Pertanian Kopi Di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara ( Tahun 1993-2003) Chapter III V
BAB III
PERTANIAN KOPI DI DESA PARLOMBUAN DAN
PERKEMBANGANNYA
3.1. Awal Penanaman Kopi Di Desa Parlombuan
3.1.1 Latar Belakang Penanaman Kopi
Desa Parlombuan merupakan daerah agraris yang mayoritas penduduknya
menggantungkan hidup dari pertanian. Di Desa Parlombuan terdapat beberapa
komoditas pertanian yang bernilai ekonomis untuk dikembangkan. Pengembangan
komoditas pertanian dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah
satu komoditas pertanian yang dikembangkan adalah tanaman kemenyan (haminjon).
Awal pertanian kopi di Kecamatan Pangaribuan pada tahun 1974. Kopi yang
pertama sekali diperkenalkan adalah kopi robusta. Akan tetapi pertanian kopi robusta
kurang berkembang pada saat itu. Kopi tersebut ditanam hanya oleh sebagian kecil
masyarakat karena pertanian kemenyan masih dianggap memberikan keuntungan
yang lebih besar daripada pertanian kopi robusta. Naiknya harga kemenyan
(haminjon) membuat masyarakatmenjadikan kemenyan (haminjon) sebagai sumber
mata pencaharian mereka.
Desa Parlombuan menjadi salah satu daerah penghasil kemenyan di Tapanuli.
Sebelum tahun 1990 daerah Tapanuli merupakan salah satu daerah penghasil
kemenyan terbesar di Indonesia dengan kualitas yang baik. Hal ini membuat sebagian
besar masyarakat Desa Parlombuan semakin giat dalam merawat tanaman kemenyan.
Universitas Sumatera Utara
Selain tanaman kemenyan, tanaman padi sudah sejak lama dikenal oleh
masyarakat Desa Parlombuan sebagai tanaman wajib. Masyarakat menanam padi
untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Tanaman padi ditanam di sawah
(hauma) dan di ladang (ordang), sedangkan tanaman kemenyan ditanam di hutan.
Tanaman pangan biasanya tumpangsari dengan tanaman palawija, karena menurut
Van Der Meulen tanaman pangan dengan tumpangsari dan bergiliran di atas tanah
kering, dapat mempertahankan tingkat kesuburan tanah pada jangka panjang dan
menghindari erosi. 21
Masyarakat Desa Parlombuan menanam tanaman palawija sebagai tanaman
tumpang sari. Tanaman padi dan palawija merupakan tanaman pangan untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Hasil tanaman kemenyan digunakan untuk mencukupi
biaya pendidikan, biaya berobat dan kebutuhan untuk rumah tangga seadanya.
Akan tetapi pada tahun 1990 pertanian kemenyan mengalami penurunan.
Terjadinya penurunan karena kemenyan mengalami penurunan harga hingga 80%.
Selain itu juga terjadi penurunan produksi getah kemenyan karena tanaman
kemenyan sudah tua. Hal ini membawa dampak negatif bagi perekonomian
masyarakat Desa Parlombuan. Sebagian besar masyarakat tidak dapat menopang
kehidupan ekonomi dengan baik. Bahkan untuk memenuhi biaya pendidikan dan
kebutuhan pokok, mereka harus meminjam uang kepada pedagang besar, menunggu
hasil kemenyan membuahkan hasil.
Meskipun tanaman kemenyan sudah mengalami penurunan pada tahun 1990,
masyarakat tetap mempertahankannya.Masyarakat memiliki prinsip bahwa tanaman
21
Sajoyo, Ekologi Pedesaan, Jakarta: Rajawali Pers, 1987, hlm. VII.
Universitas Sumatera Utara
yang ditanam oleh nenek moyang adalah suatu warisan yang perlu dipertahankan,
sehingga masyarakat tidak meninggalkan tanaman yang lama. 22 Prinsip ini membuat
masyarakat Desa Parlombuan merasa enggan untuk meninggalkan pertanian
kemenyan. Masyarakat hanya dapat menunggu karena tanaman kemenyan tak
kunjung membaik, segala cara telah dilakukan, yakni perawatan dan pemupukan.
Usaha petani mengeluarkan biaya untuk merawat tanaman kemenyan, tidak dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan petani di Desa Parlombuan. Pada saat
mundurnya perekonomian masyarakat mulailah dikenal pertanian kopi arabika.
Pada tahun 1993 merupakan penanaman kopi arabika di Desa Parlombuan.
Diawali dengan kedatangan bibit tanaman kopi yang diperoleh dari Kecamatan
Pangaribuan. Bibit ini kemudian dibagikan kepada 19 desa yang ada di Kecamatan
Pangaribuan yakni: Desa Pakpahan, Parsibarungan, Batu Manumpak, Batu Nadua,
Rahut Bosi, Sibingke, Harianja, Lumban Sinaga simatupang, Lumban Sormin,
Najumambe, Padang Parsadaan, Parlombuan, Parratusan, Parsorminan I, Purba Tua,
Sampagul, Silantom, Sigotom, Pansur Natolu, Rahut Bosi. Pembagian bibit kopi ini
dilaksanakan secara serentak dan diberikan langsung kepada setiap desa untuk
dibudidayakan. Desa Parlombuan merupakan desa yang pertama sekali melakukan
penanaman bibit tanaman kopi arabika.
Penanaman kopi arabika di Desa Parlombuan diperkenalkan pertama sekali
oleh Januar Hulman. Beliau diberikan wewenang oleh Camat Kecamatan
Pangaribuan melalui kelompok tani yang berjumlah 25 orang untuk membagikan
bibit tanaman kepada masyarakat Desa Parlombuan. Pembudidayaan kopi ini
22
Wawancara, dengan J. Sibarani, pada tanggal 20 April 2016, Kantor Camat Pangaribuan.
Universitas Sumatera Utara
didukung oleh pemerintah untuk biaya pembibitan, pengolahan, pelubangan, biaya
kompos, yang didukung oleh pemerintah.
Pada awalnya masyarakat merasa ragu. Mereka enggan mengambil resiko.
Mereka kuatir tanaman kopi arabika tidak memberikan dampak yang signifikan bagi
perubahan ekonomi masyarakat. Dalam mendukung program tersebut pemerintah
melakukan penyuluhan dengan mengatakan bahwa kopi arabika dapat berproduksi
selama kurang lebih 2-3 tahun. Akan tetapi masyarakat tidak percaya bahwa kopi
arabika dapat berproduksi secepat itu. Hal ini karena sebelumnya masyarakat
memiliki pengalaman dalam pertanian kopi robusta yang mulai berproduksi dalam
kurun waktu 8 tahun.
Pada tahun 1993 Pemerintah Pangaribuan mencoba membantu masyarakat
dengan memperkenalkan program pertanian kopi arabikadengan sistem intensifikasi
pertanian. Hal ini dilakukan dengan penyuluhan, penelitian, dan pencarian bibit
unggul. Dengan menggunakan bibit unggul hasil pertanian diharapkan dapat
meningkat.Melalui program tersebut, pemerintah mengharapkan adanya kemajuan
dalam perekonomian masyarakat desa. 23
Percobaan penanaman dimulai oleh kelompok tani. Akan tetapi sebagian
diantaranya masih tetap mempertahankan tanaman kemenyan. Tanaman kopi hanya
sebagai tanaman percobaan. Januar Hulman menjadikan tanaman kopi arabikabukan
hanya sebagai komoditas tambahan, tetapi dijadikan sebagai komoditas utama.
Melalui bantuan dari pemerintah, beliau mengganti seluruh tanaman kemenyan
miliknya dengan tanaman kopi arabika.
23
Sajogyo, op. cit. hlm. 99.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun pada awalnya masyarakat masih ragu untuk menanam kopi arabika,
tetapi melihat pertanian yang dilakukan oleh Januar Hulman menarik perhatian
masyarakat Desa Parlombuan. Awal penanaman kopi dimulai dari pekarangan rumah.
Akan tetapi melihat perkembangannya, masyarakat membuka lahan baru untuk
menanam kopi. Akhirnya pertanian kopi semakin berkembang di Desa Parlombuan.
Masyarakat menyebutnya sigarar utang karena kopi ini dianggap dapat mengurangi
beban hidup masyarakat. Kata sigarar utang dalam bahasa Batak Toba merupakan
sebutan untuk kopi yang dianggap membawa keuntungan besar karena dalam kurun
waktu 2,5-3 tahun sudah berproduksi yang mampu menutupi hutang. Alasan inilah
masyarakat menyebutnya kopi sigarar utang (pembayar hutang).
Bibit kopi sigarar utang sebenarnya sudah dikenal di luar negeri. Kopi ini
disebut dengan lintong coffee. Kopiini cocok tumbuh di daerah tropis. Kopi tersebut
pertama sekali dirintis pembudidayaannya pada awal tahun 1980-an di Lintong
Nihuta,
sebuah
desa
di
Humbang
Hasundutan
yang
berbatasan
dengan
Siborongborong Tapanuli Utara. Kopi ini memiliki ukuran yang pendek, karena
itulah masyarakat sering menyebutnya kopi ateng. Anak kecil pun bisa memetiknya.
Kopi ini memiliki tinggi maksimal 2 m dan jari-jari percabangan 1,5 m.
Akan tetapi hingga saat ini belum diketahui dengan pasti kapan tanaman kopi
ini mulai dikenal. Menurut catatan sejarah, tanaman ini mulai dikenal di benua
Afrika, tepatnya di Etiopia. Pada mulanya, tanaman kopi belum dibudidayakan secara
Universitas Sumatera Utara
sempurna oleh penduduk, melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran
tinggi. 24
Pada mulanya penyebaran kopi ke berbagai wilayah cukup lambat. Hal ini
karena pada waktu itu minuman kopi hanya dikenal sebagai minuman berkhasiat,
menyegarkan badan, terbuat dari cairan daun dan buah segar yang diseduh dengan air
panas. Akan tetapi sejak ditemukan cara pengolahan kopi yang lebih baik, kopi
semakin dikenal oleh masyarakat. Selain berkhasiat, minuman kopi juga beraroma
harum khas dan rasanya nikmat. Dengan demikian, kopi pun menjadi terkenal hingga
tersebar ke berbagi daerah di negara Eropa.
Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama sekali oleh VOC antara
tahun 1696-1699. Awalnya penanaman kopi hanya bersifat uji coba (penelitian).
Akan tetapi, karena hasilnya memuaskan dan dipandang cukup menguntungkan
sebagi komoditas perdagagan, maka VOC menyebarkan bibit ke berbagai daerah agar
penduduk dapat menanamnya. 25
Adapun perbedaan tanaman kopi sigarar utang dengan tanaman kemenyan
(haminjon) sebagai berikut:
Tanaman kopi sigarar utang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
•
Kopi sigarar utang dalam kurun waktu 2-3 tahun sudah berproduksi
•
Produksi tanaman minimal 2 minggu sekali
•
Perawatan tidak rumit.
24
25
Sri Najiati, Danarti, op. cit, hlm. 1.
Ibid., hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kemenyan (haminjon) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
•
Produksi tanaman kemenyan 2-3 kali dalam setahun
•
Kemenyan berproduksi setelah kurun waktu 8-10 tahun
•
Lahan yang digunakan adalah hutan dan menggunakan tenaga kerja
manusia
•
Penanaman, perawatan, produksi dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki.
Kelebihan yang diperoleh dari tanaman kopi menjadi daya tarik bagi
masyarakat untuk menanam tanaman kopi sigarar utang . Kopi sigarar utang tumbuh
dengan baik pada elevasi 700-1.700 m diatas permukaan laut, cocok dengan Desa
Parlombuan yang berada pada elevansi 1236 m diatas permukaan laut, dengan suhu
sekitar 16-200C, sedangkan derajat keasaman tanah (Ph) 5,5-6,5, jarak tanam yang
ideal yaitu dalam baris 2 m dan antar baris 3 m, mulai berbuah pada umur 20 bulan;
apabila dipelihara intensif, maka pada umur 2-3 tahun, kopi ini akan berproduksi
terus-menerus sepanjang tahun, batas usia produktif cukup panjang yakni 8-9 tahun
tergantung perawatannya. 26
3.1.2 Proses Penanaman Kopi
Kopi merupakan komoditas penting. Hal ini karena bagi petani, kopi bukan
hanya sekedar minuman segar yang berkhasiat, tetapi juga mempunyai arti ekonomi
yang cukup penting. 27 Sudah beberapa abad lamanya, kopi menjadi bahan
perdagangan, karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Dengan
26
Sri Najiati, Danarti, Kopi Budidaya Dan Penanganan Pasca Panen, Jakarta: Penebar
Swadaya, 2006, hlm. 30.
27
Ibid., hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
kata lain, kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran. Badan yang lemah dan
rasa kantuk dapat hilang, setelah minum kopi panas. Orang yang sudah pecandu kopi,
bila tidak meminum kopi rasanya akan capai dan tak dapat berpikir. 28
Tanaman kopi menjadi bahan perdagangan, maka dalam menyukseskan Pelita
ini, perkebunan kopi mendapat kepercayaan dan tugas dari pemerintah untuk
menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor. Sebab dari berbagi penjuru dunia banyak
yang suka minum kopi, tetapi negaranya tidak menghasilkan, sehingga negara
tersebut harus membeli dari negara lain, sehingga tanaman kopi pun meluas. 29
Kopi merupakan salah satu bahan minuman rakyat di seluruh dunia, baik di
negara-negara produsen maupun di negara-negara impor. Dari perbandingan jumlah
produksi dan ekspor-impor kopi seluruh dunia dapat diperoleh gambaran bahwa
sebagian besar hasil kopi dunia diminum di luar wilayah produsen. 30
Bagi masyarakat Tapanuli tanaman ini adalah komoditas andalan karena
itulah nama kopi ini disebut kopi sigarar utang makna dalam bahasa Batak Toba
ialah pembayar hutang, karena sudah berproduksi pada usia 2,5-3 tahun. Sebutan kopi
sigarar utang juga digunakan oleh masyarakat Desa Parlombuan. Karena setelah dua
tahun ditanam kopi sudah berproduksi dan dapat menghasilkan uang untuk membayar
hutang masyarakat. Akan tetapi kopi ini tidak dikonsumsi oleh masyarakat, kopi
tersebut hanya untuk dijual sedangkan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat
membeli bubuk kopi yang dijual di pasar.
28
Aak, op. cit. hlm. 11.
Ibid.,hlm. 13.
30
James J. Spillane, Komoditi Kopi, Peranan dalam perekonomian Indonesia, Yogyakarta:
Kanisius, 1990, hlm. 23.
29
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan pertanian kopi sigarar utang di Desa Parlombuan dimulai
semenjak tahun 1995. Perkembangan tersebut dimulai semenjak penurunan
produktivitas kemenyan, yang mengakibatkan kemunduran pertanian kemenyan.
Masyarakat Desa Parlombuan mengganti komoditas andalan yang sebelumnya
kemenyan menjadi pertanian kopi arabika. Hal ini didorong oleh keadaan ekonomi
masyarakat yang mengalami kemunduran. Masalah ekonomi dihadapi oleh sebagian
besar petani terutama petani kecil. Masyarakat harus meminjam uang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pada tahun 1995 setelah dua tahun penanaman kopi sigarar utang masyarakat
pun tertarik untuk menanam kopi. Tanaman kopi dapat berproduksi pada umur 2,5
tahun. Meskipun tanaman ini memiliki batang yang pendek, akan tetapi cepat berbuah
dan memiliki ukuran buah yang lebih besar daripada kopi robusta. Melihat hal ini
masyarakat menjadi antusias untuk menanam kopi sigarar utang.
Masyarakat Desa Parlombuan meminta bibit kopi dari Januar Hulman, karena
beliau adalah orang pertama yang menanam kopi di Desa Parlombuan sehingga
beliau memiliki lahan kopi yang luas dibandingkan masyarakat lainnya serta
memiliki pengalaman dalam pertanian kopi. Beliau memberikan bibit kopi gratis
kepada masyarakat karena adanya hubungan kekeluargaan. Bibit kopi awalnya yang
diterima oleh Januar Hulman diterima dari pemerintah secara gratis, karena alasan
inilah beliau tidak menetapkan tarif kepada warga yang meminta bibit kopi.
Masyarakat juga dapat memperoleh bibit kopi dari bibit yang tumbuh di
ladang dan hutan. Bibit tersebut tumbuh dengan sendirinya tanpa ada rencana
Universitas Sumatera Utara
penanaman, hal ini terjadi karena buah kopi sudah matang tetapi belum dipanen,
karena kurangnya pengawasan petani maka buah kopi dimakan musang.
Hasil pembuangan (feses) musang jatuh di tanah sehingga tumbuh di
sembarang tempat, seperti di ladang dan hutan yang dekat dengan kebun kopi. Bibit
inilah yang dimanfaatkan masyarakat Desa Parlombuan untuk mengumpulkan bibit
kopi. Bibit yang diperoleh dengan cara demikian biasanya memiliki kualitas bibit
kopi yang bagus. Hal ini terbukti karena bibit tersebut dapat tumbuh tanpa adanya
bantuan manusia dan perawatan yang tepat.
Penanaman kopi di Desa Parlombuan semakin meluas. Awalnya lahan yang
dipergunakan
adalah
pekarangan
rumah
masyarakat.
Akan
tetapi
karena
perkembangan pertanian kopi semakin meningkat, maka pekarangan pun kurang
memadai karena pekarangan masyarakat sudah dipenuhi dengan tanaman kopi.
Sehingga untuk mengatasinya masyarakat membuka lahan yang baru untuk
penanaman kopi. Masyarakat mengolah lahan dengan bantuan teknologi berupa
traktor dan tenaga manusia.
Pembukaan lahan ini dilakukan dalam upaya peningkatan penanaman kopi
sigarar utang. Dengan berkembangnya pertanian kopi, maka pertanian kemenyan
mengalami kemunduran. Sebagian besar masyarakat beralih ke pertanian kopi.
Hanya sebagian kecil masyarakat yang masih merawat tanaman kemenyan. Pertanian
kopi lebih mudah karena jarak lahan pertanian kopi dekat dengan rumah, sedangkan
tanaman kemenyan ada di hutan yang ditempuh dengan perjalanan yang rumit.
Universitas Sumatera Utara
Penanaman
kopi sigarar utang tidak terlalu rumit, yang perlu diketahui
bahwa penanaman tanaman ini sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau
pertengahan bulan November-Desember. Dengan demikian, pada musim kemarau
berikutnya tanaman kopi sudah cukup kuat menahan kekeringan. 31 Penanaman kopi
juga dapat dilakukan pada musim kemarau. Akan tetapi konsekuensinya tanaman
kopi harus rajin disiram agar tidak layu. Dengan demikian, tenaga dan biaya yang
dikeluarkan akan meningkat sehingga kurang menguntungkan.
3.2 Perkembangan Pertanian Kopi
3.2.1 Lahan Pertanian Kopi
Berkembangnya pertanian kopi di Desa Parlombuan pada umumnya karena di
dukung oleh kondisi tanah yang subur dan keadaan iklim yang cocok. Program
pemerintah sangat berpengararuh terhadap pengembangan tanaman kopi sigarar
utang. Selain memberikan penyuluhan, pemerintah juga memberi bibit unggul dan
pupuk. Sedangkan lahan yang dipakai untuk pertanian kopi disediakan sendiri oleh
petani. Untuk itulah masyarakat mengelola lahan tidur untuk menanam kopi.
Adapun luas wilayah Desa Parlombuan 2325 Ha dengan pengunaan tanah menurut
luas wilayah yaitu:
•
Tanah sawah
: 93 Ha
•
Tanah kering
: 1459 Ha ( palawija: 380 ha, kopi: 1079 ha)
•
Bangunan pekarangan
: 88 Ha
31
Sri Najiati, Danarti, op. cit, hlm. 77.
Universitas Sumatera Utara
•
Lainnya
: 685 Ha
(Sumber: BPS Kecamatan Pangaribuan tahun 1995 ).
Perkembangan pertanian kopi mempengaruhi luas lahan, setelah produksi
kopi pada tahun 1995 dan tingginya pasaran kopi dunia, pemakaian lahan mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Lahan tidur (adaran) menjadi penting bagi masyarakat
petani kopi, karena adaran dapat dimanfaatkan untuk pertanian kopi sigarar utang.
Sebelum pertanian kopi diperkenalkan di Desa Parlombuan. Lahan tidur
(adaran) dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat menggembalakan ternak seperti:
kerbau dan lembu. Kegunaan adaran beralih fungsi karena petani kopi membutuhkan
lahan untuk pertanian kopi. Adaran juga di rimba (diolah)menjadi lahan pertanian
kopi, sehingga habitat kerbau dan lembu mengalami pergeseran.
Biasanya masyarakat Desa Parlombuan menggembalakan ternaknya di adaran
berpindah ke sawah (hauma) karena adaran dimanfaatkan oleh petani untuk
menanam kopi sehingga sawah (hauma) menjadi alternatif untuk menggembalakan
ternak. Hal ini menimbulkan konflik antara petani dengan pemilik kerbau, karena
kerbau dan lembu dapat merusak tanaman padi dan mengganggu kenyamanan petani
saat bekerja di sawah.
Masyarakat antusias dalam membuka lahan baru untuk menanam kopi.
Penanaman kopi semakin meningkat sehingga peningkatan luas lahan pertanian
semakin meningkat. Lahan adaran dikerjakan oleh petani kopi menjadi lahan baru
untuk menanam kopi. Meskipun pertanian kopi meningkat akan tetapilahan yang
ditanami palawija dan tanaman padi tidak terpengaruh oleh pertanian kopi, karena
tanaman tersebut dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Lahan yang digunakan masyarakat dalam pertanian kopi adalah adaran yang
di rimba menjadi lahan pertanian yang baru. Masyarakat juga memanfaatkan tanah
milik bersama untuk ditanami dengan tanaman kopi. Lahan tanaman kopi pada
mulanya di pekarangan rumah. Akan tetapi kebutuhan penanaman kopi tidak
mencukupi lahan pekarangan sehingga penanaman dilakukan di lahan yang baru.
Perluasan lahan tanaman kopi meningkatkan keinginan masyarakat untuk menanam
kopi.
Peningkatan luas pertanian kopi membuat
harga tanah mengalami
peningkatan terutama pada tahun 1998 harga tanah di Desa Parlombuan mengalami
peningkatan yang pesat. Hal ini di dorong oleh meningkatnya penggunaan lahan
sehingga masyarakat memerlukan lahan baru untuk pertanian kopi. Di sisi lain
terjadinya peningkatan harga karena terjadinya krisis moneter di Indonesia. Krisis
tersebut berpengaruh terhadap kenaikan harga tanah di Desa Parlombuan.
Sebelumnya harga tanah tergolong murah, akan tetapi setelah masuknya pertanian
kopi harga tanah mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Petani di Desa Parlombuan menanam tanaman kopi dan tanaman pangan
dengan perencanaan yang telah ditetapkan sejak dahulu secara turun temurun. Hal ini
dilakukan agar petani dapat merencanakan pertaniannya dengan baik, sehingga tidak
membuat petani kesulitan dalam mengatur waktu. Hal ini data dilihat dari persiapan
petani dalam penanaman padi dan kopi.
Penanaman padi dilaksanakan secara serentak pada bulan Desember.
Sedangkan musim penanaman kopi yang baik ialah pada permulaan musim
penghujan, jatuh pada pertengahan bulan November. Penanaman kopi disesuaikan
Universitas Sumatera Utara
dengan keadaan cuaca. Bila keadaan berawan dapat dilakukan dari pagi sampai sore
hari, tetapi bila keadaan cerah, hanya dilakukan pada pagi hari. Sehari sebelumnya
tanaman bibit harus sudah tersedia, kira-kira cukup untuk pekerjaan sehari. Karena
penanaman yang tidak terlalu rumit, maka masyarakat yang bekerja sebagai PNS dan
buruh pun ikut menanam kopi di lahan yang mereka miliki. Alasannya karena
pertanian kopi dapat dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang. Untuk itulah
mereka membuka lahan dan menanam tanaman kopi. Dalam perawatannya hanya
memakan waktu setengah hari kerja, setelah pulang dari tempat kerja.
3.2.2 Pemasaran Kopi
Tanaman kopi jenis sigarar utang sudah diperkenalkan sejak tahun 1980 di
Daerah Tapanuli. Kopi bagi mayoritas petani di Tapanuli Utara adalah sumber
ekonomi utama setelah padi dan kemenyan. Karena tumbuh dan berkembang sangat
baik di daerah ini. Desa Parlombuan mengenal kopi sigarar utang pada tahun 1993
meskipun pada awalnya petani tidak yakin dengan pertanian kopi. Akan tetapi setelah
melihat kemajuan tanaman kopi ini, masyarakat perlahan meninggalkan tanaman
kemenyan dan beralih ke pertanian kopi.
Pertanian kopi membawa pengaruh positif bagi masyarakat di Desa
Parlombuan. Tidak hanya petani saja yang merasakan keuntungan pertanian kopi ini.
Petanian kopi melibatkan tataniaga perdagangan yang melibatkan beberapa pihak.
Pihak-pihak yang ikut campur dalam pemasaran kopi juga merasakan dampak positif
pertanian kopi di Desa Parlombuan. Akan tetapi dalam pemasaran kopi, masyarakat
tidak mengetahui secara jelas, masyarakat tidak mempersoalkan harga yang
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan oleh tengkulak. Masyarakat pasrah mengenai harga kopi kepada
tengkulak. Tengkulak dominan menentukan harga kopi di pasar.
Berikut skema rantai pemasaran kopi di Desa Parlombuan:
Petani
Tengkulak
Pedagang Besar
Eksportir
Dalam pemasaran kopi petani berhubungan langsung dengan tengkulak.
Sekali seminggu para tengkulak datang ke rumah-rumah petani kopi untuk
mengumpulkan hasil panen kopi. Kopi yang dijual oleh petani kopi adalah kopi
setengah jadi. Kopi setengah jadi adalah keadaan kopi tersebut sudah dilepaskan
kulitnya, dibersihkan dan dijemur. Biasanya petani menjual hasil panen kopi sekali
seminggu, apabila kopi sedang musimnya (pamuangna) panen dapat berlangsung dua
kali seminggu.
Para tengkulak biasanya mendatangi rumah petani kopi pada hari rabu karena
pada hari rabu adalah pekan dan petani kopi membutuhkan uang belanja ke onan
untuk keperluan sehari-hari. Tengkulak merupakan warga desa yang memiliki
hubungan kekeluargaan dengan sebagian petani kopi. Karena itulah petani menaruh
kepercayaannya terhadap harga kopi yang ditetapkan tengkulak. Dalam pemasaran
hasil pertanian kopi, petani bertindak sebagai penerima harga (price taker).
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perdagangan kopi tentu ditemukan apa
yang disebut dengan tengkulak. Hal ini tidak dapat dihindarkan karena produksi kopi
masih dalam skala kecil (rumah tangga). Hasil panen petani kopi harus dikumpulkan
agar dapat tercapai jumlah yang dapat mengimbangi biaya pemungutan (jauh).
Universitas Sumatera Utara
Tengkulak harus memberi jasa kepada petani penghasil kopi berupa uang
muka. Uang selalu dibutuhkan oleh orang-orang yang berpenghasilan kecil. Bagi
tengkulak, dengan memberi uang muka itu, berarti jaminan mendapat setoran kopi
dan memenuhi kontrak-kontrak dagangnya. 32
Posisi petani dalam pemasaran produk pertanian lemah, hal ini disebabkan
oleh kekurangan informasi harga dan kualitas serta kuantitas, sehingga petani mudah
diperdaya oleh tengkulak yang berhubungan dengan petani secara langsung. Faktor
lain yang mempengaruhi ialah karena adanya pinjaman dari tengkulak kepada petani
yang bersifat mengikat. Sehingga memperlemah kedudukan petani dalam proses
penentuan harga. 33
Pengaruh tengkulak dalam pemasaran hasil pertanian kopi di Desa
Parlombuan cukup besar dampaknya bagi perekonomian masyarakat. Dalam rantai
pemasaran kopi tengkulak juga bekerjasama dengan pedagang besar. Tengkulak
diberikan modal oleh pengusaha besar untuk membayar kopi yang dibeli dari petani.
Kerjasama ini terjalin untuk kepentingan bersama antar tengkulak dan
pedagang besar. Dengan adanya modal yang diberikan oleh pedagang besar,
tengkulak dapat mengumpulkan kopi petani dan mampu memberikan pinjaman
kepada petani. Pinjaman tersebut digunakan petani untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari, sebagai bayarannya petani memberikan hasil panen kopi kepada
tengkulak. Hal ini dapat juga terjadi karena petani memiliki kebutuhan mendadak
sedangkan tanaman kopi belum waktunya untuk di panen.
32
33
Sajogyo.loc. cit.
Armand Sudiyono, Pemasaran Pertanian, Malang:Ummpress, hlm. 180.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan yang mendadak bagi keperluan petani, menimbulkan adanya
kesepakatan tidak tertulis dengan tengkulak. Syaratnya apabila kopi sudah siap untuk
dipanen maka tengkulak yang telah memberikan pinjamanlah yang dapat membeli
kopi tersebut dengan syarat pemotongan hutang sebelumnya. Dalam hal ini uang
yang dipinjamkan oleh tengkulak kepada petani kopi tidak ada hutang bunga, karena
yang terpenting bagi tengkulak adalah petani terikat untuk memberikan hasil panen
kopi kepadanya. Sehingga tengkulak dapat memenuhi permintaan oleh pedagang
besar setiap minggunya.
Bagi masyarakat terutama petani kecil, pemberian uang muka oleh tengkulak
meringankan beban mereka. Hal ini berlaku untuk petani kecil. Akan tetapi apabila
tengkulak tidak memberikan uang muka atau sejenisnya, maka petani biasanya akan
tetap memberikan kopinya dibeli oleh tengkulak tersebut. Faktor yang membuat
masyarakat tetap memberikan kopinya dibeli tengkulak yang sama karena adanya
keluarga seperti hubungan marga.
Perkembangan pertanian kopi membawa pengaruh terhadap ekonomi
tengkulak. Mereka memperoleh untung dari penjualan kopi ke pedagang besar. Selain
itu sebagian besar tengkulak di Desa Parlombuan juga menanam kopi. Sehingga
tengkulak dapat memperoleh keuntungan yang memuaskan dari hasil pertanian kopi
dan usaha pengumpul kopi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal uang muka dalam tata niaga kopi berlaku ketentuan-ketentuan
tidak tertulis sebagai berikut:
1. Petani kecil apabila membutuhkan uang muka untuk menutup kebutuhankebutuhan mendadak, maka tengkulak dapat memberi uang muka untuk
menjamin usahanya.
2. Uang muka yang diterima/diberikan dengan jaminan penjualan kopi, atas
persetujuan kedua belah pihak.
3. Perjanjian uang muka tidak tertulis, tanpa sanksi, hanya atas dasar
kepercayaan antara kedua belah pihak sesuai dengan adat kehidupan desa.
Biasanya tengkulak berasal dari desa tersebut dan merupakan suku Batak
Toba.
4. Tidak ada ketentuan yang rumit tentang bunga uang muka. Namun apabila
petani sudah panen maka ia harus menjual hasil panen kopi kepada
tengkulak yang telah memberikan uang muka tersebut.
Transaksi penjualan kopi antara petani dan tengkulak sederhana. Kopi yang
sudah digiling kemudian dibersihkan dan dijemur di halaman rumah. Transaksi
berlangsung di depan rumah petani kopi. Transaksi seperti ini lebih mudah bagi
petani kopi karena apabila dijual ke onan dapat menghabiskan waktu dan tenaga,
sementara harganya pun tetap sama dengan harga jual di desa.
Petani kopi mempercayakan harga kepada tengkulak karena petani juga
memikirkan konsekuensi yang diterima oleh tengkulak apabila kualitas kopi yang
dijual kurang baik. Tengkulak menerima kopi setengah jadi tanpa uji kualitas, karena
telah terjalin kepercayaan. Kualitas kopi menentukan kepuasan pedagang besar,
Universitas Sumatera Utara
semakin bagus kopinya maka akan semakin mahal harganya. Petani tidak memiliki
pengetahuan yang luas untuk memahami kualitas kopi yang sebenarnya. Bagi petani
yang terpenting adalah kopi pasti laku dijual kepada tengkulak. Masalah kualitas kopi
yang kurang baik merupakan tanggungjawab pedagang besar.
Tahap berikutnya dalam transaksi penjualan kopi adalah antara tengkulak dan
pedagang besar. Tengkulak yang mengumpulkan kopi dari satu desa, sedangkan
pedagang besar biasanya tidak hanya membeli kopi dari satu desa saja, melainkan
dari beberapa desa atau dari setiap desa penghasil kopi, tergantung dari
kemampuannya. Pedagang besar mengumpulkan hasil pertanian kopi dari tiap desa
melalui tengkulak.
Pengumpulan kopi oleh pedagang besar kepada para tengkulak di setiap desa
adalah dalam waktu seminggu sekali. Transaksi terjadi hanya seminggu sekali karena
masyarakat petani harus mengumpulkan lebih dahulu panen kopinya hingga pada
akhir pekan dijual. Jadi pedagang besar membuat kesepakatan dengan tengkulak
dalam transaksi jual beli.
Pembeli besar mengirim mobil angkut mengambil kopi yang telah de desadesa mengambil kopi yang telah disiapkan dalam karung, yang sebelumnya sudah
ditimbang. Kopi yang telah dikumpulkan dari tiap-tiap desa kemudian dikirim ke
Tarutung. Setelah pedagang besar mengumpulkan kopi dari tiap-tiap desa maka kopi
yang sudah ditimbang diserahkan kepada eksportir untuk di eksport ke luar negeri.
Biasanya eksportir mengumpulkan hasil kopi dalam skala besar karena dikumpulkan
dari beberapa pedagang besar. Dalam tataniaga perdagangan kopi, masyarakat desa
tidak memahami peranan eksportir dalam perdagangan kopi.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Tantangan Dan Hambatan Dalam Perkembangan Kopi
Pertanian kopi semakin berkembang di Desa Parlombuan. Hal ini membuat
desa lainnya di Kecamatan Pangaribuan menjadi semakin tertarik untuk menanam
kopi sigarar utang. Penanaman kopi semakin meningkat setiap tahunnya. Masyarakat
Desa Parlombuan berlomba-lomba menanam kopi. Seiring dengan perkembangan
pertanian kopi muncul ide masyarakat untuk melakukan usaha mengumpulkan hasil
pertanian kopi untuk mempermudah masyarakat memasarkan hasil panen mereka,
orang-orang ini disebut tengkulak, dalam bahasa Batak Toba disebut juga panahil
kopi. Jadi pertanian kopi membawa pengaru positif bagi masyarakat Desa
Parlombuan.
Akan tetapi dalam perkembangannya, pertanian kopi mengalami tantangan
dan hambatan. Penanaman kopi di Desa Parlombuan membawa pengaruh bagi
persediaan lahan. Peningkatan pertanian kopi berkaitan dengan pemakaian lahan.
Perkembangan pertanian kopi meningkatkan pemakaian lahan karena petani
membutuhkan lahan untuk menanam tanaman kopi. Hal ini mengakibatkan
persediaan lahan semakin menurun sedangkan permintaan meningkat sehingga terjadi
peningkatan harga tanah. Bahkan lahan adaran yang dahulu tidak memiliki nilai,
menjadi berharga.
Tantangan lain yang sering dihadapi oleh masyarakat dalam perkembangan
pertanian kopi adalah kurangnya keterampilan masyarakat dalam menjaga kualitas
kopi serta minimnya pengetahuan petani tentang teknik pertanian kopi. Pertanian
kopi mengalami tantangan dalam kualitas biji kopi. Kopi bagi masyarakat Desa
Parlombuan merupakan komoditas penting, akan tetapi masyarakat tidak memiliki
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dalam meningkatkan kualitas kopi. Kualitas kopi dapat dilihat dari
proses pemanenan, pengilingan, hingga pengeringan kopi.
Proses tersebut dilakukan oleh petani dengan memanfaatkan tenaga keluarga,
sebagian petani menggunakan jasa tenaga kerja dengan sistem upahan (gajian).
Setiap proses ini dilakukan dengan pengetahuan seadanya tanpa adanya pengawasan
serta pengarahan. Hal ini membawa pengaruh bagi kualitas kopi. Kopi yang
dihasilkan akan berbeda-beda kualitasnya, prosesnya sama namun hasil berbeda. Hal
ini dapat terjadi ketika penggilingan kopi dan pembersihannya.
Proses penggilingan kopi terkadang tidak sempurna sehingga sebagian ampas
kopi tercampur dengan biji kopi yang sudah digiling. Bagi sebagian masyarakat
ampas tersebut tidak dipisahkan dari biji kopi. Kopi langsung dijemur setelah dicuci
dengan air. Masalah yang sering terjadi pada saat membersihkan biji kopi dengan air
terkadang masyarakat kurang memperhatikannya kebersihannya. Seharusnya kopi
harus dibersihkan dengan teliti, sehingga biji kopi terpisah dari lendir yang melekat
pada biji.
Kebersihan kopi dapat terlihat dari warna kopi setelah dijemur. Apabila kopi
kurang bersih warnanya kecoklatan, sedangkan kopi bersih warna putih. Dalam
pengeringan kopi juga tidak boleh terlalu lama dan sebaliknya juga tidak boleh terlalu
cepat, karena mempengaruhi kualitas biji kopi. Kopi tersebut sampai ke tangan
tengkulak dengan harga yang telah ditetapkan tanpa ada uji kualitas kopi.
Padahal hal tersebut sangat perlu diperhatikan dalam pertanian kopi, karena
sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi kopi. Masyarakat melakukan
penanaman dan perawatan kopi berdasarkan pengalaman yang mereka miliki
Universitas Sumatera Utara
sehingga pertanian kopi kurang berkembang. Sehingga muncul berbagai masalah
dalam perkembangan kopi.
Pada
tahun
2000
pertanian
kopi
mengalami
gangguan
dalam
perkembangannya karena kopi yang masih mentah mengalami pembusukan sebelum
dipanen sehingga petani kopi tidak memperoleh hasil panen yang maksimal. Kopi
diserang oleh hama yang disebut stephanoderes coffeae atau lebih dikenal sebagai
broca insect. Broca adalah kumbang (beetle) yang masuk dalam biji kopi dan
memakan biji tersebut sampai tidak bisa diolah. Hal ini dapat menurunkan hasil
panen hingga 60%. 34 Penggunaan pupuk yang tidak tepat menurunkan produktivitas
tanaman kopi.
Masalah lainnya yang dihadapi petani adalah angin kencang (alogo) yang
menimbulkan masalah gugurnya bunga kopi sebelum menjadi buah kopi. Hal ini
mempengaruhi produktivitas kopi, karena mengurangi buah kopi. Masyarakat tidak
mengetahui cara untuk mengatasinya. Sehingga setiap musim kemarau, bunga kopi
ditiup alogo, mereka hanya pasrah dan berharap bunga kopi yang masih tersisa
menjadi buah kopi.
Selain itu masyarakat mengalami tantangan mengenai issu manfaat kopi
sigarar utang. Seiring dengan perkembangan pertanian kopi di Desa Parlombuan
muncul issuyang mengatakan bahwa kopi tersebut tidak dapat dikonsumsi oleh
manusia. Akan tetapi biji kopi dipakai sebagai bahan dasar pembuatan mesiu yang
digunakan sebagai alat perang. Issu tersebut meresahkan masyarakat Desa
Parlombuan.
34
James J. Spillane, op. cit,hlm. 141.
Universitas Sumatera Utara
Pemberitaan tersebut berlangsung lama di Desa Parlombuan dan masyarakat
tidak mengetahui sumber berita. Sementara issu tersebut tidak dapat dibuktikan,
masyarakat yang mendengar informasi tersebut menerimanya sebagai suatu
pernyataan yang benar. Peristiwa setelah adanya berita tersebut menimbulkan harga
kopi mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai pertanian kopi sigarar utang.
Pengaruh issu tersebut berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat
mengenai kopi sigarar utang sehingga tidak ada masyarakat di Desa Parlombuan
yang membuka usaha bubuk kopi sigarar utang karena masyarakat tidak tahu
bahwa kopi ini bisa dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan bubuk kopi
masyarakat membeli bubuk kopi robusta yang dijual dipasaran. Padahal pada
kenyataannya kopi sigarar utang merupakan kopi terbaik dibandingkan jenis kopi
lainnya hal ini dapat diuji dari kualitas, cita rasa, serta harga yang relatif lebih tinggi
dibandingkan kopi lainnya. Tentunya untuk memperoleh produksi yang maksimal
harus melakukan perawatan yang intensif. 35
3.2.4 Teknik Pertanian Kopi
Pertanian kopi semakin meningkat di Desa Parlombuan. Seiring dengan
perkembangan kopi, masyarakat mengalami kesulitan menghadapi masalah dalam
pertanian kopi. Hal tersebut membuat masyarakat mencari cara untuk meningkatkan
pertanian kopi. Salah satunya adalah dengan meningkatkan teknik pertanian kopi.
35
Ibid., hlm. 17.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kopi tumbuh dengan baik di Desa Parlombuan. Meskipun demikian,
tanaman kopi membutuhkan teknik pertanian untuk meningkatkan produktivitas kopi.
Karena masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang teknik pertanian kopi dengan
baik. Bagi masyarakat penanaman kopi dan perawatan dengan menggunakan kompos
sudah cukup baik. Tanaman kopi tetap berproduksi meskipun tidak menggunakan
pupuk kimia. Akan tetapi hal ini tidak cukup untuk memperoleh hasil pertanian yang
maksimal.
Masyarakat menghadapi masalah tanaman kopi karena dalam jangka waktu 8
tahun kopi mengalami penurunan produksi yang dapat berlangsung secara perlahan.
Hal ini karena didorong oleh faktor tanaman kopi semakin tua yang menimbulkan
penurunan produktivitas kopi. Tanaman kopi sudah tua serta munculnya penyakit
pada tanaman kopi mengakibatkan penurunan produksi. Hal ini menimbulkan
kekuatiran bagi petani kopi sehingga masyarakat mencari tahu cara untuk
mempertahankan tanaman kopi. Untuk itulah, masyarakat perlu menerapkan teknik
budidaya yang benar, baik sistem penanaman, pemangkasan, pemupukan,
pengendalian hama, penyakit tanaman, pengaturan naungan.
Dalam penanaman kopi masyarakat perlu menerapkan teknik. Petani
menyadari pentingnya teknik dalam pertanian kopi. Tidak hanya itu saja, petani juga
menyadari pentingnya pupuk kimia pada tanaman kopi karena itulah masyarakat
memanfaatkan hasil penjualan kopi untuk membeli pupuk. Dalam pemupukan
tanaman, masyarakat Desa Parlombuan menggunakan pupuk kompos dan pupuk
kimia. Masyarakat mengunakan pupuk kimia untuk meningkatkan produktivitas kopi
Universitas Sumatera Utara
serta mengindari masalah pada tanaman kopi seperti masalah pada buah kopi yang
busuk sebelum dipanen.
Selain
itu
permasalahan
yang
sering
dihadapi
masyarakat
adalah
pengendalian hama dan pengaturan tanaman pelindung. Masyarakat kurang
memahami pentingnya tanaman pelindung dalam pertanian kopi. Penambahan
tanaman pelindung pada pertanian kopi berfungsi untuk mengatur intensitas sinar
matahari, karena kopi tanpa tanaman pelindung membuat penyinaran tidak teratur
sehingga tanaman terlalu cepat berbuah, tetapi produksinya sedikit dan cepat
menurun. Oleh sebab itu, masyarakat Desa Parlombuan menempatkan tanaman
pelindung pada tanaman kopi untuk mengatur intensitas sinar matahari sesuai yang
diinginkan. Contoh tanaman pelindung adalah lamtoro dan petai cina.
Tanaman pelindung membawa pengaruh yang baik terhadap pertanian kopi di
Desa Parlombuan. Tanaman ini sangat berpengaruh pada produktivitas kopi karena
mencegah kerusakan pada kopi. Tanaman pelindung juga menghindarkan biji kopi
yang sudah siap panen dimakan oleh musang atau hewan lainnya. Selain bermanfaat
sebagai pengatur sinar matahari. Pohon pelindung juga memiliki kegunaan untuk
menyuburkan tanah, karena pohon pelindung menghasilkan bahan organik berupa
daun-daun yang dapat menyuburkan tanah. Manfaat lainnya adalah daun tanaman
pelindung dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai makanan ternak dan kayunya bisa
dipakai sebagai bahan bakar.
Teknik pertanian yang sering dilupakan oleh petani kopi adalah pemangkasan.
Pemangksan kopi sangat penting dalam memperbaiki batang dan daun kopi yang
sudah tua sehingga kopi mengalami penurunan produksi. Melalui pemangkasan
Universitas Sumatera Utara
batang dan daun kopi akan memperbaiki diri dan akan meningkatkan produksi kopi.
Selain itu dapat membuang semua cabang tua yang kurang produktif atau terkena
hama, sehingga zat-zat hara dapat disalurkan kepada cabang-cabang muda yang lebih
produktif. Dengan demikian bisa diharapkan produksi optimal dan kontinu. 36
Tanaman kopi kalau dibiarkan saja dari kecil hingga besar akan mencapai 710 m, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan dan pemungutan hasil. Di sampingitu
produksinya pun akan kurang. Oleh karena itu pemangkasan adalah salah satu cara di
dalam rangka pemeliharaan tanaman kopi yang sangat perlu dilaksanakan. 37
Awalnya masyarakat Desa Parlombuan tidak menyadari pentingnya
pemangkasan dalam pertanian kopi. Hal ini membuat produktivitas tanaman kopi
kurang optimal. Setelah masyarakat menyadari pentingnya pemangkasan pada
tanaman kopi. Masyarakat pun menerapkannya sehingga produksi pertanian kopi
menagalami peningkatan. Pemangkasan juga memudahkan masyarakat untuk
memetik kopi. Sedangkan dalam mengurangi semak belukar (ramba-ramba)
masyarakat menambahkan tanaman tumpang sari.
Penambahan tanaman tumpang sari salah satu teknik pertanian yang baik.
Selain mengurangi hama, hal ini juga mengguntungkan petani karena petani dapat
menikmati hasil tanaman tumpang dan tanaman kopi pada lahan yang sama. Tanaman
tumpang sari yang sering ditanam oleh masyarakat antara lain: singkong, cabai,
sayur, bawang batak. Tanaman singkong biasanya ditanam di pinggir lahan supaya
pemanenannya tidak merusak akar tanaman kopi. Sedangkan tanaman lainnya dapat
36
37
Wawancara, dengan J. Sibarani, pada tanggal 20 April 2016, Kantor Camat Pangaribuan.
Aak, op. cit, hlm. 89.
Universitas Sumatera Utara
ditanam ditengah tanaman kopi karena kopi memiliki jarak yang dapat ditanami
dengan tanaman lainnya sehingga tidak mengganggu akar tanaman kopi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENGARUH PERTANIAN KOPI DI DESA PARLOMBUAN
KECAMATAN PANGARIBUAN
4.1 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Masyarakat Desa Parlombuan menggantungkan kehidupan ekonomi pada
pertanian. Tanaman kemenyan (haminjon) menjadi komoditas utama masyarakat
setelah padi dan palawija. Pertanian menjadi sumber penghasilan masyarakat.
Apabila mereka mengerjakan lahan dan memperoleh hasil panen dengan baik, maka
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti: gagal panen, serangan hama, dan penyakit tanaman
yang dapat mempengaruhi hasil panen, maka masyarakat akan mengalami kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pertanian kemenyan (haminjon) merupakan komoditas utama masyarakat
Desa Parlombuan. Akan tetapi masyarakat tidak mengetahui secara jelas masuknya
tanaman ini. Kemenyan (haminjon) ditanam oleh nenek moyang yang digunakan
sebagai obat dan kegiatan sakral. Seiring perkembangan zaman, setelah masyarakat
mengetahui bahwa tanaman ini dapat diperjualbelikan. Mereka pun menjual
kemenyan untuk menopang ekonomi. Selama puluhan tahun kemenyan menjadi
komoditas utama di Desa Parlombuan.
Pada tahun 1990 tanaman kemenyan mengalami penurunan harga dan
produksi kemenyan semakin menurun. Pertanian padi hanya mencukupi kebutuhan
pangan sehari-hari saja karena sebagian masyarakat terikat dengan kontrak dengan
Universitas Sumatera Utara
tuan tanah dengan sistem bagi hasil (mamolap inang). Hal ini menimbulkan masalah
bagi kehidupan ekonomi masyarakat karena untuk memenuhi kebutuhan mereka
harus meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Pada tahun 1993 pertanian kopi mulai diperkenalkan kepada masyarakat Desa
Parlombuan. Meskipun masyarakat menanam kopi, tanaman padi dan palawija tetap
dipertahankan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Masuknya pertanian kopi
membawa pengaruh positif bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Harga kopi yang
tinggi dan perawatan yang tidak terlalu rumit merupakan kelebihan tanaman kopi
apabila dibandingkan dengan pertanian kemenyan (haminjon) yang berproduksi 2 kali
dalam setahun, sedangkan kopi dapat dipanen 1 kali seminggu, sehingga dapat
meringankan beban ekonomi masyarakat.
Kopi sigarar utang menjadi komoditas utama di Desa Parlombuan. Setiap
rumah tangga memanfaatkan lahan mereka untuk menanam kopi. Awalnya ditanam
di pekarangan rumah. Akan tetapi seiring dengan perkembangannya masyarakat
membuka lahan-lahan baru untuk menanam kopi, sehingga pertanian kopi tersebar di
Desa Parlombuan. Meskipun sebagian besar masyarakat di Desa Parlombuan
pertanian adalah sumber mata pencaharian. Akan tetapi bagi sebagian kecil
masyarakat, bertani merupakan pekerjaan sampingan bagi mereka yang bekerja
sebagai buruh dan PNS karena pertanian kopi yang tidak rumit, sehingga dijadikan
sebagai pekerjaan sampingan. Biasanya mereka bekerja pada waktu senggang atau
setelah pulang dari tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kopi tumbuh dengan baik di Desa Parlombuan. Hal ini menjadi
faktor yang mendorong masyarakat menanam kopi. Masyarakat Parlombuan
berlomba-lomba memperluas lahan untuk menanam kopi, sehingga pertanian kopi
meningkat setiap tahunnya. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap pemakaian
lahan. Tanah menjadi aset yang penting bagi masyarakat karena dapat dimanfaatkan
untuk menanam kopi.
TABEL
PERHITUNGAN RATA-RATA PENDAPATAN PER TAHUN
DENGAN LUAS LAHAN 1 HEKTARE (Ha)
I
Perkiraan Biaya dan Produksi
Harga Satuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
Rp. 15.000
Rp. 425.700.000
Penerimaan Petani Kopi
I
Produksi Kopi
1 ha = 28,38
= 28,380 Kg
Universitas Sumatera Utara
Biaya Perawatan dan Upah Buruh
1.
Perawatan
Pupuk Urea, Kompos (45
Kg)
Obat Daun (25 Kg)
Rp. 15.000
Rp. 675.000
Rp. 16.000
Rp. 375.000
Rp. 15.000
Rp. 400.000
Obat Buah (25 Kg)
2.
Biaya Produksi
3.
Upah Buruh (10 orang x 48 minggu)
4.
Total Biaya Pengeluaran
Rp. 100.000
Rp. 30.000
Rp. 14.400.000
Rp. 15.950.000
(Sumber: wawancara dengan Tiarma Tambunan, Risma Pakpahan, Jaspar Gultom,
Leonardo Gultom, Torang Simatupang, Sibarani, Maradong Pakpahan).
Dari tabel tersebut dapat dihitung bahwa pendapatan petani kopi per tahun
dengan luas lahan 1 ha adalah :
= Produksi Kopi – Biaya Perawatan dan Produksi
= Rp. 425.700.000 – Rp. 15.950.000
= Rp. 409.750.000.
Pendapatan petani kopi per tahun dengan luas lahan 1 ha adalah sekitar
Rp.409.750.000. Tetapi tidak semua petani kopi di Desa Parlombuan memiliki luas
lahan 1 ha. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani sekitar 3 rantai atau lebih (1 ha =
25 rantai) bahkan ada juga yang memiliki luas lahan dibawah luas lahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga pendapatan petani kopi apabila dihitung per rantai dalam setahun
adalah sekitar :
= Rp. 409.750.000/25 rantai
=Rp. 16.390.000.
Pada tahun 1998 saat terjadi krisis moneter di Indonesia, masyarakat
Parlombuan tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya, karena kopi berproduksi
dengan baik. Perkembangan tersebut membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat
dari segi sosial ekonomi dan sosial budaya.
4.1.1 Nilai Tanah
Alam sebagai anugerah bagi masyarakat petani, tanah, hujan, sinar matahari
merupakan unsur-unsur alam yang mempengaruhi kehidupan masyarakat petani,
dalam hal ini tanah merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi
masyarakat desa. 38
Keberadaan tanah bagi petani, selain bernilai ekonomis, juga sebagai sumber
kehidupan. 39 Tanah merupakan modal yang penting bagi petani karena pertanian
merupakan sumber mata pencaharian masyarakat. Masuknya pertanian kopi sigarar
utang di Desa Parlombuan berdampak bagi nilai tanah. Sebelum masuknya pertanian
kopi di Desa Parlombuan, tanah merupakan milik bersama sebagai warisan yang
diusahakan oleh masyarakat desa tanpa adanya kepemilikan pribadi secara hukum.
38
39
Greg, Soetomo, Kekalahan Manusia Petani, Yogyakarta: Penerbit Kasinius, 1997, hlm. 14.
Mustain, Petani Vs Negara, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007. hlm 13.
Universitas Sumatera Utara
Apabila masyarakat ingin bertani, maka mereka diberikan kebebasan untuk
mengerjakan lahan yang belum diusahakan orang lain. Dengan demikian tanah dapat
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh orang yang telah mengusahakan tanah.
Masalah kepemilikan tanah, masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam
pembagiannya.
Pemanfaatan lahan di Desa Parlombuan tidak signifikan. Adapun lahan tidak
ditanami dengan tanaman yang memberikan hasil bagi masyarakat. Lahan tidur
(adaran) dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat menggembalakan kerbau dan
lembu. Pemanfaatan adaran masih terbatas, karena itulah lahan tersebut
dimanfaatkan
masyarakat
yang
memiliki
ternak
untuk
menggembalakan
ternaknya.Hal ini terjadi karena masyarakat belum mengetahui harga tanah. Akan
tetapi pada tahun 1993 pertanian kopi diperkenalkan kepada masyarakat Desa
Parlombuan yang berkembang menjadi komoditas utama. Masyarakat melihat
keuntungan pertanian kopi akhirnya tertarik menanam kopi, sehingga pertanian kopi
semakin meningkat.
Pembukaan lahan untuk menanam tanaman kopi sigarar utang semakin
meningkat yang mengakibatkan lahan tidur semakin menurun. Kepemilikan bersama
(komunal) atas tanah telah mengalami perubahan. Masyarakat yang telah mengelola
tanah kepemilikan bersama mempertahankan tanah tersebut menjadi miliknya. Bagi
masyarakat Desa Parlombuan tanah yang dahulu tidak berharga, menjadi aset yang
sangat penting.
Sebelum tahun 1995 tanah sudah diperjualbelikan oleh masyarakat, Akan
tetapi harga tanah tidak memuaskan. Transaksi jual beli tanah dilakukan antar
Universitas Sumatera Utara
keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kesepakatan harga
tanah yang disepakati secara kekeluargaan. Akan tetapi pada tahun 1995 sistem
tersebut sudah jarang terjadi, karena lahan yang dibutuhkan untuk pertanian kopi
semakin meningkat. Masyarakat mengadakan kesepakatan atas kepemilikan tanah
secara hukum. Perbedaan tampak jelas dalam kehidupan masyarakat setelah tanah
memiliki nilai. Untuk memperoleh tanah dengan luas 1 ha dibayar senilai
Rp.200.000. Setiap tahunnya harga tanah mengalami kenaikan 10%.
4.1.2 Pembangunan Fasilitas Pribadi dan Umum
Meningkatnya perekonomian masyarakat berpengaruh bagi pembangunan
fasilitas. Pembangunan fasilitas pribadi dan umum dalam masyarakat antara lain:
a. Rumah
Pengaruh positif pertanian kopi bagi perekonomian masyarakat Desa
Parlombuan terlihat dari bangunan rumah penduduk. Sebelumnya penduduk memiliki
rumah yang terbuat dari papan atau bambu dan sebagian rumah masyarakat berlantai
tanah. Sebagian masyarakat membangun rumah karena bantuan dari anak-anak
mereka yang sudah bekerja atau merantau.
Akan tetapi setelah pendapatan masyarakat Desa Parlombuan meningkat,
pembanguan rumah pun mengalami peningkatan. Rumah yang terbuat dari papan
diperbaharui (dirombak) menjadi rumah berbahan beton dan semi beton. Setelah
masuknya pertanian kopi di Desa Parlombuan jarang rumah masyarakat yang
berlantai tanah dan rumah yang terbuat dari bambu.
Universitas Sumatera Utara
b. Gereja
Gereja merupakan fasilitas penting bagi masyarakat karena mayoritas
masyarakat Desa Parlombuan memeluk Agama Kristen. Kebutuhan masyarakat
terhadap fasilitas beribadah semakin meningkat, seiring dengan per
PERTANIAN KOPI DI DESA PARLOMBUAN DAN
PERKEMBANGANNYA
3.1. Awal Penanaman Kopi Di Desa Parlombuan
3.1.1 Latar Belakang Penanaman Kopi
Desa Parlombuan merupakan daerah agraris yang mayoritas penduduknya
menggantungkan hidup dari pertanian. Di Desa Parlombuan terdapat beberapa
komoditas pertanian yang bernilai ekonomis untuk dikembangkan. Pengembangan
komoditas pertanian dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah
satu komoditas pertanian yang dikembangkan adalah tanaman kemenyan (haminjon).
Awal pertanian kopi di Kecamatan Pangaribuan pada tahun 1974. Kopi yang
pertama sekali diperkenalkan adalah kopi robusta. Akan tetapi pertanian kopi robusta
kurang berkembang pada saat itu. Kopi tersebut ditanam hanya oleh sebagian kecil
masyarakat karena pertanian kemenyan masih dianggap memberikan keuntungan
yang lebih besar daripada pertanian kopi robusta. Naiknya harga kemenyan
(haminjon) membuat masyarakatmenjadikan kemenyan (haminjon) sebagai sumber
mata pencaharian mereka.
Desa Parlombuan menjadi salah satu daerah penghasil kemenyan di Tapanuli.
Sebelum tahun 1990 daerah Tapanuli merupakan salah satu daerah penghasil
kemenyan terbesar di Indonesia dengan kualitas yang baik. Hal ini membuat sebagian
besar masyarakat Desa Parlombuan semakin giat dalam merawat tanaman kemenyan.
Universitas Sumatera Utara
Selain tanaman kemenyan, tanaman padi sudah sejak lama dikenal oleh
masyarakat Desa Parlombuan sebagai tanaman wajib. Masyarakat menanam padi
untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Tanaman padi ditanam di sawah
(hauma) dan di ladang (ordang), sedangkan tanaman kemenyan ditanam di hutan.
Tanaman pangan biasanya tumpangsari dengan tanaman palawija, karena menurut
Van Der Meulen tanaman pangan dengan tumpangsari dan bergiliran di atas tanah
kering, dapat mempertahankan tingkat kesuburan tanah pada jangka panjang dan
menghindari erosi. 21
Masyarakat Desa Parlombuan menanam tanaman palawija sebagai tanaman
tumpang sari. Tanaman padi dan palawija merupakan tanaman pangan untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Hasil tanaman kemenyan digunakan untuk mencukupi
biaya pendidikan, biaya berobat dan kebutuhan untuk rumah tangga seadanya.
Akan tetapi pada tahun 1990 pertanian kemenyan mengalami penurunan.
Terjadinya penurunan karena kemenyan mengalami penurunan harga hingga 80%.
Selain itu juga terjadi penurunan produksi getah kemenyan karena tanaman
kemenyan sudah tua. Hal ini membawa dampak negatif bagi perekonomian
masyarakat Desa Parlombuan. Sebagian besar masyarakat tidak dapat menopang
kehidupan ekonomi dengan baik. Bahkan untuk memenuhi biaya pendidikan dan
kebutuhan pokok, mereka harus meminjam uang kepada pedagang besar, menunggu
hasil kemenyan membuahkan hasil.
Meskipun tanaman kemenyan sudah mengalami penurunan pada tahun 1990,
masyarakat tetap mempertahankannya.Masyarakat memiliki prinsip bahwa tanaman
21
Sajoyo, Ekologi Pedesaan, Jakarta: Rajawali Pers, 1987, hlm. VII.
Universitas Sumatera Utara
yang ditanam oleh nenek moyang adalah suatu warisan yang perlu dipertahankan,
sehingga masyarakat tidak meninggalkan tanaman yang lama. 22 Prinsip ini membuat
masyarakat Desa Parlombuan merasa enggan untuk meninggalkan pertanian
kemenyan. Masyarakat hanya dapat menunggu karena tanaman kemenyan tak
kunjung membaik, segala cara telah dilakukan, yakni perawatan dan pemupukan.
Usaha petani mengeluarkan biaya untuk merawat tanaman kemenyan, tidak dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan petani di Desa Parlombuan. Pada saat
mundurnya perekonomian masyarakat mulailah dikenal pertanian kopi arabika.
Pada tahun 1993 merupakan penanaman kopi arabika di Desa Parlombuan.
Diawali dengan kedatangan bibit tanaman kopi yang diperoleh dari Kecamatan
Pangaribuan. Bibit ini kemudian dibagikan kepada 19 desa yang ada di Kecamatan
Pangaribuan yakni: Desa Pakpahan, Parsibarungan, Batu Manumpak, Batu Nadua,
Rahut Bosi, Sibingke, Harianja, Lumban Sinaga simatupang, Lumban Sormin,
Najumambe, Padang Parsadaan, Parlombuan, Parratusan, Parsorminan I, Purba Tua,
Sampagul, Silantom, Sigotom, Pansur Natolu, Rahut Bosi. Pembagian bibit kopi ini
dilaksanakan secara serentak dan diberikan langsung kepada setiap desa untuk
dibudidayakan. Desa Parlombuan merupakan desa yang pertama sekali melakukan
penanaman bibit tanaman kopi arabika.
Penanaman kopi arabika di Desa Parlombuan diperkenalkan pertama sekali
oleh Januar Hulman. Beliau diberikan wewenang oleh Camat Kecamatan
Pangaribuan melalui kelompok tani yang berjumlah 25 orang untuk membagikan
bibit tanaman kepada masyarakat Desa Parlombuan. Pembudidayaan kopi ini
22
Wawancara, dengan J. Sibarani, pada tanggal 20 April 2016, Kantor Camat Pangaribuan.
Universitas Sumatera Utara
didukung oleh pemerintah untuk biaya pembibitan, pengolahan, pelubangan, biaya
kompos, yang didukung oleh pemerintah.
Pada awalnya masyarakat merasa ragu. Mereka enggan mengambil resiko.
Mereka kuatir tanaman kopi arabika tidak memberikan dampak yang signifikan bagi
perubahan ekonomi masyarakat. Dalam mendukung program tersebut pemerintah
melakukan penyuluhan dengan mengatakan bahwa kopi arabika dapat berproduksi
selama kurang lebih 2-3 tahun. Akan tetapi masyarakat tidak percaya bahwa kopi
arabika dapat berproduksi secepat itu. Hal ini karena sebelumnya masyarakat
memiliki pengalaman dalam pertanian kopi robusta yang mulai berproduksi dalam
kurun waktu 8 tahun.
Pada tahun 1993 Pemerintah Pangaribuan mencoba membantu masyarakat
dengan memperkenalkan program pertanian kopi arabikadengan sistem intensifikasi
pertanian. Hal ini dilakukan dengan penyuluhan, penelitian, dan pencarian bibit
unggul. Dengan menggunakan bibit unggul hasil pertanian diharapkan dapat
meningkat.Melalui program tersebut, pemerintah mengharapkan adanya kemajuan
dalam perekonomian masyarakat desa. 23
Percobaan penanaman dimulai oleh kelompok tani. Akan tetapi sebagian
diantaranya masih tetap mempertahankan tanaman kemenyan. Tanaman kopi hanya
sebagai tanaman percobaan. Januar Hulman menjadikan tanaman kopi arabikabukan
hanya sebagai komoditas tambahan, tetapi dijadikan sebagai komoditas utama.
Melalui bantuan dari pemerintah, beliau mengganti seluruh tanaman kemenyan
miliknya dengan tanaman kopi arabika.
23
Sajogyo, op. cit. hlm. 99.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun pada awalnya masyarakat masih ragu untuk menanam kopi arabika,
tetapi melihat pertanian yang dilakukan oleh Januar Hulman menarik perhatian
masyarakat Desa Parlombuan. Awal penanaman kopi dimulai dari pekarangan rumah.
Akan tetapi melihat perkembangannya, masyarakat membuka lahan baru untuk
menanam kopi. Akhirnya pertanian kopi semakin berkembang di Desa Parlombuan.
Masyarakat menyebutnya sigarar utang karena kopi ini dianggap dapat mengurangi
beban hidup masyarakat. Kata sigarar utang dalam bahasa Batak Toba merupakan
sebutan untuk kopi yang dianggap membawa keuntungan besar karena dalam kurun
waktu 2,5-3 tahun sudah berproduksi yang mampu menutupi hutang. Alasan inilah
masyarakat menyebutnya kopi sigarar utang (pembayar hutang).
Bibit kopi sigarar utang sebenarnya sudah dikenal di luar negeri. Kopi ini
disebut dengan lintong coffee. Kopiini cocok tumbuh di daerah tropis. Kopi tersebut
pertama sekali dirintis pembudidayaannya pada awal tahun 1980-an di Lintong
Nihuta,
sebuah
desa
di
Humbang
Hasundutan
yang
berbatasan
dengan
Siborongborong Tapanuli Utara. Kopi ini memiliki ukuran yang pendek, karena
itulah masyarakat sering menyebutnya kopi ateng. Anak kecil pun bisa memetiknya.
Kopi ini memiliki tinggi maksimal 2 m dan jari-jari percabangan 1,5 m.
Akan tetapi hingga saat ini belum diketahui dengan pasti kapan tanaman kopi
ini mulai dikenal. Menurut catatan sejarah, tanaman ini mulai dikenal di benua
Afrika, tepatnya di Etiopia. Pada mulanya, tanaman kopi belum dibudidayakan secara
Universitas Sumatera Utara
sempurna oleh penduduk, melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran
tinggi. 24
Pada mulanya penyebaran kopi ke berbagai wilayah cukup lambat. Hal ini
karena pada waktu itu minuman kopi hanya dikenal sebagai minuman berkhasiat,
menyegarkan badan, terbuat dari cairan daun dan buah segar yang diseduh dengan air
panas. Akan tetapi sejak ditemukan cara pengolahan kopi yang lebih baik, kopi
semakin dikenal oleh masyarakat. Selain berkhasiat, minuman kopi juga beraroma
harum khas dan rasanya nikmat. Dengan demikian, kopi pun menjadi terkenal hingga
tersebar ke berbagi daerah di negara Eropa.
Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama sekali oleh VOC antara
tahun 1696-1699. Awalnya penanaman kopi hanya bersifat uji coba (penelitian).
Akan tetapi, karena hasilnya memuaskan dan dipandang cukup menguntungkan
sebagi komoditas perdagagan, maka VOC menyebarkan bibit ke berbagai daerah agar
penduduk dapat menanamnya. 25
Adapun perbedaan tanaman kopi sigarar utang dengan tanaman kemenyan
(haminjon) sebagai berikut:
Tanaman kopi sigarar utang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
•
Kopi sigarar utang dalam kurun waktu 2-3 tahun sudah berproduksi
•
Produksi tanaman minimal 2 minggu sekali
•
Perawatan tidak rumit.
24
25
Sri Najiati, Danarti, op. cit, hlm. 1.
Ibid., hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kemenyan (haminjon) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
•
Produksi tanaman kemenyan 2-3 kali dalam setahun
•
Kemenyan berproduksi setelah kurun waktu 8-10 tahun
•
Lahan yang digunakan adalah hutan dan menggunakan tenaga kerja
manusia
•
Penanaman, perawatan, produksi dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki.
Kelebihan yang diperoleh dari tanaman kopi menjadi daya tarik bagi
masyarakat untuk menanam tanaman kopi sigarar utang . Kopi sigarar utang tumbuh
dengan baik pada elevasi 700-1.700 m diatas permukaan laut, cocok dengan Desa
Parlombuan yang berada pada elevansi 1236 m diatas permukaan laut, dengan suhu
sekitar 16-200C, sedangkan derajat keasaman tanah (Ph) 5,5-6,5, jarak tanam yang
ideal yaitu dalam baris 2 m dan antar baris 3 m, mulai berbuah pada umur 20 bulan;
apabila dipelihara intensif, maka pada umur 2-3 tahun, kopi ini akan berproduksi
terus-menerus sepanjang tahun, batas usia produktif cukup panjang yakni 8-9 tahun
tergantung perawatannya. 26
3.1.2 Proses Penanaman Kopi
Kopi merupakan komoditas penting. Hal ini karena bagi petani, kopi bukan
hanya sekedar minuman segar yang berkhasiat, tetapi juga mempunyai arti ekonomi
yang cukup penting. 27 Sudah beberapa abad lamanya, kopi menjadi bahan
perdagangan, karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Dengan
26
Sri Najiati, Danarti, Kopi Budidaya Dan Penanganan Pasca Panen, Jakarta: Penebar
Swadaya, 2006, hlm. 30.
27
Ibid., hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
kata lain, kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran. Badan yang lemah dan
rasa kantuk dapat hilang, setelah minum kopi panas. Orang yang sudah pecandu kopi,
bila tidak meminum kopi rasanya akan capai dan tak dapat berpikir. 28
Tanaman kopi menjadi bahan perdagangan, maka dalam menyukseskan Pelita
ini, perkebunan kopi mendapat kepercayaan dan tugas dari pemerintah untuk
menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor. Sebab dari berbagi penjuru dunia banyak
yang suka minum kopi, tetapi negaranya tidak menghasilkan, sehingga negara
tersebut harus membeli dari negara lain, sehingga tanaman kopi pun meluas. 29
Kopi merupakan salah satu bahan minuman rakyat di seluruh dunia, baik di
negara-negara produsen maupun di negara-negara impor. Dari perbandingan jumlah
produksi dan ekspor-impor kopi seluruh dunia dapat diperoleh gambaran bahwa
sebagian besar hasil kopi dunia diminum di luar wilayah produsen. 30
Bagi masyarakat Tapanuli tanaman ini adalah komoditas andalan karena
itulah nama kopi ini disebut kopi sigarar utang makna dalam bahasa Batak Toba
ialah pembayar hutang, karena sudah berproduksi pada usia 2,5-3 tahun. Sebutan kopi
sigarar utang juga digunakan oleh masyarakat Desa Parlombuan. Karena setelah dua
tahun ditanam kopi sudah berproduksi dan dapat menghasilkan uang untuk membayar
hutang masyarakat. Akan tetapi kopi ini tidak dikonsumsi oleh masyarakat, kopi
tersebut hanya untuk dijual sedangkan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat
membeli bubuk kopi yang dijual di pasar.
28
Aak, op. cit. hlm. 11.
Ibid.,hlm. 13.
30
James J. Spillane, Komoditi Kopi, Peranan dalam perekonomian Indonesia, Yogyakarta:
Kanisius, 1990, hlm. 23.
29
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan pertanian kopi sigarar utang di Desa Parlombuan dimulai
semenjak tahun 1995. Perkembangan tersebut dimulai semenjak penurunan
produktivitas kemenyan, yang mengakibatkan kemunduran pertanian kemenyan.
Masyarakat Desa Parlombuan mengganti komoditas andalan yang sebelumnya
kemenyan menjadi pertanian kopi arabika. Hal ini didorong oleh keadaan ekonomi
masyarakat yang mengalami kemunduran. Masalah ekonomi dihadapi oleh sebagian
besar petani terutama petani kecil. Masyarakat harus meminjam uang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pada tahun 1995 setelah dua tahun penanaman kopi sigarar utang masyarakat
pun tertarik untuk menanam kopi. Tanaman kopi dapat berproduksi pada umur 2,5
tahun. Meskipun tanaman ini memiliki batang yang pendek, akan tetapi cepat berbuah
dan memiliki ukuran buah yang lebih besar daripada kopi robusta. Melihat hal ini
masyarakat menjadi antusias untuk menanam kopi sigarar utang.
Masyarakat Desa Parlombuan meminta bibit kopi dari Januar Hulman, karena
beliau adalah orang pertama yang menanam kopi di Desa Parlombuan sehingga
beliau memiliki lahan kopi yang luas dibandingkan masyarakat lainnya serta
memiliki pengalaman dalam pertanian kopi. Beliau memberikan bibit kopi gratis
kepada masyarakat karena adanya hubungan kekeluargaan. Bibit kopi awalnya yang
diterima oleh Januar Hulman diterima dari pemerintah secara gratis, karena alasan
inilah beliau tidak menetapkan tarif kepada warga yang meminta bibit kopi.
Masyarakat juga dapat memperoleh bibit kopi dari bibit yang tumbuh di
ladang dan hutan. Bibit tersebut tumbuh dengan sendirinya tanpa ada rencana
Universitas Sumatera Utara
penanaman, hal ini terjadi karena buah kopi sudah matang tetapi belum dipanen,
karena kurangnya pengawasan petani maka buah kopi dimakan musang.
Hasil pembuangan (feses) musang jatuh di tanah sehingga tumbuh di
sembarang tempat, seperti di ladang dan hutan yang dekat dengan kebun kopi. Bibit
inilah yang dimanfaatkan masyarakat Desa Parlombuan untuk mengumpulkan bibit
kopi. Bibit yang diperoleh dengan cara demikian biasanya memiliki kualitas bibit
kopi yang bagus. Hal ini terbukti karena bibit tersebut dapat tumbuh tanpa adanya
bantuan manusia dan perawatan yang tepat.
Penanaman kopi di Desa Parlombuan semakin meluas. Awalnya lahan yang
dipergunakan
adalah
pekarangan
rumah
masyarakat.
Akan
tetapi
karena
perkembangan pertanian kopi semakin meningkat, maka pekarangan pun kurang
memadai karena pekarangan masyarakat sudah dipenuhi dengan tanaman kopi.
Sehingga untuk mengatasinya masyarakat membuka lahan yang baru untuk
penanaman kopi. Masyarakat mengolah lahan dengan bantuan teknologi berupa
traktor dan tenaga manusia.
Pembukaan lahan ini dilakukan dalam upaya peningkatan penanaman kopi
sigarar utang. Dengan berkembangnya pertanian kopi, maka pertanian kemenyan
mengalami kemunduran. Sebagian besar masyarakat beralih ke pertanian kopi.
Hanya sebagian kecil masyarakat yang masih merawat tanaman kemenyan. Pertanian
kopi lebih mudah karena jarak lahan pertanian kopi dekat dengan rumah, sedangkan
tanaman kemenyan ada di hutan yang ditempuh dengan perjalanan yang rumit.
Universitas Sumatera Utara
Penanaman
kopi sigarar utang tidak terlalu rumit, yang perlu diketahui
bahwa penanaman tanaman ini sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau
pertengahan bulan November-Desember. Dengan demikian, pada musim kemarau
berikutnya tanaman kopi sudah cukup kuat menahan kekeringan. 31 Penanaman kopi
juga dapat dilakukan pada musim kemarau. Akan tetapi konsekuensinya tanaman
kopi harus rajin disiram agar tidak layu. Dengan demikian, tenaga dan biaya yang
dikeluarkan akan meningkat sehingga kurang menguntungkan.
3.2 Perkembangan Pertanian Kopi
3.2.1 Lahan Pertanian Kopi
Berkembangnya pertanian kopi di Desa Parlombuan pada umumnya karena di
dukung oleh kondisi tanah yang subur dan keadaan iklim yang cocok. Program
pemerintah sangat berpengararuh terhadap pengembangan tanaman kopi sigarar
utang. Selain memberikan penyuluhan, pemerintah juga memberi bibit unggul dan
pupuk. Sedangkan lahan yang dipakai untuk pertanian kopi disediakan sendiri oleh
petani. Untuk itulah masyarakat mengelola lahan tidur untuk menanam kopi.
Adapun luas wilayah Desa Parlombuan 2325 Ha dengan pengunaan tanah menurut
luas wilayah yaitu:
•
Tanah sawah
: 93 Ha
•
Tanah kering
: 1459 Ha ( palawija: 380 ha, kopi: 1079 ha)
•
Bangunan pekarangan
: 88 Ha
31
Sri Najiati, Danarti, op. cit, hlm. 77.
Universitas Sumatera Utara
•
Lainnya
: 685 Ha
(Sumber: BPS Kecamatan Pangaribuan tahun 1995 ).
Perkembangan pertanian kopi mempengaruhi luas lahan, setelah produksi
kopi pada tahun 1995 dan tingginya pasaran kopi dunia, pemakaian lahan mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Lahan tidur (adaran) menjadi penting bagi masyarakat
petani kopi, karena adaran dapat dimanfaatkan untuk pertanian kopi sigarar utang.
Sebelum pertanian kopi diperkenalkan di Desa Parlombuan. Lahan tidur
(adaran) dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat menggembalakan ternak seperti:
kerbau dan lembu. Kegunaan adaran beralih fungsi karena petani kopi membutuhkan
lahan untuk pertanian kopi. Adaran juga di rimba (diolah)menjadi lahan pertanian
kopi, sehingga habitat kerbau dan lembu mengalami pergeseran.
Biasanya masyarakat Desa Parlombuan menggembalakan ternaknya di adaran
berpindah ke sawah (hauma) karena adaran dimanfaatkan oleh petani untuk
menanam kopi sehingga sawah (hauma) menjadi alternatif untuk menggembalakan
ternak. Hal ini menimbulkan konflik antara petani dengan pemilik kerbau, karena
kerbau dan lembu dapat merusak tanaman padi dan mengganggu kenyamanan petani
saat bekerja di sawah.
Masyarakat antusias dalam membuka lahan baru untuk menanam kopi.
Penanaman kopi semakin meningkat sehingga peningkatan luas lahan pertanian
semakin meningkat. Lahan adaran dikerjakan oleh petani kopi menjadi lahan baru
untuk menanam kopi. Meskipun pertanian kopi meningkat akan tetapilahan yang
ditanami palawija dan tanaman padi tidak terpengaruh oleh pertanian kopi, karena
tanaman tersebut dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Lahan yang digunakan masyarakat dalam pertanian kopi adalah adaran yang
di rimba menjadi lahan pertanian yang baru. Masyarakat juga memanfaatkan tanah
milik bersama untuk ditanami dengan tanaman kopi. Lahan tanaman kopi pada
mulanya di pekarangan rumah. Akan tetapi kebutuhan penanaman kopi tidak
mencukupi lahan pekarangan sehingga penanaman dilakukan di lahan yang baru.
Perluasan lahan tanaman kopi meningkatkan keinginan masyarakat untuk menanam
kopi.
Peningkatan luas pertanian kopi membuat
harga tanah mengalami
peningkatan terutama pada tahun 1998 harga tanah di Desa Parlombuan mengalami
peningkatan yang pesat. Hal ini di dorong oleh meningkatnya penggunaan lahan
sehingga masyarakat memerlukan lahan baru untuk pertanian kopi. Di sisi lain
terjadinya peningkatan harga karena terjadinya krisis moneter di Indonesia. Krisis
tersebut berpengaruh terhadap kenaikan harga tanah di Desa Parlombuan.
Sebelumnya harga tanah tergolong murah, akan tetapi setelah masuknya pertanian
kopi harga tanah mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Petani di Desa Parlombuan menanam tanaman kopi dan tanaman pangan
dengan perencanaan yang telah ditetapkan sejak dahulu secara turun temurun. Hal ini
dilakukan agar petani dapat merencanakan pertaniannya dengan baik, sehingga tidak
membuat petani kesulitan dalam mengatur waktu. Hal ini data dilihat dari persiapan
petani dalam penanaman padi dan kopi.
Penanaman padi dilaksanakan secara serentak pada bulan Desember.
Sedangkan musim penanaman kopi yang baik ialah pada permulaan musim
penghujan, jatuh pada pertengahan bulan November. Penanaman kopi disesuaikan
Universitas Sumatera Utara
dengan keadaan cuaca. Bila keadaan berawan dapat dilakukan dari pagi sampai sore
hari, tetapi bila keadaan cerah, hanya dilakukan pada pagi hari. Sehari sebelumnya
tanaman bibit harus sudah tersedia, kira-kira cukup untuk pekerjaan sehari. Karena
penanaman yang tidak terlalu rumit, maka masyarakat yang bekerja sebagai PNS dan
buruh pun ikut menanam kopi di lahan yang mereka miliki. Alasannya karena
pertanian kopi dapat dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang. Untuk itulah
mereka membuka lahan dan menanam tanaman kopi. Dalam perawatannya hanya
memakan waktu setengah hari kerja, setelah pulang dari tempat kerja.
3.2.2 Pemasaran Kopi
Tanaman kopi jenis sigarar utang sudah diperkenalkan sejak tahun 1980 di
Daerah Tapanuli. Kopi bagi mayoritas petani di Tapanuli Utara adalah sumber
ekonomi utama setelah padi dan kemenyan. Karena tumbuh dan berkembang sangat
baik di daerah ini. Desa Parlombuan mengenal kopi sigarar utang pada tahun 1993
meskipun pada awalnya petani tidak yakin dengan pertanian kopi. Akan tetapi setelah
melihat kemajuan tanaman kopi ini, masyarakat perlahan meninggalkan tanaman
kemenyan dan beralih ke pertanian kopi.
Pertanian kopi membawa pengaruh positif bagi masyarakat di Desa
Parlombuan. Tidak hanya petani saja yang merasakan keuntungan pertanian kopi ini.
Petanian kopi melibatkan tataniaga perdagangan yang melibatkan beberapa pihak.
Pihak-pihak yang ikut campur dalam pemasaran kopi juga merasakan dampak positif
pertanian kopi di Desa Parlombuan. Akan tetapi dalam pemasaran kopi, masyarakat
tidak mengetahui secara jelas, masyarakat tidak mempersoalkan harga yang
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan oleh tengkulak. Masyarakat pasrah mengenai harga kopi kepada
tengkulak. Tengkulak dominan menentukan harga kopi di pasar.
Berikut skema rantai pemasaran kopi di Desa Parlombuan:
Petani
Tengkulak
Pedagang Besar
Eksportir
Dalam pemasaran kopi petani berhubungan langsung dengan tengkulak.
Sekali seminggu para tengkulak datang ke rumah-rumah petani kopi untuk
mengumpulkan hasil panen kopi. Kopi yang dijual oleh petani kopi adalah kopi
setengah jadi. Kopi setengah jadi adalah keadaan kopi tersebut sudah dilepaskan
kulitnya, dibersihkan dan dijemur. Biasanya petani menjual hasil panen kopi sekali
seminggu, apabila kopi sedang musimnya (pamuangna) panen dapat berlangsung dua
kali seminggu.
Para tengkulak biasanya mendatangi rumah petani kopi pada hari rabu karena
pada hari rabu adalah pekan dan petani kopi membutuhkan uang belanja ke onan
untuk keperluan sehari-hari. Tengkulak merupakan warga desa yang memiliki
hubungan kekeluargaan dengan sebagian petani kopi. Karena itulah petani menaruh
kepercayaannya terhadap harga kopi yang ditetapkan tengkulak. Dalam pemasaran
hasil pertanian kopi, petani bertindak sebagai penerima harga (price taker).
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perdagangan kopi tentu ditemukan apa
yang disebut dengan tengkulak. Hal ini tidak dapat dihindarkan karena produksi kopi
masih dalam skala kecil (rumah tangga). Hasil panen petani kopi harus dikumpulkan
agar dapat tercapai jumlah yang dapat mengimbangi biaya pemungutan (jauh).
Universitas Sumatera Utara
Tengkulak harus memberi jasa kepada petani penghasil kopi berupa uang
muka. Uang selalu dibutuhkan oleh orang-orang yang berpenghasilan kecil. Bagi
tengkulak, dengan memberi uang muka itu, berarti jaminan mendapat setoran kopi
dan memenuhi kontrak-kontrak dagangnya. 32
Posisi petani dalam pemasaran produk pertanian lemah, hal ini disebabkan
oleh kekurangan informasi harga dan kualitas serta kuantitas, sehingga petani mudah
diperdaya oleh tengkulak yang berhubungan dengan petani secara langsung. Faktor
lain yang mempengaruhi ialah karena adanya pinjaman dari tengkulak kepada petani
yang bersifat mengikat. Sehingga memperlemah kedudukan petani dalam proses
penentuan harga. 33
Pengaruh tengkulak dalam pemasaran hasil pertanian kopi di Desa
Parlombuan cukup besar dampaknya bagi perekonomian masyarakat. Dalam rantai
pemasaran kopi tengkulak juga bekerjasama dengan pedagang besar. Tengkulak
diberikan modal oleh pengusaha besar untuk membayar kopi yang dibeli dari petani.
Kerjasama ini terjalin untuk kepentingan bersama antar tengkulak dan
pedagang besar. Dengan adanya modal yang diberikan oleh pedagang besar,
tengkulak dapat mengumpulkan kopi petani dan mampu memberikan pinjaman
kepada petani. Pinjaman tersebut digunakan petani untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari, sebagai bayarannya petani memberikan hasil panen kopi kepada
tengkulak. Hal ini dapat juga terjadi karena petani memiliki kebutuhan mendadak
sedangkan tanaman kopi belum waktunya untuk di panen.
32
33
Sajogyo.loc. cit.
Armand Sudiyono, Pemasaran Pertanian, Malang:Ummpress, hlm. 180.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan yang mendadak bagi keperluan petani, menimbulkan adanya
kesepakatan tidak tertulis dengan tengkulak. Syaratnya apabila kopi sudah siap untuk
dipanen maka tengkulak yang telah memberikan pinjamanlah yang dapat membeli
kopi tersebut dengan syarat pemotongan hutang sebelumnya. Dalam hal ini uang
yang dipinjamkan oleh tengkulak kepada petani kopi tidak ada hutang bunga, karena
yang terpenting bagi tengkulak adalah petani terikat untuk memberikan hasil panen
kopi kepadanya. Sehingga tengkulak dapat memenuhi permintaan oleh pedagang
besar setiap minggunya.
Bagi masyarakat terutama petani kecil, pemberian uang muka oleh tengkulak
meringankan beban mereka. Hal ini berlaku untuk petani kecil. Akan tetapi apabila
tengkulak tidak memberikan uang muka atau sejenisnya, maka petani biasanya akan
tetap memberikan kopinya dibeli oleh tengkulak tersebut. Faktor yang membuat
masyarakat tetap memberikan kopinya dibeli tengkulak yang sama karena adanya
keluarga seperti hubungan marga.
Perkembangan pertanian kopi membawa pengaruh terhadap ekonomi
tengkulak. Mereka memperoleh untung dari penjualan kopi ke pedagang besar. Selain
itu sebagian besar tengkulak di Desa Parlombuan juga menanam kopi. Sehingga
tengkulak dapat memperoleh keuntungan yang memuaskan dari hasil pertanian kopi
dan usaha pengumpul kopi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal uang muka dalam tata niaga kopi berlaku ketentuan-ketentuan
tidak tertulis sebagai berikut:
1. Petani kecil apabila membutuhkan uang muka untuk menutup kebutuhankebutuhan mendadak, maka tengkulak dapat memberi uang muka untuk
menjamin usahanya.
2. Uang muka yang diterima/diberikan dengan jaminan penjualan kopi, atas
persetujuan kedua belah pihak.
3. Perjanjian uang muka tidak tertulis, tanpa sanksi, hanya atas dasar
kepercayaan antara kedua belah pihak sesuai dengan adat kehidupan desa.
Biasanya tengkulak berasal dari desa tersebut dan merupakan suku Batak
Toba.
4. Tidak ada ketentuan yang rumit tentang bunga uang muka. Namun apabila
petani sudah panen maka ia harus menjual hasil panen kopi kepada
tengkulak yang telah memberikan uang muka tersebut.
Transaksi penjualan kopi antara petani dan tengkulak sederhana. Kopi yang
sudah digiling kemudian dibersihkan dan dijemur di halaman rumah. Transaksi
berlangsung di depan rumah petani kopi. Transaksi seperti ini lebih mudah bagi
petani kopi karena apabila dijual ke onan dapat menghabiskan waktu dan tenaga,
sementara harganya pun tetap sama dengan harga jual di desa.
Petani kopi mempercayakan harga kepada tengkulak karena petani juga
memikirkan konsekuensi yang diterima oleh tengkulak apabila kualitas kopi yang
dijual kurang baik. Tengkulak menerima kopi setengah jadi tanpa uji kualitas, karena
telah terjalin kepercayaan. Kualitas kopi menentukan kepuasan pedagang besar,
Universitas Sumatera Utara
semakin bagus kopinya maka akan semakin mahal harganya. Petani tidak memiliki
pengetahuan yang luas untuk memahami kualitas kopi yang sebenarnya. Bagi petani
yang terpenting adalah kopi pasti laku dijual kepada tengkulak. Masalah kualitas kopi
yang kurang baik merupakan tanggungjawab pedagang besar.
Tahap berikutnya dalam transaksi penjualan kopi adalah antara tengkulak dan
pedagang besar. Tengkulak yang mengumpulkan kopi dari satu desa, sedangkan
pedagang besar biasanya tidak hanya membeli kopi dari satu desa saja, melainkan
dari beberapa desa atau dari setiap desa penghasil kopi, tergantung dari
kemampuannya. Pedagang besar mengumpulkan hasil pertanian kopi dari tiap desa
melalui tengkulak.
Pengumpulan kopi oleh pedagang besar kepada para tengkulak di setiap desa
adalah dalam waktu seminggu sekali. Transaksi terjadi hanya seminggu sekali karena
masyarakat petani harus mengumpulkan lebih dahulu panen kopinya hingga pada
akhir pekan dijual. Jadi pedagang besar membuat kesepakatan dengan tengkulak
dalam transaksi jual beli.
Pembeli besar mengirim mobil angkut mengambil kopi yang telah de desadesa mengambil kopi yang telah disiapkan dalam karung, yang sebelumnya sudah
ditimbang. Kopi yang telah dikumpulkan dari tiap-tiap desa kemudian dikirim ke
Tarutung. Setelah pedagang besar mengumpulkan kopi dari tiap-tiap desa maka kopi
yang sudah ditimbang diserahkan kepada eksportir untuk di eksport ke luar negeri.
Biasanya eksportir mengumpulkan hasil kopi dalam skala besar karena dikumpulkan
dari beberapa pedagang besar. Dalam tataniaga perdagangan kopi, masyarakat desa
tidak memahami peranan eksportir dalam perdagangan kopi.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Tantangan Dan Hambatan Dalam Perkembangan Kopi
Pertanian kopi semakin berkembang di Desa Parlombuan. Hal ini membuat
desa lainnya di Kecamatan Pangaribuan menjadi semakin tertarik untuk menanam
kopi sigarar utang. Penanaman kopi semakin meningkat setiap tahunnya. Masyarakat
Desa Parlombuan berlomba-lomba menanam kopi. Seiring dengan perkembangan
pertanian kopi muncul ide masyarakat untuk melakukan usaha mengumpulkan hasil
pertanian kopi untuk mempermudah masyarakat memasarkan hasil panen mereka,
orang-orang ini disebut tengkulak, dalam bahasa Batak Toba disebut juga panahil
kopi. Jadi pertanian kopi membawa pengaru positif bagi masyarakat Desa
Parlombuan.
Akan tetapi dalam perkembangannya, pertanian kopi mengalami tantangan
dan hambatan. Penanaman kopi di Desa Parlombuan membawa pengaruh bagi
persediaan lahan. Peningkatan pertanian kopi berkaitan dengan pemakaian lahan.
Perkembangan pertanian kopi meningkatkan pemakaian lahan karena petani
membutuhkan lahan untuk menanam tanaman kopi. Hal ini mengakibatkan
persediaan lahan semakin menurun sedangkan permintaan meningkat sehingga terjadi
peningkatan harga tanah. Bahkan lahan adaran yang dahulu tidak memiliki nilai,
menjadi berharga.
Tantangan lain yang sering dihadapi oleh masyarakat dalam perkembangan
pertanian kopi adalah kurangnya keterampilan masyarakat dalam menjaga kualitas
kopi serta minimnya pengetahuan petani tentang teknik pertanian kopi. Pertanian
kopi mengalami tantangan dalam kualitas biji kopi. Kopi bagi masyarakat Desa
Parlombuan merupakan komoditas penting, akan tetapi masyarakat tidak memiliki
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dalam meningkatkan kualitas kopi. Kualitas kopi dapat dilihat dari
proses pemanenan, pengilingan, hingga pengeringan kopi.
Proses tersebut dilakukan oleh petani dengan memanfaatkan tenaga keluarga,
sebagian petani menggunakan jasa tenaga kerja dengan sistem upahan (gajian).
Setiap proses ini dilakukan dengan pengetahuan seadanya tanpa adanya pengawasan
serta pengarahan. Hal ini membawa pengaruh bagi kualitas kopi. Kopi yang
dihasilkan akan berbeda-beda kualitasnya, prosesnya sama namun hasil berbeda. Hal
ini dapat terjadi ketika penggilingan kopi dan pembersihannya.
Proses penggilingan kopi terkadang tidak sempurna sehingga sebagian ampas
kopi tercampur dengan biji kopi yang sudah digiling. Bagi sebagian masyarakat
ampas tersebut tidak dipisahkan dari biji kopi. Kopi langsung dijemur setelah dicuci
dengan air. Masalah yang sering terjadi pada saat membersihkan biji kopi dengan air
terkadang masyarakat kurang memperhatikannya kebersihannya. Seharusnya kopi
harus dibersihkan dengan teliti, sehingga biji kopi terpisah dari lendir yang melekat
pada biji.
Kebersihan kopi dapat terlihat dari warna kopi setelah dijemur. Apabila kopi
kurang bersih warnanya kecoklatan, sedangkan kopi bersih warna putih. Dalam
pengeringan kopi juga tidak boleh terlalu lama dan sebaliknya juga tidak boleh terlalu
cepat, karena mempengaruhi kualitas biji kopi. Kopi tersebut sampai ke tangan
tengkulak dengan harga yang telah ditetapkan tanpa ada uji kualitas kopi.
Padahal hal tersebut sangat perlu diperhatikan dalam pertanian kopi, karena
sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi kopi. Masyarakat melakukan
penanaman dan perawatan kopi berdasarkan pengalaman yang mereka miliki
Universitas Sumatera Utara
sehingga pertanian kopi kurang berkembang. Sehingga muncul berbagai masalah
dalam perkembangan kopi.
Pada
tahun
2000
pertanian
kopi
mengalami
gangguan
dalam
perkembangannya karena kopi yang masih mentah mengalami pembusukan sebelum
dipanen sehingga petani kopi tidak memperoleh hasil panen yang maksimal. Kopi
diserang oleh hama yang disebut stephanoderes coffeae atau lebih dikenal sebagai
broca insect. Broca adalah kumbang (beetle) yang masuk dalam biji kopi dan
memakan biji tersebut sampai tidak bisa diolah. Hal ini dapat menurunkan hasil
panen hingga 60%. 34 Penggunaan pupuk yang tidak tepat menurunkan produktivitas
tanaman kopi.
Masalah lainnya yang dihadapi petani adalah angin kencang (alogo) yang
menimbulkan masalah gugurnya bunga kopi sebelum menjadi buah kopi. Hal ini
mempengaruhi produktivitas kopi, karena mengurangi buah kopi. Masyarakat tidak
mengetahui cara untuk mengatasinya. Sehingga setiap musim kemarau, bunga kopi
ditiup alogo, mereka hanya pasrah dan berharap bunga kopi yang masih tersisa
menjadi buah kopi.
Selain itu masyarakat mengalami tantangan mengenai issu manfaat kopi
sigarar utang. Seiring dengan perkembangan pertanian kopi di Desa Parlombuan
muncul issuyang mengatakan bahwa kopi tersebut tidak dapat dikonsumsi oleh
manusia. Akan tetapi biji kopi dipakai sebagai bahan dasar pembuatan mesiu yang
digunakan sebagai alat perang. Issu tersebut meresahkan masyarakat Desa
Parlombuan.
34
James J. Spillane, op. cit,hlm. 141.
Universitas Sumatera Utara
Pemberitaan tersebut berlangsung lama di Desa Parlombuan dan masyarakat
tidak mengetahui sumber berita. Sementara issu tersebut tidak dapat dibuktikan,
masyarakat yang mendengar informasi tersebut menerimanya sebagai suatu
pernyataan yang benar. Peristiwa setelah adanya berita tersebut menimbulkan harga
kopi mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai pertanian kopi sigarar utang.
Pengaruh issu tersebut berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat
mengenai kopi sigarar utang sehingga tidak ada masyarakat di Desa Parlombuan
yang membuka usaha bubuk kopi sigarar utang karena masyarakat tidak tahu
bahwa kopi ini bisa dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan bubuk kopi
masyarakat membeli bubuk kopi robusta yang dijual dipasaran. Padahal pada
kenyataannya kopi sigarar utang merupakan kopi terbaik dibandingkan jenis kopi
lainnya hal ini dapat diuji dari kualitas, cita rasa, serta harga yang relatif lebih tinggi
dibandingkan kopi lainnya. Tentunya untuk memperoleh produksi yang maksimal
harus melakukan perawatan yang intensif. 35
3.2.4 Teknik Pertanian Kopi
Pertanian kopi semakin meningkat di Desa Parlombuan. Seiring dengan
perkembangan kopi, masyarakat mengalami kesulitan menghadapi masalah dalam
pertanian kopi. Hal tersebut membuat masyarakat mencari cara untuk meningkatkan
pertanian kopi. Salah satunya adalah dengan meningkatkan teknik pertanian kopi.
35
Ibid., hlm. 17.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kopi tumbuh dengan baik di Desa Parlombuan. Meskipun demikian,
tanaman kopi membutuhkan teknik pertanian untuk meningkatkan produktivitas kopi.
Karena masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang teknik pertanian kopi dengan
baik. Bagi masyarakat penanaman kopi dan perawatan dengan menggunakan kompos
sudah cukup baik. Tanaman kopi tetap berproduksi meskipun tidak menggunakan
pupuk kimia. Akan tetapi hal ini tidak cukup untuk memperoleh hasil pertanian yang
maksimal.
Masyarakat menghadapi masalah tanaman kopi karena dalam jangka waktu 8
tahun kopi mengalami penurunan produksi yang dapat berlangsung secara perlahan.
Hal ini karena didorong oleh faktor tanaman kopi semakin tua yang menimbulkan
penurunan produktivitas kopi. Tanaman kopi sudah tua serta munculnya penyakit
pada tanaman kopi mengakibatkan penurunan produksi. Hal ini menimbulkan
kekuatiran bagi petani kopi sehingga masyarakat mencari tahu cara untuk
mempertahankan tanaman kopi. Untuk itulah, masyarakat perlu menerapkan teknik
budidaya yang benar, baik sistem penanaman, pemangkasan, pemupukan,
pengendalian hama, penyakit tanaman, pengaturan naungan.
Dalam penanaman kopi masyarakat perlu menerapkan teknik. Petani
menyadari pentingnya teknik dalam pertanian kopi. Tidak hanya itu saja, petani juga
menyadari pentingnya pupuk kimia pada tanaman kopi karena itulah masyarakat
memanfaatkan hasil penjualan kopi untuk membeli pupuk. Dalam pemupukan
tanaman, masyarakat Desa Parlombuan menggunakan pupuk kompos dan pupuk
kimia. Masyarakat mengunakan pupuk kimia untuk meningkatkan produktivitas kopi
Universitas Sumatera Utara
serta mengindari masalah pada tanaman kopi seperti masalah pada buah kopi yang
busuk sebelum dipanen.
Selain
itu
permasalahan
yang
sering
dihadapi
masyarakat
adalah
pengendalian hama dan pengaturan tanaman pelindung. Masyarakat kurang
memahami pentingnya tanaman pelindung dalam pertanian kopi. Penambahan
tanaman pelindung pada pertanian kopi berfungsi untuk mengatur intensitas sinar
matahari, karena kopi tanpa tanaman pelindung membuat penyinaran tidak teratur
sehingga tanaman terlalu cepat berbuah, tetapi produksinya sedikit dan cepat
menurun. Oleh sebab itu, masyarakat Desa Parlombuan menempatkan tanaman
pelindung pada tanaman kopi untuk mengatur intensitas sinar matahari sesuai yang
diinginkan. Contoh tanaman pelindung adalah lamtoro dan petai cina.
Tanaman pelindung membawa pengaruh yang baik terhadap pertanian kopi di
Desa Parlombuan. Tanaman ini sangat berpengaruh pada produktivitas kopi karena
mencegah kerusakan pada kopi. Tanaman pelindung juga menghindarkan biji kopi
yang sudah siap panen dimakan oleh musang atau hewan lainnya. Selain bermanfaat
sebagai pengatur sinar matahari. Pohon pelindung juga memiliki kegunaan untuk
menyuburkan tanah, karena pohon pelindung menghasilkan bahan organik berupa
daun-daun yang dapat menyuburkan tanah. Manfaat lainnya adalah daun tanaman
pelindung dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai makanan ternak dan kayunya bisa
dipakai sebagai bahan bakar.
Teknik pertanian yang sering dilupakan oleh petani kopi adalah pemangkasan.
Pemangksan kopi sangat penting dalam memperbaiki batang dan daun kopi yang
sudah tua sehingga kopi mengalami penurunan produksi. Melalui pemangkasan
Universitas Sumatera Utara
batang dan daun kopi akan memperbaiki diri dan akan meningkatkan produksi kopi.
Selain itu dapat membuang semua cabang tua yang kurang produktif atau terkena
hama, sehingga zat-zat hara dapat disalurkan kepada cabang-cabang muda yang lebih
produktif. Dengan demikian bisa diharapkan produksi optimal dan kontinu. 36
Tanaman kopi kalau dibiarkan saja dari kecil hingga besar akan mencapai 710 m, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan dan pemungutan hasil. Di sampingitu
produksinya pun akan kurang. Oleh karena itu pemangkasan adalah salah satu cara di
dalam rangka pemeliharaan tanaman kopi yang sangat perlu dilaksanakan. 37
Awalnya masyarakat Desa Parlombuan tidak menyadari pentingnya
pemangkasan dalam pertanian kopi. Hal ini membuat produktivitas tanaman kopi
kurang optimal. Setelah masyarakat menyadari pentingnya pemangkasan pada
tanaman kopi. Masyarakat pun menerapkannya sehingga produksi pertanian kopi
menagalami peningkatan. Pemangkasan juga memudahkan masyarakat untuk
memetik kopi. Sedangkan dalam mengurangi semak belukar (ramba-ramba)
masyarakat menambahkan tanaman tumpang sari.
Penambahan tanaman tumpang sari salah satu teknik pertanian yang baik.
Selain mengurangi hama, hal ini juga mengguntungkan petani karena petani dapat
menikmati hasil tanaman tumpang dan tanaman kopi pada lahan yang sama. Tanaman
tumpang sari yang sering ditanam oleh masyarakat antara lain: singkong, cabai,
sayur, bawang batak. Tanaman singkong biasanya ditanam di pinggir lahan supaya
pemanenannya tidak merusak akar tanaman kopi. Sedangkan tanaman lainnya dapat
36
37
Wawancara, dengan J. Sibarani, pada tanggal 20 April 2016, Kantor Camat Pangaribuan.
Aak, op. cit, hlm. 89.
Universitas Sumatera Utara
ditanam ditengah tanaman kopi karena kopi memiliki jarak yang dapat ditanami
dengan tanaman lainnya sehingga tidak mengganggu akar tanaman kopi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENGARUH PERTANIAN KOPI DI DESA PARLOMBUAN
KECAMATAN PANGARIBUAN
4.1 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Masyarakat Desa Parlombuan menggantungkan kehidupan ekonomi pada
pertanian. Tanaman kemenyan (haminjon) menjadi komoditas utama masyarakat
setelah padi dan palawija. Pertanian menjadi sumber penghasilan masyarakat.
Apabila mereka mengerjakan lahan dan memperoleh hasil panen dengan baik, maka
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti: gagal panen, serangan hama, dan penyakit tanaman
yang dapat mempengaruhi hasil panen, maka masyarakat akan mengalami kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pertanian kemenyan (haminjon) merupakan komoditas utama masyarakat
Desa Parlombuan. Akan tetapi masyarakat tidak mengetahui secara jelas masuknya
tanaman ini. Kemenyan (haminjon) ditanam oleh nenek moyang yang digunakan
sebagai obat dan kegiatan sakral. Seiring perkembangan zaman, setelah masyarakat
mengetahui bahwa tanaman ini dapat diperjualbelikan. Mereka pun menjual
kemenyan untuk menopang ekonomi. Selama puluhan tahun kemenyan menjadi
komoditas utama di Desa Parlombuan.
Pada tahun 1990 tanaman kemenyan mengalami penurunan harga dan
produksi kemenyan semakin menurun. Pertanian padi hanya mencukupi kebutuhan
pangan sehari-hari saja karena sebagian masyarakat terikat dengan kontrak dengan
Universitas Sumatera Utara
tuan tanah dengan sistem bagi hasil (mamolap inang). Hal ini menimbulkan masalah
bagi kehidupan ekonomi masyarakat karena untuk memenuhi kebutuhan mereka
harus meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Pada tahun 1993 pertanian kopi mulai diperkenalkan kepada masyarakat Desa
Parlombuan. Meskipun masyarakat menanam kopi, tanaman padi dan palawija tetap
dipertahankan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Masuknya pertanian kopi
membawa pengaruh positif bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Harga kopi yang
tinggi dan perawatan yang tidak terlalu rumit merupakan kelebihan tanaman kopi
apabila dibandingkan dengan pertanian kemenyan (haminjon) yang berproduksi 2 kali
dalam setahun, sedangkan kopi dapat dipanen 1 kali seminggu, sehingga dapat
meringankan beban ekonomi masyarakat.
Kopi sigarar utang menjadi komoditas utama di Desa Parlombuan. Setiap
rumah tangga memanfaatkan lahan mereka untuk menanam kopi. Awalnya ditanam
di pekarangan rumah. Akan tetapi seiring dengan perkembangannya masyarakat
membuka lahan-lahan baru untuk menanam kopi, sehingga pertanian kopi tersebar di
Desa Parlombuan. Meskipun sebagian besar masyarakat di Desa Parlombuan
pertanian adalah sumber mata pencaharian. Akan tetapi bagi sebagian kecil
masyarakat, bertani merupakan pekerjaan sampingan bagi mereka yang bekerja
sebagai buruh dan PNS karena pertanian kopi yang tidak rumit, sehingga dijadikan
sebagai pekerjaan sampingan. Biasanya mereka bekerja pada waktu senggang atau
setelah pulang dari tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kopi tumbuh dengan baik di Desa Parlombuan. Hal ini menjadi
faktor yang mendorong masyarakat menanam kopi. Masyarakat Parlombuan
berlomba-lomba memperluas lahan untuk menanam kopi, sehingga pertanian kopi
meningkat setiap tahunnya. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap pemakaian
lahan. Tanah menjadi aset yang penting bagi masyarakat karena dapat dimanfaatkan
untuk menanam kopi.
TABEL
PERHITUNGAN RATA-RATA PENDAPATAN PER TAHUN
DENGAN LUAS LAHAN 1 HEKTARE (Ha)
I
Perkiraan Biaya dan Produksi
Harga Satuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
Rp. 15.000
Rp. 425.700.000
Penerimaan Petani Kopi
I
Produksi Kopi
1 ha = 28,38
= 28,380 Kg
Universitas Sumatera Utara
Biaya Perawatan dan Upah Buruh
1.
Perawatan
Pupuk Urea, Kompos (45
Kg)
Obat Daun (25 Kg)
Rp. 15.000
Rp. 675.000
Rp. 16.000
Rp. 375.000
Rp. 15.000
Rp. 400.000
Obat Buah (25 Kg)
2.
Biaya Produksi
3.
Upah Buruh (10 orang x 48 minggu)
4.
Total Biaya Pengeluaran
Rp. 100.000
Rp. 30.000
Rp. 14.400.000
Rp. 15.950.000
(Sumber: wawancara dengan Tiarma Tambunan, Risma Pakpahan, Jaspar Gultom,
Leonardo Gultom, Torang Simatupang, Sibarani, Maradong Pakpahan).
Dari tabel tersebut dapat dihitung bahwa pendapatan petani kopi per tahun
dengan luas lahan 1 ha adalah :
= Produksi Kopi – Biaya Perawatan dan Produksi
= Rp. 425.700.000 – Rp. 15.950.000
= Rp. 409.750.000.
Pendapatan petani kopi per tahun dengan luas lahan 1 ha adalah sekitar
Rp.409.750.000. Tetapi tidak semua petani kopi di Desa Parlombuan memiliki luas
lahan 1 ha. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani sekitar 3 rantai atau lebih (1 ha =
25 rantai) bahkan ada juga yang memiliki luas lahan dibawah luas lahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga pendapatan petani kopi apabila dihitung per rantai dalam setahun
adalah sekitar :
= Rp. 409.750.000/25 rantai
=Rp. 16.390.000.
Pada tahun 1998 saat terjadi krisis moneter di Indonesia, masyarakat
Parlombuan tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya, karena kopi berproduksi
dengan baik. Perkembangan tersebut membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat
dari segi sosial ekonomi dan sosial budaya.
4.1.1 Nilai Tanah
Alam sebagai anugerah bagi masyarakat petani, tanah, hujan, sinar matahari
merupakan unsur-unsur alam yang mempengaruhi kehidupan masyarakat petani,
dalam hal ini tanah merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi
masyarakat desa. 38
Keberadaan tanah bagi petani, selain bernilai ekonomis, juga sebagai sumber
kehidupan. 39 Tanah merupakan modal yang penting bagi petani karena pertanian
merupakan sumber mata pencaharian masyarakat. Masuknya pertanian kopi sigarar
utang di Desa Parlombuan berdampak bagi nilai tanah. Sebelum masuknya pertanian
kopi di Desa Parlombuan, tanah merupakan milik bersama sebagai warisan yang
diusahakan oleh masyarakat desa tanpa adanya kepemilikan pribadi secara hukum.
38
39
Greg, Soetomo, Kekalahan Manusia Petani, Yogyakarta: Penerbit Kasinius, 1997, hlm. 14.
Mustain, Petani Vs Negara, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007. hlm 13.
Universitas Sumatera Utara
Apabila masyarakat ingin bertani, maka mereka diberikan kebebasan untuk
mengerjakan lahan yang belum diusahakan orang lain. Dengan demikian tanah dapat
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh orang yang telah mengusahakan tanah.
Masalah kepemilikan tanah, masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam
pembagiannya.
Pemanfaatan lahan di Desa Parlombuan tidak signifikan. Adapun lahan tidak
ditanami dengan tanaman yang memberikan hasil bagi masyarakat. Lahan tidur
(adaran) dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat menggembalakan kerbau dan
lembu. Pemanfaatan adaran masih terbatas, karena itulah lahan tersebut
dimanfaatkan
masyarakat
yang
memiliki
ternak
untuk
menggembalakan
ternaknya.Hal ini terjadi karena masyarakat belum mengetahui harga tanah. Akan
tetapi pada tahun 1993 pertanian kopi diperkenalkan kepada masyarakat Desa
Parlombuan yang berkembang menjadi komoditas utama. Masyarakat melihat
keuntungan pertanian kopi akhirnya tertarik menanam kopi, sehingga pertanian kopi
semakin meningkat.
Pembukaan lahan untuk menanam tanaman kopi sigarar utang semakin
meningkat yang mengakibatkan lahan tidur semakin menurun. Kepemilikan bersama
(komunal) atas tanah telah mengalami perubahan. Masyarakat yang telah mengelola
tanah kepemilikan bersama mempertahankan tanah tersebut menjadi miliknya. Bagi
masyarakat Desa Parlombuan tanah yang dahulu tidak berharga, menjadi aset yang
sangat penting.
Sebelum tahun 1995 tanah sudah diperjualbelikan oleh masyarakat, Akan
tetapi harga tanah tidak memuaskan. Transaksi jual beli tanah dilakukan antar
Universitas Sumatera Utara
keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kesepakatan harga
tanah yang disepakati secara kekeluargaan. Akan tetapi pada tahun 1995 sistem
tersebut sudah jarang terjadi, karena lahan yang dibutuhkan untuk pertanian kopi
semakin meningkat. Masyarakat mengadakan kesepakatan atas kepemilikan tanah
secara hukum. Perbedaan tampak jelas dalam kehidupan masyarakat setelah tanah
memiliki nilai. Untuk memperoleh tanah dengan luas 1 ha dibayar senilai
Rp.200.000. Setiap tahunnya harga tanah mengalami kenaikan 10%.
4.1.2 Pembangunan Fasilitas Pribadi dan Umum
Meningkatnya perekonomian masyarakat berpengaruh bagi pembangunan
fasilitas. Pembangunan fasilitas pribadi dan umum dalam masyarakat antara lain:
a. Rumah
Pengaruh positif pertanian kopi bagi perekonomian masyarakat Desa
Parlombuan terlihat dari bangunan rumah penduduk. Sebelumnya penduduk memiliki
rumah yang terbuat dari papan atau bambu dan sebagian rumah masyarakat berlantai
tanah. Sebagian masyarakat membangun rumah karena bantuan dari anak-anak
mereka yang sudah bekerja atau merantau.
Akan tetapi setelah pendapatan masyarakat Desa Parlombuan meningkat,
pembanguan rumah pun mengalami peningkatan. Rumah yang terbuat dari papan
diperbaharui (dirombak) menjadi rumah berbahan beton dan semi beton. Setelah
masuknya pertanian kopi di Desa Parlombuan jarang rumah masyarakat yang
berlantai tanah dan rumah yang terbuat dari bambu.
Universitas Sumatera Utara
b. Gereja
Gereja merupakan fasilitas penting bagi masyarakat karena mayoritas
masyarakat Desa Parlombuan memeluk Agama Kristen. Kebutuhan masyarakat
terhadap fasilitas beribadah semakin meningkat, seiring dengan per