan teori ini, Kanter

(1977) menyatakankan grup yang homogen dibangun oleh sebuah kepercayaan dan orang-orang yang berada diluar grup dianggap sebagai ancaman. Dengan demikian, menambahkan satu atau dua orang wanita kedalam grup yang didominasi oleh para pria sama halnya dengan meningkatkan fenomena tokenisme. Becker (1957) menyatakan bahwa bekerja dengan anggota kelompok tertentu dapat membebankan biaya non- moneter. Hasilnya output dari kelompok ini sangat rendah walaupun produktifitas setiap anggota sangat tinggi. Di sisi lain, Westphal dan Milton (2002) menyarankan anggota kelompok yang minoritas dapat mendorong cara berpikir yang berbeda dalam proses pengambilan keputusan. Kim (2009) menyatakan bahwa board diversity secara positif terkait dengan seberapa luas dan cepatnya dari strategi yang dilaksanakan oleh pihak manajemen tingkat atas.

2.2 Sektor Perbankan

Literatur dari penelitian pada anggota dewan direksi/komisaris masih sangat terbatas, baik di luar negeri dan di Indonesia sendiri. Secara khusus, komposisi dan tugas dari dewan direksi merupakan inti dari praktek corporate governance di industri perbankan, tetapi gender diversity tidak mendapat perhatian yang cukup. Faktanya, hanya beberapa penelitian yang meneliti hubungan antara gender diversity dengan kinerja perbankan. Richard (2000) meneliti tentang hubungan antara keberagaman ras, strategi bisnis dan kinerja perbankan dan menemukan keberagaman ras dihubungkan dengan strategi pertumbuhan dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan kontribusi untuk menciptakan nilai bagi para manajer bank. Bantel dan

Jackson (1989) berpendapat bahwa heterogenitas memberikan pengaruh positif berupa pengambilan keputusan yang kreatif dan inovatif. Hal ini menunjukkan bahwa bank yang lebih inovatif dipimpin oleh manajemen tingkat atas yang berpendidikan tinggi yang berbeda latar belakang pendidikan. Sementara itu, untuk penelitian tentang board diversity di Indonesia hanya di perusahaan manufaktur saja tetapi penelitian di perusahaan perbankan sangat terbatas sehingga topik tentang board diversity sangat relevan untuk diteliti agar dapat mengetahui kondisi perbankan yang memiliki dewan direksi dan dewan komisaris yang berjenis kelamin wanita memiliki kinerja yang baik atau tidak.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah review penelitian terdahulu :

Tabel 2.1 Review penelitian terdahulu

PENELITI JUDUL

HASIL

Richard, O.C Racial diversity, business strategy meneliti tentang hubungan antara 2000

and firm performance : A resource keberagaman ras, strategi bisnis dan kinerja

based review.

perbankan dan menemukan keberagaman ras dihubungkan dengan strategi pertumbuhan dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan kontribusi untuk menciptakan nilai bagi para manajer bank

Ruth Mateos Gender Diversity on European Bank yang memiliki lebih banyak wanita di

dewan direksi merupakan bank yang 2011

de Cabo, et al Bank’s Board of Director

resikonya lebih rendah dan hutangnya sedikit.

Bank yang memiliki lebih banyak wanita di dalam dewan direksi dapat lebih mengontrol para manajernya untuk tidak melakuakn moral hazard.

Wanita sering tidak dimasukkan dalam keanggotaan dewan direksi karena para Wanita sering tidak dimasukkan dalam keanggotaan dewan direksi karena para

Luis

the Tinggi nya tingkat keterwakilan wanita di Rodriguez-

gender sector energy dan minyak mempunyai Dominguez,

relationship

between

corporate hubungan positif dengan ROA, ROE dan et al, 2010

GM serta mempunyai hubungan negative dengan nilai pasar, ROS dan ROAN, walaupun tidak signifikan. Berbeda dengan sector energy dan minyak, keterwakilan wanita di sector consumer goods dan real estate mempunyai hubungan positif dengan kinerja perusahaan tetapi tidak signifikan.

Keterwakilan wanita di industi manufaktur, konstruksi dan bahan mentah mempunyai hubungan positif dengan market value dan negative terhadap ROA. Keterwakilan wanita di industri jasa menunjukkan negative dengan ROS dan ROE serta ROA.

Perusahaan yang memiliki keseimbangan antara wanita dan pria di dalam anggota dewan direksi memiliki kinerja yang lebih baik disbanding yang tidak seimbang.

Allen

1. Semakin muda anggota dari anggota N.Berger, et

Executive board composition and

eksekutif maka semakin berorientasi

bank risk taking

al, 2011 dengan semakin tinggi resiko yang diambil. 2. Eksekutif wanita lebih memilih ke bank yang stabil. 3. Keterwakilan eksekutif dengan gelar Ph.D dapat mengurangi pengambilan resiko.

Louis

H1a diterima karena pemimpin dengan Cheng 2010

T.W. Management Demography and

Corporate Performance : Evidence

tingkat pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

from China

H1b ditolak karena pemimpin dengan title akademik tidak berpengaruh dalam meningkatkan kinerja perusahaan. H1c ditolak karena umur dari pemimpin perusahaan tidak berpengaruh dalam meningkatkan kinerja perusahaan. H1d ditolak karena lama masa jabatan pemimpin perusahaan tidak berpengaruh dalam meningktkan kinerja perusahaan. H1e diterima karena ada perbedaan kinerja perusahaan yang dipimpin oleh seorang wanita dibandingkan dipimpin oleh pria.

2.4 Pengembangan Hipotesis

Rendahnya keterwakilan wanita dalam anggota dewan direksi biasanya dihubungkan dengan fenomena glass ceiling. Yaitu sebuah setting yang berupa prosedur, struktur, hubungan khusus atau kebiasaaan yang menyulitkan wanita untuk mencapai posisi puncak dalam suatu perusahaan (Powell dan Butterfield, 1994). Hal ini juga terjadi di dalam industri perbankan luar negeri maupun nasional.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi rendahnya keterwakilan wanita dalam anggota dewan direksi karena mereka lebih menghindari resiko daripada pria (de Cabo, 2011). Hal ini juga dipertimbangkan oleh beberapa peneliti lainnya yang menunjukkan wanita tidak merefleksikan keadaan ekonomi saat ini dan menjadi faktor utama yang menyebabkan ada glass ceiling dalam perusahaan. Lebih lanjut lagi, Schubert (1999) menemukan bahwa di dalam kontekstual pengambilan keputusan keuangan, sikap wanita yang cenderung menghindari resiko sehingga bisa menjadi faktor dari diskriminasi secara statistical terhadap wanita (wanita dinilai rata-rata di dalam grup dan bukan di nilai secara individual) di dalam perusahaan (Phelps, 1992 dalam de Cabo, 2011). Hal ini menunjukkan ketika perusahaan atau bank berasumsi ada tingkat resiko yang signifikan, mereka tidak menyukai memperkerjakan wanita di dalam keanggotaan dewan direksi, hal ini terjadi saat wanita tidak mempunyai kemampuan dalam membuat keputusan yang beresiko yang dapat membuat bank tersebut sukses (de Cabo, 2011). Sejalan dengan penelitian Adam dan Ferreira (2004) yang menemukan Salah satu faktor penting yang mempengaruhi rendahnya keterwakilan wanita dalam anggota dewan direksi karena mereka lebih menghindari resiko daripada pria (de Cabo, 2011). Hal ini juga dipertimbangkan oleh beberapa peneliti lainnya yang menunjukkan wanita tidak merefleksikan keadaan ekonomi saat ini dan menjadi faktor utama yang menyebabkan ada glass ceiling dalam perusahaan. Lebih lanjut lagi, Schubert (1999) menemukan bahwa di dalam kontekstual pengambilan keputusan keuangan, sikap wanita yang cenderung menghindari resiko sehingga bisa menjadi faktor dari diskriminasi secara statistical terhadap wanita (wanita dinilai rata-rata di dalam grup dan bukan di nilai secara individual) di dalam perusahaan (Phelps, 1992 dalam de Cabo, 2011). Hal ini menunjukkan ketika perusahaan atau bank berasumsi ada tingkat resiko yang signifikan, mereka tidak menyukai memperkerjakan wanita di dalam keanggotaan dewan direksi, hal ini terjadi saat wanita tidak mempunyai kemampuan dalam membuat keputusan yang beresiko yang dapat membuat bank tersebut sukses (de Cabo, 2011). Sejalan dengan penelitian Adam dan Ferreira (2004) yang menemukan

H1 : Resiko bank berpengaruh negatif terhadap gender diversity. Tipe kebiasaan yang sering ditemukan di dalam dewan direksi (Pearce

dan Zahra, 1992 dalam de Cabo, 2011) adalah adanya kemungkinan sedikitnya keterwakilan wanita di dalam anggota dewan direksi yang kecil merupakan bias dari grup yang homogen, ketika heterogenitas menjadi inti permasalahan dari konflik dan menyulitkan dalam pengambilan keputusan dalam anggota dewan direksi. Adams dan Ferreira (2007) menyatakan bahwa beberapa CEO akan lebih memilih anggota dewan direksi yang kecil dan homogen, hal ini diambil karena dapat mengurangi proses pengawasan dewan direksi. CEO lebih tertarik pada dewan direksi yang homogen karena para CEO akan lebih mudah untuk berteman dengan para direksi, yang mana biasanya didominasi oleh para pria yang berimplikasi pada wanita yang dianggap sebagai unsur pengganggu.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa diversity, terutama pada gender, telah diperkenalkan secara luas dengan meningkatnya jumlah direksi dan independen dalam prakteknya. Hal ini sesuai dengan ditemukannya dalam dewan direksi yang anggotanya banyak dengan tingkat keterwakilan wanita yang tinggi sebagai direksi independen berarti lebih beragam (Brammer, 2007 dalam de Cabo, 2011). Robinson dan Dechant (Kusumastuti, 2006) memberikan beberapa proposisi dan bukti empiris yang berkaitan dengan persebaran dalam dewan. Pertama, diversity dalam dewan Beberapa penelitian menyatakan bahwa diversity, terutama pada gender, telah diperkenalkan secara luas dengan meningkatnya jumlah direksi dan independen dalam prakteknya. Hal ini sesuai dengan ditemukannya dalam dewan direksi yang anggotanya banyak dengan tingkat keterwakilan wanita yang tinggi sebagai direksi independen berarti lebih beragam (Brammer, 2007 dalam de Cabo, 2011). Robinson dan Dechant (Kusumastuti, 2006) memberikan beberapa proposisi dan bukti empiris yang berkaitan dengan persebaran dalam dewan. Pertama, diversity dalam dewan

H2 : Board size berpengaruh positif terhadap gender diversity.

Berdasarkan literatur tentang diversity juga memberikan pentingnya akuntansi sebagai variabel untuk menilai budaya keberagaman dalam perusahaan (de Cabo, 2011). Sehingga dapat ditentukan ada hubungan yang mungkin terjadi antara gender diversity dan strategi pertumbuhan bank, yang mana cara yang paling mudah diidentifikasi dari laporan tahunan bank.

Dalam industri jasa keuangan terutama pada perbankan, pertumbuhan yang sangat cepat melalui merger dan akuisisi menghasilkan ketidakefisienan dalam beroperasi, yang mana memberikan efek negatif pada kinerja perusahaan (Hopkins dan Hopkins, 1997 dalam de Cabo, 2011). Ketika bank- bank berorientasi pada pertumbuhan dihadapkan dengan masalah efisiensi, mereka mungkin lebih proaktif dalam meningkatkan jumlah direksi wanita, hal ini mungkin sejalan dengan perspektif dan isu-isu yang menyatakan wanita yang cenderung mempertimbangkan proses pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan yang lebih baik (Bear, 2010). Board diversity dapat memainkan peran yang sangat penting dalam keadaan krisis karena dari Dalam industri jasa keuangan terutama pada perbankan, pertumbuhan yang sangat cepat melalui merger dan akuisisi menghasilkan ketidakefisienan dalam beroperasi, yang mana memberikan efek negatif pada kinerja perusahaan (Hopkins dan Hopkins, 1997 dalam de Cabo, 2011). Ketika bank- bank berorientasi pada pertumbuhan dihadapkan dengan masalah efisiensi, mereka mungkin lebih proaktif dalam meningkatkan jumlah direksi wanita, hal ini mungkin sejalan dengan perspektif dan isu-isu yang menyatakan wanita yang cenderung mempertimbangkan proses pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan yang lebih baik (Bear, 2010). Board diversity dapat memainkan peran yang sangat penting dalam keadaan krisis karena dari

Alasan lain tingginya keterwakilan wanita dalam dewan direksi pada bank dengan growth-oriented berasal dari perspektif diskriminasi Becker (1957). Pada tipe tasted-based discrimination yang artinya perusahaan akan lebih memilih keuntungan yang sedikit daripada mempromosikan wanita ke dalam dewan direksi. Jika bank memiliki strategi pertumbuhan yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang sangat tinggi atau akan menghadapi masalah efisiensi dalam beroperasi, mereka mungkin bersedia membayar atau kehilangan pendapatan daripada tidak bekerja dengan wanita, sehingga memungkinkan mereka mempunyai banyak keberagaman dalam dewan direksi ketika mereka bebas memilih para wanita untuk bekerja dalam dewan direksi. Dalam penelitian tentang diskriminasi pada dewan direksi di perusahaan-perusahaan Spanyol, de Cabo (2011) menemukan bahwa perusahaan dalam kondisi pasar yang kompetitif memiliki tingkat keterwakilan wanita yang lebih tinggi. Peneliti menginterpetasikan ini adalah manifestasi dari teori diskriminasi Becker, bahwa dalam pasar yang kompetitif, diskriminasi tidak lagi diterima sejak tidak memberikan efek ekonomi. Berdasarkan uraian, maka dapat disimpulkan :

H3 : Tingkat pertumbuhan bank berpengaruh positif terhadap gender diversity.

2.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu maka kerangka konseptual penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Resiko bank

Board size Gender

diversity

Tingkat pertumbuhan bank

2.6 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Resiko bank berpengaruh negatif terhadap gender diversity. H2 : Board size berpengaruh positif terhadap gender diversity.

H3 : Tingkat pertumbuhan bank berpengaruh positif terhadap

gender diversity.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data historis. Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010 yang dipublikasikan secara umum serta tercantum dalam Direktori Perbankan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

3.1.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang diteliti (Mustofa, 2001). Populasi penelitian ini adalah bank yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi, dimana sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili sebanyak mungkin criteria populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah :

• Bank yang sudah go public terdaftar di BEI 2008-2010. • Bank yang mempublikasikan laporan keuangan selama periode

2008-2010.

• Bank yang memiliki sedikitnya 1 orang wanita di dalam dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit selama 2008-2010. • Data yang tersedia harus cukup, lengkap dan baik serta bisa diolah dan dapat diakses melalui web BEI dan web bank bersangkutan.

3.1.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data dokumentasi yaitu data annual report bank yang go public dan dipublikasikan selama periode 2008-2010.

3.1.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

1. Variabel Dependen

Gender diversity sebagai variabel dependen diukur dengan proporsi jumlah wanita di dalam keanggotaan dewan karena di Indonesia menganut two-tier board structure yang terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit pada setiap badan hukumnya.

2. Variabel Independen

. Untuk menguji hubungan antara board diversity dan resiko bank akan menggunakan indikator Log Equity on Total Assets sebagai pengukur tingkat leverage, variabel ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar proteksi yang diberikan bank terhadap nilai investasi yang diinvestasikan oleh pihak lain kepada bank tersebut.

Board size dimasukan sebagai variabel independen karena mewakili homogenitas dalam pengertian bias terhadap keberagaman dianggap tidak Board size dimasukan sebagai variabel independen karena mewakili homogenitas dalam pengertian bias terhadap keberagaman dianggap tidak

Growth rate of total asset dari 2008-2010 dimasukkan sebagai indikator variabel independen dari tingkat pertumbuhan bank.

Berdasarkan uraian di atas maka disusun tabel operasionalisasi variabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tabel operasional variabel

Variabel Definisi operasional

Indikator

Skala

Resiko bank (X1) Mengukur tingkat Log Equity on Total Rasio proteksi

yang Assets

mereka Board size (X2)

dewan Nominal dewan di perusahaan

ukuran

anggota Anggota

komisaris + anggota dewan

direksi

komite audit

of Rasio Pertumbuhan Bank

Tingkat Tingkat

pada Total Assets

(X3) total asset Gender Diversity (Y) Jumlah wanita di Total anggota wanita

Rasio dalam dewan

total

anggota

dewan

3.2 Metode Analisis

3.2.1 Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum data penelitian, mengenai variabel-variabel penelitian yaitu gender diversity, resiko yang diasumsikan oleh bank, board size dan tingkat pertumbuhan bank. Deskripsi variabel tersebut disajikan untuk mengetahui nilai rata-rata minimum, maksimum dan standar deviasi dari variabel yang diteliti. Mean digunakan untuk menghitung rata-rata variabel yang diteliti. Maksimum digunakan menghitung jumlah atribut paling banyak diungkapkan disektor perbankan. Analisis deskriptif bertujuan untuk pengujian hipotesis. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik.

3.2.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar dan pengujian yang dilakukan antara lain :

1. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan grafik normal probability plot dan pengujian one sample Kolmogorov Smirnov, yaitu untuk membandingkan antara distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kemiripan yang akan menyebabkan terjadinya korelasi, antara variabel independen yang satu dengan variabel independen lainnya dalam satu model. Apabila sebagian atau seluruh variabel independen berkorelasi kuat berarti terjadi multikolinearitas. Uji ini dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value tiap-tiap variabel independen (Gozali, 2005).

3. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi penyimpangan variabel bersifat konstan atau tidak. Untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat digunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila grafik yang ditunjukkan dengan titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu maka telah terjadi heterokedastisitas dan apabila polanya acak tersebar maka tidak terjadi heterokedastisitas.

4. Uji Autokorelasi Uji ini muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson, dimana hasil pengujian ditentukan 4. Uji Autokorelasi Uji ini muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson, dimana hasil pengujian ditentukan

3.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk mengetahui kelinieritas variabel terikat dengan variabel bebasnya, selain itu juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya data yang ekstrim. Analisis regresi linear berganda terdiri dari satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen. (idmatgokil.wordpress.com).

Persamaan regresi adalah sebagai berikut : GD = β 0 +β 1 RISK + β 2 BSIZE + β 3 GROWTH + e Keterangan :

GD :

Gender diversity

Konstanta

Resiko yang diasumsikan oleh bank BSIZE

RISK

Board size

GROWTH