Pertanian Kopi Di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara ( Tahun 1993-2003)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara
cepat maupun lambat. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor
eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di
masyarakat tersebut.1
Faktor eksternal merupakan faktor luar yang mendukung perubahan.
Perubahan yang dimaksud seperti faktor ekonomi, sosial dan budaya. Sedangkan
faktor internal adalah faktor dari dalam masyarakat itu sendiri, yakni keinginan untuk
melakukan perubahan. Faktor ini juga mempunyai dua arah yaitu ke arah yang lebih
baik atau ke arah yang lebih buruk. Dalam penelitian ini perubahan yang dimaksud
adalah perubahan yang membawa pengaruh positif di kehidupan masyarakat Desa
Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan.
Kecamatan Pangaribuan terletak di sebelah selatan Kabupaten Tapanuli Utara.
Kecamatan Pangaribuan. Mayoritas penduduk adalah Suku Batak Toba dan yang
lainnya adalah Suku Padang, Suku Jawa dan Suku Melayu. Kecamatan ini dibagi
dalam 19 desa, Desa yang tertua diantara 19 desa adalah Desa Parlombuan. Ibukota
kecamatan berada di Desa Pakpahan. Wilayah Kecamatan Pangaribuan seluas 45.925
hektar. Sebagian lahan dimanfaatkan untuk pertanian padi, sedangkan areal tanah


1

Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1980, hlm. 42.

Universitas Sumatera Utara

kering

digunakan untuk tanaman palawija. Kehidupan bertani sudah mendarah

daging bagi masyarakat dan dilakukan secara turun temurun. Tanaman yang umum
ditanam oleh masyarakat yakni kemenyan. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan
pangan, masyarakat juga menanam tanaman agronomis untuk mencukupi kebutuhan
konsumsi sehari-hari.
Tanaman agronomis dapat digolongkan juga sebagai tanaman semusim
(annual crop) atau tanaman muda. Sebagian besar annual crop ini bersifat subsisten
yakni pertanian yang seluruh hasilnya digunakan untuk konsumsi sendiri. Pertanian
subsisten tidak memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian masyarakat

petani. 2
Penghasilan yang minim membuat masyarakat beralih ke tanaman kopi.
Penanaman kopi pertama sekali dilakukan oleh masyarakat di Desa Parlombuan.
Penanaman ini berlangsung karena adanya program pemerintah dalam meningkatkan
kehidupan ekonomi petani melalui program intensifikasi yakni dengan pembagian
bibit unggul kepada masyarakat petani. Program ini mendukung perluasan areal
perkebunan kopi dalam rangka peningkatan produksi

yang masih terbuka lebar

dengan memanfaatkan lahan tidur milik masyarakat.
Kopi sigarar utang yang sudah mulai dikenal di luar negeri dinamai dengan
Lintong Coffee karena kopi ini awalnya berasal dari Lintong Nihuta .3Kopi ini adalah
salah satu jenis kopi arabika terbaik di dunia dengan aromanya yang sangat eksotis.
Kopi ini memiliki rasa herbal dan rasa oranges yg lembut. Kopi arabika yang

2
3

Rahmanta,Ekonomi Pertanian, Medan: USUpress, 2014, hlm. 10.

Lintong coffeemerupakan nama kopi jenis Arabica yang berasal dari Lintong Nihuta.

Universitas Sumatera Utara

berukuran pendek ini mampu bertahan 8-9 tahun. Penanaman diawali di Lintong
Nihuta akhirnya dibudidayakan di Tapanuli Utara termasuk di Desa Parlombuan,
Kecamatan Pangaribuan.
Pada tahun 1993 pertanian kopi mulai diminati sebagian besar masyarakat.
Petanipun beralih ke pertanian kopi. Tanaman kopi ini dinamai sigarar utang. Jika
dirawat dengan baik maka sudah berproduksi pada umur 2,5-3 tahun, tergantung
iklim dan jenisnya, dan berproduksi dalam kurun waktu 8-10 tahun lamanya. 4 Kopi
menarik perhatian masyarakat karena sudah berproduksi dalam jangka waktu yang
cukup singkat dan usia yang panjang, tanaman ini dapat memberikan keuntungan
bagi petani kopi, selain itu juga keadaan iklim juga cocok untuk melakukan pertanian
kopi di wilayah ini.
Meskipun pada awalnya masyarakat ragu untuk menanam kopi sigarar utang,
namun karena proses penanaman dan perawatannya tidak terlalu rumit, hal ini
menarik minat masyarakat. Penanaman dan pembudidayaan kopi di Desa
Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan mengalami perkembangan.
Kopi merupakan komoditas penting. Hal ini karena bagi petani, kopi bukan

hanya sekedar minuman segar dan berkhasiat, tetapi juga mempunyai arti ekonomi
yang cukup penting 5.
Masyarakat menyebutnya kopi sigarar utang. Kata sigarar utang dalam
bahasa Batak Toba merupakan sebutan untuk kopi yang membawa keuntungan besar
karena dalam kurun waktu 2,5-3 tahun sudah berproduksi yang mampu menutupi
4

Najiati, Sri, Danarti, Kopi Budidaya Dan Penanganan Pasca Panen, Jakarta :Penebar
Swadaya, 2006, hlm. 120.
5
Ibid, hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

hutang. Alasan

inilah masyarakat menyebutnya kopi sigarar utang (pembayar

hutang).
Pada tahun 2003 kopi bagi mayoritas petani di Desa parlombuan pada

umumnya adalah sumber ekonomi utama setelah padi dan haminjon (kemenyan).
Tanaman kopi tumbuh dan berkembang baik di Desa Parlombuan.
Dari uraian diatas, penelitian ini diberi judul” Pertanian Kopi Di Desa
Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara (19932003)”. Penulis

membatasi penelitian tahun 1993 hingga 2003, dengan alasan

tertentu. Tahun 1993 karena periode ini merupakan tahap awal dimulainya pertanian
kopi di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan. Harga kopi yang tinggi dan
proses penanaman serta perawatan yang tidak sulit, menarik perhatian masyarakat
untuk menanam kopi. Akan tetapi kemenyan yang sebelumnya sebagai komoditas
utama mengalami kemunduran.
Tahun 2003 sebagai batas akhir penulisan karena pada tahun ini terjadi
masalah hama pada kopi yang

menyebabkan penurunan produksi,

yang

mengakibatkan terjadinya penurunan ekonomi masyarakat. Pertanian kopi yang

awalnya sebagai komoditi andalan masyarakat perlahan mengalami kemunduran.
Penulis memilih Desa Parlombuan karena desa inilah yang pertama sekali
menerapkan

pertanian

kopi

di

Kecamatan

Pangaribuan.

Mereka

berhasil

membudidayakannya dibanding desa yang lain di Kecamatan Pangaribuan, Desa
Parlombuan merupakan desa yang paling cepat perkembangan tanaman ini karena

masyarakat yang antusias mendukung penanaman kopi. Dalam kurun waktu 19932003 pertanian kopi di Desa Parlombuan memberikan dampak positif terhadap

Universitas Sumatera Utara

perekonomian di Kecamatan Pangaribuan. Tentunya perubahan yang terjadi
mengalami proses hingga pada akhirnya membawa pengaruh bagi Masyarakat
Pangaribuan. Karena hal inilah penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pertanian
Kopi Di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli
Utara (1993-2003)”.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam melakukan sebuah penelitian, maka yang menjadi landasan dari penelitian
adalah akar permasalahan yang ada dalam topik yang dibahas. Hal inilah yang
diungkapkan dalam pembahasannya merupakan hal penting karena di dalamnya
diajukan konsep yang dibahas dalam penelitian dan menjadi alur dalam penulisan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini memfokuskan kepada:
1. Bagaimana

pertanian masyarakat Desa Parlombuan, Kecamatan


Pangaribuan sebelum tahun 1993?
2. Bagaimana

awal

pertanian

kopi

di

Desa

Parlombuan

dan

perkembangannya?
3. Bagaimana pengaruh pertanian kopi terhadap kehidupan masyarakat di
Desa Parlombuan?


1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Selain membutuhkan rumusan masalah dalam penelitian dibutuhkan pula
tujuan dan manfaat dari sebuah penelitian, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk menjelaskan pertanian masyarakat Desa Parlombuan, Kecamatan
Pangaribuan sebelum tahun 1993.
2. Untuk menjelaskan permulaan pertanian kopi di Desa Parlombuan,
Kecamatan Pangaribuan dan perkembangannya.
3. Untuk menjelaskan pengaruh pertanian kopi terhadap kehidupan
masyarakat Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan sekaligus motivasi penulis dalam menghasilkan
karya ilmiah tentang pertanian rakyat.
2. Memberikan referensi /literaturyang berguna terhadap dunia akademi,
mengenai pertanian kopi terutama dalam Ilmu Sejarah guna membuka
ruang penulisan sejarah yang berikutnya.

3. Memperkaya informasi bagi masyarakat Kecamatan Pangaribuan tentang
Pertanian Kopi Di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan (19932003).

1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan sebuah kegiatan, perlu dilakukan tinjauan pustaka.
Tinjauan Pustaka berupa literaturyang relevan dan memiliki keterkaitan secara detail
dengan pokok permasalahan yang diteliti. Tujuannya agar diperoleh gambaran umum
tentang topik yang ditulis, yang dapat mengarahkan sumber acuan yang mendukung
dalam penelitian dan penulisan.
Beberapa buku yang menjadi acuan penulis sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Clara Yoewono dalam Indonesia Dan Dunia Internasional (1974)
menjelaskan tentang sejarah kopi di Indonesia serta gambaran tentang kejayaan
tanaman kopi setelah Indonesia merdeka, sehingga kopi menjadi komoditas terkenal
di dunia internasional. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan sejarah
perkembangan kopi di Indonesia dan hubungannya dengan keuntungan pertanian
kopi bagi masyarakat Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan.
Ernayanti Sitanggang dalam Sejarah Pertanian Kopi Dan Dampaknya Bagi

Masyarakat Sidikalang Tahun 1969-1994 (2011) menjelaskan tentang keadaan sosial,
ekonomi, budaya masyarakat Sidikalang sebelum dan sesudah masuknya pertanian
kopi di Sidikalang, buku ini membantu penulis dalam menjelaskan dampak pertanian
kopi di Kecamatan Pangaribuan terhadap ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan.
James C. Scott dalam Moral Ekonomi Petani (1976) menjelaskan tentang
kehidupan petani dari perspektif sejarah. Buku ini juga menjelaskan berbagai
problema yang dihadapi oleh petani yakni kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan
politik. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan kehidupan sosial, budaya,
ekonomi masyarakat petani kopi di Desa Palombuan, Kecamatan Pangaribuan.
John Quilkey dan Kristanto Kustiah dalam Ekonomi Pemasaran Dalam
Pertanian (1988) menjelaskan pentingnya mempelajari kegiatan ekonomi dalam
suatu kegiatan pemasaran. Buku ini juga menjelasan cara meningkatkan inovasi
pasar sehingga hasil pertanian memperoleh keuntungan yang maksimal. Buku ini
membantu penulis mengetahui nilai ekonomi hasil pertanian kopi dan keuntungannya
bagi masyarakat petani kopi di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan.

Universitas Sumatera Utara

Kusnaka Adimihardja, dkk dalam Petani Merajut Tradisi Era Globalisasi
(1999) menjelaskan berbagai kasus yang berkaitan dengan aktivitas pertanian rakyat
dari berbagai etnik di Indonesia serta strategi pengelolaan sumber daya alam yang
berakar pada nilai-nilai budaya masyarakat setempat. Buku ini membantu penulis
dalam menjelaskan aktivitas sosiobudaya masyarakat Desa Parlombuan sebelum dan
sesudah adanya pertanian kopi.
Moh Amaluddin dalam Kemiskinan Dan Polarisasi Sosial, Studi Kasus Di
Desa Bulugede, Kabupaten Kendal Jawa Tengah (1987) menjelaskan bahwa
pertanian erat kaitannya dengan masyarakat pedesaan terutama dalam penguasaan
tanah. Melalui buku ini penulis menghubungkan keadaan sosial ekonomi serta
kepemilikan tanah pertanian di Desa Bulugede, Kabupaten Kendal Jawa Tengah
dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat petani kopi di Desa Parlombuan,
Kecamatan Pangaribuan.
Moehar Daniel dalam Pengantar Ekonomi Pertanian (2001) menjelaskan
tentang permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pertanian dan cara mengatasinya
dari sisi ekonomi, serta memberikan gambaran mengenai upaya-upaya pembangunan
pertanian yang menentukan keberhasilan suatu pertanian. Buku ini membantu penulis
dalam menganalisa keadaan ekonomi pertanian kopi masyarakat Desa Parlombuan,
Kecamatan Pangaribuan.
Rahmanta dalam Ekonomi Pertanian (2014) menjelaskan tentang gambaran
umum pertanian di Indonesia

dan mengalokasikan sumber daya pertanian di

Indonesia secara efisien dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Buku ini juga
menjelaskan cara peningkatan sumber daya alam, bertujuan untuk meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

ekonomi pertanian di Indonesia. Buku ini bermanfaat bagi penulis dalam
menganalisis

peningkatan

perekonomian

di

Desa

Parlombuan,

Kecamatan

Pangaribuan setelah adanya pertanian kopi.
Sri Najiati dan Danarti dalam Kopi, Budidaya Dalam Penanganan
Pascapanen (2004) menjelaskan tentang sejarah perkembangan kopi dan masalahmasalah yang dihadapi dalam pertanian kopi dilengkapi dengan cara penanganannya.
Buku ini juga menjelaskan cara membudidayakan kopi dan peningkatan mutu kopi
dengan tepat sehingga menghasilkan produksi kopi yang memuaskan. Buku ini
membantu penulis dalam melihat masalah-masalah yang dihadapi dalam Pertanian
kopi di Desa Parlombuan,

Kecamatan Pangaribuan disertai dengan cara

penanganannya.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara atau aturan yang sistematis yang
digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip mencari
kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam meneliti peristiwa sejarah yang
direalisasikan dalam bentuk penulisan (historiografi) tentu harus menggunakan
Metode Sejarah. Metode Sejarah adalah proses memperoleh data dengan menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Dalam
penerapannya, Metode Sejarah menggunakan empat tahapan, yaitu Heuristik, Kritik,
Interpretasi, Historiografi.
Heuristik (pengumpulan sumber) merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber, baik sumber tertulis maupun lisan yang

Universitas Sumatera Utara

berkaitan dengan topik penelitian yang dibahas peneliti. Sumber sejarah merupakan
segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang
suatu kegiatan manusia pada masa lalu. Secara umum sumber-sumber sejarah dapat
di klarifikasi menjadi dua yaitu benda-benda peninggalan atau sumber-sumber sejarah
berupa catatan. 6
Dalam melaksanakan tahap ini peneliti melakukan studi kepustakaan ke
Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara,
Perpustakaan

Unimed.

Penelitian

juga

melakukan

studi

lapangan

untuk

mengumpulkan sumber lisan melalui teknik wawancara kepada masyarakat Desa
Parlombuan yaitu: petani kopi, pedagang kopi, penampung kopi, Kepala Desa
Parlombuan, Pegawai Kantor Camat Pangaribuan.
Setelah mengumpulkan sumber, tahap kedua adalah Verifikasi atau kritik
sumber. Kritik sumber dilakukan dalam mencari kebenaran. Kritik sejarah ada dua
yaitu kritik internal dan kritik eksternal pada dasarnya merupakan suatu penelitian
untuk mendapatkan semua informasi secara akurat. 7 Kritik internal bertujuan untuk
menilai kelayakan data, dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam
sumber tertulis. Sedangkan kritik eksternal bertujuan untuk menentukan keabsahan
data, dengan cara meneliti sumber untuk memperoleh fakta yang otentik.
Setelah pengumpulan dan analisa data dilakukan, maka tahap ketiga adalah
Interpretasi. Interpretasi merupakan tahap untuk menafsirkan fakta, yaitu data yang

6

7

Muhammad Arif, Pengantar Kajian Sejarah, Bandung : Yrama Widya, 2011, hlm. 33.
Ibid, hlm. 38.

Universitas Sumatera Utara

telah dikumpulkan kemudian dibandingkan sehingga diperoleh data yang objektif
untuk diceritakan kembali dalam sebuah tulisan.
Tahap terakhir adalah historiografi yaitu penulisan kronologis yang bersifat
kritis, analitis dan ilmiah sehingga tahap akhir dalam penulisan dapat dituangkan
dalam bentuk karya tulis.

Universitas Sumatera Utara